GIZI BAB1 (Revisi)
GIZI BAB1 (Revisi)
PENDAHULLUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan,
kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh
keadaan gizi. Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas
Bayi usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan kelompok umur yang
paling sering menderita gizi kurang dan gizi buruk. Gizi buruk pada balita dapat
yang menderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga
sepuluh persen, dampak paling buruk dari gizi buruk yaitu kematian pada umur
yang sangat dini. Masalah Kekurangan gizi masih menjadi pekerjaan rumah
besar yang dihadapi oleh Indonesia (Sary, 2018:12). Gizi merupakan salah
perbaikan status kesehatan masyarakat Indonesia dan dunia. Gizi yang baik
pada ibu hamil serta anak, menekan jumlah balita pendek, ibu hamil
1
2
penderita anemia, kurang energi, dan balita kurus (Harnas, 2015 diakses
Juni 2019).
termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi yang kurang
gizi kurang, akhir-akhir ini ditemukan juga dampak dari konsumsi berlebih atau
gizi lebih, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak dan balita.
Masalah yang sering muncul adalah obesitas (berat badan berlebih), yang akan
Upaya Perbaikan Gizi, dalam menerapkan gizi seimbang setiap keluarga harus
memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan, makan
gizi sesuai anjuran petugas kesehatan. Suplemen gizi yang diberikan menurut
makanan tambahan untuk ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah,
makanan pendamping ASI, dan bubuk multi vitamin dan mineral (Kemenkes RI,
2017:145).
Gizi kurang banyak menimpa balita sehingga golongan ini disebut golongan
rawan gizi. Gizi kurang berdampak langsung terhadap kesakitan dan kematian,
dan produktivitas. Anak yang kekurangan gizi pada usia balita, akan tumbuh
sampai saat ini 10 persen dari bayi yang lahir memiliki berat kurang dari
2.500 gram dan panjang tubuh tak lebih dari 48 sentimeter. Sekitar 20
persen anak Indonesia lahir dalam kondisi kurus dan pendek akibat
Masa balita merupakan masa yang sangat penting karena merupakan masa
yang kritis dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang 2 berkualitas.
Enam bulan masa kehamilan dan dua tahun pasca kelahiran merupakan masa
yang optimal. Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat, mempunyai rata-
rata IQ 11 point lebih rendah dibanding rata-rata anak yang tidak stunted
Penyebab kurang gizi adalah tidak terpenuhnya kebutuhan gizi anak yang
telah lama berlansung sejak lama. Bahkan dapat dimulai ketika bayi atau masih
berada dalam kandungan. Oleh karena itu ibu hamil disarankan agar dapat
hanya selama masa hamil, setelah bayi lahir pemenuhan gizi untuk anak masih
tetap berjalan setidaknya sampai anak usia dua tahun. Akibatnya, kurang gizi
Status gizi balita dapat diukur berdasarkan tiga indeks yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
Standar World Health Organization (WHO 2005) yang telah ditetapkan pada
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Gizi kurang dan gizi buruk
merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur
(BB/U). Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 yang diselenggarakan oleh
usia 0-59 bulan di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan persentase gizi kurang
adalah 14%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil PSG tahun 2016
5
yaitu persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan sebesar 3,4% dan
Barat Daya Nusa Tenggara Timur, menyatakan bahwa ada hubungan yang
kurang pada balita 0-59 bulan sebesar 31.982 balita (14,9%). Untuk tahun 2017
persentase gizi kurang pada balita 0-59 bulan menurun sebesar 29.067 balita
(13,8%) dan untuk tahun 2018 persentase gizi kurang pada balita 0-59 bulan
gizi kurang pada balita 0-59 bulan untuk tahun 2016 sebesar 2.134 balita
(11,7%). Untuk tahun 2017 persentase gizi kurang pada balita 0-59 bulan
meningkat menjadi sebesar 3.456 balita (13%) dan untuk tahun 2018
persentase gizi kurang pada balita 0-59 bulan meningkat menjadi 3.789 balita
gizi kurang pada balita 0-59 bulan untuk tahun 2016 sebesar 159 balita (2,16%).
Untuk tahun 2017 persentase gizi kurang pada balita 0-59 bulan meningkat
menjadi sebesar 315 balita (10,5%) dan untuk tahun 2018 persentase gizi
6
kurang pada balita 0-59 bulan menurun menjadi 131 balita (2,7%) (Dinas
Untuk data persentase gizi kurang dari Sembilan Puskesmas yang ada di
Kota Pangkalpinang, dari yang tertinggi dan terendah untuk gizi kurang tahun
balita, 17 balita mengalami gizi kurang (7,7%), Puskesmas Air Itam balita yang
Puskesmas Pasir Putih balita yang ditimbang sejumlah 226 balita, 10 balita
Girimaya balita yang ditimbang sejumlah 486 balita, 11 balita mengalami gizi
kurang (2,6%), Puskesmas Melintang balita yang ditimbang sejumlah 130 balita,
ditimbang sejumlah 2.422 balita, 39 balita mengalami gizi kurang (1,6%) (Dinas
Berdasarkan data dari Profil Puskesmas Kacang Pedang pada tahun 2016
balita 0-59 bulan sejumlah 156 balita dan balita yang ditimbang sejumlah 66
balita, 5 balita mengalami gizi kurang (7,58%). Untuk tahun 2017 balita 0-59
bulan sejumlah 128 balita dan balita yang ditimbang sejumlah 70 balita, 6 balita
mengalami gizi kurang (8,5%) dan untuk tahun 2018 balita 0-59 bulan sejumlah
7
137 balita dan balita yang ditimbang sejumlah 57 balita, 8 balita mengalami gizi
turut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Gizi Kurang Pada Balita di Wilayah
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah terjadinya peningkatan gizi kurang selama dua tahun
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2019.
Tahun 2019.
Tahun 2019.
Tahun 2019.
Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
faktor yang berhubungan dengan gizi kurang pada balita dalam upaya
mencegah terjadi kejadian gizi kurang pada balita serta untuk menurunkan
datang.
10
dengan gizi kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kacang Pedang
karena terus meningkatnya kasus gizi kurang pada balita di wilayah kerja
dilakukan pada Bulan Juli tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
yang memiliki balita berjumlah 137 ibu. Sampel penelitian ini adalah sebagian
menggunakan simple non random sampling untuk sampel kasus dan kontrol.
Peneilitian ini menggunakan desain studi case control. Variabel yang akan
diteliti yaitu gizi kurang pada balita, pendidikan ibu, pengetahuan ibu,
pendapatan keluarga, berat badan lahir dan petugas kesehatan. Penelitian ini