Anda di halaman 1dari 18

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase
yakni padat, cair dan gas. Fase padat hampir menempati 50% volume tanah
sebagian besar terdiri dari bahan organik dan mineral sisa volume selebihnya
merupakan ruang pori yang ditempati sebagian oleh fase cair dan fase gas yang
perbandingannya dapat bervariasi menurut musim dan pengelolaan tanah. tanah
berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang menangkap sinar matahari
dengan fungsi tanah berperan dalam siklus global karbon. Komponen penyusun
tanah yaitu bahan organik, mineral, air dan udara ini tersusun satu sama lain
sehingga membentuk tubuh tanah. Pada umumnya tanah berbeda-beda setiap
tempat, hal ini dipengaruhi oleh iklim, topografi, bahan induk dan kandungan air
dalam tanah.
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan panjang, lebar dan kedalaman tertentu
sesuai dengan keadaan. Tanah juga memiliki lapisan-lapisan yang sering disebut
dengan (horison), terdapatnya horison-horison pada tanah yang memiliki
perkembangan genetik mengestikan bahwa beberapa proses tertentu umum
terdapat dalam perkembangan profil tanah. Lapisan yang dihasilkan oleh proses
pembentukan tanah dibedakan menjadi empat kelompok yaitu O, A, B dan C.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan
cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk
mempelajari perkembangan profil, menetapkan jenis tanah maka disebut contoh
tanah satelit. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk
menilai tingkat kesuburan tanah disebut contoh tanah komplit. Pengambilan
contoh tanah secara komposit dapat menghemat daya analisis bila dibandingkan
dengan pengambilan secara individu. Ada lagi contoh tanah yang diambil dengan
pengambilan sampel disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan
untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah, karena strukturnya asli seperti
apa adanya dilapangan, sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh

1
strukturnya telah rusak disebut contoh tanah terganggu. Untuk menerapkan ilmu
yang telah dipelajari dalam praktikum yang dilakukan dilaboratorium, maka
diadakan praktikum lapangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum
lapangan tentang profil tanah untuk lebih meningkatkan pemahaman kita tentang
tanah sebagai media tumbuh tanaman.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Untuk mengamati vegetasi disekitar lahan
2. Untuk mengamati profil tanah
3. Menentukan tekstur tanah
4. Menentukan struktur tanah
5. Menentukan kemasaman (pH) tanah
6. Menentukan warna tanah
7. Menentukan konsistensi tanah
8. Menentukan bahan organik (BO) dan kandungan kapur tanah

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah sumber daya alam yang sangat penting dibidang pertanian
dan bidang-bidang lain, karena tanah merupakan salah satu sumber daya alam
penyusun lahan. Lahan merupakan sumber daya alam penyusun kerak bumi.
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman sekaligus penyedia unsur hara bagi
tanaman sehingga perlu dipelajari keadaannya (Rahadjo, 2005).
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan
muka air tanah (Pasaribu, 2007).
Tekstur tanah yaitu perbandingan relatif berbagai ukuran partikel
(sparasi/fraksi) dalam tanah, dinyatakan dalam %. Sparasi/fraksi tanah adalah
pasir (sand), debu (silt) dan lempung (clay). Tekstur tanah dapat diperoleh dengan
membandingkan rasio presentase pasir, debu dan lempung yang terkandung dalam
tanah menggunakan segitiga tekstur (Moya and Perezz, 2007).
Struktur tanah dapat mempengaruhi sifat fisik tanah yaitu pada kerapatan
partikel semakin mantap struktur tanah maka partikel penyusunnya juga akan
semakin rapat. Konsisitensi tanah juga ditentukan oleh seberapa mantap struktur
tanah yang ada, misalnya pada jenis struktur remah maka akan sulit
mempertahankan bentuknya karena sangat padat. Selain itu warna tanah juga
berhubungan dengan struktur pembentuk tanahnya, misalnya pada tipe struktur
tanah granuler dan remah, warnanya lebih gelap karena mengandung banyak
bahan organik (Handayanto, 2009 ).
Kemasaman atau kealkalian tanah (pH tanah) adalah suatu parameter
penunjuk keaktifan ion H⁺ dalam suatu larutan yang berkesitambungan dengan H
tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang ada
dalam sistem. Intensitas keasaman dinyatakan dengan pH dan kapasitas keasaman
dinyatakan dengan takaran H⁺ terdisosiasi ditambah N tidak terdisosiasi di dalam
sistem. Sistem tanah yang dirajam oleh ion - ion H⁺ dan 𝐴𝑙 3+ yang berada dalam

3
larutan tanah dan komplek jerapan . Bila PH sama dengan 7 menunjukan keadaan
alkalis (Indaranada, 2008).
Bahan organik tanah terdiri dari semua sisa makhluk hidup, baik yang
berasal dari manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan dan termasuk
mikroorganisme di dalam tanah baik yang sedang melapuk maupun yang telah
melapuk. Bahan organik sangat besar peranannya terhadap perbaikan struktur
tanah, menambah kemampuan tanah untuk mengikat air, manambah kemampuan
tanah untuk menahan unsur - unsur hara dalam arti kapasitas kation tanah menjadi
tinggi dan sebagai unsur-unsur hara dalam arti kapasitas tukar kation tanah
menjadi lebih tinggi dan sebagai sumber energi bagi kehidupan organisme. Bahan
organik tanah sangat menetukan jenis tanaman apa yang akan ditanam
(Darmawijaya, 2009).
Syarat pembuatan profil tanah yang baik adalah dibuat vertikal, mewakili
tapak disekitarnya, baru, tidak terkena cahaya matahari secara langsung dan tidak
tergenang air. Sifat-sifat dan morfologi tanah diamati melalui pendiskripsian
profil tanah atau pembauran tanah. Sifat-sifat dan morfologi tanah yang diamati
dapat meliputi : susunan horizon, batas horizon, warna tanah, tekstur tanah,
konsistensi, keadaan perakaran, sisa-sisa vegetasi, warna matriks, karatan, reaksi
tanah terhadap H₂O₂ serta sifat morfologi lainnya. Dari setiap horizon pada
masing-masing pedon diambil contoh tanah untuk analisis langsung dilapangan
(Yuliana, 2012).

4
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Minggu, 13 Mei 2018 pukul
13.00-16.00 WITA yang bertempat di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Mataram, Desa Nyur Lembang, Kec. Narmada, Kab. Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku Munsell Soil Color
Chart, ember, pisau, pH stik, botol pemancar, meteran, alat tulis dan kertas
borlish. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah profil tanah
Narmada, KCL, H₂O dan Aquades.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah:
3.3.1. Pengamatan Vegetasi
1. Diamati tanaman yang ada disekitar lahan
2. Dihitung jumlah dari masing-masing tumbuhan tersebut
3. Ditentukan vegetasi tumbuhan yang dominan dilahan tersebut
4. Dicatat hasilnya
3.3.2. Pengamatan Profil Tanah
1. Diamati sekeliling areal pengamatan profil tanah
2. Diamati profil tanah
3. Diukur kedalaman sampel profil tanah
4. Diamati lapisan-lapisan yang ada pada penampang melintang sampel
profil tanah
5. Diukur ketebalan masing-masing lapisan yang ada pada sampel profil
tanah
6. Diamati banyaknya bebatuan yang ada pasa setiap lapisan disampel
profil tanah

5
7. Dicatat hasilnya
3.3.3. Penetapan Tekstur Tanah secara Kualitatif
1. Diambil sampel tanah pada setiap lapisan
2. Dilakukan pengulian pada setiap sampel tanah yang diambil dari setiap
lapisan (diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk)
3. Ditetapkan persentase pasir, debu dan liat pada setiap sampel dari
masing-masing lapisan
4. Ditetapkan kelas tekstur tanah dengan melihat pada segitiga tekstur
USDA / pada tabel kelas tekstur tanah
5. Dicatat hasilnya
3.3.4. Pengamatan Struktur Tanah secara kualitatif
1. Diambil bongkahan tanah dari setiap lapisan
2. Diamati bongkahan tanah dari setiap lapisan
3. Ditekan bongkahan tanah hingga bongkahan tanah patah / hancur
4. Ditentukan kekuatan tekanan untuk mematahkan / menghancurkan
tanah tersebut
5. Diamati bongkahan tanah yang patah / hancur tersebut
6. Ditetapkan struktur setiap lapisan
7. Dicatat hasilnya
3.3.5. Penetapan pH tanah dilapangan
1. Diambil sampel setiap lapisan dari bawah ke atas
2. Dimasukkan sampel tanah secara bergantian kedalam botol kocok
3. Ditambahkan ± 20 ml H₂O kedalam botol kocok
4. Dikocok sampel tanah hingga homogen
5. Didiamkan selama beberapa menit sehingga tanah mengendap
6. Ditentukan pH tanah dengan menggunakan pH stik dengan
dibandingkan warna yang ada pada pH stik dengan yang ada di kotak
stik
7. Dicatat hasilnya
3.3.6. Penetapan Warna Tanah
1. Diambil bongkahan tanah dari setiap lapisan

6
2. Diberi aquades sedikit agar warna tanah terlihat jelas
3. Dibandingkan warna bongkahan tanah dengan warna yang ada pada
buku Munsell Soil Color Chart
4. Ditetapkan warna tanah
5. Ditetapkan pula Hue, Value dan Chromanya
6. Dicatat hasilnya
3.3.7. Menentukan Bahan Organik (BO) dan Kandungan Kapur Tanah
1. Diambil sampel tanah dari semua lapisan dari bawah ke atas
2. Dicampur sampel tanah dari semua lapisan
3. Ditambahkan H₂O₂ atau KCl untuk mengukur bahan organik
4. Diamati banyak sedikit jumlah gelembung yang terjadi setelah
ditambahkan H₂O₂ atau KCl
5. Ditetapkan % kandungan bahan organik / kapur pada tanah dengan
melihat banyaknya gelembung yang dicatat
6. Dicatat hasilnya
3.3.8. Penetapan Konsistensi Tanah dilapangan
1. Diambil setiap sampel dari semua lapisan
2. Diamati sampel tanah
3. Ditentukan konsistensi tanah dalam keadaan lembab dan kering
4. Dicatat hasilnya

7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lahan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Lahan
No. Pengamatan Hasil
1. Nomor Profil 2
2. Posisi BT – LS 116° 6’ 11” BT , 8° 35’ 27” LS
3. Cuaca Kelam
4. Kemiringan 2° - 5°
5. Ketinggian 132 mdpl
6. Relief Bergelombang
7. Drainase Baik
8. Iklim Panas
9. Erosi
a. Percikan 0
b. Lembar 1-2
c. Alur 0
d. Selokan 0
e. Longsor 0

Praktikum ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Narmada Fakultas


Pertanian Unviversitas Mataram, dimana posisinya terletak 116° 6’ 11” BT dan 8°
35’ 27” LS dengan ketinggian 132 mdpl dan kemiringan 2° - 5°, kemiringan
lereng mempengaruhi erosi melalui run off. Makin curam lereng makin besar laju
dan jumlah aliran permukaan dan semakin besar erosi yang terjadi, butir-butir
tanah yang terpercik kebawah oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak.
Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin besar sejalan dengan semakin
miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal, sehingga lapisan tanah atas
yang tererosi akan semakin banyak. Pada lahan ini, kemiringannya sangat rendah
yang berkisar antara 2° - 5° sehingga erosi yang terjadi didaerah ini rendah pula,

8
dengan jumlah percikan, alur, selokan dan longsor diperoleh 0 atau tidak ada,
sedangkan untuk lembarnya diperoleh 1-2. Hal ini menunjukkan bahwa lahan
percobaan Narmada rentan terhadap bahaya erosi yang tinggi dan lahan tersebut
sangat subur untuk ditanami tanaman karena ketercukupan air.

4.2. Pengamatan Vegetasi


Tabel 2. Hasil Pengamatan Vegetasi Tanaman
Persentase
Vegetasi Jenis yang dominan
(%)
Pohon tinggi 20 Cocos nucifera (Kelapa)
Pohon rendah 5 Psidium guajava (Jambu)
Belukar 15 Pennisetum purpureum (Rumput Gajah)
Rumput 60 Oryza sativa (Padi)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilahan percobaan didapat


hasil untuk vegetasi tanaman pohon tinggi dengan persentase 20% dengan
tanaman yang mendominan Cocos nucifera (kelapa), pohon rendah dengan
persentase 5% tanaman yang mendominan Psidium guajava (jambu), belukar
persentase 15% dengan tanaman yang mendominan Pennisetum purpureum
(Rumput gajah), rumput dengan persentase 60% tanaman yang mendominan
Oryza sativa (Padi). Padi merupakan jenis tumbuhan yang hanya bisa hidup di
daerah dataran rendah saja, kelapa, jambu dan rumput gajah juga. Ketinggian
lahan percobaan ialah 132 mdpl yang masuk kedalam zona iklim panas. Suhu
pada zona ini berkisar antara 22°C sampai 26,3°C.

9
4.3. Pengamatan Profil Tanah
Tabel 3. Hasil Pengamatan Profil Tanah
Kedalaman Ketebalan
Lapisan Batas lapisan
profil (cm) lapisan (cm)
1 0-22 Jelas Rata
2 22-36 Berangsur-angsur Bergelombang
80 3 36-43 Baur Rata
4 43-49 Tegas Rata
5 >49 Jelas Bergelombang

Berdasarkan pengamatan profil tanah pada tanah inceptisol dilahan


percobaan UNRAM Narmada terdapat 5 horizon dengan kedalaman 80 cm. Pada
lapisan 1 dengan ketebalan 0-22 cm dan terdapat pada lapisan atas didominasi
oleh tanah berlempung dan memiliki batuan yang tidak terlalu banyak. Batas
lapisan pada lapisan 1 ini jelas dan rata. Lapisan top soil ini merupakan lapisan
yang paling banyak bahan organik karena lapisan ini merupakan tempat vegetasi
oleh dekomposes. Pada lapisan 2 dengan ketebalan 22-36 cm dan terdapat
dilapisan tanah tengah tepat dibawah bagian pertama. Pada lapisan 3 memiliki
ketebalan 36-43 cm terdapat dibawah lapisan kedua. Pada lapisan 4 dengan
ketebalan 43-49 cm terdapat dibawah lapisan ketiga. Lapisan ini terdapat batuan
yang belum melapuk dan sebagian sudah dalam proses pelapukan. Pada lapisan
kelima memiliki ketebalan >49 cm dan terdapat pada lapisan batuan induk yang
terdiri dari banyak batuan. Batuan pada lapisan ini mudah pecah tapi sangat sulit
ditembus oleh akar-akar tanaman. Adapun sistem perakaran pada daerah tersebut
pada lapisan pertama, kedua dan ketiga termasuk tinggi dan keempat dan kelima
rendah. Tanah dilahan ini termasuk tanah yang subur.

10
4.4. Penetapan Tekstur Tanah
Tabel 4. Hasil Pengamatan Tekstur Tanah
Tekstur (%)
Lapisan Kelas tesktur
P D L
1 10 30 60 Clay
2 15 30 55 Clay
3 30 25 45 Clay
4 55 10 35 Sandy Clay Loam
5 90 5 5 Sand

Berdasarkan hasil pengamatan tekstur tanah dengan cara pengulian, pada


lapisan 1 diperoleh kelas tesktur Clay (Liat), karena pada lapisan 1 fraksi liatnya
tinggi dibanding fraksi debu dan pasir. Lapisan ini juga terletak pada lapisan atas
yang sedikit batuan. Pada lapisan 2 dan 3 diperoleh kelas tekstur Clay (Liat),
fraksi liat lebih tinggi dibanding fraksi debu dan pasir. Dimana Clay (Liat) itu
sendiri ialah tanah yang mempunyai luas permukaan lebih besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Lapisan 1,2 dan 3
memiliki kelas tekstur yang sama yaitu Clay (Liat) karena ketiga lapisan tersebut
memiliki solum (tanah) berukuran ≤ 2 mm dan memiliki daya lekat yang cukup
tinggi antara partikelnya. Pada lapisan 4 diperoleh kelas tekstur Sandy Clay Loam
(Lempung Liat Berpasir), dimana fraksi pasir lebih banyak dibanding debu dan
liat. Pada lapisan ini batuan mengalami pelapukan. Tanah pada lapisan ini agak
halus dan kasar karena fraksi pasir yang tinggi. Pada lapisan 5 diperoleh kelas
tekstur Sand (Pasir) karena fraksi pasir sangat tinggi dibanding fraksi debu dan
liat. Dimana tanah ini terasa kasar sangat jelas, tidak melekat dan tidak dapat
membentuk gulungan.

11
4.5. Penetapan Struktur Tanah
Tabel 5. Hasil Pengamatan Struktur Tanah
Lapisan Struktur
1 Kuat
2 Kuat
3 Lemah
4 Sedang
5 Tak berstruktur

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh struktur tanah pada lapisan 1


struktur tanah kuat, karena mengandung sedikit batuan, selain itu pada lapisan ini
terdapat banyak kandungan organik dan humus yang baik bagi tanaman. Lapisan
2 memiliki struktur tanah kuat sama seperti lapisan 1. Pada lapisan 3 struktur
tanahnya lemah karena diperlukan sedikit tekanan untuk menghancurkan
gumpalan tanah dengan meremas. Sebenarnya dalam teori kelas tekstur liat tidak
akan mempunyai struktur yang lemah karena tekstur liat mempunyai struktur yang
padat tetapi dalam praktikum ini didapat struktur yang liat. Pada lapisan 4 struktur
tanahnya sedang karena termasuk kelas tekstur Sandy Clay Loam ( Lempung Liat
Berpasir ) yang terdapat pasir dan liat yang hampir sama nilai fraksinya sehingga
struktur tanahnya sedang. Pada lapisan 5 struktur tanahnya tak berstruktur, karena
pada lapisan ini terdapat batuan yang sangat banyak dan memiliki fraksi pasir
yang banyak.

12
4.6. Penetapan Kemasaman Tanah / pH tanah
Tabel 6. Hasil Pengamatan Kemasaman (pH) Tanah
Lapisan Kemasaman (pH)
1 6
2 6
3 6
4 5
5 5

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh pada lapisan 1 sampai 3 memiliki


pH yang sama yaitu 6. Sedangkan pada lapisan 4 sampai 5 memiliki pH yang
sama yaitu 5. Tanah pada lahan percobaan ini termasuk tanah masam karena pH
tiap lapisannya dibawah 7. Fakta yang mempengaruhi kemasaman / pH tanah
ialah bahan induk, tipe vegetasi, jumlah curah hujan (iklim), bahan organik dan
aktivitas mikroorganisme.

4.7. Penetapan Warna Tanah


Tabel 7. Hasil Pengamatan Warna Tanah
Lapisan Hue Value Chroma Warna Tanah
1 10 YR 7 2 Light gray
2 10 YR 6 3 Pole brown
3 7,5 YR 5 4 Brown
4 10 YR 3 3 Dark brown
5 2,5 YR 7 4 Light reddish brown

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh warna tanah pada tiap lapisan


berbeda. Lapisan atas berwarna lebih terang sedangkan di bawahnya berwarna
lebih gelap. Hal ini dipengaruhi oleh bahan organik. Perbedaan warna pada tiap
lapisan umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Makin rendah
kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Pada lapisan pertama warna
tanah berwarna light gray (abu terang), hal ini menunjukkan bahwa kandungan

13
bahan organiknya tinggi. Lapisan kedua warna tanah pole brown (cokelat pucat),
kandungan bahan organik pada lapisan ini banyak, tetapi kurang dari banyaknya
bahan organik pada lapisan pertama. Lapisan ketiga warna tanah brown (cokelat),
kandungan bahan organiknya banyak dibawah kandungan bahan organik pada
lapisan kedua. Lapisan keempat warna tanah dark brown (cokelat gelap)
kandungan bahan organik pada lapisan ini berkurang atau semakin sedikit. Dan
pada lapisan kelima warna tanah light reddish brown kandungan bahan organik
pada lapisan ini sangat rendah karena terletak pada bagian bawah tanah dan
merupaka horizon batuan.

4.8. Penetapan Bahan Organik (BO) dan Kandungan kapur tanah


Tabel 8. Hasil Pengamatan Bahan Organik (BO) dan Kandungan Kapur
Tanah
Lapisan Bahan Organik Kapur
1 Tinggi Rendah
2 Sedang Rendah
3 Sedang Rendah
4 Rendah Rendah
5 Rendah Rendah

Berdasarkan hasil pengamatan, bahan organik (BO) pada lapisan pertama


tinggi dan bahan kapurnya rendah. Pada lapisan kedua dan ketiga bahan
organiknya (BO) sedang dan bahan kapurnya rendah. Pada lapisan keempat dan
kelima bahan organiknya rendah dan bahan kapurnya rendah. Hal ini terjadi
karena pada lapisan top soil sangat banyak kandungan bahan organiknya,
sedangkan lapisan kelima bahan organik rendah lebih mendominan pada bahan
induk dan mineral. Kandungan bahan kapur pada tiap lapisan rendah, karena
lahan percobaan ini termasuk tanah inceptisol yang memiliki kandungan kapur
yang rendah.

14
4.9. Penetapan Konsistensi Tanah
Tabel 9. Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah
Konsistensi
Lapisan
Lembab Kering
1 Teguh Keras
2 Sangat Teguh Sangat Keras
3 Teguh Lunak
4 Gembur Agak Keras
5 Lepas Lepas

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh konsistensi tanah tiap lapisan


berbeda. Konsistensi tanah dapat ditentukan oleh tesktur dan struktur tanah.
Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah
yang efisien dan penetrasi akar tanaman dilapisan tanah bawahan. Tanah yang
bertekstur pasir bersifat tidak lengket dan lepas-lepas. Hal yang sebaliknya terjadi
pada tanah bestekstur lempung-berat. Konsistensi juga berperan dalam
pengolahan tanah untuk menentukan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam.

15
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum lapangan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada praktikum ini ditemukan vegetasi tanaman yang dominan untuk
pohon tinggi ialah Cocos Nucifera (kelapa) , pohon rendah Psidium
guajava (jambu), belukar Pennisetum purpureum (rumput gajah) dan
rumput ialah Oryza sativa (padi).
2. Profil tanah yang diamati setebal 80 cm dan terdapat 5 lapisan dengan
ketebalan berbeda-beda.
3. Tekstur tanah pada setiap lapisan memiliki kelas tekstur berbeda-beda.
Dari hasil pengamatan kebanyakan kelas tekstur didominasi oleh fraksi
liat.
4. Struktur tanah tiap lapisan berbeda dari kuat, sedang, lemah dan tak
berstruktur. Hal tersebut dipengaruhi oleh kandungan bahan organik,
perakaran, kation dan mikroorganisme.
5. Kemasaman (pH) tanah tiap lapisan berbeda. Tanah ini termasuk tanah
masam karena nilai pH tiap lapisan dibawah 7.
6. Warna tanah ditentukan dengan buku Munsell Soil Color Chart yang tiap
lapisan tanahnya berbeda-beda karena dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik.
7. Konsistensi tanah ditentukan dengan keadaan lembab dan kering yang
tiap lapisannya berbeda-beda. Konsistensi ditentukan oleh tekstur dan
struktur tanah.
8. Penentuan bahan organik (BO) tiap lapisan berbeda dari yang tinggi
bahan organiknya sampai rendah. Kandungan kapur tanah rendah karena
termasuk tanah inceptisol.

16
5.2.Saran
Lahan percobaan Narmada termasuk kedalam tanah inceptisol. Tanaman yang
cocok tumbuh didaerah tersebut ialah tebu, tembakau, padi, jagung, kakao atau
coklat, panili dan pala.

17
DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, M. Isa. 2009. Klasifikasi Tanah. Universitas Gadjah Mada


Press. Yogyakarta.

Handayanto. 2009. Panduan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah.


Universitas Lampung. Lampung.

Indranada K, Henny.2008. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara.


Jakarta.

Moya, R. and D. Perezz. 2007. Effects of physical and chemical soil


properties on Physical wood characteristics of Tectona grandis
plantations in Costa Rica. Dalam Journal of Tropical Forest
Science 20(4) : 248-257

Pasaribu. 2007. Profil Tanah. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Rahadjo. 2005. Penetapan Kadar Air Metode Oven. IPB Press. Bogor.

Yuliana, E.D. 2012. Karakteristik dan Klasifikasi Tanah Rawa Pasang


Surut di Karang Agung Ulu Sumatera Selatan. Jurnal Udayana
Mengabdi 8 : 1-8.

18

Anda mungkin juga menyukai