NIM : 711345317011
TUGAS
ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Dalam ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yng mempengaruhi tingkat sensitivitas
dari hasil pengujian, antara lain :
Banyak molekul antibody penangkap yang berhasil menempel pada dinding-dinding
microtiter.
Avinitas dari antibody penangkap dan antibody detector terhadap antigen sebenarnya,
teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan dari teknik ELISA terdahulu, yaitu
ELISA direct.
Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada tingkat sensitivitasnya
yang relatif lebih tinggi karena antigen yang diinginkan harus dapat berinteraksi dengan dua
jenis antibody, yaitu antibody penangkap dan antibody detector, kemampuannya menguji
sampel yang tidak murni, dan mampu mengikat secara selektif antigen yang dikehendaki.
Tanpa lapisan pertama antibodi penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk protein
serum) dapat diserap secara kompetitif oleh permukaan lempeng, menurunkan kuantitas
antigen yang terimobilisasi.
Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga memiliki kelemahan, yaitu teknik ini
hanya dapat diaplikasikan untuk medeteksi antigen yang bersifat multivalent serta sulitnya
mencari dua jenis antibody yang dapat berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenic yang
berbeda (epitopnya harus berbeda).
4. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) Biotin Sterptavidin (Jenis ELISA
Modern)
Pada perkembangan selanjutnya, teknik ELISA sandwich ini juga dikembangkan untuk
mendeteksi antibody dengan tingkat sensitivitas relatif lebih tinggi. Teknik ini dikenal sebagai
teknik ELISA penangkap antibody, dimana prinsip kerjanya sama dengan ELISA sandwich,
hanya saja yang digunakan dalam teknik ini adalah antigen penangkap dan antigen detector
(antigen bertaut enzim signal, bersifat opsional apabila antibody yang diinginkan tidak bertaut
dengan enzim signal).
Contoh dari aplikasi teknik ini adalah teknik ELISA untuk mendeteksi vitamin biotin
yang bertaut dengan suatu antibody avidin dengan mengubah antibody avidin menjadi antibody
streptavidin, dimana satu molekul streptavidin dapat mengikat empat molekul biotin
(pengembangan dari ELISA indirect), sehingga signal yang teramplifikasi menjadi semakin
kuat akibat interaksi antara biotin dengan enzim yang menjadi semakin banyak.
5. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) Multiplex
Teknik ELISA merupakan pengembangan teknik ELISA yang ditujukan untuk pengujian
secara simultan,sedangkan prinsip dasarnya mirip dengan teknik ELISA terdahulu.
6. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) COMPETITIVE
Teknik ELISA jenis ini juga merupakan pengembangan teknik ELISA terdahulu.Prinsip
dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu competitor ke dalam lubang
mikrotiter.Teknik ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan
antigen atau antibody.
Pada pendeteksian antigen, pertama mikrotiter diisi antibody spesifik yang dapat
berinteraksi dengan antigen yang diinginkan maupun antigen spesifik bertaut enzim signal,
sehingga antibody spesifik tersebut dapat menempel pada bagian dinding-dinding
lubangmikrotiter. Lalu larutan yang mengandung antigen spesifik yang telah ditautkan dengan
enzim signal dan larutan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan dimasukkan ke
dalam lubang-lubang mikrotiter sehingga terjadi kompetisi antara antigen spesifik bertaut
enzim signal dengan antigen yang diinginkan untuk dapat berinteraksi dengan antibody
spesifik yang dilanjutkan dengan membilas mikrotiter untuk membuang antigen spesifik tertaut
enzim signal atau antigen yang tidak berinteraksi dengan antibody spesifik.
Lalu kedalam lubang-lubang mikrotiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat
bereaksi dengan enzim signal yang tertaut pada antigen spesifik, sehingga enzim yang tertaut
dengan antigen yang telah berinteraksi dengan antibody spesifik akan bereaksi dengan substrat
dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Pada proses pendeteksian ini, pendeteksian
positif ditandai oleh tidak adanya signak yang ditimbulkan, yang berarti bahwa antigen yang
diinginkan telah menang berkompetisi dengan antigen spesifik tertaut enzim signal dan
berinteraksi dengan antibody spesifik.
Sedangkan pada pendeteksian antibody, pertama mikrotiter diisi antigen spesifik yang
dapat berinteraksi dengan anti bodi yang diinginkan maupun antibody spesifik tertaut enzim
signal, sehingga antigen spesifik tersebut dapat menempel pada bagian dinding-dinding
mikrotiter, kemudian mikrotiter dibilas untuk membuang antigen spesifik yang tidak
menempel pada dinding-dinding mikrotiter.
Lalu larutan yang mengandung antibody spesifik yang telah ditautkan dengan enzim
signal dan larutan sampel yang mengandung antibody yang diinginkan dimasukkan ke dalam
lubang-lubang mikrotiter, sehingga terjadi kompetisi antara antibody spesifik tertaut enzim
signal dengan antibody yang diinginkan untuk dapatberinteraksi dengan antigen spesifik, yang
dilanjutkan dengan membilas mikrotiter untuk membuang antibody spesifik tertaut enzim
signal atau antibody yang tidak berinteraksi dengan antigen spesifik.
Lalu, kedalam lubang-lubang mikrotiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat
bereaksi dengan enzim signal yang tertaut pada antibody spesifik, sehingga enzim yang tertaut
dengan antibody yang telah berinteraksi dengan antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat
dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Pada proses pendeteksian ini, pendeteksian
positif juga ditandai oleh tidak adanya signal yang ditimbulkan, yang berarti antibody yang
diinginkan telah menang berkompetisi dengan antibody spesifik tertaut enzim signal dan
berinteraksi dengan antigen spesifik.
Dalam ELISA kompetitif, semakin tinggi konsentrasi antigen orisinal, semakin lemah
sinyal yang dihasilkan.
Tes HIV ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan dengan
ELISA (enzyme-linked immunisorbent assay) atau dikenal juga dengan EIA (enzyme
immunoassay).
Antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respon
terhadap kehadiran zat asing, seperti virus. Jika tes HIV Anda pada ELISA positif, dokter akan
menyarankan tes lanjutan dengan Western bolt untuk memastikan infeksi HIV.
Sampel darah diambil dari permukaan kulit Anda, dengan prosedur pengambilan darah
pada umumnya. Kemudian sampel darah dimasukkan ke dalam tabung khusus. Sampel darah
dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Untuk tes ELISA, sampel darah dimasukkan ke
cawan petri yang berisi antigen HIV. Antigen adalah zat asing, seperti virus, yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh merespon.Jika darah Anda mengandung antibodi
terhadap HIV, darah akan mengikat antigen. Kemudian ini akan diperiksa dengan
menambahkan enzim ke cawan petri tersebut, untuk membantu mempercepat reaksi kimia.
Setelah itu, akan terlihat bagaimana reaksi darah dan antigen Anda. Jika isi cawan petri
berubah warna, Anda mungkin terinfeksi HIV.Hasil dari tes HIV dengan ELISA biasanya
memakan waktu satu sampai tiga hari, tapi ini bervariasi tergantung pada tes, laboratorium,
dan apakah itu tes kesehatan di rumah.
Karena ada kemungkinan kecil bahwa antibodi seseorang akan salah menempel pada
protein non-HIV selama tes berlangsung, maka diperlukan tes kedua yang lebih spesifik.
Namun, tes kedua ini dilakukan jika tes yang awalnya positif. Tes ini disebut Western blot.
Contoh Pemeriksaan ELISA: Tes Kehamilan Menggunakan Hormon hCG :
Pada hari kesepuluh setelah sel telur dibuahi oleh sperma pada saluran Tuba fallopi, sel
telur akan bergerak menuju Rahim dan melekat pada dinding Rahim tersebut. Sejak saat itulah
plasenta akan mengalami perkembangan dan hCG mulai diproduksi. Human Chorionic
gonadotropin (hCG) pada dasarnya merupakan hormone glikoprotein yang diproduksi oleh sel
normal trofoblat pada plasenta selama kehamilan yang dapat ditemukan dalam darah dan air
seni.
hCG terdiri dari 2 subunit polipeptida yang terikat secara nonkovalen dengan berat
molekul total 39 kD. Subunit rantai identic dengan subunit rantai dari hLH (human
Luteinizing Hormone), hFSH (human Follicle Stimulating Hormone) dan hTSH (human
Thyreoidea Stimulating Hormone). Subunit bertanggung jawab pada efek hormonal molekul
hCG. Pengukuran hCG yang sempurna dan keberadaan subunit memberi hasil yang sama pada
darah dan urin, tapi tidak pada subunit . Produksi hormone hCG akan bertambah banyak selama
trimester pertama, dimana level hCG yang sempurna mempunyai rentang dari 20000 mIU/ml
sampai 50000 mIU/ml (1 ng = 15 mIU).
Keberadaan hCG sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlambatan
haid, yaitu kira-kira hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding Rahim. Kadar hormone
tersebut akan terus-menerus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak
hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil akan mengalami penambahan kadar
hormone hCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari.
Peningkatan kadar hormone ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering
dialami oleh para ibu hamil. Selanjutnya kadar hCG akan menurun terus secara perlahan, dan
hamper mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan. Pengetesan dapat dilakukan
pada saat wanita mengalami keterlambatan siklus haid atau kira-kira 7 hari setalah
berhubungan.Sampel yang sigunakan pada umumnya adalah urin. Biasanya dianjurkan
menggunkan air seni yang keluar pertama kali setelah bangun pagi, karena pada saat tersebut
konsentrasi hormone hCG relatif tinggi. Sebenarnya uji darah pada tes kehamilan yang
dilakukan di laboratorium juga memiliki prinsip kerja yang relatif sama, yait mendekati kadar
hCG. Namun, tes darah mempunyai kelebihan berupa kemampuan untuk mendeteksi usia janin
bertumbuh di dalam Rahim seorang ibu.