Demonstran adalah pelaku demontrasi yang biasanya dilakukan oleh para pemuda,
mahasiswa, buruh, atau sekelompok orang dalam menyuarakan pembelaannya atas ketidak
adilan pemerintah atau penguasa1. Demonstrasi biasanya dilakukan dengan berbagai cara
seperti aksi turun jalan, teatrical, mimbar bebas, dll. Tetapi pada intinya, dari berbagai cara
tersebut dilakukan para demonstran untuk membela rakyat yang dipandang mereka tertindas
oleh penguasa.
Tritura (tiga tuntutan rakyat) pada tahun 1966 yang berisi bubarkan PKI beserta
ormas-ormasnya, Perombakan kabinet Dwikora, dan turunkan harga sembako adalah
peristiwa demonstrasi besar-besaran di Indonesia yang diserukan oleh mahasiswa yang
tergabung dalam organisasi KAMI (kesatuan aksi mahasiswa indonesia)3. Hasilnya pada
tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle kabinet.
Runtuhnya Orba adalah bukti nyata kekuatan para demonstran untuk menegakkan
keadilannya dalam menentang oligarki kekuaaan pada masa itu. Berawal dari terpilihnya
1
KBBI, Yufid.
2
Di BawahLentera Merah, Soe Hok Gie hal. 47
3
Catatan Seorang Demonstran, Soe Hok Gie
4
Peristiwa Malari, Wikipedia Indonesia
kembali Presiden Soeharto dalam Sidang Umum MPR 11 Maret 1998, dalam setiap
demonstrasi mahasiswa di kota-kota besar di Jawa, seruan pengunduran diri Presiden mulai
terdengar. Rangkaian aksi kerusuhan mencapai puncaknya ditandai dengan meletusnya
Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998. Pada waktu itu, mahasiswa Universitas Trisakti sedang
melancarkan aksi unjuk rasa, namun mereka dihadang oleh aparat keamanan, dan terjadilah
bentrokan yang menewaskan empat orang mahasiswa akibat tembakan peluru tajam. Tragedi
ini menjadi bagian pemicu bagi rangkaian kerusuhan yang lebih besar pada tanggal 13-15
Mei5. Puncaknya pada tanggal 18 mei 1996 para demonstrasi yang berisi mahasiwa dan
masyarakat ibu kota berhasil menduduki gedung DPR/MPR. Akhirnya pada tanggal 21 Mei
1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dan digantikan wakilnya yaitu B.J Habibie
sebagai Presiden mandataris MPR. Setelah itu Presiden B.J Habibie pun segera melaksanakan
reformasi sesuai yang dikehendaki masyarakat dan kala itu dimulailah kebebasan
berpendapat beserta kebebasan pers yang tidak didapatkan pada mas Orba. Pada saat itu
dikenal juga sebagai awal munculnya sumpah mahasiswa yang berbunyi “kami mahasiswa
Indonesia bersumpah bertanah air satu tanah air tanpa penindasan, berbangsa satu bangsa
yang gandrung akan keadilan, berbahasa satu bahasa tanpa kebohongan HIDUP RAKYAT!”.
Entah sejarah apalagi yang akan diciptakan oleh para demonstran, dengan sejarah
mereka yang begitu besarnya, kekuatan yang tidak bisa diremehkan sehingga dapat melawan
penindasan dalam bentuk apapun. Tetapi satu yang perlu kita contoh dari mereka, rasa
kepedulian terhadap penindasan masyarakat membentuk mereka dalam satu kesatuan tanpa
rasa takut untuk melawan penindasan. Bukankah Negeri ini merebut kemerdekaan dengan
persatuan pula melawan kolonial, itu adalah salah satu bukti bahwa meruntuhkan penindasan
bisa kita wujudkan yaitu dengan persatuan. Demonstrasi pun laksana perjuangan seperti
merebut kemerdekaan, sama-sama memperjuangkan akan haknya yang tertindas dan
menginginkan kemerdekaan menuju kesejahteraan sejati. Tetapi demonstrasi juga harus
diikuti dengan perubahan yang nyata bukan hanya meruntuhkan penindasan tapi melahirkan
penindasan baru, pastinya ini akan menjadi tugas yang sangat berat bagi para demonstran
yang mengaku dirinya sebagai pembela hak-hak rakyat dalam melawan penindasannya.
5
Detik-Detik yang Menentukan, B.J Habibie hal. 8