Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 tentang sistem Pendidikan Nasional
mendefinisikan;
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan Undang-undang tersebut maka pendidikan memiliki peranan yang sangat penting
untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa karena pendidikan
merupakan suatu proses dalam usaha membentuk manusia yang cerdas dan terampil,
mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan kreatif serta mampu bersaing
dalam menghadapi tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta tekhnologi.
Tujuan pendidikan pada dasarnya menghantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan
tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu
dan makhluk sosial sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Usaha dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka penyelenggaraan pendidikan perlu
disesuaikan dengan pembangunan dan perubahan masyarakat yang sedang membangun. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal satu-satunya yang diselenggarakan pemerintah memegang
peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Salah satu cara untuk mencapai
tujuan tersebut adalah melalui interaksi dalam proses pembelajaran di sekolah yang dilakukan
secara sadar, sistematik dan terarah menuju ke arah perubahan tingkah laku peserta didik sesuai
dengan yang diharapkan.
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia disusun berlandaskan kepada kebudayaan bangsa
Indonesia dan mendasar pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup
bangsa Indonesia. Visi Pendidikan Nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.
Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan
ditengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, proaktif, dan berdaya saing tinggi dalam pergaulan
nasional maupun internasional. Untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan tersebut,
pemerintah telah mengamanatkan penyusunan delapan standar nasional pendidikan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimum tentang sistem
pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan yang
memungkinkan setiap jenjang pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal
sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Pelaksanaan pembelajaran dalam
pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat: (a) Belajar untuk beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) Belajar untuk memahami dan menghayati, (c)
Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) Belajar untuk hidup bersama
dan berguna bagi orang lain, dan (e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui
proses belajar yang aktif, kreatif, afektif dan menyenangkan (Depdiknas, 2007:5). Untuk
menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien. Proses belajar mengajar yang baik tersebut harus memenuhi ketentuan minimum yang
ditetapkan dalam standar proses.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses karena berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai proses pendidikan
yang bermutu.
Kualitas peserta didik ditentukan oleh kualitas kegiatan pembelajaran. Peningkatan kualitas
kegiatan pembelajaran disekolah merupakan kebutuhan yang mutlak yang sangat mendesak.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran adalah dengan
meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran disekolah yang baik. Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara
efektif dan efisien.
Mengingat kebhinekaan kebudayaan, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik,
serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran dalam setiap mata
pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap
satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Pembangunan pendidikan dimulai dari pendidik yakni guru. Menurut pandangan tradisional,
guru adalah seorang yang berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru
adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam
pendidikan. Di sekolah guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat manusia yaitu peserta
didik.
Guru adalah aktor utama dalam pendidikan, oleh karena itu kualitasnya harus ditingkatkan.
Lahirnya Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengharuskan semua
pendidik menguasai empat kompetensi, pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Karena
guru harus mampu berperan sebagai sosok inspirator, motivator, dinamisator, fasilitator, dan
komunikator dalam menggerakkan, menggali, dan mengembangkan potensi anak didik. Sehingga
dalam implementasi standar proses pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat penting.
Hal ini sangat wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan
siswa sebagai subjek dan objek belajar.
Mengingat pentingnya proses pelaksanaan pembelajaran yang baik pada setiap mata pelajaran di
sekolah terutama pada mata pelajaran ekonomi maka penelitian tentang proses pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan standar proses oleh guru dirasa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,
karena penelitian yang ada terdahulu belum secara mendetail membahas masalah proses
pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses.
Alasan peneliti memilih SMA se-Kecamatan Ilir Barat I kota Palembang sebagai objek penelitian
didasarkan pada besarnya animo dan potensi masyarakat dibidang pendidikan. Hal ini ditunjukan
dengan banyaknya lembaga pendidikan yang ada di Kecamatan Ilir Barat I kota Palembang
mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan sampai lembaga pendidikan Pasca Sarjana UNSRI berada di
Kecamatan ini. Berdasarkan hal tersebut penulis mengambil judul penelitian Analisis
Implementasi Standar Proses dalam Pelaksanaan Pembelajaran Ekonomi di SMA
Sekecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimanakah implementasi standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi di
SMA sekecamata Ilir Barat I Kota Palembang?
1. Bagi Sekolah
Agar dapat meningkatkan kualitas guru sebagai pendidik sehingga dalam pelaksanaan proses
pembelajaran benar-benar sesuai dengan Standar Proses yang berlaku.
1. Bagi Guru
Agar menjadi acuan dan pertimbangan untuk senantiasa meningkatkan pelaksanaan proses
pembelajaran yang efektif sesuai dengan standar proses yang berlaku.
1. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan
cara mengolah bahan belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:6),
Berbeda dengan Sanjaya (2010:112), beliau berpendapat bahwa “Belajar adalah proses mental
yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.”
Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:11), “belajar adalah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan latihan.”
Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku seseorang setelah berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini
adalah lingkungan kelas pada saat proses pembelajaran, yang akan menambah pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa “belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan” (Djamarah, Syaiful dan Zain, 2006:11). Artinya tujuan kegiatan belajar
adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap. Seperti halnya yang dikatakan oleh Sardiman (2001:26-29) bahwa secara umum tujuan
belajar dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
Pengetahuan dan kemempuan berpikir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan
kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan. Jadi,
dengan adanya bahan pengetahuan, maka seseorang dapat mempergunakan kemampuan berpikir
di dalam proses belajar, sehingga pengetahuan yang didapat semakin bertambah.
1. Pembentukan sikap
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari penanaman nilai-
nilai. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar mengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik
yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Maka akan tumbuh kesadaran dan
kemauannya untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
1. Penanaman keterampilan
Belajar memerlukan latihan-latihan yang akan menambah keterampilan dalam diri siswa, baik itu
keterampilan jasmani maupun keterampilan rohani.
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. (Syaiful, 2003:61)
Menurut Hamalik (2007:77) pembelajaran adalah suatu system artinya suatu keseluruhan yang
terdiri dari komponen-komponenyang berinteraksi antara satu dengan lainnya dan dengan
keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik
dan siswa, tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan pengajaran, strategi pengajaran,
media pengajaran, dan evaluasi pengajaran.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:17) adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar.
Sedangkan Coney (dalam Sagala, 2005:61) mengatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu.
Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh guru yang telah diprogram dalam rangka membelajarkan siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk kurikulum yang berlaku.
Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif agar
siswa dapat belajar secara aktif. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:41), dalam kegiatan
pembelajaran terdapat beberapa komponen pembelajaran yang meliputi:
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan
memiliki jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang sempit/khusus. Adanya tujuan
yang tepat mempermudah pemilihan materi pelajaran dan pembuatan alat evaluasi. Adanya
tujuan yang tepat dan yang diketahui siswa, memberi arah yang jelas dalam belajarnya.
(Suryosubroto, 2009:102)
1. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan
pelajaran menurut Arikunto (dalam Djamarah, Syaiful dan Zain, 2006:43) merupakan unsur inti
yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang
diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar
(pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Tanpa bahan
pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan.
1. Kegiatan Pembelajaran
Menurut Kusnandar (2007:252), kegiatan pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran akan menentukan sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa terlibat
dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai medianya. Dalam interaksi tersebut siswa
lebih aktif bukan guru, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.
1. Metode
1. Alat
Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat
mempunyai fungsi yaitu sebagai perlengkapan, sebagai pembantu mempermudah usaha
pencapaian tujuan, dan alat sebagai tujuan.
1. Sumber Pelajaran
Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana
pengajaran terdapat atau sumber belajar seseorang. Sedangkan sumber belajar menurut Mulyasa
(2009:159), adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga
diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.
1. Evaluasi
Evaluasi menurut Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:190), adalah proses sederhana
dalam memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja,
proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan sebagai
umpan balik dalam meningkatkan kualitas mengajar maupun kuantitas belajar siswa.
Mengajar adalah proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.
(Sanjaya, 2010:96)
Sedangkan menurut Sardiman (2001:45), beliau mengatakan bahwa: Mengajar merupakan suatu
usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan
untuk berlangsungnya belajar,
Mengajar menurut Usman (2001:6) merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu usaha mengorganisasikan
lingkungan untuk menciptakan kondisi linkungan yang nyaman agar pengetahuan yang akan
disampaikan oleh guru kepada siswa dapat tersampaikan.
Guru adalah aktor utama di dalam proses pembelajaran sehingga guru mempunyai peranan yang
sangat penting, berikut ini merupakan peran guru dalam proses pembelajaran menurut Sanjaya
(2010:21):
Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Guru bisa
dinilai baik atau tidak hanya dari penguasaan materi pelajaran. Guru dikatakan baik, manakala ia
dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga ia benar-benar berperan sebagai sumber
belajar bagi anak didiknya.
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran. Sehingga guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan
kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap
pesan yang disampaikan.
Guru berperan untuk membimbing siswa dalam menemukan berbagai potensi yang dimilikinya
sebagai bekal hidup mereka, sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal
yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh
sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan
siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukannya.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.
Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini
berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket
maupun pada sistem kredit semester.
Secara garis besar standar proses pembelajaran tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
g) Penilaian hasil pembelajaran menggunakan berbagai teknik penilaian, dapat berupa tes
tertulis, observasi, tes praktik dan penugasan perorangan atau kelompok, sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
h) Untuk mata pelajaran selain kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-
kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester.
(Mulyasa, 2009:25)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 Tentang Standar
Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1 Ayat 1 yaitu Standar proses
mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
1. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum, yang
mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil
belajar.
Menurut Mulyasa (2009:133), silabus merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang
sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai berikut:
1) Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan
pembelajaran.
3) Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki
peserta didik.
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran,
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus
dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/
madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau
Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah
supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan
SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK,
serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA,
dan MAK.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
standar isi dan dijabarkan dalam silabus. (Kusnandar, 2007:262)
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya
mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan
di satuan pendidikan.
Tujuan dari rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk: (1) mempermudah, memperlancar
dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar, (2) dengan menyusun rencana pembelajaran
secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati,
menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran, sebagai kerangka kerja yang logis dan
terencana.
Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata
lain RPP berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Karena tanpa adanya perencanaan yang
matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Sehingga, melalui RPP
dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. (Muslich, 2007:53)
Identitas mata pelajaran, meliputi; satuan pendidikan, kelas, semester, program/ program
keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
1. Standar kompetensi
1. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera-
sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
1. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
1. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk
butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
1. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
1. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang
telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta
didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap
mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai
kelas 3 SD/MI.
1. Kegiatan pembelajaran
1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditunjukan
untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
1. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
1. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,
dan tindak lanjut.
1. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan
peserta didik.
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remidi.
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber
belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
1. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari.
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
4. Menyampaian cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus.
5. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
1. Eksplorasi
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema
materi yang akan pelajari dengan menerapkan prinsip alam terkembang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
1. Elaborasi
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna.
2) Memfasilitasi peserta didik melalui tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan.
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun
tulisan, baik individu maupun kelompok.
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan.
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik.
1. Konfirmasi
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber.
c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi.
e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
1. Kegiatan Penutup
1. Bersama-sama dengan peserta didik dan/ atau sendiri membuat rangkuman/ simpulan
pelajaran
2. Melakukan penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram.
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy, program
pengayaan, layanan konseling dan/ atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
5. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan
notes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil
pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Paduan Penialaian Kelompok
Mata Pelajaran.
1. Evaluasi
2. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara
keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
3. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
b) Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.
1. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
1. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada
pemangku kepentingan.
1. Tindak Lanjut
2. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.
3. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.
4. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/ penataran lebih lanjut.
Kata ekonomi tidak asing lagi dalam kehidupan kita, dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas
dari kegiatan ekonomi. Istilah ekonomi berasal dari kata Oikonomeia (bahasa Yunani).
Oikonomeia terdiri dari dua kata yaitu Oikos dan Nomos. Oikos berarti rumah tangga sedangkan
nomos berarti norma atau aturan, jadi ekonomi berarti aturan rumah tangga (Ritonga, 2003:3).
Ilmu ekonomi didalam kurikulum 2004 mata pelajaran ekonomi (Depdiknas, 2008:1) diartikan
sebagai ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan kegiatan
ekonomi.
Menurut Tarigan (2005:1), ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya dan ketersediaannya atau kemampuan orang mendapatkannya
terbatas.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang berupa
barang dan jasa untuk mencapai kemakmuran hidupnya.
Fungsi mata pelajaran ekonomi adalah untuk mengembangkan siswa untuk melakukan kegiatan
ekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep
dan teori setelah berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat. (Depdiknas, 2008:2)
1. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa
dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan
setingkat individu/ rumah tangga, masyarakat, dan negara.
2. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu
ekonomi.
3. Membekali siswa nilai-nilai ekonomi dan memiliki jiwa kewirausahaan.
4. Meningkatkan kemampuan kompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat yang
majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional.
(Depdiknas, 2008:3)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2008:60). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah
variabel tunggal, yaitu standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran.
1. Kegiatan Pendahuluan
1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
4) Menyampaian cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus.
1. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
1. Eksplorasi
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema
materi yang akan pelajari dengan menerapkan prinsip alam terkembang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
1. Elaborasi
2) Memfasilitasi peserta didik melalui tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan.
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun
tulisan, baik individu maupun kelompok.
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan.
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik.
III. Konfirmasi
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber.
1. Kegiatan Penutup
1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/ atau sendiri membuat rangkuman/ simpulan
pelajaran
2) Melakukan penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram.
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2008:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah
Menengah Atas di kecamatan Ilir Barat I kota Palembang yaitu:
Tabel 1
Populasi Penelitian
3.3.2 Sampel
Berdasarkan Sugiyono (2008: 118), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
teknik cluster sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan area. Untuk itu
sampel diambil sebanyak 50% dari jumlah populasi yang pengambilannya dilakukan secara
random. Sehingga dari 14 sekolah yang ada diperoleh 7 sekolah untuk mewakili sampel, yaitu:
Tabel 2
Sampel Penelitian
1. a. Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk melihat data tertulis berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru. Dalam hal ini RPP yang telah dibuat oleh guru mata
pelajaran ekonomi dan data tentang jumlah siswa dalam satu kelas.
1. b. Metode Observasi
Metode observasi digunakan untuk melihat bagaimana penerapan standar proses yang dilakukan
oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Data observasi pada penelitian ini diperoleh
dari pengamatan yang dilakukan sebanyak 3 kali observasi untuk setiap guru dengan melihat
secara langsung proses pembelajaran ekonomi di kelas mulai dari awal pembelajaran hingga
berakhirnya proses pembelajaran ekonomi.
Untuk teknik pengumpulan data melalui observasi, analisis datanya dibagi sesuai indikator.
Setiap indikator tersebut memiliki deskriptor tersendiri. Analisis data observasi yaitu dengan
memberikan check list (√) pada setiap deskriptor yang tampak maupun yang tidak tampak dan
memberikan skor.
Adapun rentang nilai yang ada pada lembar observasi menggunakan skor 1 sampai dengan 4
yang berarti:
NA= 100%
(Purwanto, 2002:130)
Keterangan:
NA = Nilai akhir
Sm = Skor maksimum
Dengan demikian hasil yang diperoleh berupa data kuantitatif akan diubah kedalam data
kualitatif dengan skor maksimum 100% dan skor minimum 0. Masing-masing interval akan
diberi kriteria seperti pada table dibawah ini:
Tabel 3
(Arikunto,2002: 246)
BAB IV
Penelitian ini dilakukan di SMA sekecamatan Ilir Barat I kota Palembang, dan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini diambil 7 SMA yang terdiri dari 4 SMA Negeri dan 3 SMA Swasta.
Ke-7 sekolah tersebut yaitu SMAN 1 Palembang yang beralamat di Jalan Srijaya Negara Bukit
Besar, SMUN 2 Palembang yang beralamat di Jalan Puncak Sekuning, SMUN 10 Palembang
yang beralamat di jalan Srijaya Negara Bukit Besar, SMUN 11 Palembang yang beralamat di
Jalan Inspektur Marzuki Pakjo, SMA ARINDA yang beralamat di Jalan Angkatan 45 No.47,
SMA Srijaya Negara yang beralamat di Jalan Ogan Bukit Besar dan SMA YULIS yang
beralamat di Jalan Inspektur Marzuki Pakjo.
Dari ke-7 SMA sekecamatan Ilir Barat I Kota Palembang yang menjadi sampel penelitian
diambil 16 orang guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi di kelas I, II dan III tahun
pelajaran 2010/2011. Peneliti memberikan simbol kepada ke-16 guru tersebut yaitu guru
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P, untuk lebih jelasnya data karakteristik 16 guru tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Sesuai dengan metode pengumpulan data, maka peneliti dalam melaksanakan observasi
berpedoman pada lembar observasi. Dalam lembar observasi berisi indikator standar proses dan
skala deskriptor dengan menggunakan skala penilaian 1-5. Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini sebanyak 3 kali untuk setiap guru. Adapun indikator-indikator yang diobservasi
yaitu:
1. Pelaksanaan pembelajaran
2.2.1 Eksplorasi
2.2.2 Elaborasi
2.2.3 Konfirmasi
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada guru di SMAN 1 Palembang (guru A, B, dan C)
pada saat melaksanakan proses pembelajaran, data yang diperoleh bisa dilihat pada tabel yang
terlampir pada lampiran skripsi ini.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada guru di SMAN 2 Palembang (guru D dan E) pada
saat melaksanakan proses pembelajaran, data yang diperoleh bisa dilihat pada tabel yang
terlampir pada lampiran skripsi ini.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada guru di SMAN 10 Palembang (guru F, G, dan H)
pada saat melaksanakan proses pembelajaran, data yang diperoleh bisa dilihat pada tabel yang
terlampir pada lampiran skripsi ini.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada guru di SMAN 11 Palembang (guru I, J, dan K)
pada saat melaksanakan proses pembelajaran, data yang diperoleh bisa dilihat pada tabel yang
terlampir pada lampiran skripsi ini.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada guru di SMA ARINDA Palembang (guru L dan M)
pada saat melaksanakan proses pembelajaran, data yang diperoleh bisa dilihat pada tabel yang
terlampir pada lampiran skripsi ini.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada guru di SMA YULIS Palembang (guru P) pada saat
melaksanakan proses pembelajaran, data yang diperoleh bisa dilihat pada tabel yang terlampir
pada lampiran skripsi ini.
Data dokumentasi dilakukan untuk melihat kesesuaian RPP yang telah dibuat oleh guru dengan
pelaksanaannya dalam proses pembelajaran. Serta untuk melihat kelengkapan komponen RPP
yang telah dibuat dengan komponen RPP berdasarkan standar proses. Dimana komponen-
komponen RPP berdasarkan standar proses terdiri dari:
TABEL 5
Sesuai dengan teknik analisis data pada bab III, skor rata-rata dari tiga kali observasi dijadikan
dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
NA= 100%
Sm = Skor maksimum
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh nilai persentase untuk setiap indikator dari masing-
masing guru. Kemudian dari perhitungan tersebut dapat ditentukan persentase rata-rata observasi
untuk kemampuan setiap guru dalam mengimplementasikan standar proses dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
Berikut ini nilai rata-rata persentase untuk setiap indikator untuk SMAN 1 Palembang (lihat
lampiran):
1. Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran
Guru A: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru A: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru A: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru A: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 100%
1. Pelaksanaan pembelajaran
Guru A: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 66,6%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 60%
2.2.1 Eksplorasi
Guru A: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.2 Elaborasi
Guru A: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.3 Konfirmasi
Guru A: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru A: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 40%
Guru A: NA = 100%
= 100% = 46,6%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 20%
Nilai rata-rata per indikator:
Guru A: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru B: NA = 100%
= 100% = 53,4%
Guru C: NA = 100%
= 100% = 46,6%
Berdasarkan perhitungan diatas dapat ditentukan persentase rata-rata indikator guru A, B, dan C
untuk implementasi standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran di SMAN 1 Palembang:
Sesuai dengan teknik analisis data pada bab III, skor rata-rata dari tiga kali observasi dijadikan
dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
NA= 100%
Sm = Skor maksimum
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh nilai persentase untuk setiap indikator dari masing-
masing guru. Kemudian dari perhitungan tersebut dapat ditentukan persentase rata-rata observasi
untuk kemampuan setiap guru dalam mengimplementasikan standar proses dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
Berikut ini nilai rata-rata persentase untuk setiap indikator untuk SMAN 2 Palembang (lihat
lampiran):
Guru D: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru D: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru D: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 93,4%
Nilai rata-rata per indikator:
Guru D: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 100%
1. Pelaksanaan pembelajaran
Guru D: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 60%
2.2.1 Eksplorasi
Guru D: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 100%
Nilai rata-rata per indikator:
2.2.2 Elaborasi
Guru D: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.3 Konfirmasi
Guru D: NA = 100%
= 100% = 86,6%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 86,6%
Guru D: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 40%
Guru D: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru D: NA = 100%
= 100% = 46,6%
Guru E: NA = 100%
= 100% = 80%
Berdasarkan perhitungan diatas dapat ditentukan persentase rata-rata indikator guru D dan E
untuk implementasi standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran di SMAN 2 Palembang:
Sesuai dengan teknik analisis data pada bab III, skor rata-rata dari tiga kali observasi dijadikan
dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
NA= 100%
Keterangan: NA = Nilai akhir
Sm = Skor maksimum
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh nilai persentase untuk setiap indikator dari masing-
masing guru. Kemudian dari perhitungan tersebut dapat ditentukan persentase rata-rata observasi
untuk kemampuan setiap guru dalam mengimplementasikan standar proses dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
Berikut ini nilai rata-rata persentase untuk setiap indikator untuk SMAN 10 Palembang (lihat
lampiran):
Guru F: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru F: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru F: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru F: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 100%
1. Pelaksanaan pembelajaran
= 100% = 53,4%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 60%
2.2.1 Eksplorasi
Guru F: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.2 Elaborasi
Guru F: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.3 Konfirmasi
Guru F: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru F: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 46,6%
Guru F: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru F: NA = 100%
= 100% = 40%
Guru G: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru H: NA = 100%
= 100% = 73,4%
Berdasarkan perhitungan diatas dapat ditentukan persentase rata-rata indikator guru F, G, dan H
untuk implementasi standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran di SMAN 10 Palembang:
NA= 100%
Sm = Skor maksimum
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh nilai persentase untuk setiap indikator dari masing-
masing guru. Kemudian dari perhitungan tersebut dapat ditentukan persentase rata-rata observasi
untuk kemampuan setiap guru dalam mengimplementasikan standar proses dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
Berikut ini nilai rata-rata persentase untuk setiap indikator untuk SMAN 11 Palembang (lihat
lampiran):
Guru I: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru I: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru I: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru I: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru I: NA = 100%
= 100% = 73,4%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 60%
2.2.1 Eksplorasi
Guru I: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.2 Elaborasi
Guru I: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.3 Konfirmasi
Guru I: NA = 100%
= 100% = 93,4%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 73,4%
Guru I: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 33,4%
Guru I: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 33,4%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru I: NA = 100%
= 100% = 46,6%
Guru J: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru K: NA = 100%
= 100% = 73,4%
Berdasarkan perhitungan diatas dapat ditentukan persentase rata-rata indikator guru I, J, dan K
untuk implementasi standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran di SMAN 11 Palembang:
=
= = 78,4% termasuk kategori baik
Sesuai dengan teknik analisis data pada bab III, skor rata-rata dari tiga kali observasi dijadikan
dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
NA= 100%
Sm = Skor maksimum
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh nilai persentase untuk setiap indikator dari masing-
masing guru. Kemudian dari perhitungan tersebut dapat ditentukan persentase rata-rata observasi
untuk kemampuan setiap guru dalam mengimplementasikan standar proses dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
Berikut ini nilai rata-rata persentase untuk setiap indikator untuk SMA ARINDA Palembang
(lihat lampiran):
Guru L: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru L: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru L: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru L: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 100%
1. Pelaksanaan pembelajaran
Guru L: NA = 100%
= 100% = 53,4%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 60%
2.2.1 Eksplorasi
Guru L: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.2 Elaborasi
Guru L: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.3 Konfirmasi
Guru L: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 100%
Nilai rata-rata per indikator:
Guru L: NA = 100%
= 100% = 40%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru L: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru L: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru M: NA = 100%
= 100% = 80%
Nilai rata-rata per indikator:
Berdasarkan perhitungan diatas dapat ditentukan persentase rata-rata indikator guru L dan M
untuk implementasi standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA ARINDA
Palembang:
Sesuai dengan teknik analisis data pada bab III, skor rata-rata dari tiga kali observasi dijadikan
dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
NA= 100%
Sm = Skor maksimum
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh nilai persentase untuk setiap indikator dari masing-
masing guru. Kemudian dari perhitungan tersebut dapat ditentukan persentase rata-rata observasi
untuk kemampuan setiap guru dalam mengimplementasikan standar proses dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
Berikut ini nilai rata-rata persentase untuk setiap indikator untuk SMA Srijaya Negara
Palembang (lihat lampiran):
Guru N: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 60%
Nilai rata-rata per indikator:
Guru N: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru N: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru N: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru N: NA = 100%
= 100% = 53,4%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 80%
2.2.1 Eksplorasi
Guru N: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 100%
2.2.2 Elaborasi
Guru N: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru N: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru N: NA = 100%
= 100% = 53,4%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 53,4%
Guru N: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 40%
Guru N: NA = 100%
= 100% = 66,6%
Guru O: NA = 100%
= 100% = 60%
Berdasarkan perhitungan diatas dapat ditentukan persentase rata-rata indikator guru N dan O
untuk implementasi standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA Srijaya Negara
Palembang:
Sesuai dengan teknik analisis data pada bab III, skor rata-rata dari tiga kali observasi dijadikan
dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
NA= 100%
Sm = Skor maksimum
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh nilai persentase untuk setiap indikator dari masing-
masing guru. Kemudian dari perhitungan tersebut dapat ditentukan persentase rata-rata observasi
untuk kemampuan setiap guru dalam mengimplementasikan standar proses dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
Berikut ini nilai rata-rata persentase untuk setiap indikator untuk SMA YULIS Palembang (lihat
lampiran):
Guru P: NA = 100%
= 100% = 60%
Guru P: NA = 100%
= 100% = 100%
Guru P: NA = 100%
= 100% = 80%
Guru P: NA = 100%
= 100% = 100%
1. Pelaksanaan pembelajaran
Guru P: NA = 100%
= 100% = 46,6%
2.2.1 Eksplorasi
Guru P: NA = 100%
= 100% = 86,6%
2.2.2 Elaborasi
Guru P: NA = 100%
= 100% = 86,6%
2.2.3 Konfirmasi
Guru P: NA = 100%
= 100% = 86,6%
Guru P: NA = 100%
= 100% = 33,4%
Guru P: NA = 100%
= 100% = 20%
Guru P: NA = 100%
= 100% = 60%
Berdasarkan perhitungan diatas dapat ditentukan persentase rata-rata indikator guru P untuk
implementasi standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA YULIS Palembang:
Berdasarkan analisis tabel 12 dapat diketahui bahwa persentase rata-rata kemampuan guru
ekonomi setiap sekolah dalam mengimplementasikan standar proses dalam pelaksanaan
pembelajaran di SMA sekecamatan Ilir Barat I kota Palembang adalah sebagai berikut:
% rata-rata =
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data berupa RPP
yang dibuat oleh guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Data dokumentasi diambil
sebagai data pendukung yang dikumpulkan dari RPP guru , untuk dilihat apakah komponen
sudah sesuai dengan kelengkapan komponen RPP. RPP yang dikumpulkan dari 7 sekolah
sebagai sampel, komponen RPP nya yaitu sebagai berikut:
Rata-rata perumusan tujuan pembelajaran yang digunakan minimal 2 buah dan maksimal 5 buah.
Dimana tujuan pemebelajaran ini sesuai dengan indikator pembelajaran.
Rata-rata materi pembelajaran telah dipaparkan secara jelas sesuai dengan perumusan tujuan
pembelajaran yang dibuat.
1. Metode Pembelajaran
Guru kebanyakan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi, dan
penugasan.
1. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran sudah seesuai dengan sistematis pembelajaran dimana sudah
terdapat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kebanyakan para guru belum menggunakan media dalam pelaksanaan proses pembelajaran, rata-
rata guru hanya menggunakan papan tulis yang memang telah tersedia di kelas. Tapi ada juga
beberapa guru yang menggunakan media dalam proses pembelajaran, media yang digunakan
yaitu LCD dan charta.
Sumber belajar yang digunakan yaitu berupa buku paket yang sudah sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa, serta sudah sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Diman para guru
menggunakan sumber belajar yang beragam.
1. Penilaian
Alat penilaian pembelajaran rata-rata diambil pada akhir pembelajaran yaitu melalui tugas
individu maupun kelompok, dan dengan mengadakan kuis. Jenis penilaian yang dipakai
kebanyakan menggunakan tes tertulis
Dalam metode dokumentasi, selain untuk memperoleh data berupa RPP,dokumentasi lain yang
dikumpulkan yakni berupa fhoto-fhoto para guru yang sedang melaksanakan proses
pembelajaran yang terlampir pada lampiran skripsi ini.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan dari SMAN 1 indikator persyaratan pelaksanaan
pembelajaran terlihat bahwa SMAN 1 sudah ternasuk kategori baik dalam memenuhi persyaratan
pembelajaran (80%). Jumlah peserta didik dalam satu kelas tidak melebihi batas maksimum yang
telah ditentukan. Guru menyusun RPP setiap KD, dan guru juga mengatur tempat duduk peserta
didik sesuai dengan karakteristik peserta didik. Persyaratan pelaksanaan pembelajaran yang
belum terpenuhi hanya rasio buku teks untuk peserta didik belum 1:1 per mata pelajaran tetapi
rasionya masih 2:1 per mata pelajaran.
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan pada indikator persyaratan pelaksanaan pembelajaran
terlihat bahwa SMA YULIS sudah ternasuk kategori cukup (60%). Jumlah peserta didik dalam
satu kelas tidak melebihi batas maksimum tapi juga melewati batas minimum peserta didik, guru
menyusun RPP untuk setiap KD, dan guru juga mengatur tempat duduk peserta didik sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Persyaratan pelaksanaan pembelajaran yang juga belum
terpenuhi rasio buku teks untuk peserta didik belum 1:1 per mata pelajaran tetapi rasionya masih
2:1 per mata pelajaran.
Untuk indikator beban kerja minimal guru dan buku teks pelajaran, rata-rata setiap sekolah
menunjukan kategori baik. Beban kerja guru rata-rata sudah mencukupi 24 jam tatap muka
dalam satu minggu. Yang mana beban kerja guru tersebut mencakup kegiatan pokok yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar, membimbing
dan melatih peserta didik serta melaksanakan tugas tambahan lainnya. Untuk penggunaan buku
teks pelajaran, semua gur di tiap sekolah menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan,
buku referensi dan sumber belajar lainnya. Para guru juga membiasakan peserta didik untuk
menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada.
Pada indikator pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran rata-rata setiap sekolah menunjukan
kategori baik. Dalam tiga kali observasi SMAN 10 dan SMA Srijaya Negara ke empat deskriptor
dalam pengelolaan kelas muncul yaitu guru benar-benar melaksanakan pembelajaran
berdasarkan RPP yang telah dibuat, guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap
respon siswa, guru memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu dan juga guru menciptakan
ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan kepatuhan pada peraturan dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran. Di SMAN 1, SMAN 2, SMAN 11 juga sudah mengelola kelas dengan
kategori baik (masing-masing 93,3%, 96,7%, dan 93,33%), hanya saja ada masih ada guru yang
tidak tepat waktu dalam memulai dan mengakhiri proses pembelajaran. Untuk SMA ARINDA
juga mendapatkan 90% ( termasuk kategori baik) dalam mengelola kelas, tapi masih ada guru
yang melaksanakan proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan RPP yang telah disusunnya.
Sedangkan SMA YULIS dalam mengelola kelas 80% (baik), tetapi deskriptor yang tidak muncul
yaitu guru tidak menciptakan kenyaman, ketertiban, kedisiplinan dan kepatuhan dalam peraturan
selama pelaksanaan proses pembelajaran.
Untuk indikator kesan umum kinerja guru semua sekolah sudah menunjukan kategori baik. Di
SMAN 1, SMAN 2, SMAN 10, SMAN 11, SMA ARINDA, SMA Srijaya Negara, dan SMA
YULIS persentase kesan umum kinerja guru semuanya termasuk kategori baik (100%), yang
artinya selama melaksanakan tiga kali observasi, keempat deskriptor muncul dari semua sekolah
yakni volume dan intonasi suara guru besar sehingga dapat didengar dengan baik oleh peserta
didik, guru juga menggunakan tutur kata yang santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik,
guru menghargai pendapat peserta didik, serta para guru juga selalu memakai pakaian yang
bersih, rapi dan sopan.
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan untuk indikator kegiatan pendahuluan SMAN 2
termasuk kategori cukup (60%). Dalam tiga kali observasi, baik guru D maupun guru E dari
keduanya hanya memunculkan dua deskriptor saja yakni menyiapkan peserta didik secara fisik
dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Sedangkan dua
deskriptor lainnya yang tidak muncul yakni menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai dan guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai dengan silabus.
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan untuk indikator kegiatan pendahuluan di SMAN 10
termasuk kategori cukup (64,47%). Guru dalam kegiatan pendahuluan selalu menyiapkan para
peserta didik secara fisik dan psikis agar peserta didik benar-benar siap untuk mengikuti proses
pembelajaran. Selanjutnya guru juga mengajukan petanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi sebelumnya dan materi yang akan dipelajari, walaupun ada satu kali observasi guru F
dalam kegiatan pendahuluan tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan baik yang berkaitan
dengan materi sebelumnya maupun materi yang akan dipelajari. Dalam observasi pada guru F,G
dan H, hanya guru G saja yang menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang
hendak dicapai dalam setiap pertemuan sedangkan yang lainnya tidak pernah. Dan satu
deskriptor yang juga tidak pernah muncul yakni menyampaikan cakupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan sesuai dengan silabus.
Berdasarkan analisa indikator kegiatan pendahuluan SMA ARINDA termasuk kategori cukup
(56,7%). Dalam tiga kali observasi, baik guru L maupun guru M dari keduanya hanya
memunculkan dua deskriptor saja yakni menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk
mengikuti proses pembelajaran dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Sedangkan dua deskriptor lainnya
yang tidak muncul yakni menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai dan guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan
silabus.
Berdasarkan analisa indikator kegiatan pendahuluan SMA Srijaya Negara termasuk kategori
cukup (66,7%). Dalam tiga kali observasi, persentase untuk guru N 80%. Pada observasi pertama
guru N ada tiga deskriptor yang muncul yakni menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis
untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, dan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan KD yang akan dicapai. Pada observasi kedua, keempat deskriptor pada
indikator kegiatan pendahuluan muncul semua. Dan pada observasi ketiga deskriptor yang
muncul hanya dua yakni menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti
proses pembelajaran, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Sedangkan dua deskriptor lainnya tidak muncul.
Sedangkan untuk guru O dari tiga kali observasi, deskriptor yang selalu muncul hanya dua yakni
menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran, dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari.
Berdasarkan analisa indikator kegiatan pendahuluan SMA YULIS termasuk kategori kurang baik
(46,6%). Dalam tiga kali observasi yang dilakukan pada guru P, observasi pertama deskriptor
yang muncul ada dua yakni menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti
proses pembelajaran, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Sedangkan pada observasi kedua dan ketiga
hanya ada satu deskriptor yang muncul yakni menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis
untuk mengikuti proses pembelajaran sedangkan deskriptor yang lainnya tidak muncul.
Dalam mengelola kegiatan inti terutama untuk indikator kegiatan eksplorasi rata-rata dari
ketujuh sekolah menunjukan kategori baik. Dari tiga kali observasi SMAN 1, SMAN 2, SMAN
10, SMAN 11 dan SMA Srijaya Negara empat deskriptor dalam kegiatan eksplorasi muncul
yakni melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang materi yang akan
dipelajari, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber
belajar lainnya, memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta interaksi antara peserta
didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya, dan melibatkan peserta didik secara
aktif dan dalam kegiatan pembelajaran sehingga persentase kemampuan para gurunya dalam
menerapkan kegiatan eksplorasi 100% (termasuk kategori baik). Untuk SMA ARINDA untuk
indikator kegiatan eksplorasi termasuk kategori baik (90%) karena dari dua guru yang diamati
masih ada salah satu guru yang belum melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentang materi yang akan dipelajari dan belaja dari aneka sumber. Sedangkan untuk SMA
YULIS juga termasuk kategori baik (86,6%), tapi ada deskriptor yang masih belum muncul
yakni guru masih belum melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Untuk indikator kegiatan elaborasi dalam kegiatan inti dari ketujuh sekolah semuanya
menunjukan kategori baik. Dari tiga kali observasi SMAN 1, SMAN 2, SMAN 10, SMAN 11,
SMA ARINDA dan SMA Srijaya Negara empat deskriptor dalam kegiatan eksplorasi muncul
yakni membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna, memfasilitasi peserta didik melalui tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan, memberikan kesempatan untuk
berfikir, menganalisis menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa takut, dan memfasilitasi
peserta didik agar terlibat secara optimal dalam melakukan setiap kegiatan baik secara kelompok
maupun individu, sehingga persentase kemampuan para gurunya dalam menerapkan kegiatan
elaborasi termasuk dalam kategori baik (100%). Untuk SMA YULIS berdasarkan analisa juga
termasuk kategori baik (86,6%), tapi dalam tiga kali observasi masih ada satu deskriptor yang
tidak muncul yakni guru tidak memfasilitasi peserta didik agar terlibat secara optimal dalam
melakukan setiap kegiatan baik secara kelompok maupun individu.
Untuk indikator kegiatan konfirmasi dalam kegiatan inti dari ketujuh sekolah semuanya
menunjukan kategori baik. Dari tiga kali observasi SMAN 1, SMAN 10, dan SMA Srijaya
Negara empat deskriptor dalam kegiatan konfirmasi muncul yakni memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik, guru berfungsi menjadi narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar,
guru memberikan informasi lebih lanjut agar peserta didik bisa bereksplorasi lebih jauh, dan guru
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif, sehingga
persentase kemampuan guru di SMAN 1, SMAN 10 dan SMA Srijaya Negara dalam
menerapkan kegiatan konfirmasi termasuk dalam kategori baik (100%).
Berdasarkan analisa indikator kegiatan konfirmasi dalam kegiatan inti SMAN 2 termasuk
kategori baik (86,6%). Dalam tiga kali observasi guru D masih ada satu deskriptor yang tidak
muncul yakni guru memberi informasi lebih lanjut agar peserta didik bisa bereksplorasi lebih
jauh. Sedangkan pada observasi guru E pada observasi pertama dan kedua, empat deskriptor
muncul, pada observasi ketiga hanya ada dua deskriptor saja yang muncul yakni memberikan
umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik dan guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif. Sedangkan dua deskriptor yang tidak muncul yakni guru berfungsi
menjadi narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar, dan guru memberikan informasi
lebih lanjut agar peserta didik bisa bereksplorasi lebih jauh.
Berdasarkan analisa indikator kegiatan konfirmasi dalam kegiatan inti SMAN 11 termasuk
kategori baik (88,93%). Pada observasi guru I untuk yang pertama dan kedua semua deskriptor
muncul, pada observasi ketiga deskriptor yang muncul ada tiga, sedangkan untuk deskriptor guru
memberi informasi lebih lanjut agar peserta didik bisa bereksplorasi lebih jauh tidak muncul.
Untuk guru J dari ketiga kali observasi, empat deskriptor yang muncul. Sedangkan untuk guru K
pada observasi pertama, empat deskriptor muncul. Pada observasi kedua dan ketiga deskriptor
yang muncul ada dua yakni memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, dan memberikan motivasi
kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif, sedangkan dua deskriptor
lainnya tidak muncul.
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan untuk indikator kegiatan penutup terlihat bahwa
SMAN 1 termasuk kategori kurang baik dalam melakukan kegiatan penutup (53,3%). Guru A
dan guru B dalam melakukan kegiatan penutup sudah termasuk dalam kategori cukup dengan
persentase kemampuan dalam menutup pelajaran 60%. Tetapi untuk guru C dalam menutup
pelajaran masih termasuk dalam kategori kurang baik dengan persentase kemampuan dalam
menutup pelajaran 40%. Deskriptor yang muncul pada observasi guru A, B, dan C yakni
bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan, memberikan tugas kepada peserta didik, dan
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Berdasarkan analisa indikator kegiatan penutup SMAN 2 termasuk kategori kurang baik
(50%). Dari tiga kali observasi, guru D dalam menutup pelajaran termasuk dalam kategori
cukup (60%). Sedangkan guru E dalam melakukan kegiatan penutup termasuk kategori kurang
baik. Deskriptor yang muncul pada observasi guru D dan E yakni membuat kesimpulan bersama
dengan peserta didik maupun sendiri, memberikan tugas individu kepada peserta didik dan
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Berdasarkan analisis indikator kegiatan penutup SMAN 10 termasuk kategori kurang baik
(55,53%). Pada observasi guru F dari tiga kali observasi hanya dua deskriptor saja yang sering
muncul dalam setiap observasi. Sehingga persentase kemampuan guru F dalam menutup
pelajaran termasuk kategori cukup (60%). Kemampuan guru G dalam menutup pelajaran
termasuk dalam kategori cukup (60%). Pada observasi pertama ada tiga deskriptor yang muncul,
pada observasi kedua hanya ada satu deskriptor saja yang tampak, dan pada observasi ketiga ada
dua deskriptor yang tampak. Kemampuan guru H dalam menutup pelajaran termasuk dalam
kategori kurang baik (46,6%). Karena dari tiga kali observasi, pada observasi pertama guru H
ada tiga deskriptor yang tampak, observasi ke dua hanya ada satu deskriptor yang muncul.
Sedangkan pada observasi ketiga, guru H tidak melakukan kegiatan penutup sehingga tidak ada
satupun deskriptor yang muncul.
Berdasarkan analisis indikator kegiatan penutup SMAN 11 termasuk kategori cukup (57,8%).
Pada observasi guru I dari tiga kali observasi hanya dua deskriptor saja yang sering muncul
dalam setiap observasi. Sehingga persentase kemampuan guru I dalam menutup pelajaran
termasuk kategori cukup (60%). Kemampuan guru J dalam menutup pelajaran termasuk dalam
kategori baik (80%). Dalam tiga kali observasi, pada setiap observsi guru J ada tiga deskriptor
yang muncul secara bervariasi dalam setiap observasi yakni membuat kesimpulan bersama
dengan peserta didik maupun sendiri, melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan, memberikan tugas individu kepada peserta didik dan menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Kemampuan guru K dalam menutup pelajaran
termasuk dalam kategori tidak baik (33,4%). Karena dari tiga kali observasi, pada observasi
pertama guru K ada dua deskriptor yang muncul, sedangkan pada observasi ke dua dan ketiga,
guru K tidak melakukan kegiatan penutup sehingga tidak ada satupun deskriptor yang muncul.
Berdasarkan analisis indikator kegiatan penutup SMA ARINDA termasuk kategori kurang baik
(50%). Guru L dalam menutup pelajaran, hanya ada satu deskriptor yang selalu muncul
yakni memberikan tugas individual kepada peserta didik sesuai dengan hasil belajar. Sehingga
persentase kemampuan guru L dalam menutup pelajaran termasuk kategori kurang baik (40%).
Kemampuan guru M dalam menutup pelajaran termasuk dalam cukup (60%). Pada observsi guru
M ada dua deskriptor yang muncul secara bervariasi dalam setiap observasi yakni membuat
kesimpulan bersama dengan peserta didik maupun sendiri, memberikan tugas individu kepada
peserta didik dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Berdasarkan analisis indikator kegiatan penutup SMA Srijaya Negara termasuk kategori kurang
baik (53,4%). Dari tiga kali observasi guru N dan guru O dalam menutup pelajaran, persentase
kemampuan keduanya sama-sama termasuk kategori kurang baik (53,4%). Pada observasi
pertama guru N deskriptor yang muncul ada dua deskriptor, pada observasi kedua hanya muncul
satu dekriptor dan pada observasi ketiga deskriptor yang muncul ada dua deskriptor. Sedangkan
pada observasi guru O tidak jauh berbeda, pada observasi pertama dan kedua guru O deskriptor
yang muncul ada dua deskriptor, dan pada observasi ketiga hanya muncul satu dekriptor saja
yakni memberikan tugas individual sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan analisis tabel indikator kegiatan penutup SMA YULIS termasuk kategori tidak baik
(33,4%). Dari tiga kali observasi guru P, persentase kemampuan dalam menutup pelajaran
termasuk kategori tidak baik (33,4%). Pada observasi pertama guru P ada dua deskriptor yang
muncul yakni membuat kesimpulan bersama-sama peserta didik dan menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Sedangkan pada observasi kedua dan ketiga, guru P
tidak melakukan kegiatan penutup dalam proses pembelajaran sehingga tidak ada satu deskriptor
pun yang muncul.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, alat/ media pengajaran memegang peranan yang
penting sebab dapat membantu memperjelas materi pelajaran dan dapat menarik minat siswa.
Namun dari tiga kali observasi yang dilakukan, rata-rata guru sama sekali tidak menggunakan
alat/ media pengajaran. Hanya guru A (SMAN 1), J (SMAN 11), dan guru N (SMA Srijaya
Negara) saja yang memakai alat/ media pengajaran seperti LCD dan charta. Sehingga rata-rata
persentase kemampuan guru dalam mengguanakan media pembelajaran termasuk kategori tidak
baik (23,33%).
Berdasarkan analisis indikator penilaian hasil belajar di SMAN 1 termasuk kategori kurang baik
(53,33%). Guru A dalam tiga kali observasi hanya dua kali memberikan penilaian hasil belajar
yakni pada observasi pertama dan ketiga, sedangkan pada observasi kedua tidak memberikan
penilaian hasil belajar. Sehingga kemampuan guru A dalam melakukan penilaian hasil belajar
termasuk dalam kategori cukup (60%). Guru B pada observasi pertama melakukan penilaian
walaupun hanya sebagian besar soal tes sesuai dengan tujuan. Pada observasi kedua, guru B juga
melakukan penilaian tapi hanya sebagian kecil soal tes yang sesuai dengan tujuan. Sedangkan
pada observasi ketiga, tidak melakukan penilaian. Sehingga persentase kemampuan guru B
dalam melakukan penilaian hasil belajar termasuk kategori kurang baik (53,4%). Sedangkan
Guru C dalam tiga kali observasi hanya dua kali memberikan penilaian hasil belajar yakni pada
observasi pertama dan kedua, sedangkan pada observasi ketiga tidak memberikan penilaian hasil
belajar. Sehingga kemampuan guru C dalam melakukan penilaian hasil belajar termasuk dalam
kategori kurang baik (46,6%).
Berdasarkan analisis tabel penilaian hasil belajar di SMAN 2 termasuk kategori cukup (63,33%).
Guru D dalam tiga kali observasi selalu melakukan penilaian hasil belajar walaupun hanya
sebagian besar saja soal tes yang sesuai dengan tujuan. Sehingga kemampuan guru D dalam
melakukan penilaian hasil belajar termasuk dalam kategori baik (80%). Sedangkan Guru E
dalam tiga kali observasi hanya dua kali memberikan penilaian hasil belajar yakni pada observasi
pertama dan kedua, sedangkan pada observasi ketiga tidak memberikan penilaian hasil belajar.
Sehingga kemampuan guru E dalam melakukan penilaian hasil belajar termasuk dalam kategori
kurang baik (46,6%).
Berdasarkan analisis indikator penilaian hasil belajar di SMAN 10 termasuk kategori kurang
cukup (64,47%). Guru F dalam tiga kali observasi hanya pada observasi pertama saja melakukan
penilaian hasil belajar sedangkan pada observasi kedua dan ketiga tidak memberikan penilaian
hasil belajar. Sehingga kemampuan guru F dalam melakukan penilaian hasil belajar termasuk
dalam kategori kurang baik (40%). Guru G pada tiga kali observasi selalu melakukan penilaian
hasil belajar. Pada observasi pertama melakukan penilaian dimana semua soal tes yang diberikan
sesuai dengan tujuan. Pada observasi kedua hanya sebagian kecil saja soal tes yang sesuai
dengan tujuan. Sedangkan pada observasi ketiga sebagian soal tes yang diberikan sesuai dengan
tujuan. Sehingga persentase kemampuan guru G dalam melakukan penilaian hasil belajar
termasuk kategori baik (80%). Sedangkan Guru H dalam tiga kali observasi juga selalu
melakukan penilaian hasil belajar. Pada observasi pertama melakukan penilaian dimana semua
soal tes yang diberikan sesuai dengan tujuan. Pada observasi kedua dan ketiga hanya sebagian
kecil saja soal tes yang sesuai dengan tujuan. Sehingga persentase kemampuan guru H dalam
melakukan penilaian hasil belajar termasuk baik (73,4%).
Berdasarkan analisis indikator penilaian hasil belajar di SMAN 11 termasuk kategori cukup
(66,67%). Guru I dalam tiga kali observasi hanya dua kali saja melakukan penilaian hasil belajar
yakni pada observasi pertama dan kedua. Sedangkan pada observasi ketiga tidak melakukan
penilaian. Sehingga kemampuan guru I dalam melakukan penilaian hasil belajar termasuk dalam
kategori kurang baik (46,6%). Guru J pada tiga kali observasi selalu melakukan penilaian hasil
belajar tapi hanya sebagian besar soal tes saj ayang sesuai dengan tujuan. Sehingga persentase
kemampuan guru J dalam melakukan penilaian hasil belajar termasuk kategori baik (80%).
Sedangkan Guru K dalam tiga kali observasi juga selalu melakukan penilaian hasil belajar. Pada
observasi pertama dan kedua melakukan penilaian dimana semua soal tes yang diberikan sesuai
dengan tujuan. Pada observasi ketiga hanya sebagian kecil saja soal tes yang sesuai dengan
tujuan. Sehingga persentase kemampuan guru K dalam melakukan penilaian hasil belajar
termasuk kategori cukup (73,4%).
Berdasarkan analisis indikator penilaian hasil belajar di SMA ARINDA termasuk kategori
kurang cukup (70%). Persentase kemampuan guru L dalam indikator penilaian hasil belajar
termasuk dalam kategori cukup (60%). Sedangkan guru M pada indikator penilaian hasil belajar
termasuk dalam kategori baik dengan persentase kemampuan penilaian hasil belajar sebesar
80%.
Berdasarkan analisis indikator penilaian hasil belajar di SMA Srijaya Negara termasuk kategori
cukup (63,3%). Guru N dalam tiga kali selalu melakukan penilaian hasil belajar walaupun
sebagian kecil saja soal tes yang diberikan sesuai dengan tujuan. Sehingga kemampuan guru N
dalam melakukan penilaian hasil belajar termasuk dalam kategori cukup (60%). Guru O pada
tiga kali observasi juga selalu melakukan penilaian hasil belajar. Pada observasi pertama
melakukan penilaian dimana sebagian besar soal tes yang diberikan sesuai dengan tujuan. Pada
observasi kedua dan ketiga hanya sebagian kecil saja soal tes yang sesuai dengan tujuan.
Sehingga persentase kemampuan guru O dalam melakukan penilaian hasil belajar termasuk
cukup (66,6%).
Berdasarkan analisis indikator penilaian hasil belajar di SMA YULIS termasuk kategori cukup
(60%). Guru P dalam tiga kali selalu melakukan penilaian hasil belajar walaupun sebagian kecil
saja soal tes yang diberikan sesuai dengan tujuan. Sehingga kemampuan guru P dalam
melakukan penilaian hasil belajar termasuk dalam kategori cukup (60%).
Pada tabel 5 juga dapat diketahui dari rata-rata kesebelas indikator, penerapan standar proses di
SMAN 1 termasuk kategori baik (79,19%), di SMAN 2 termasuk kategori baik (76,96%), di
SMAN 10 termasuk kategori baik (78%), di SMAN 11 termasuk kategori baik (78,4%), di SMA
ARINDA termasuk kategori baik (75,15%), di SMA Srijaya Negara termasuk kategori baik
(77,58%), dan di SMA YULIS termasuk kategori cukup (69,07%).
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Penerapan standar proses di sekolah dalam hal memenuhi persyaratan
pelaksanaan proses pembelajaran termasuk dalam kategori baik, dimana persiapan
pelaksanaan proses pembelajaran (66,9%) termasuk kategori cukup, untuk beban kerja
minimal guru dan buku teks (96,67%) termasuk kategori baik, kemampuan guru dalam
mengelola kelas (93,33%) termasuk kategori baik, dan untuk kesan umum kinerja guru
(100%) termasuk kategori baik.
2. Penerapan standar proses di sekolah untuk kemampuan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran termasuk dalam kategori baik, dimana kemampuan guru dalam melakukan
kegiatan pendahuluan (60,14%) termasuk kategori cukup, kemampuan guru dalam
mengelola kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi (96,65%) termasuk kategori
baik, kegiatan elaborasi (98,08%) termasuk kategori baik, dan kegiatan konfirmasi
(93,16%) termasuk kategori baik, sedangkan kemampuan guru dalam kegiatan penutup
(50,49%) masih termasuk kategori kurang baik.
3. Dalam penggunaan media pembelajaran, hanya beberapa guru saja yang mengguanakan
media dalam proses pembelajaran. Sehingga kemampuan guru ekonomi dalam
menggunakan media pembelajaran (23,33%) termasuk dalam kategori tidak baik.
4. Kemampuan guru ekonomi dalam melaksanakan penilaian hasil belajar (63,01%)
termasuk dalam kategori cukup.
5.2 Saran
1. Dalam persyaratan pembelajaran hendaknya dapat dipenuhi dengan baik terutama untuk
jumlah maksimal peserta didik dalam setiap rombongan belajar baiknya harus
disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Karena apabila jumlah peserta didik
terlalu banyak dalam rombongan belajar dapat menimbulkan kondisi kelas yamg kurang
kondusif.
2. Bagi guru untuk lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan pendahuluan
terutama dalam menyampaikan bahan pengait dan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai karena kegiatan pendahuluan dapat menyiapkan mental dan perhatian siswa agar
terpusat pada hal yang akan dipelajari sehingga dapat memberikan efek yang positif
terhadap kegiatan belajar.
3. Dalam kegiatan penutup guru bersama-sama dengan siswa hendaknya secara rutin
menyimpulkan pelajaran sehingga siswa dapat turut aktif dalam menyimpulkan dan juga
memperoleh gambaran yang jelas tentang makna serta esensi pokok persoalan yang baru
saja dipelajari.
4. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru hendaknya menggunakan media (alat
bantu) pembelajaran yang lebih beragam.
5. Bagi guru hendaknya secara rutin melaksanakan penilaian terutama penilaian pada akhir
pelajaran sebab penilaian ini sangat beragam untuk mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi yang baru saja diajarkan.
6. Bagi kepala SMA sekecamatan Ilir Barat I Palembang untuk lebih meningkatkan
pembinaan terhadap guru-guru salah satu caranya melakukan supervisi secara rutin
sehingga kompetensi guru dapat terus meningkat dan menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:PT Rineka
Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta
FKIP Universitas Sriwijaya. 2006. Buku Pedoman Universitas Sriwijaya 2006/ 2007. Indralaya:
Penerbitan Universitas Sriwijaya
Mulyasa, E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan
Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Permen RI Nomor 41 Tahun 2007. 2007. Standar Proses untuk Satuan Tingkat Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Purwanto, Ngalim. 2004. Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media Group
Sardiman, A. M. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika
belajar dan mengajar). Bandung: CV Alfabeta
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara
PALEMBANG
PALEMBANG
PALEMBANG
PALEMBANG
PALEMBANG
LEMBAR OBSERVASI
Alamat :
Nama Guru :
Lama Observasi :
Hari/ Tanggal :
Deskriptor Deskriptor
No Kriteria yang Diteliti yang yang tidak Nilai
tampak tampak
1 Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1.1 Persiapan pelaksanaan proses pembelajaran
1. Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah
32 peserta
1. Rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1:1 per mata
pelajaran
1. Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik
2 Pelaksanaan Pembelajaran
2.1 Kegiatan pendahuluan
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran
2.2.2 Elaborasi
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
2.2.3 Konfirmasi
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik
1. Guru berfungsi untuk menjadi narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan,
dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar
TOTAL NILAI