Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA

A. Definisi
Asma Bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya wheezing (mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat
paparan terhadap suatu zat iritan atau alergan. (Margaret Varnell Clark, 2013)
Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran
bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan
saluran bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi
hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek,
wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak
didalam bronkus (jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini terutama disebabkan
oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedu, asap rokok dapat
mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007)
Asma bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan
berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena
peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (sport
science and medicine, 2007)
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas
sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan
manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa asma bronkial
adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus
yang bersifat reversible dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti
infeksi, alergi dan lain-lain.
B. Etiologi
Menurut Margaret Varnell Clark (2013), faktor-faktor penyebab dan
pencetus asma antara lain:
a. Jamur indoor/sick building syndrome
Data yang ada menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jamur
indoor dan penyakit pernafasan alergik. Terminology sick building
syndrome telah digunakan untuk berbagai macam penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan internal. Hal ini sering diperberat dengan
adanya lingkungan yang lembab dan pertumbuhan jamur.
b. Radon
Merupakan gas radioaktif alami penyebab kanker yang dapat ditemukan
ditanah, air dan udara, baik didalam maupun diluar ruangan. Diperkirakan
lebih dari 50% dosis efektif radioaktif alami setiap tahunnya disebabkan
oleh paparan radon.
c. Binatang/Hewan peliharaan
Bintang melepaskan protein ke lingkungan sekitar melalui cairan
tubuhnya seperti saliva dan dander. Dander dapat didefinisikan sebagai
bahan organik atau protein dari tubuh hewan atau dapat juga disebut
sebagai serbuk hewan. Pada sebagian besar pasien alergi, dender tidak
membuat iritasi. Meskipun demikian, dander dapat menjadi makanan
untuk tungau debu untuk mengiritasi banyak pasien asma. Allergen juga
dapat dijumpai pada urin hewan pengerat liar atau peliharaan. Pada
akhirnya semua hewan termasuk manusia dapat menghasilkan makanan
yang cukup untuk tungau debu organic dan memberikan kesempatan bagi
pertumbuhan bakteri di rumah.
d. Tungau debu rumah
Tungau debu tidak bisa dihindari meskipun meminimalisai pengaruh
yang ditimbulkannya bisa dilakukan. Bantal dan matras dapat dibungkus
dengan pembungkus alergen plastik. Linen tempat tidur harus dicuci
secara rutin dengan air panas. Bantal, boneka dan mainan juga dapat dicuci
dengan cara biasa secara rutin. Deterjen dan pemutih dapat juga berperan
dalam mengurangi alergen tungau debu pada proses pencucian.
e. Kecoa
Data menunjukan bahwa membasmi dan menghindari alergen kecoa
memiliki aspek yang positif pada asma. Makanan dan sampah didalam
rumah tidak boleh dibiarkan dalam keadaan terbuka. Racun, seperti yang
digunakan sebagai umpan kecoa dan alat semprot, merupakan alat yang
efektif dalam mengendalikan populasi kecoa, tetapi dapat menimbulkan
iritasi bagi pasien asma.
f. Serbuk sari
Serbuk sari saat musim serbuk sari bersifat iritatif pada banyak pasien
asma. Pemamtauan ketat pada rencana terapi masing-masing individu
dengan asma saat musim serbuk sari harus dilakukan dan dilakukan
penyesuaian terhadap obat-obatan yang diberikan agar asmanya dapat
terkontrol dengan baik.
g. Polusi udara dan gas buangan kendaraan
Banyak studi menunjukan bahwa peningkatan zat-zat tertentu dari gas
buangan kendaraan memberikan efek negative pada pasien asma.
Dipercaya bahwa pada pasien asma terjadi peningkatan stress oksidatif
saluran nafas dan penurunan fungsi saluran nafas pada pasien asma ketika
terpajar dengan polusi udara.
h. Asap rokok
Pasien asma, terutama anak-anak, harus menghindari asap rokok. Asap
rokok dapat mencetuskan serangan asma. Yang menarik, data menunjukan
efek yang bervariasi menurut usia. Efek merokok pasif telah terbukti lebih
berat dalam mencetuskan serangan asma pada seorang anak bila yang
merokok adalah ibunya daripada orang lain di sekitar mereka. Selain itu,
beberapa studi menunjukan bahwa ibu yang perokok dapat meningkatkan
resiko timbulnya asma saat masi bayi dan kanak-kanak. Pasien asma dan
keluraganya harus diberikan edukasi untuk selalu menghindari asap rokok
dan lingkungan yang penuh asap rokok.
C. Anatomi Fisiologi
Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang
dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus.
Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian
bawah dari bronkus sampai alveolus. Fungsi utama sistem pernafasan adalah
menyediakan oksigen untuk metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan
karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi
tambahan sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam
basa dalam tubuh, menghasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap,
mempertahankan kadar cairan dalam tubuh serta mempertahankan
keseimbangan panas tubuh.
Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses
yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran gas di
paru-paru), transportasi (pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi
(pertukaran gas di jaringan). Adapun kondisi yang mendukung dari proses
pernafasan adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi
jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga
harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat
pernafasan dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.
Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan fisiologi dari
organ-organ pernafasan:
a. Hidung
Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara
pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel
thoraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung
berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.
b. Pharing
Berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga
bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing. Pharing
merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran
pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan
menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.
c. Laring
Berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai
kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan membentuk
bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang
terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada
pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang
rawan krikoid yang berhubungan dengan trakea.
d. Trakea
Terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah
krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5.
Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat
percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin
kartilago.
e. Bronkus
Dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap
partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya
dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk
dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
f. Bronkiolus
Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran-
saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi.
Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia
dan tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada
bronkiolus respirasi.
g. Alveolus
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang
dari bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus yang
merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas.
Diperkirakan paru-paru mengandung ± 300 juta alveolus (luas
permukaan ± 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.
Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis
fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan
rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan
permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka
alveolus akan mengalami kolaps.
h. Paru-paru
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh
pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/
melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura
menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi.
Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan
untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru
melalui dua pembuluh darah yaitu arteri pulmonalis dan arteri
bronkialis.

D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
penctus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

E. Patofisiologi
Patofisiologi asma meliputi limitasi aliran udara dan inflamasi saluran
nafas. Dengan memahami saluran nafas ini, dapat memberikan jalan untuk
mengembangkan rencana terapi yang adekuat dan memperoleh atau
mempertahankan kontrol asma.

Limitasi Aliran Udara/Penyempitan Jalan Nafas


Etiologi pasti limitasi aliran udara pada asma masih belum diketahui,
meskipun terdapat beberapa faktor yang telah dikaitkan dengan hal ini.
Komponen yang sering menjadi penyebab adalah kontraksi otot polos
bronkus yang didefinisikan sebagai kontraksi atau penyempitan cepat jalan
nafas akibat mediator dan neurotransmiter bronkokonstriktor. Akibat
penyempitan jalan nafas ini, maka aliran udara menjadi sempit dan
menimbulkan bunyi “mengi” yang sering disebut sebagai asma.
Brokokonstriksi bersifat reversible dengan pemberian brokodilator. Edema
atau cairan didalam saluran nafas disebabkan oleh kebocoran mikrovaskular
akibat mediator inflamasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberiaan oabt-
obatan antiinflamasi. Hipersekresi mucus adalah terminologi yang digunakan
untuk menggambarkan peningkatan sekresi mucus dan eksudat inflamasi
yang terjadi pada plasma. Data menunjukan bahwa pada pasien asma terjadi
peningkatan jumlah sel goblet di epitel saluran nafas dan pembesaran kelenjar
submukosa. Sumbatan mucus dikatakan terjadi jika terdapat bagian saluran
nafas yang tersumbat dan udara tidak dapat keluar dan masuk ke jalan nafas
dibawahnya. Remodelling saluran nafas adalah perubahan struktural saluran
nafas yang terjadi dalam jangka waktu lama. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa bahkan sebelum onset gejala asma muncul, banyak pasien asma yang
telah mengalami remodelling pada saluran nafasnya sampai pada derajat
tertentu. Fibrosis subefitel terjadi akibat pembentukan serat kolagen dan
proteoglikan dibawah membran basalis. Substansi-substansi ini juga dapat
terdeposit pada lapisan lain di saluran nafas dan menyebabkan terjadinya
fibrosis pada daerah tersebut. Otot polos saluran nafas membesar akibat dua
mekanisme primer: hipertropi dan hyperplasia. Hal ini mengakibatkan
peningkatan ketebalan dinding saluran nafas. Telah kita ketahui bahwa
mediator inflamasi berperan pada perubahan-perubahan ini. Kita juga
mengetahui bahwa terjadi peningkatan proliferasi pembuluh darah pada
dinding saluran nafas yang dapat mengakibatkan dinding saluran nafas
menjadi tebal. Data menunjukan bahwa perubahan-perubahan ini berkaitan
dengan derajat keparahan pasien asma dan tidak sepenuhnya reversible
dengan terapi yang ada saat ini.

Hiperreaktivitas Saluran Nafas

Adalah terminology yang digunakan untuk menggambarkan


kecenderungan jalan nafas untuk menyempit akibat paparan terhadap
berbagai macam stimulus. Hiperreaktivitas jalan nafas dinilai berdasarkan
derajat respons kontraktil terhadap uji metakolin yang dapat membantu
menentukan derajat tingkat keparahan asma seseorang.

Inflamasi Saluran Nafas


Data menunjukan bahwa inflamasi saluran nafas muncul pada pasien
asma meskipun gejalanya tidak muncul. Hal ini terjadi pada semua tipe asma.
Meskipun biasanya disebut juga sebagai inflamasi salura nafas, namun hal ini
terjadi pada seluruh system respirasi. Walaupun begitu, inflamasi sering
banyak terjadi pada bronkus ukuran sedang. Inflamasi yang terjadi pada asma
memiliki pola yang sama dengan inflamasi yang terjadi pada reaksi alergi.

Imunoglobulin
Adalah suatu molekul protein kecil yang dihasilkan oleh system imun
untuk “berikatan” dengan permukaan antigen atau iritan. Dengan berikatan ke
permukaan antigen, mereka berperan sebagai bendera untuk memanggil sel-
sel dalam system imun yang lain untuk datang dan membantu menghadapi
antigen tersebut. Terdapat serangkaian mekanisme yang kompleks yang
akhirnya menghasilkan Ig. Ketika sebuah antigen masuk kedalam tubuh
manusia, sel darah putih yang dikenal dengan limfosit T atau sel T datang dan
berikatan dengan antigen tersebut. Sel T akan memanggil sel “helper”,
dikenal juga sabagai sel TH untuk mengatur pelepasan sitokin yang dapat
menstimulasi sel limfosit B. Sel limfosit B adalah sel yang memproduksi
antibody Ig yang akan berikatan dengan antigen. Terminology proliferasi sel-
B digunakan ketika suatu Ig telah berikatan dengan antigen dan memicu sel
limfosit B untuk berproduksi dan membuat Ig lebih banyak. Sel TH juga
dipercaya untuk selalu mengekspresikan protein CD4 yang ada dipermukaan
sel, sehingga mereka juga dikenal sebagai sel T CD4+.
Terdapat beberapa kelas antibody yang dihasilkan akibat reaksi alergi
dan dikenal sebagai Imunoglobulin. Kelas antibody tersebut yaitu IgM, IgG,
IgA, IgD dan IgE. Ketila secara spesifik kita mendiskusikan reaksi alergi,
termasuk asma alergi, Imunoglobulin yang terlibat adalah IgE. Ketika tubuh
bereaksi terhadap antigen dengan secara spesifik menghasilkan IgE, antigen
disebut sebagai allergen dan individu yang mengalami reaksi alergi disebut
memiliki riwayat atopi atau alergi. Pada individu tersebut, IgE bersirkulasi
didalam darah bersamaan dengan sel-sel inflamasi yang disebut basophil
yang berikatan dengan permukaan sel inflamasi didalam tubuh yang dikenal
sebagai sel mast.
Sel Mast dan Basofil
Basofil banyak ditemukan di aliran darah. Sel mast terdapat hampir di
seluruh jaringan dala tubuh terutama jaringan saluran nafas. Kedua sel
inflamasi ini memiliki lebih dari 100.000 reseptor tempat berikatan dengan
IgE. Ketika seorang individu terpapar dengan suatu allergen dan
menghasilkan IgE yang berikatan dengan reseptor tersebut, sel mast dan
basofil sudah “mengenali” allergen tersebut, sehingga bila di lain waktu
individu tersebut terpapar dengan allergen yang sama, sel mast dan basofil
akan melepaskan mediator-mediator kimia yang menyebabkan rekasi alergi.
Para klinisi harus mengetahui bahwa sekali seorang individu tersentisisasi,
maka sel mast dan basofil akan tetap mencetuskan reaksi alergi selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Mediator-Mediator Kimia
Mediator kimia yang dihasilkan oleh sel mast dan paling kita ketahui
adalah histamine. Histamine akan berikatan dengan reseptor histamine (H1)
yang dapat dijumpai pada sebagian besar sel tubuh dan mencetuskan gejala
alergi seperti pembengkakan, bersin-bersin dan gatal. Kelompok lain
mediator kimia adalah golongan leukotrien sisteinil. Zat-zat ini biasanya
dilepaskan antara 5 dan 30 mneit setelah aktivasi sel mast atau basofil. Zat
golongan ini mempunyai efek yang sama seperti histamin, meskipun biasanya
memiliki potensi yang lebih kuat. Secara spesifik, leukotrien D4 memiliki
potensi 10 kali lebih kuat dibanding dengan histamin. Leukotriene sisteinil
merupakan mediator yang satu-satunya yang bila mediator ini dihambat,
pasien akan menunjukan perbaikan gejala asma dan perbaikan fungsi paru.
Golongan mediator lain yang berperan pada asma dikenal sebagai kemokin.
Kemokin ini dihasilkan oleh sel epitel saluran nafas dan berfungsi untuk
memanggil sel-sel inflamasi lainnya untuk datang ke saluran nafas. Eotaksin
adalah sejenis kemokin yang relative selektif untuk memanggil eosinophil.
Timus dan activation-regulated kemokin (TARK) dan makrofag. Turunan
kemokin (MTK) telah ditemukan berfungsi untuk menarik sel Th2.
Sitokin adalah protein pemberi sinyal yang berfungsi sebagai mediator
komunikasi antar sel saat proses inflamasi pada asma. Pengukuran terhadap
kadar sitokin ini dapat membantu kita untuk menentukan derajat berat
ringannya proses inflamasi yang terjadi. Sitokin ini dapat dibagi menjadi
empat kategori: limfokin adalah sitokin yang dihasilkan oleh sel limfosit T;
sitokin proinflamasi yang berfungsi untuk mengamplifikasi dan
mencetusaakn respon inflamasi; sitokin antiinflamasi yang berfungsi
menghambat inflamasi; dan kemokin. Regulasi sitokin yang dikeluarkan oleh
sel-sel yang terdapat di saluran nafas merupakan target utama terapi
kortikosteroid dan imunosupresan sel-T pada asma.
Nitrit oksida adalah vasodilator poten yang dihasilkan oleh sel epitel
saluran nafas. NO mempunyai peran dalam pengaturan tonus vascular,
respons terhadap trauma vascular dan hemostatis. NO merupakan
neurotransmitter untuk saraf nonkolinergik dan juga memiliki aktivitas
antimicrobial, imunologik dan proinflamasi. Saat terjadi bronkospasme dan
inflamasi, terjadi peningkatan NO yang dihasilkan saat ekspirasi. Oleh sebab
itu, pengukuran kadar NO yang dikeluarkan saat ekspirasi merupakan uji
noninvasif untuk evaluasi inflamasi terkait asma dan telah digunakan sebagai
marker dalam menentukan efektifitas terapi asma. (Margaret Varnell Clark,
2013)
F. Pathway Asma Bronkial

Pajanan allergen (debu, kabut asap, cuaca dingin dll)

Respon imun : makrofag, IL-4, Limfosit T dan B

Antibody IgE abnormal

IgE melekat pada sel mast (Intersitial paru)

Pencetus alergi bereaksi dengan IgE

Sel mast mengeluarkan berbagai macamm zat (histamine, bradikinin, dan


anafilaktosin)

Kontraksi otot polos Peningkatan permeabilitas Sekresi mucus meningkat


kapiler

Bronkopasme
bertambah Produksi mucus
Kontraksi otot polos

Hipersekresi
Hipersekresi

Ketidakefektifan bersihan
Edema mukus jalan napas

Obstruksi saluran pernapasan

Penyempitan jalan napas Bunyi wheezing

Hiperaktifitas pernapasan

Peningkatan kebutuhan O2 Penurunan masukan oral


Hiperventilasi Nutrisi kurang dari
kebutuhan

Sesak napas

Hipoksemia Hb menurun

Gangguan pertukaran gas O2menurun

Cell metabolisme menurun Anaerobic metabolisme

Energi menurun
Kekurangan ATP Asam laktat meningkat

Kelemahan atau lesu


Lelah atau letih

Intoleransi aktivitas

G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada asma, antara lain:
a. Sukar bernafas yang timbul intermitten
b. Terdengar “wheezing” pada waktu ekspirasi
c. Batuk dengan sputum yang kental
d. Ekspirasi memanjang dengan hiperinflasi nada
e. Pernafasan cuping hidung
f. Sianosis pada permukaan kuku (Susan Martin Tucker, et.al, 1998;
2257)
g. TRIAS gejala asma terdiri atas :
1) Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan
leukotrien yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga
saluran nafas menjadi sempit.
2) Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari
inflamasi atau benda asing yang masuk ke saluran nafas.
3) Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat
penyempitan bronkus.
h. Gambaran klinis pasien yang menderita asma :
1) Gambaran objektif :
a) Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai
wheezing.
b) Dapat disertai dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.
c) Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.
d) Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus.
e) Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek
dan hilus).
2) Gambaran subjektif :
a) Pasien mengeluhkan sukar bernafas, sesak dan anoreksia.
3) Gambaran psikososial
a) Cemas, takut, mudah tersinggung dan kurang pengetahuan
pasien terhadap situasi penyakitnya.
H. Pencegahan
Langkah tepat yang dilakukan untuk mencegah atau menghindari
serangan asma adalah mennjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu
timbulnya serangan asma itu sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki
cirri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan
asmanya.
Setelah terjadi serangan asma, apabila penderita sudah merasa
dapat bernapas lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatan
sesuai obat dan dosis yang diberikan oleh dokter.
1. Menjaga Kesehatan Tubuh
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan
dari pengobatan penyakit asma bronchiale.Usaha yang dilakukan
berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak,
istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai untuk
mengatasi penyakit.
2. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma, keadaan rumah misalnya sangat
penting diperhatikan, rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi
dan cahaya matahari, saluran pembuangan air limbah harus lancar,
dan kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk
menghindari debu rumah.
3. Menghindari faktor pencetus serangan penyakit asmaperubahan dalam
suhu lingkungan, pertukaran atmosfir (asap rokok dan industri ozon),
bau yang menyengat (parfum) alergen, olah raga yang berlebihan,
stres dan gangguan emosional.
4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma, sebagai pencegah
penyakit.
I. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang
meningkat, hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada
asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-anak  6
tahun.
b) Foto sinus paranasalis
c) Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya
sinusitis.
2) Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan
sekret hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
3) Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai
hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti
perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru
adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter
beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut
kemudian menghebuskan dengan kuat).
4) Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk.
Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di
daerahnya.
b. Penatalaksanaan medis
1) Oksigen 4 - 6 liter / menit
2) Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan
penurunan konsentrasi oksigen.
3) Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat
inflamasi jalan nafas.
4) Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
5) Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental
6) Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan
bronkus
7) Pemeriksaan foto torak
8) Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan
pernafasan dapat segera tertolong.
J. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:

a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera


b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:

a. Pengobatan non farmakologik:


1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian cairan
4) Fisiotherapy
5) Beri O2 bila perlu
b. Pengobatan farmakologik:
1) Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam
2 golongan:
a) Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat:
Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), Terbutalin
(bricasma).
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk
tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan:
MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk
halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,
brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya
dihirup
b) Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin
(Euphilin Retard), Teofilin (Amilex).Efek dari teofilin sama
dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian: Bentuk suntikan teofillin/aminofilin
dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-
lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang
lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum
sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai
sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk suppositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
c) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat
pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita
asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan
bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru
terlihat setelah pemakaian satu bulan.
d) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg/hari.
Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral. (Dudut
Tanjung., Skp, 2007)
K. Komplikasi
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit asma, yaitu:
a. Atelektasis
b. Emfisema dengan hiperinflasi kronis
c. Pneumothoraks
d. Gagal pernafasan yang memerlukan bantuan mekanis
e. Bronkhitis
f. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
g. Fraktur iga (Soeparman, dkk, 1999; 34)
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul (vietha, 2009) adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di
parumenggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan
yang luas.

L. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Definisi
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
(Depkes RI 2013).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan
di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan. (Salvicion G bailon dan Aracelis Maglaya 2014).
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
keluarga adalah :
a) Unit terkecil masyarakat
b) Terdiri dari dua orang atau lebih
c) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d) Hidup dalam satu rumah tangga
e) Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f) Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga
g) Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h) Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Type Keluarga
a) Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
b) Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c) Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
d) Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e) Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f) Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
a) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
b) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
c) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri
d) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
e) Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan suami atau istri

4. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut :
a) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lngkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual

5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai
berikut :
a) Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b) Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih saying dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c) Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d) Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk
memnuhi kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
e) Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilkinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
dating dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.

6. Ciri – Ciri Keluarga


a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam suatu rumah.
7. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai
berikut :

a. Tahap pembentukan keluarga


Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan
sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan
kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat
dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan
kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi
kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya. Dan
kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan
sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi
sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui
mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak
sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga
adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-
norma agama, norma-norma social budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik
anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya,
membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas
sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap
ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orangtua
sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengerti antara kedua
orangtua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat
menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah
melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya
yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai
kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-
sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini
keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima
kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

8. Tugas – Tugas Keluarga


Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai
berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat
yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota
keluarga

9. Tugas –Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan
kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981)
membagi5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga,
yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang
sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena
cacat atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan
dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
10. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang
menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong
risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur
dengan masalah sebagai berikut :
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga
dengan penyakit keturunan
b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan.
Waktu hamil :
1) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun)
2) Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi
3) Primipara atau multipara
4) Riwayat persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena :
1) Lahir premature/BBLR
2) Berat badan sukar naik
3) Lahir dengan cacat bawaan
4) ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat
mengancam bayi atau anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara
anggota keluarga
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk
digugurkan
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga
sehingga sering timbul cekcok dan ketegangan
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit
Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai, atau
lari meninggalkan keluarga.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA
SECARA TEORITIS

1. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang
berintegrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber informasi
dari anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga dan
biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat
diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya adalah
kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua. Pengumpulan data dapat
dilakukan melalui cara :
a. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek
fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan
sebagainya.
b. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena
sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang
berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan,
keberhasilan dan sebagainya.
c. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya
kehamilan dan tanda-tanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Data Umum
a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
b) Tipe keluarga
c) Suku bangsa dan agama
d) Status sosial ekonomi keluarga
e) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
(1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal
masa kesehatan
(2) Mengetahui kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan mengenal tindakan kesehatan
yang tepat
(3) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
(4) Mengetahui kemampuan keluarga
memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat
(5) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat
f) Fungsi religius
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afeksi
6) Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Disfungsi strategi adaptasi
7) Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga
meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar individu,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan yang terjadi.

2. Diagnosa Keparawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d edema mucus.
2. Gangguan pertukaran gas b/d hipoksemia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d
hiperaktivitas pernapasan.
4. Intoleransi aktivitasb/d keletihan, lesu dan pucat.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan napas b/d 1. Respiratory status: Airway Management
edema mucus ditandai Ventilation 1. Buka jalan napas,
dengan : 2. Respiratory status: gunakan teknik
- Perubahan Airway patency chin lift atau jaw
frekuensi 3. Aspiration Control thrust bila perlu.
napas. 2. Posisikan pasien
- Perubahan Kriteria Hasil : semifowler untuk
irama napas. 1. Mendemonstrasikan memaksimalkan
- Penurunan batuk efektif dan suara ventilasi
bunyi napas. napas yang bersih,tidak 3. Identifikasi pasien
- Dispnea ada sianosis dan perlunya
- Sputum dalam dyspneu (mampu pemasangan alat
jumlah napas mengeluarkan sputum , napas buatan
yang mampu bernapas 4. Pasang mayo bila
berlebihan. dengan mudah, dan perlu
- Batuk yang tidak ada pursed lips) 5. Lakukan fisioterapi
tidak efektif. 2. Menunjukkanjalan dada jika perlu
- Gelisah napas yang paten (klien 6. Keluarkan secret
tidak merasa tercekik, dengan batuk atau
irama nafas, frekuensi suction
pernapasan dalam 7. Auskultasi suara
rentang normal, tidak napas , catat
ada suara nafas adanya suara
abnormal). tambahan
3. Mampu 8. Lakukan suction
mengidentifikasi dan pada mayo.
mencegah factor yang 9. Berikan
dapat menghambat bronkodilator
jalan napas. 10. Berikan pelembab
uadar kassa basah
NaCl lembab.
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi
dan status O2.

2. Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :


b/d hipoksemia ditandai 1. Respiratory status : Gas Airway Management
dengan : exchange 1. Buka jalan napas,
- Pernapasan 2. Respiratory status : gunakan teknik
abnormal Ventilation chin lift atau jaw
(kecepatan, 3. Vital sign status thrust bila perlu.
irama, 2. Posisikan pasien
kedalaman) Kriteria Hasil : semifowler untuk
- Dispnea 1. Mendemonstrasi memaksimalkan
- Sianosis kan peningkatan ventilasi.
- Takikardi ventilasi dan oksigenasi 3. Identifikasi pasien
- Hipoksia yang adekuat. perlunya
- Hipoksemia 2. Memelihara kebersihan pemasangan alat
paru – paru dan bebas napas buatan.
dari tanda – tanda 4. Pasang mayo bila
distress pernapasan. perlu.
3. Mendemostrasikan 5. Lakukan fisioterapi
batuk efektif dan suara dada jika perlu.
napas yang bersih , 6. Keluarkan secret
tidak ada sianosis dan dengan batuk atau
dyspneu (mampu suction.
mengeluarkan sputum, 7. Auskultasi suara
mampu bernapas napas , catat
dengan mudah,tidak adanya suara
ada pursed lips ). tambahan.
4. Tanda- tanda vital 8. Lakukan suction
dalam rentang normal pada mayo.
9. Berikan
bronkodilator.
10. Berikan pelembab
uadar kassa basah
NaCl lembab.
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi
dan status O2.

Respiratory Monitoring
1. Monitor rata-rata,
kedalaman, irama,
dan usaha respirasi
2. Catat pergerakkan
dada,amati
kesimetrisan,pengg
unaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara
napas
4. Monitor pola napas
: bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi.
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
otot diafragma.
7. Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan.
8. Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama.
9. Auskultasi suara
paru-paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya.

3. Nutrisi kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan b.d 1. Nutritional status : Nutrition Management
hiperaktivitas pernapasan Food dan fluid intake 1. Kaji adanya alergi
ditandai dengan : 2. Nutritional status : makanan.
- Diare Nutrient intake 2. Kolaborasi dengan
- Bising usus 3. Weight control ahli gizi untuk
hiperaktif. Kriteria Hasil : menentukan
- Ketidakmamp 1. Adanya peningkatan jumlah kalori dan
uan memakan berat badan sesuai nutrisi yang
makanan. dengan tujuan. dibutuhkan pasien.
- Tonus otot 2. Berat badan ideal 3. Anjurkan pasien
menurun. sesuai dengan tinggi untuk
- Kelemahan badan. meningkatkan
otot 3. Mampu intake Fe.
pengunyah. mengindentifikasi 4. Anjurkan pasien
- Kelemahan kebutuhan nutrisi. untuk
otot untuk 4. Tidak ada tanda-tanda meningkatkan
menelan. malnutrisi. protein dan
5. Tidak terjadi penurunan Vitamin C
berat badan yang 5. Berikan subtansi
berarti. gula.
6. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori.
7. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
8. Kaji kemampuan
pasein untuk
mendaptkan nutrisi
yang dibutuhkan.

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal.
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan.
3. Monitor turgor
kulit.
4. Monitor mual dan
muntah.
5. Monitor kalori dan
intake nutrisi.
6. Monitor pucat ,
kemerahan, dan
kekeringan
karingan
konjungtiva.

4. Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


keletihan, lesu dan pucat 1. Energy conservation Activity Therapy
ditandai dengan : 2. Activity tolerance 1. Bantu klien untuk
- Respon 3. Self Care : ADLs mengdentifikasi
tekanan darah aktivitas yang
abnormal Kriteria Hasil : mampu dilakukan.
terhadap 1. Berpartisipasi dalam 2. Bantu untuk
aktivitas. aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi
- Respon disertai peningkatan dan mendapatkan
frekuensi tekanan darah, nadi dan sumber yang
jantung RR. diperlukan untuk
abnormal 2. Mampu melakukan aktivitas yang
terhadap aktivitas sehari-hari diingikan.
aktivitas. (ADLs) secara mandiri. 3. Bantu untuk
- Menyatakan mendapatkan alat
merasa lemah. bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek.
4. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
aktivitas.
5. Monitor respon
fisik.

Anda mungkin juga menyukai