Anda di halaman 1dari 22

BAB 5

EVALUASI KEGIATAN

5.1 Evaluasi Sesuai Prioritas Masalah


5.1.1 Discharge Planning
1. Evaluasi Struktur
Dalam pelaksanaannya sistem perencanaan pasien pulang dapat berjalan
dengan lancar dengan adanya lembar perencanaan pasien pulang, angket kepuasan
pasien. Untuk lembar perencanaan pasien pulang diisikan oleh bidan primer.
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan perencanaan pasien pulang dimulai sejak tanggal 11-24 Mei
2015 dan dapat berjalan dengan baik. Selama praktik manajemen terdapat 53
orang pasien yang pulang. Selama 2 minggu ini, dilakukan penyuluhan kesehatan
setiap pagi yaitu pada tanggal 11 – 24 Mei 2015 Mei 2015 dengan materi
erawatan masa nifas, perawatan bayi, gizi ibu nifas, dan keluarga berencana.
3. Evaluasi Hasil
- Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pasien pulang hal ini
dapat dilihat dari pemberian informasi pada saat perencanaan pasien
pulang dapat dipahami dengan baik oleh pasien maupun oleh keluarga
yang mendampingi, hal ini juga didukung dengan membekalkan pasien
dan keluarga dengan media leaflet.
- Perencanaan pasien pulang terdokumentasikan dengan baik. Sebagai
bukti telah dilakukan perencanaan pasien pulang, terdapat lembar
perencanaan pasien pulang yang ditandatangani oleh pasien dan bidan
primer.

5.1.2 Penerimaan Pasien Baru


1. Evaluasi Struktur
Sistem penerimaan pasien baru dapat berjalan dengan baik, dengan
tersedianya sarana dan prasarana penunjang diantaranya lembar pasien
masuk/keluar rumah sakit, informed concent, sentralisasi obat, lembar tata tertib
pasien, dan lembar pengkajian. Pengisian lembar pasien masuk rumah sakit diisi

167
oleh ketua tim dibantu bidan pelaksana. Sedangkan untuk informed consent diisi
oleh pasien
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan penerimaan pasien baru yang dilaksanakan pada tanggal 11-
23 Mei 2015 melibatkan kepala ruangan, katim, bidan pelaksana dan pasien.
Terdapat diskripsi tugas dan tanggung jawab masing – masing peran dalam dalam
model kebidanan tim. Setiap pemeran menjalankan tugasnya sesuai dengan job
description masing-masing dengan benar. Pasien baru disambut oleh Karu, bidan
katim, bidan pelaksana. Bidan katim melakukan pengkajian dibantu oleh bidan
pelaksana. Pasien baru diberi penjelasan mengenai bidan yang bertanggung
jawab, dokter yang merawat, orientasi ruangan, jadwal makan, perkenalan dengan
pasien yang sekamar, tata tertib ruangan, dan mengenai sentralisasi obat juga
menggali pengetahuan pasien mengenai penggunaan gelang identifikasi. Lembar
sentralisasi obat ditandatangani pasien. Bidan melakukan komunikasi terapeutik
dengan pasien saat melakukan penerimaan pasien baru.
a. Hambatan
Tidak ada hambatan yang berarti selama pelaksanaan penerimaan pasien
baru karena sebelumnya telah dilakukan persiapan yang cukup baik, yaitu
mahasiswa yang melakukan aplikasi penerimaan pasien baru mengetahui peran
dan tugasnya masing-masing, fasilitas, maupun pasien. Namun dikarenakan
semua pasien merupakan pasien pindahan dari ruang lain terjadi duplikasi
informasi yang diberikan oleh bidan.
b. Dukungan
Adanya dukungan dari Kepala Ruang dan Bidan Ruangan untuk
melaksanakan Penerimaan Baru sesuai dengan SOP. Pasien koperatif dalam
Penerimaan Pasien Baru sehingga informasi dapat tersampaikan kepada
pasien/keluarga dan tercipta kondisi yang kondusif.
3. Evaluasi Hasil
Kegiatan berjalan lancar sesuai dengan tujuan dilaksanakannya
penerimaan pasien baru. Hasil penerimaan pasien baru telah didokumentasikan
dengan benar. Informasi yang disampaikan pada saat penerimaan pasien baru
dapat diterima dan dipahami oleh pasien.

168
Aplikasi Penerimaan Pasien Baru dapat berjalan dengan baik. Saat aplikai
MPAKP, penerimaan pasien baru dapat dilakukan di kamar pasien yaitu di depan
pasien dan keluarga, tidak terbatas di meja bidan. Pasien dan keluarga mengetahui
fasilitas yang tersedia, cara menggunakan alat, tata tertib RS, perawat dan dokter
yang merawat. Keluarga/pasien telah menandatangani inform conscent sebagai
tanda telah mengerti terhadap informasi yang diberikan. Inform conscent
terdokumetasi pada status pasien.
Saat penerimaan pasien baru sudah dilakukan validasi mengenai identitas
melalui gelang pasien. Dimana mahasiswa yan melakukan apliksi MPAKP
memeriksa langsung gelang pasien yang terdiri dari nama, usia, no.register,
alamat dan warna gelang sesuai identifikasi pasien. Untuk pelaksanaan
Penerimaan Pasien Baru oleh pegawai Ruang Nifas IRD lantai 2 Obgin sudah
dilakukan di meja bidan dan langsung validasi ke pasien.
Advokasi telah dilakukan kepada kepala ruangan IRD lantai 2 Obgin
dengan hasil akan diupayakanya proses penerimaan pasien baru sesuai alur,
terutama pada shift sore dan malam. SPO Penerimaan pasien baru telah di
disetujui dan diterima oleh kepala ruangan IRD lantai 2 Obgin. Sosialisasi
penerimaan pasien baru telah dilakukan bersamaan dengan role play praktik
MPAKP.
5.1.3 Timbang Terima Pasien
1. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan timbang terima telah berjalan baik. Pada pelaksanaan timbang
terima, kepala ruangan, ketua tim dan bidan pelaksana telah memahami tugas dan
tanggung jawab masing-masing sehingga tidak terjadi kesalahan prosedur maupun
overlapping peran dalam pelaksanaaan timbang terima asuhan kebidanan.
Sarana dan prasarana sudah tersedia dan siap digunakan saat pelaksanaan
timbang terima asuhan kebidanan meliputi buku laporan jaga dan status klien.
Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima dengan baik yang
dilaksanakan pada pergantian shift, dari shift malam ke shift pagi, dan shift pagi
ke shift sore sedangkan dari shift sore ke shift malam dilakukan oleh bidan
pelaksana yang dinas pada shift sore. Bidan pelaksana menyampaikan operannya
dengan baik pada shift selanjutnya.

169
Pada pelaksanaan timbang terima bila pasien banyak, maka timbang
terima dari shift sore ke malam menjadi kurang optimal hal ini karena terkadang
bidan ruangan dan anggota kelompok tidak melakukannya secara bersamaan atau
timbang terima dilakukan bersamaan dengan validasi pasien. Sehingga hal yang
disampaikan saat timbang terima cenderung singkat seperti hanya menyebutkan
identitas, diagnosa, asuhan yang telah diberikan dan rencana asuhan saja.
Meskipun demikian hal-hal lain seperti keluhan, data objektif dll tetap tercatat
dalam buku laporan. Jika anggota kelompok dengan bidan ruangan nifas IGD
tidak melaksanakan timbang terima secara bersamaan, anggota kelompok shift
selanjutnya akan mengkonfirmasi kembali dengan bidan ruangan mengenai hasil
operan antar shift anggota kelompok. Sehingga meskipun terkadang terdapat dua
kendala tersebut, asuhan yang dilakukan tetap berkelanjutan.
2. Evaluasi Proses
Proses pelaksanaan timbang terima yang diterapkan sudah sesuai dengan
teori dan konsep timbang terima asuhan kebidanan. Timbang terima dilaksanakan
setiap pergantian shift atau operan di meja bidan dengan menyampaikan secara
komprehensif yang bekaitan tentang klien. Hal-hal yang perlu disampaikan pada
saat timbang terima adalah : identitas klien, data fokus (keluhan subyektif dan
obyektif), assessment (diagnosa dan masalah kebidanan), serta planning asuhan
kebidanan yang sudah dilaksanakan dan belum dilaksanakan.
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan diikuti oleh
seluruh bidan yang bertugas sebelumnya maupun yang akan ganti dinas sesuai
dengan SOP timbang terima. Bidan yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbangterimakan dan
berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas. Penyampaian saat
timbang terima secara jelas dan singkat. lama timbang terima untuk setiap pasien
tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan
yang lengkap dan rinci. Kepala ruangan dan semua bidan keliling ke tiap klien
dan melakukan validasi data. Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara
langsung pada bukut timbang terima oleh bidan primer dan di tanda tangani oleh
perwakilan bidan pelaksana kedua shift.

170
Pelaksanaan timbang terima di ruang Nifas IGD RSUD Dr. Seotomo telah
dilaksanakan dengan baik, dimana pada shift pagi timbang terima dimulai terlebih
dahulu di midwife station di VK secara terpusat baik untuk ruang VK, Ginek,
maupun ruang nifas, kemudian dilajutkan validasi di ruangan masing. Untuk shift
sore dan malam dilaksanakan di ruangan masing-masing dan dilanjutkan dengan
validasi pasien. Kontinuitas asuhan juga terlaksana dengan baik.
3. Evaluasi Hasil
Hasil yang dapat disimpulkan dari evaluasi oleh kepala ruangan adalah
cukup baik dan sesuai dengan alur, konsep dan teori. Penyampaian informasi
tentang klien, validasi data, dan dokumentasi dilakukan dengan baik. Hal ini
tercemin dari asuhan kebidanan yang berkesinambungan dan optimal terhadap
pasien. Penerapan timbang terima yang dilakukan oleh anggota kelompok yang
dikoordinasikan dengan bidan ruangan nifas juga diterapkan oleh bidan ruangan
VK yakni terlaksananya validasi pasien.
5.1.4 Sentralisasi Obat
1. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan sentralisasi obat secara umum telah dilaksanakan dengan baik
oleh setiap anggota kelompok. Seluruh anggota kelompok dapat melakukan role
play dengan baik. Persiapan yang dilakukan pada sentralisasi obat adalah
pembuatan proposal, SOP, dan menyiapkan tempat penyimpanan obat untuk
pengelolaan obat secara sentral, bukuinformed consent sentralisasi obat, lembar
serah terima obat antar pasien dan bidan, serta buku rencana pemberian obat.
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan sentralisasi obat di Nifas IGD lt. II RSUD dr. Soetomo
Surabaya dapat berjalan dengan baik. Kegiatan ini dilakukan tanggal 11 – 24 Mei
2015. Setiap anggota telah menjalankan tugasnya sesuai dengan peran dan
tugasnya masing-masing dengan baik. Hambatan yang ditemui sejak pengkajian
adalah waktu pemberian obat yang kurang sesuai, karena diberikan setiap setelah
makan, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan pendekatan dengan bidan
jaga. Hambatan lain selama pelaksanaan seperti mobilitas pasien yang tinggi
sehingga pendokumentasian harus dilengkapi sesegera mungkin, obat yang belum
ditebus pasien mengakibatkan anggota kelompok harus mengusahakan pengadaan

171
obat sesegera mungkin dengan terus menghubungi keluarga yang menunggu di
depan ruang tunggu, selain itu terkadang beberapa dokumentasi terkait tindakan
sentralisasi obat yang belum lengkap oleh shift sebelumnya menambah beban
pekerjaan pada shift berikutnya, namun memasuki minggu ke-2 role play
kelompok mulai dapat mengikuti ritme kerja ruangan dengan mobilitas pasien
yang tinggi. Selain itu pengefektifan peran kepala ruangan dan ketua tim dalam
mengevaluasi kelengkapan dokumentasi pada minggu kedua menyebabkan
berkurangnya pekerjaan yang menumpuk pada shift berikutnya.
Pelaksanaan sentralisasi obat juga telah berjalan sesuai SOP sentralisasi
obat yang telah dibuat. Ketua tim dapat memberikan penjelasan dengan baik
mengenai fungsi sentralisasi obat sehingga seluruh pasien bersedia untuk
dilakukan sentralisasi obat. Bidan pelaksana juga telah memberikan obat sesuai
jadwal dan advice dokter, serta melakukan pendokumentasian dari seluruh
tindakan yang berkaitan dengan sentralisasi obat pada rekam medik.
Sentralisasi obat belum dilaksanakan di ruang nifas hal ini dikarenakan
keterbatasan tenaga, dimana setiap shift hanya terdapat 1 bidan pelaksana. Dengan
mobilitas pasien yang cukup tinggi dan tenaga bidan pelaksana hanya 1 untuk tiap
shiftnya maka sentralisasi obat akan sangat berat untuk dilaksanakan, sehingga
perlu adanya penambahan tenaga.
3. Evaluasi Hasil
Seluruh pasien bersedia untuk dilakukan sentralisasi obat. Konsumsi obat
oral telah sesuai dengan jadwal. Dan setiap obat oral yang lebih telah
dikembalikan kembali kepada pasien. Serah terima obat antara pasien dan bidan
serta seluruh pemberian obat juga telah terdokumentasi dengan baik.
5.1.5 Refleksi Diskusi Kasus
1. Evaluasi Struktur
Persiapan dilaksanakan 1 minggu sebelum kegiatandimulai dari
pembuatan proposal, penentuan kasus, penyusunan laporan asuhan kebidanan,
konsultasi dan koordinasi dengan pembimbing akademik dan klinik, dan
penyebaran undangan.

172
Pembagian peran dan pelaksanaan Refleksi Diskusi Kasus telah sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Seluruh tim pelaksana dapat
hadir di tempat pelaksanaan diskusi. Selain itu, untuk menunjang berjalannya
pelaksanaan acara telah tersedia sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
2. Evaluasi Proses
Proses RDK berjalan dengan lancar. Hal ini ditandai dengan seluruh
peserta mampu berpikir kritis yang berorientasi pada masalah klien, seluruh
peserta berperan aktif dalam diskusi sesuai peran yang telah ditentukan, Fasilitator
dapat memimpin diskusi dengan baik, peserta menyampaikan pendapat secara
bergantian sehingga tidak ada interupsi, dan komunikasi antar peserta berjalan
dengan baik.
RDK belum diterapkan diruang Nifas secara rutin dan sesuai SPO.
Pelaksanaan diskusi kasus hanya dilaksanakan secara sederhana setelah timbang
terima (Morning Report) dan tidak bersifat rutin hanya pada beberapa kasus yang
menarik saja.
3. Evaluasi Hasil
Diskusi berjalan dengan baik, sehingga pengetahuan peserta tentang kasus
kehamilan dengan Ketuban Pecah Prematur (KPP) meningkat. Dalam diskusi
telah diambil kesimpulan yaitu meningkatkan peran bidan dalam observasi, bidan
dapat melakukan tindakan yang masih dalam wewenangnya seperti VT,
persalinan normal, tidak harus selalu dilakukan oleh dokter, peningkatan
aktualisasi bidan (memberikan usuk ke dokter), serta lebih kritis dengan advis
dokter. Narasumber (PPDS Obgin) hadir untuk memberikan validasi data dan
memberikan penjelasan dari masalah yang belum terjawab sehingga semua
peserta dapat memahami dan memiliki persepsi yang sama terhadap kasus ini.

5.1.6 Rawat Gabung


1. Evaluasi Struktur
Penangung jawab rawat gabung telah ditentukan, sarana dan prasarana
sudah diupayakan. Secara teknis rencana pelaksanaannya juga sudah disusun.

173
2. Evaluasi Proses
Kegiatan rawat gabung murni yang sudah direncanakan belum dapat
terlaksana seperti rencana
3. Hambatan
Dalam pelaksanaannya mengalami hambatan dari awal (saat advokasi)
karena terbentur dengan peraturan rumah sakit dan keterbatasan mahasiswa untuk
advokasi terhadap pihak ruang NICU.
4. Dukungan:
Kepala ruang IGD Lantai 2 Obgin, Penanggung jawab Ruang Nifas, dan
bidan ruangan hanya sebagian yang mendukung pelaksanaan rawat gabung karena
dahulu sudah pernah di uji coba namun hanya berjalan 2 bulan dan terdapat
masalah intern antara NICU dengan Obgin IGD lantai II.
5. Evaluasi Hasil
Advokasi pelaksanaan inovasi kepada kepala ruang IGD Lantai II Obgin
telah dilakukan pada minggu pertama role play. Namun rawat gabung murni
belum dapat dilaksanakan. Mahsiswa dapat memaksimalkan rawat gabung parsial
yang sudah menjadi ketetapan rumah sakit hingga saat ini.

5.1.7 Alat/ material


1. Evaluasi struktur
Dalam mengaktifkan kembali inventaris alat dan pengecekan masa
kalibrasi alat, kelompok sudah melakukan peninjauan alat-alat dan mendaftar alat
yangn perlu dikalibrasi dan yang habis masa kalibrasinya.
2. Evaluasi proses
Pada pelaksanaan advokasi kelompok tidak menemui hambatan kesulitan
yang cukup berarti selama proses mendaftar alat yang harus rutin dikalibrasi
a. Hambatan
Kalibrasi alat yang sudah habis masanya harus menunggu petugas dari
dinas kesehatan untuk pengecekan dan kalibrasi alat karena dilakukan secara
bersamaan untuk kalibrasi alat secara keseluruhan di RSUD. Dr. Soetomo
Surabaya.

174
b. Dukungan
Adanya dukungan dari kepala ruang IGD lantai II Obgin dalam melakukan
pendaftaran alat yang perlu disupervisi maupun dikalibrasi
3. Evaluasi hasil
Terdapat daftar alat yang habis masa berlakunya, dan setiap alat yang
harus dikalibrasi secara rutin terdapat label pada alat.
5.1.8 Indikator Mutu (Marketing)
1. Patient Safety
a. Evaluasi Struktur Patient safety
Persiapan sebelum pelaksanaan patient safety dilakukan 3 hari sebelum
aplikasi, persiapan meliputi kerja sama dengan Kepala Ruangan, menentukan
masalah, dan menyiapkan instrumen. Mahasiswa telah melakukan beberapa
persiapan yaitu menentukan masalah Patient safety dimana Ruang Nifas IGD
mengacu pada akreditasi KARS yang terdiri dari 10 indikator. Instrumen
pengkajian patient safety telah mahasiswa siapkan yaitu format pengkajian untuk
identifikasi pasien dan kesalahan pemberian obat, format untuk assasment jatuh
yaitu dengan Morse Fall, format untuk assasment flebitis yaitu dengan VIP score,
format untuk assasment pasien dekubitus yaitu dengan Norton Scale, format
cidera akibat restrain, format infeksi pemasangan kateter, format tatalaksana
nyeri, format keterbatasan perawatan diri, serta kuesioner kepuasan dan
kecemasan pasien. Khusus untuk pengkajian “Top Ten Behaviour Caring”
menggunakan kuesioner yang ada di ruangan.
b. Evaluasi Proses Patient safety
Pelaksanaan Patient safety sudah dilaksanakan tanggal 11 – 24 Mei 2015.
Patient safety dilakukan pada semua pasien yang dirawat di Ruang Nifas IGD
Lt.II Obgin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pengkajian pasien flebitis dilakukan
setiap hari dan didapatkan kejadian flebitis yaitu sebanyak 1 orang (2 %) dari
total observasi harian 52 pasien yang menggunakan infus. Angka kejadian
kesalahan pemberian obat dikaji setiap hari pada pasien yang mendapat obat,
dimana terdapat 2 kejadian (2%) yaitu kesalahan dosis kurang dan dosis lebih
dari total observasi harian yaitu 102 pasien yang mendapat obat. Penilaian
indikator patient safety lain selama pelaksanaan adalah tidak ditemukan kejadian

175
pasien jatuh, dekubitus, cidera akibat restrain, infeksi luka operasi bersih, infeksi
pemasangan kateter, tidak ada pasien dengan ketergantungan partial dan total
care yang tidak terpenuhi perawatan dirinya, semua pasien terdokumentasi nyeri
skala ≥ 4 diberikan tatalaksana nyeri, serta semua bidan menerapkan “Top Ten
Caring Behaviours ”.
1) Hambatan :
- Kurangnya format pengkajian infeksi luka operasi bersih dan infeksi
pemasangan kateter
2) Dukungan :
- Adanya bimbingan dari pembimbing pendidikan dan pembimbing
ruangan yang memberikan masukan saat mahasiswa melakukan
kegiatan penilaian indikator mutu.
- Pasien yang koperatif
c. Evaluasi Hasil
Hasil yang dapat disimpulkan dari kegiatan penilaian indikator mutu di
Ruang Nifas IGD Lt. II Obgin RSUD Dr. Soetomo Surabaya secara keseluruhan
adalah baik dan mencapai nilai ideal.
2. Kepuasaan dan Kecemasan Pasien
a. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan survey kepuasan pasien dilakukan dengan memberikan
kuesioner berupa penilaian yang berisi 5 kualifikasi: Reability, Assurance,
Tangibles, Empathy, dan Responsivness. Pelaksanaan survey kecemasan
dilakuakn dengan memberikan kuesioner yang berisi 20 pernyataan, selanjutnya
dikategorikan menjadi empat berdasarkan total skor tidak cemas (20-44), cemas
ringan (45-59), cemas sedang (60-74), cemas berat (75-80).
b. Evaluasi Proses
Kuesioner dibagikan pada pasien setelah diberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif pada pasien yang telah dirawat di Ruang Nifas IGD Lt.II
selama 24 jam, pengukuran dilakukan sebelum penerapan MPAKP dan setelah
penerapan MPAKP. Pengisian kuesioner sepenuhnya hasil subyektif dari pasien,
bidan hanya membantu saat ada pertanyaan yang belum dapat dipahami oleh

176
pasien. Kuesioner yang sudah diisi, ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan
metode persentase.
1) Hambatan :
- Pasien tidak memahami pernyataan dalam kuesioner
- Pasien tidak membaca semua point dalam kuesioner
- Bidan tidak mendampingi pasien saat mengisi kuesioner
2) Dukungan :
- Adanya kesediaan pasien untuk mengisi kuesioner
- Kerjasama yang baik antara bidan dan pasien
c. Evaluasi Hasil
Tabel 5.1 Prosentase Kepuasan Pasien Pra MPAKP
Kualifikasi Sangat Tidak Tidak Puas (%) Sangat Total (%)
Puas (%) Puas (%) Puas (%)
Keandalan 0 0 7 (77,78) 2 (22,22) (7) 100
(Realibility)
Jaminan 0 0 6 (66,67) 3 (33,33) (7) 100
(Assurance)
Kenyataan 0 0 7 (77,78) 2 (22,22) (7) 100
(Tangibles)
Empati 0 1 (11,11) 5 (55,56) 4 (33,33) (7) 100
(Empathy)
Tanggung Jawab 0 0 8 (88,89) 1 (11,11) (7) 100
(Responsivness)

177
Tabel 5.2 Prosentase Kepuasan Pasien Post MPAKP
Kualifikasi Sangat Tidak Tidak Puas Puas (%) Sangat Total (%)
Puas (%) (%) Puas (%)
Keandalan 0 0 31 (60, 78) 20 (39,22) 51 (100)
(Realibility)
Jaminan 0 1 (1,96) 24 (47,06) 26 (50,98) 51 (100)
(Assurance)
Kenyataan 0 0 29 (56,86) 22 (42,14) 51 (100)
(Tangibles)
Empati 2 (3,92) 0 28 (39,62) 21 (56,61) 51 (100)
(Empathy)
Tanggung Jawab 2 (3,92) 1 (1,96) 29 (54,90) 19 (39,22) 51 (100)
(Responsivness)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan angka


kepuasan (sangat puas) pasien terhadap pelayanan di Ruang Nifas IGD Lt.II
Obgin sebelum dan setelah MPAKP. Walaupun ada sebagain kecil pasien yang
merasa tidak puas terhadap pelayanan, hal ini dapat terjadi karena keterbatasan
tenaga bidan dengan jumlah pasien yang banyak.

Bagan 5.1 Diagram Tingkat Kecemasan MPAKP 2015 di Ruang Nifas IGD Lt. II
Obgin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tanggal 12 – 24 Mei 2015

Berdasarkan bagan.5.1 menunjukkan bahwa selama pelaksanaan MPAKP


ditemukan 1 orang (2%) pasien cemas jika dibandingkan dengan sebelum

178
MPAKP seluruh pasien tidak cemas. Kecemasan yang dialami ini dapat
berhubungan dengan keadaan penyakitnya serta pandangannya tentang status
sosial di masyarakat.

5.2 Evaluasi Diluar Prioritas Masalah


5.2.1 Ketenagaan (Man)
1. Evaluasi Struktur
Dalam penataan ketenagakerjaan, kelompok mempersiapkan buku catatan
harian jumlah penderita, format pengkajian klasifikasitingkat ketergantungan
pasien (total care, partial care, dan minimal care), serta konsep perhitungan
kebutuhan tenaga bidan.
Struktur ketenagaan yang diterapkan selama MPAKP menyesuaikan
dengan model manajemen yang digunakan, yaitu model Modifikasi Tim-Primer
(Modular). Dalam satu hari jaga, tenaga yang ada terbagi menjadi 1 orang kepala
ruangan, 1 orang ketua tim/ bidan primer, dan 5-6 orang bidan pelaksana.
2. Evaluasi Proses
Pada pelaksanaan ketenagaan, kelompok tidak mengalami hambatan yang
berarti karena semua format sudah dipersiapkan sebelum pelaksanaan dan adanya
acuan untuk penghitungan jumlah tenaga. Kelompok juga tidak mengalami
hambatan berarti selama pelaksanaan role play karena jumlah ketenagaan sudah
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.Dalam penerapan struktur
ketenagaan, kelompok tidak mengalami hambatan yang berarti karena terdapat
pembagian job desk yang jelas antara Kepala Ruangan, Ketua Tim/ Bidan Primer,
dan Bidan Pelaksana.
a. Hambatan :
Dalam aplikasi MPAKP terkadang penerapan fungsi masing-masing
jabatan kurang sesuai dengan job desk yang ada (misalnya Kepala Ruangan juga
melakukan tugas dari bidan pelaksana).Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan,dan pengalaman mahasiswa menjadi hambatan dalam pelaksanaan
role play MPAKP.

179
b. Dukungan:
Kepala ruang IGD Lantai 2 Obgin, Penanggung jawab Ruang Nifas, dan
bidan ruangan mendukung penuh, memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan, serta
memberikan masukan dan saran yang bersifat membangun saat mahasiswa
melakukan praktek manajemen kebidanan dan pemberian asuhan kebidanan di
Ruang Nifas IGD RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. Evaluasi Hasil
Kebutuhan tenaga harian rata-rata, selama pelaksanaan praktik manajemen
pelayanan kebidanan sudah dapat terpenuhi sesuai dengan tingkat ketergantungan
pasien dengan jumlah mahasiswa 11 orang. Berdasarkan penghitungan angka
ketergantungan pasien (Rumus Douglas), jumlah tenaga bidan pelaksana yang
diperlukan sebanyak 2 orang jaga pagi (termasuk 1 orang ketua tim/ bidan
primer), 1 orang jaga sore, 1 orang jaga malam, 1 orang PJ ruangan, dan 1 orang
kepala ruangan. Berdasarkan penghitungan jumlah ketenagaan berdasarkan rumus
yang digunakan di RS, diperoleh hasil bahwa jumlah tenaga bidan pelaksana yang
diperlukan di IGD lantai II Obgin adalah 29 orang. Jumlah ini belum termasuk
bidan struktural (Kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan penanggung jawab
ruangan).

5.2.2 Model MPAKP Modular


1. Evaluasi Struktur
Persiapan penerapan MPAKP dilakukan dengan terlebih dulu menentukan
penanggung jawab MPAKP, mendiskusikan bentuk dan penerapan model
MPKAP, menentukan angka ketergantunagn yang berhubungan dengan
kebutuhan tenaga,pembagian tugas bidan sesuai dengan job description,
menentukan kriteria ketergantungan pasien minimal care, partial care, dan total
care. Menentukan jadwal dan jumlah kebutuhan bidan pada pasien kelolaan
berdasarkan rata-rata BOR selama tiga bulan terakhir antara Febuari sampai April
2015, selanjutnya mengadakan sosialisasi saat deseminasi awal.
2. Evaluasi Proses
Rencana pelaksanaan model modulardi Ruang Nifas IGD lantai II Obgin
telah disetujui oleh pembimbing dan terbentuk struktur organisasi serta jadwal

180
dinas. Terdapat diskripsi tugas dan tanggung jawab masing – masing peran dalam
model modular.
Aplikasi model modular telah dilaksanakan tanggal 11 Mei–24 Mei 2015.
Mahasiswa memahami akan peran dan fungsi (sebagai kepala ruangan, bidan
primer, dan bidan pelaksana) pada setiap kegiatan MPAKP. Selama aplikasi
MPAKP telah dilakukan penghitungan BOR setiap hari untuk mengetahui angka
ketergantungan pasien sehingga dapat menetukan jumlah tenaga setiap harinya.
a. Hambatan
- Setiap mahasiswa wajib bermain peran sebagai kepala ruangan, bidan
primer dan bidan pelaksana sehingga kadang mengalami kesulitan untuk
beradaptasi dengan tugasnya sesuai job description
- Tingkat adaptasi mahasiswa terhadap peran bervariasi
- Pasien kelolaan mempunyai kebutuhan perawatan yang beragam
menyebabkan beban kerja overlapping sehingga terkadang terjadi
penyimpangan job descriptionbidan primer maupun pelaksana.
b. Dukungan
- Kepala ruangan serta bidan primer mendukung pelaksanaan pelayanan
asuhan kebidanan model modular.
- Adanya kepercayaan pasien terhadap mahasiswa yang melakukan aplikasi
Model Manajemen Asuhan Kebidanan Profesional.
- Adanya sarana dan prasarana di Ruang Nifas yang cukup mendukung.
- Adanya kerja sama yang solid antara anggota tim
- Setiap mahasiswa telah berusaha melaksnakan perannya sesuai dengan job
descriptionnya masing-masing.
3. EvaluasiHasil
Mahasiswa telah melaksanakan aplikasi MPAKP modular dengan cukup
baik, karena tidak dipungkiri masih perlu perbaikan untuk pelaksanaan kedepan
yang lebih baik.
Setelah dilakukan aplikasi MPAKP modular di Ruang nifas, menurut kami
Ruang nifas akan sesuai bila diterapkan MPAKP dengan Model moduler bila ada
penambahan jumlah tenaga dari bidan pelaksana, agar peran dan fungsi bidan bisa

181
dilaksanakan secara optimal. Tetapi melihat kondisi saat ini dengan jumlah tenaga
bidan ( 1 primer dan 1 pelaksana) model primer memang lebih sesuai.
5.2.3 Monitoring Evaluasi (Monev)
1. Evaluasi Struktur
Proposal dibuat 1 minggu sebelum pelaksanaan, setelah proposal disetujui,
proses selanjutnya adalah menentukan kasus/ kegiatan yang akan dilakukan
monitoring, serta penentuan peran kepala ruangan dan ketua tim, serta bidan
pelaksana. Kemudian kepala ruangan membuat instrument penilaian dan
parameter serta menyiapkan SOP. Pada kegiatan roleplay monitoring dan evaluasi
adalah kegiatan monitoring dan evaluasi dari ketua tim kepada bidan pelaksana
berupa pelaksanaan senam nifas, monitoring dan evaluasi dari kepala ruangan
kepada ketua tim dalam Discharge Planning dan timbang terima. Sarana dan
prasarana yang dibutuhkan telah disiapkan dengan baik, seperti proposal, SPO
monev, lembar penilaian (check list) pelaksanaan monev.
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara umum berlangsung baik dan
sesuai dengan SPO. Pendokumentasian hasil monev sesuai dengan format yang
telah disediakan. Kepala ruangan mengisi lembar penilaian sesuai petunjuk
pengisian. Bidan pelaksana pada saat pelaksanaan role play monitoring dan
evaluasi sudah bagus, sudah melakukan peran dan fungsinya dengan baik.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh ruangan sudah berjalan cukup
baik yang dibuktikan dengan adanya buku yang berisi penilaian bidan pelaksana
oleh ketua tim dalam melaksanakan beberapa tindakan asuhan kebidanan. Namun
pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini masih belum dilaksanakan secara rutin
baik oleh kepala ruangan maupun kepala perawatan IGD lt. II Obgin RSUD Dr.
Soetomo
3. Evaluasi Hasil
a. Adanya proposal pelaksanaan monev dan SPO monev
b. Monev dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kepala
ruangan melakukan monitoring dan evaluasi kepada bidan pelaksana.

182
Monitoring dan evaluasi kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Evaluator mengevaluasi hasil monev kebidanan serta memberikan reward kepada
bidan pelaksana
5.2.4 Dokumentasi
1. Evaluasi Struktur
Sistem pendokumentasian dapat berjalan baik dengan tersedianya format
asuhan kebidanan antara lain : lembar penerimaan pasien baru, lembar DPJP,
lembar persetujuan perawatan/tindakan medis, lembar penyebab kematian, lembar
penempelan surat rujukan, lembar penyebab kematian, lembar pengkajian nifas,
lembar pengkajian hamil, lembar pengkajian ginekologi, lembar penilaian mutu
(pasien jatuh, nyeri, restrain, penilaian kecemasan, penilaian kepuasan, self
caring, dekubitus, feblitis, kesalahan obat), grafik TTV, lembar observasi dan
pemberian cairan, lembar konsultasi, lembar komunikasi antar unit pelayanan,
lembar rekma medik pemberian obat, lembar perkembangan terintegrasi pasien,
lembar penolakan tindakan medis, lembar laporan operasi, lembar hasil
pemeriksaan laboratorium dan PA, lembar hasil pemeriksaan penunjang, lembar
ringkasan perawatan, daftar discard planning.
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan proses pendokumentasian menggunakan model POR dan
dokumentasinya dalam bentuk SOAP yang melibatkan seluruh bidan baik Kepala
ruangan maupun bidan pelaksana. Proses evaluasi format pengkajian/penilaian
kerapian dan kelengkapan status pasien dilakukan oleh Kepala ruangan. Selain itu
bidan pelaksana juga melakukan evaluasi perkembangan pasien pada setiap shift
jaga. Sedangkan pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan rencana tindakan
kebidanan yang telah disusun, menyiapkan pasien untuk pemeriksaan laborat,
pengobatan, dan tindakan serta memberikan resep dan menerima obat dari
keluarga pasien dilakukan oleh bidan pelaksana.
Dalam pelaksanaan MPAKP beberapa dokumentasi asuhan kebidanan
yang dipakai ruangan masih kurang efektif karena ada beberapa yang tidak selalu
di isi dan ada penggandaan dokumentasi seperti :
1) Dokter yang hanya menulis advise pada status pasien ruangan (DMK 12)

183
2) Lembar tindakan dan evaluasi keperawatan yang di isi bidan/perawat,
yang sebenarnya sudah tercatat dalam laporan timbang terima
bidan/perawat dalam (DMK 12)
Sebaiknya dokumentasi ini harus di perhatikan dan di isi dengan lengkap
dan benar dengan tujuan untuk dapat di pertanggung jawabkan jika suatu saat ada
gugatan/aspek legal.
Apabila Kepala ruangan mempunyai kesibukan dan sedang melaksanakan
tugas yang lain, bidan pelaksana dapat melaksanakan tugas yang didelegasikan
oleh Kepala ruangan. Jumlah dokumentasi yang berhasil dibuat dari minggu 2-3
yaitu sebanyak 53 pasien.
3. Evaluasi Hasil
Dokumentasi kebidanan dapat berjalan dengan lancar. Hal ini didukung
oleh kelengkapan format dokumentasi, job description yang jelas antara Kepala
ruangan dan bidan pelaksana serta kemampuan kelompok dalam menguasai kasus
dan melakukan dokumentasi asuhan kebidanan dengan baik.

5.2.5 Program Inovasi


1. Penyuluhan
a. Evaluasi Struktur
Penangung jawab penyuluhan telah ditentukan, sarana dan prasarana
sudah lengkap. Jadwal pelaksanaan penyuluhan sudah disusun sebelum
pelaksanaan, beserta bidan yang bertanggung jawab untuk menyampaikan materi
penyuluhan.
b. Evaluasi Proses
Penyuluhan dilaksanakan setiap hari (pada tanggal 11-24 Mei 2015).
Setiap kali penyuluhan selalu diikuti oleh pasien di ruang nifas dan
terdokumentasikan pada buku khusus penyuluhan. Sebelum kegiatan dimulai,
pasien yang bisa mobilisasi di arahkan untuk berkumpul di tempat penyuluhan.
Selanjutnya pasien mengisi daftar hadir yang disediakan, setelah semua lengkap
bidan pelaksana yang bertugas membuka kegiatan penyuluhan tersebut.
Setelah penyampaian materi, ada sesi tanya jawab atau sharing . Jadi
pasien bebas bertanya dan menyampaikan pengalamannya yang berhubungan

184
dengan materi penyuluhan. setelah sesi ini selesai penyuluhan ditutup dan pasien
diperilahkan kembali ke ruangan masing-masing
Tidak ada hambatan yang bermakna yang mengganggu jalannya kegiatan
penyuluhan. Meskipun memang sempat terjadi materi yang disampaikan tidak
sesuai dengan jadwal karena ketersediaan leaflet yang terbatas. Tetapi materi yang
diganti tetap disampaikan pada pertemuan berikutnya
Dukungan
Kegiatan penyuluhan mendapatkan dukungan penuh dari kepala ruangan, bidan
primer serta hampir keseluruhan petugas di IGD lantai II Obgin. Mulai dari waktu
pelaksanaan, tempat serta media yang kami gunakan untuk penyuluhan mendapat
dukungan dari ruangan.
Selain itu pasien terlihat antusias saat mengikuti penyuluhan, karena selain
mendapatkan ilmu pengetahuan, melalui kegaiatan ini pasien bisa terhibur, serta
bisa mengurangi kecemasan pasien. Hal itu karena kegiatan ini bersifat non
formal dan lebih pada berbagi atau sharing pengalaman.
c. Evaluasi Hasil
Selama kegiatan role play, pelaksanaan penyuluhan sudah terlaksana.
Materi yang dipersiapkan sudah tersampaikan kepada pasien dan pasien
mendapatkan leaflet untuk bisa dibawa pulang.
2. Senam nifas
a. Evaluasi Struktur
Penangung jawab senam nifas telah ditentukan, sarana dan prasarana
sudah lengkap. Jadwal pelaksanaan senam nifas sudah disusun sebelum
pelaksanaan, beserta bidan yang bertanggung jawab untuk menyampaikan materi
senam nifas dan mempraktikkannya.
b. Evaluasi Proses
Senam nifas dilakukan setiap hari. Pada minggu kedua role play masih
dapat dilaksanakan selama 4 hari terakhir karena keterbatasan pada media.
Sebelum kegiatan dimulai, pasien bangsal 3 yang memenuhi persyaratan untuk
mengikuti senam nifas diberikan penyuluhan terlebih dahulu tentang senam nifas
dan gerakan pada senam nifas. Selanjutnya pelaksanaan senam nifas dilakukan di
atas masing-masing bed pasien.

185
Tidak ada hambatan yang bermakna yang mengganggu jalannya kegiatan
penyuluhan. Hambatan tersering adalah dari motivasi pasien yang kurang untuk
melaksanakan senam nifas.
1) Hambatan :
Dalam aplikasi inovasi senam nifas tidak semua pasien dapat mengikuti
karena harus memenuhi syarat, yaitu minimal 6 jam post partum fisiologis. Selain
itu, keterbatasan waktu dan SDM sebagai instruktur senam nifas juga menjadi
penghambat berlangsungnya inovasi.
2) Dukungan:
Kepala ruang IGD Lantai 2 Obgin, Penanggung jawab Ruang Nifas, dan
bidan ruangan mendukung penuh pelaksanaan inovasi senam nifas dalam rangka
meningkatkan asuhan sayang ibu pasca persalinan.
Gerakan senam nifas yang dipilih merupakan gerakan sederhana (bisa
dipelajari secara mandiri oleh masyarakat umum), dapat dilakukan di atas tempat
tidur, dan membutuhkan waktu singkat (5-10 menit), sehingga dapat senantiasa
diterapkan meskipun dengan SDM dan waktu terbatas .
c. Evaluasi Hasil
Advokasi pelaksanaan inovasi kepada kepala ruang IGD Lantai II Obgin
telah dilakukan pada 22 Mei 2015. Hasil yang diperoleh yaitu kepala ruang dan
bidan pelaksana setuju dan bersedia untuk berupaya melanjutkan program inovasi
senam nifas. Mengingat jumlah tenaga di Ruang Nifas yang terbatas, maka dalam
memberi edukasi senam nifas akan diberikan kepada mahasiswa praktik di tempat
tersebut sebagai fasilitator/ instruktor dengan mengacu pada pedoman yang
tersedia, atau dengan mensosialisasikan melalui media banner dan leaflet sehingga
pasien dapat melakukan secara mandiri.

186
5.3 Tindak Lanjut Kegiatan MPAKP
Adapun tindak lanjut di ruangan sebagai hasil dari MPAKP adalah:
5.3.1 Penerimaan Pasien Baru
Advokasi penerimaan pasien baru ditekankan pada penjelasan kepada
pasien mengenai hak dan kewajiban serta tata tertib yang berlaku di ruangan,
termasuk orientasi pada pasien mengenai gelang identitas.
5.3.2 Timbang Terima Pasien
Sebelum kegiatan MPAKP, Proses timbang terima pasien belum diikuti
dengan validasi ke pasien. Setelah kegiatan MPAKP, dilakukan validasi ke pasien
oleh bidan di ruangan.
5.3.3 Sentralisasi Obat
Dalam hal sentralisasi obat, ruang nifas IGD melanjutkan buku
penjadwalan obat yang memudahkan dalam memberikan obat kepada pasien.
Penjadwalan obat sebelumnya ditulis di status masing-masing pasien. Namun
dalam kenyataannya, bidan tetap membutuhkan buku tersendiri untuk
memudahkan melihat dan mengatur jadwal pemberian obat secara keseluruhan
pasien yang dirawat.
5.3.4 RDK
RDK yang sudah dilaksanakan selama role play telah di dokumentasikan
ke dalam buku RDK ruangan. Hasil advokasi kepada kepala ruangan
mendapatkan hasil bahwa RDK akan diupayakan secara intensif di ruangan (1
bulan sekali) dengan pembagian tanggung jawab penentuan kasus dan
pelaksanaan RDK yang ditentukan secara bergilir tiap bulan kepada bidab
pelaksana.
5.3.5 Rawat gabung
Pelaksanaan rawat gabung di Ruang Nifas belum sepenuhnya terlaksana
(ibu dan bayi tidak bersama selama 24 jam) karena tanggung jawab perawatan
bayi oleh ruang NICU. Untuk melaksanakan rawat gabung sepenuhnya,
membutuhkan proses yang kompleks, melibatkan pihak Obgin dan NICU, serta
diperlukan tambahan tenaga bidan yang khusus mearawt bayi.

187
5.3.6 Buku observasi TTV Ibu dan Bayi
Ruang Nifas IGD melanjutkan buku observasi TTV Ibu dan bayi yang
sebelumnya tidak ada di ruangan. Buku tersebut memudahkan dalam pencatatan
hasil observasi TTV pasien secara keseluruhan selain yang tercantum dalam
status.
5.3.7 Senam Nifas
Setelah dilakukan upaya advokasi kepada kepala ruangan, diperoleh hasil
bahwa ruangan bersedia untuk melanjutkan program senam nifas menggunakan
media yang telah disediakan. Karena keterbatasan bidan yang jaga di ruang nifas,
maka penyuluhan dan pembimbingan senam nifas akan ditugaskan kepada
mahasiswa yang sedang praktik di ruangan tersebut sebagai salah satu
pertimbangan penilaian.
5.3.8 Penyuluhan
Penyuluhan di ruangan menggunakan media leaflet yang telah disediakan.
Bidan di ruangan akan memberikan edukasi kepada pasien, baik melalui
penyuluhan aktif berupa ceramah dan tanya jawab, maupun melalui leaflet yang
dapat diakses pasien di masing-masing bangsal dengan berbagai materi
pengetahuan mengenai nifas, bayi baru lahir, kehamilan, dan penyakit ginekologi.
Penyuluhan selama pasien dirawat merupakan salah satu upaya discharge
planning kepada pasien.
5.3.9 Penambahan jumlah tenaga bidan
Terkait dengan jumlah tenaga bidan belum bisa dilakukan, hal ini
dikarenakan untuk perukratan bidan baru harus melalui prosedur ke RS.

188

Anda mungkin juga menyukai