Anda di halaman 1dari 9

Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang terutama

menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan berkembangbiak di


dalam usus.

Daftar isi
 1 Perjalanan penyakit
 2 Gejala
 3 Komplikasi
 4 Diagnosis
 5 Pengobatan
 6 Pencegahan
 7 Catatan kaki
 8 Pranala luar

Perjalanan penyakit
Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga
enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing
pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-
jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing
juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya
menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses
pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di
sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus
penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing
betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia
selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan
cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.

Gejala
Gejalanya berupa:

1. Rasa gatal hebat di sekitar anus


2. Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
3. Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing
betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya di sana)
4. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada
infeksi yang berat)
5. Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam
vagina)
6. Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).
Komplikasi
1. Salpingitis (peradangan saluran indung telur)
2. Vaginitis (peradangan vagina)
3. Infeksi ulang.

Diagnosis
Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-
2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut,
mereka aktif bergerak.

Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar
anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca
objek dan diperiksa dengan mikroskop.

Pengobatan
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit
mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah
harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang
lainnya.

Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus
sebanyak 2-3 kali/hari.

Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang
ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya
sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.

Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi
adalah:

1. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar


2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
3. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
4. Mencuci jamban setiap hari
5. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap
benda yang dipegang/disentuhnya
6. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

Pencegahan
Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan menitikberatkan kepada mencuci
tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan. Pakaian dalam dan seprei
penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin dan dijemur matahari.

PENGERTIAN CACING KREMI


Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis merupakan cacing parasit yang banyak menginfeksi
anak-anak maupun dewasa dan ditandai dengan gejala khas berupa rasa gatal di sekitar anus.
Cacing dewasa dalam jumlah banyak kadang-kadang bisa ditemukan pada feses atau tinja orang
yang terinfeksi.
Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang terutama biasanya
menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis (cacing kremi) tumbuh dan
berkembangbiak di dalam usus. Penyakit cacingan biasanya melanda orang-orang miskin yang
sehari hari sulit mendapat makanan dan kadang hanya bisa mengais sampah di jalan-jalan dan
menelan sisa makanan basi di tengah kerumunan lalat. Penyakit cacing yang disebabkan karena
makanan yang tidak bersih inilah yang disebut penyakit cacing kremi. Cacing ini biasanya
berkembang biak di perut dan terbuang bersama kotoran, jika bersarang di dubur akan
menimbulkan lubang dubur tersa gatal karena biasanya cacing betina meninggalkan telurnya di
lubang dubur tersebut.
Cacing kremi ini adalah salah satu jenis hewan yang biasa menjadi parasit bagi manusia. Dan
yang paling sering di jangkiti oleh hewan parasit ini. Cacing kremi ini bentuknya bulat halus
seperti benang dengan warna keputihan Cacing kremi betina berukuran 8-13 mm x 0,44 mm
dengan ekor panjang dan runcing sedangkan cacing kremi jantan berukuran 2-5 mm dengan ekor
melingkar (Bayangkan saja seperti parutan kelapa). Cacing ini biasa hidup didalam usus dan
paling sering ditemukan pada pangkal usus bagian bawah (anus).
Enterobius vermicularis telah diketahui sejak dahulu dan telah banyak dilakukan penelitian
mengenai biologi, epidemiologi dan gejala klinisnya. Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak
ditemukan di daerah dingin daripada di daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada
umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini
juga ditunjang oleh eratnya hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang
sesuai.
Transmisi cacing ini seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui mulut baik dengan
perantara makanan maupun dimasukan secara tidak sengaja oleh penderita yang habis
menggaruk lubang anusnya yang gatal. Sehingga pada anak anak sering terjadi reinfeksi akibat
tindakan itu.
Gatal-gatal akibat infeksi cacing kremi tidak hanya bisa dirasakan di daerah dubur. Pada wanita,
cacing tersebut bisa juga menyerang daerah sekitar alat kelamin termasuk vagina dan saluran
telur sehingga mengganggu sistem reproduksi.
Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur terasa gatal, berat badan
penderita menurun, terkadang juga mengalami diare. Apabila gejala – gejala tersebut sudah
nampak jangan menggaruk dubur yang gatal dengan jari karena bila lecet dapat mengakibatkan
infeksi. Hindari makan – makanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar dubur dengan minyak
zaitun atau air garam.
Gejalanya, selain rasa gatal, juga adanya lendir keruh dan kental berwarna sedikit kekuningan
seperti susu, terkadang berbusa. Keputihan ini biasanya juga diderita anak-anak perempuan
(balita sampai anak besar). Terjadi akibat spora yang menempel pada makanan atau barang lain
yang terkontaminasi. Sebab itu kalau ada anak perempuan mengeluh di daerah vagina terasa
gatal dan mengeluarkan lendir kekuningan, segeralah periksakan ke dokter. Mungkin
penyebabnya cacing kremi .
Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis sebagaimana nama latin cacing kremi
yaitu Enterobious vermicularis. Penyebaran cacing kremi lebih banyak terjadi pada daerah
dengan hawa dingin.
Cacing kremi juga dapat menimbulkan komplikasi diantaranya salpingitis (peradangan saluran
indung telur), vaginitis (peradangan vagina, dan infeksi ulang.

B. PERJALANAN PENYAKIT CACING KREMI


Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga
enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing
pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-
jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing
juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya
menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses
pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di
sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus
penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing
betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia
selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan
cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.
Dalam siklus hidupnya di dalam tubuh manusia, cacing kremi selalu berpindah-pindah. Sejak
berbentuk telur hingga menetas, cacing ini tinggal di usus 12 jari kemudian setelah berubah
menjadi larva akan berpindah ke usus tengah yang merupakan bagian atas sistem penyerapan
nutrisi.
Setelah dewasa, cacing ini akan bermigrasi ke bagian anus kemudian bergerombol dan
menyebabkan rasa gatal di bagian tersebut. Sebagian di antaranya juga akan keluar bersama feses
atau tinja dan umumnya bisa diamati dengan mata telanjang, berupa cacing putih yang bergerak-
gerak.
Dalam pengembaraannya menuju anus inilah, cacing dewasa sering tersesat lalu bersarang di
bagian-bagian yang tidak seharusnya kemudian bersarang di sana untuk bertelur. Salah satunya
adalah vagina, yang sering menjadi tempat bersarang cacing kremi dewasa khususnya yang
betina.
Di vagina, cacing kremi bisa menyebabkan gatal atau bahkan radang yang pada tingkat
keparahan tertentu bisa disertai koreng. Infeksinya bahkan bisa lebih jauh lagi, cacing-cacing itu
kadang menyebar hingga saluran telur sehingga bisa mengganggu sistem reproduksi.
Daur hidup cacing ini bekisar antara 2 minggu sampai 2 bulan. Cacing dewasa dari usus halus
pergi ke usus besar kemudian ke anus karena telur telur cacing itu hanya menetas kalau ada
OKSIGEN, sehingga diberi nama Oxyuris OK. Di malam hari cacing kremi yang mendekam di
usus penderita, biasanya turun ke kawasan dubur untuk bertelur.
Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga
atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti asrama, rumah
piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan
mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan
beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemuka. (92%)
di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian.
Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3-80%.
Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita
entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak
yang diperiksa.

Gambar 1. Siklus Hidup Cacing Kremi

Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum usus besar dan diusu halus yang berdekatan
dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus. Cacing betina yang gravid mengandung
11.000 – 15.000 butir telur, bermigrasi kedaerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi
uterus dan vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan diusus, sehingga jarang ditemukan di dalam
tinja. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu badan.
Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hari.
Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kopulasi
dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang,
atau bila larva dari telur yang menetas didaerah perianal bermigrasi kembali keusus besar. Bila
telur matang yang tertelan, telur menetas di duedenum dan larva rabditiform berubah dua kali
sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai
menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke dareha perianal, berlangsung kira-kira 2
minggu sampai 2 bulan. Mungkin hanya berlangsung selama 1 bulan karena telur-telur cacing
dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.
Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa
pengobatan infeksi dapat berakhir.

C. GEJALA CACING KREMI


Entrobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti. Gejala klinis yang
menonjol disebabkan iritasi disekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang
bermigrasi kedaerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal.. Oleh karena cacing
bermigrasi kedaerah anus dan menyebaban pruritus ani maka penderita menggaruk daerah
sekitar anus sehingga timbul luka garuk disekitar anus.
Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan
menjadi lemah. Kadang-kadang cacign dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian
proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan didaerah
tersebut. Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di tuba falopi
sehingga menyebabkan radang disaluran telur. Cacing sering ditemukan diapendiks tetapi jarang
menyebabkan appendisitis.
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobiasis vermicularis dikemukakan oleh beberapa
penyelidik yaitu kurang nafsu makan, berat badan turun, aktifitas meninggi, enuresis, cepat
marah, gigi menggeretak, insomnia dan masturbasi, tetapi kadang sukar untuk membuktikan
hubungan sebab dengan cacing kremi.
Infeksi cacing kremi ringan–dengan hanya sejumlah kecil cacing dewasa dalam tubuh–tidak ada
gejala. Gejala-gejala muncul dengan moderat atau infeksi berat. Beberapa minggu setelah
menelan telur cacing kremi, cacing betina dewasa bermigrasi dari usus ke daerah sekitar anus, di
mana mereka bertelur. Migrasi biasanya terjadi pada malam hari. Migrasi ini menyebabkan:
 Gatal-gatal di daerah anal atau vaginal
 Insomnia, lekas marah dan gelisah
 Gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti sebentar-sebentar sakit perut dan mual
Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur terasa gatal, berat badan
penderita menurun, terkadang juga mengalami diare. Apabila gejala – gejala tersebut sudah
nampak jangan menggaruk dubur yang gatal dengan jari karena bila lecet dapat mengakibatkan
infeksi. Hindari makan – makanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar dubur dengan minyak
zaitun atau air garam.
Gejala lainnya berupa:
 Rasa gatal hebat di sekitar anus
 Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
 Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina
dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya disana)
 Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi
yang berat)
 Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam
vagina)
 Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).

D. DIAGNOSIS CACING KREMI


Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-
2 jam setelah anak tertidu pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut,
mereka aktif bergerak.
Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar
anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca
objek dan diperiksa dengan mikroskop.
Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada waktu
malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat
diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi
hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok).
Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan
Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan
menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi
sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-
turut.

E. CARA PENULARAN CACING KREMI


Sebagian besar jenis cacing parasit termasuk cacing kremi merupakan soil transmited infection
yang penularannya harus diperantarai oleh tanah. Telur cacing parasit baru akan menjadi bentuk
infektif (bisa menginfeksi) jika sudah berada di tanah, kemudian masuk lewat saluran
pencernaan.
Penularan cacing harus melalui tanah, terutama tanah liat. Bahkan tinja sekalipun kalau langsung
dijilat tidak akan menularkan cacing. Telur cacing yang terbang ke udara juga hanya akan
menular jika hinggap di makanan, jadi tidak menular lewat pernapasan
Penyakit ini sama seperti penyakit kulit yang bisa menular. Penularan cacing kremi terjadi
autoinfeksi . karena telurnya bisa nempel dimana aja, di pakaian, sprei or debu , sehingga akibat
tidak hygienisnya tangan / kuku sehingga bersama makanan masuk ke mulut dari tangannya
yang penuh telur/debu. Penyakit kremian ini sering pula disebut penyakit enterobiasis
/oksiuriasis penyakit yang sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak.
Infeksi ini dapat terjadi akibat tertelannya telur cacing enterobius vermicularis (oxyuris
vermicularis). Setelah telur cacing tertelan, larvanya akan menetas di usus duabelas jari
(duodenum) dan tumbuh menjadi bentuk dewasa di usus besar. Cacing betina yang hamil (dapat
mengandung 11.000-15.000 telur) akan berpindah ke daerah sekitar anus (perianal) untuk
mengeluarkan telur-telurnya disekitar anus.
Proses berpindahnya cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada daerah sekitar anus
penderita. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari sehingga penderita sering terganggu
tidurnya dan menjadi lemah. Selain gatal-gatal Gejala lain yang dapat dirasakan oleh penderita
infeksi cacing kremi adalah : Kurang nafsu makan, Berat badan menurun, Aktivitas meningkat,
Sering mengompol, Cepat marah, Sulit tidur, dll.
Penularan cacing kremi dapat terjadi pada satu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup di
lingkungan yang sama, seperti asrama, rumah piatu, dll. Proses penularannya dapat terjadi
melalui :
 Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk darerah sekitar anus
 Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain karena memegang benda-
benda lain yang terkontaminasi telur cacing ini
 Telur cacing dapat ditemukan di debu ruangan sekolah, asrama, kavetaria, dan lainnya. Telur
cacing di debu ini akan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat tertelan
 Telur yang telah menetas di sekitar anus dapat berjalan kembali ke usus besar melalui anus.

Gambar 2. Cara Penularan Cacing Kremi

Penularan dapat dipengaruhi oleh :


1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi) atau tangan
dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-
benda maupun pakaian yang terkontaminasi.
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur
melalui debu dapat tertelan.
3. Retrofeksi melalui anus : larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus.
Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh
karena telur dapat menempel pada bulunya. Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak
dan lebih banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih
lebih tinggi darpada orang negro. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku
hendaknya selain dipotong pendek, tangan dicuci sebelum makan. Anak yang mengandung
cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alat kasur tidak
terkontaminasi dan tangan tidak menggaruk daerah perianal. Makanan hendaknya dihindarkan
dari debu dan tangan yang mengandung parasit. Pakaian dan als kasur hendaknya dicuci bersih
dan diganti setiap hari.
F. PENCEGAHAN & PENGOBATAN CACING KREMI
Infeksi keremi ringan atau mereka yang tanpa gejala tidak membutuhkan pengobatan. Jika
seseorang memiliki gejala, perlu obat anti-parasit. Untuk gejala infeksi, obat-obatan hampir
selalu efektif dalam menghilangkan parasit. Karena anak-anak begitu mudah menyebar cacing
kremi kepada keluarga mereka, dokter akan meresepkan obat untuk seluruh anggota keluarga
mencegah agar terhindar dari infeksi dan reinfeksi.
Cara terbaik untuk menghindari penyakit cacingan adalah dengan upaya pencegahan berupa
melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, karena walau bagaimanapun upaya pencegahan lebih
baik daripada pengobatan.
Menjaga kebersihan perorangan berperan penting untuk pencegahan penyakit ini, antara lain
dengan :
 Kuku hendaknya selalu dipotong pendek
 Tangan hendaknya selalu dicuci sebelum makan
 Makanan sebaiknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit
 Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.

Jika salah satu anggota keluarga terinfeksi cacing kremi, sebaiknya pengobatan diberikan kepada
seluruh keluarga, agar penyebaran cacing ini dapat dihentikan secara menyeluruh.
Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan bila ditemukan salah seorang anggota
mengandung cacing kremi. Obat piperazin dosis tunggal 3-4 gram (dewasa) atau 25 mg/kg berat
badan (anak-anak), sangat efektif bial diberikan pagi hari diikuti minum segelas air sehingga
obat sampai ke sekum dan kolon. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah.
Obat lain yang juga efektif adalah pirantel pamoat dosis 10 mg/kg berat badan atau mebendazol
dosis tunggal 100 mg atau albendazol dosis tunggal 400 mg. Mebendazol efektif terhadap semua
stadium perkembangan cacing kremi, sedangkan pirantel dan pipreazin dosis tunggal tidak
efektif terhadap stadium muda. Pengobatan sebaiknyadiulang 2-3 minggu kemudian. Pengobatan
secara periodik memberikan prognosis yang baik.
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit
mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah
harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang
lainnya.
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus
sebanyak 2-3 kali/hari.
Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang
ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya
sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi
adalah:
 Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
 Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
 Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
 Mencuci jamban setiap hari
 Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap
benda yang dipegang/disentuhnya
 Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

Anda mungkin juga menyukai