A. Definisi
Asma Bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya wheezing (mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat
paparan terhadap suatu zat iritan atau alergan. (Margaret Varnell Clark, 2013)
Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran
bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan
saluran bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi
hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek,
wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak
didalam bronkus (jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini terutama disebabkan
oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedu, asap rokok dapat
mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007)
Asma bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan
berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena
peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (sport
science and medicine, 2007)
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas
sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan
manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa asma bronkial
adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus
yang bersifat reversible dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti
infeksi, alergi dan lain-lain.
B. Etiologi
Menurut Margaret Varnell Clark (2013), faktor-faktor penyebab dan
pencetus asma antara lain:
a. Jamur indoor/sick building syndrome
Data yang ada menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jamur
indoor dan penyakit pernafasan alergik. Terminology sick building
syndrome telah digunakan untuk berbagai macam penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan internal. Hal ini sering diperberat dengan
adanya lingkungan yang lembab dan pertumbuhan jamur.
b. Radon
Merupakan gas radioaktif alami penyebab kanker yang dapat ditemukan
ditanah, air dan udara, baik didalam maupun diluar ruangan. Diperkirakan
lebih dari 50% dosis efektif radioaktif alami setiap tahunnya disebabkan
oleh paparan radon.
c. Binatang/Hewan peliharaan
Bintang melepaskan protein ke lingkungan sekitar melalui cairan
tubuhnya seperti saliva dan dander. Dander dapat didefinisikan sebagai
bahan organik atau protein dari tubuh hewan atau dapat juga disebut
sebagai serbuk hewan. Pada sebagian besar pasien alergi, dender tidak
membuat iritasi. Meskipun demikian, dander dapat menjadi makanan
untuk tungau debu untuk mengiritasi banyak pasien asma. Allergen juga
dapat dijumpai pada urin hewan pengerat liar atau peliharaan. Pada
akhirnya semua hewan termasuk manusia dapat menghasilkan makanan
yang cukup untuk tungau debu organic dan memberikan kesempatan bagi
pertumbuhan bakteri di rumah.
d. Tungau debu rumah
Tungau debu tidak bisa dihindari meskipun meminimalisai pengaruh
yang ditimbulkannya bisa dilakukan. Bantal dan matras dapat dibungkus
dengan pembungkus alergen plastik. Linen tempat tidur harus dicuci
secara rutin dengan air panas. Bantal, boneka dan mainan juga dapat dicuci
dengan cara biasa secara rutin. Deterjen dan pemutih dapat juga berperan
dalam mengurangi alergen tungau debu pada proses pencucian.
e. Kecoa
Data menunjukan bahwa membasmi dan menghindari alergen kecoa
memiliki aspek yang positif pada asma. Makanan dan sampah didalam
rumah tidak boleh dibiarkan dalam keadaan terbuka. Racun, seperti yang
digunakan sebagai umpan kecoa dan alat semprot, merupakan alat yang
efektif dalam mengendalikan populasi kecoa, tetapi dapat menimbulkan
iritasi bagi pasien asma.
f. Serbuk sari
Serbuk sari saat musim serbuk sari bersifat iritatif pada banyak pasien
asma. Pemamtauan ketat pada rencana terapi masing-masing individu
dengan asma saat musim serbuk sari harus dilakukan dan dilakukan
penyesuaian terhadap obat-obatan yang diberikan agar asmanya dapat
terkontrol dengan baik.
g. Polusi udara dan gas buangan kendaraan
Banyak studi menunjukan bahwa peningkatan zat-zat tertentu dari gas
buangan kendaraan memberikan efek negative pada pasien asma.
Dipercaya bahwa pada pasien asma terjadi peningkatan stress oksidatif
saluran nafas dan penurunan fungsi saluran nafas pada pasien asma ketika
terpajar dengan polusi udara.
h. Asap rokok
Pasien asma, terutama anak-anak, harus menghindari asap rokok. Asap
rokok dapat mencetuskan serangan asma. Yang menarik, data menunjukan
efek yang bervariasi menurut usia. Efek merokok pasif telah terbukti lebih
berat dalam mencetuskan serangan asma pada seorang anak bila yang
merokok adalah ibunya daripada orang lain di sekitar mereka. Selain itu,
beberapa studi menunjukan bahwa ibu yang perokok dapat meningkatkan
resiko timbulnya asma saat masi bayi dan kanak-kanak. Pasien asma dan
keluraganya harus diberikan edukasi untuk selalu menghindari asap rokok
dan lingkungan yang penuh asap rokok.
C. Anatomi Fisiologi
Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang
dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus.
Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian
bawah dari bronkus sampai alveolus. Fungsi utama sistem pernafasan adalah
menyediakan oksigen untuk metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan
karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi
tambahan sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam
basa dalam tubuh, menghasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap,
mempertahankan kadar cairan dalam tubuh serta mempertahankan
keseimbangan panas tubuh.
Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses
yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran gas di
paru-paru), transportasi (pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi
(pertukaran gas di jaringan). Adapun kondisi yang mendukung dari proses
pernafasan adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi
jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga
harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat
pernafasan dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.
Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan fisiologi dari
organ-organ pernafasan:
a. Hidung
Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara
pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel
thoraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung
berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.
b. Pharing
Berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga
bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing. Pharing
merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran
pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan
menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.
c. Laring
Berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai
kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan membentuk
bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang
terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada
pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang
rawan krikoid yang berhubungan dengan trakea.
d. Trakea
Terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah
krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5.
Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat
percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin
kartilago.
e. Bronkus
Dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap
partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya
dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk
dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
f. Bronkiolus
Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran-
saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi.
Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia
dan tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada
bronkiolus respirasi.
g. Alveolus
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang
dari bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus yang
merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas.
Diperkirakan paru-paru mengandung ± 300 juta alveolus (luas
permukaan ± 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.
Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis
fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan
rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan
permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka
alveolus akan mengalami kolaps.
h. Paru-paru
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh
pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/
melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura
menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi.
Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan
untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru
melalui dua pembuluh darah yaitu arteri pulmonalis dan arteri
bronkialis.
D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
penctus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
E. Patofisiologi
Patofisiologi asma meliputi limitasi aliran udara dan inflamasi saluran
nafas. Dengan memahami saluran nafas ini, dapat memberikan jalan untuk
mengembangkan rencana terapi yang adekuat dan memperoleh atau
mempertahankan kontrol asma.
Imunoglobulin
Adalah suatu molekul protein kecil yang dihasilkan oleh system imun
untuk “berikatan” dengan permukaan antigen atau iritan. Dengan berikatan ke
permukaan antigen, mereka berperan sebagai bendera untuk memanggil sel-
sel dalam system imun yang lain untuk datang dan membantu menghadapi
antigen tersebut. Terdapat serangkaian mekanisme yang kompleks yang
akhirnya menghasilkan Ig. Ketika sebuah antigen masuk kedalam tubuh
manusia, sel darah putih yang dikenal dengan limfosit T atau sel T datang dan
berikatan dengan antigen tersebut. Sel T akan memanggil sel “helper”,
dikenal juga sabagai sel TH untuk mengatur pelepasan sitokin yang dapat
menstimulasi sel limfosit B. Sel limfosit B adalah sel yang memproduksi
antibody Ig yang akan berikatan dengan antigen. Terminology proliferasi sel-
B digunakan ketika suatu Ig telah berikatan dengan antigen dan memicu sel
limfosit B untuk berproduksi dan membuat Ig lebih banyak. Sel TH juga
dipercaya untuk selalu mengekspresikan protein CD4 yang ada dipermukaan
sel, sehingga mereka juga dikenal sebagai sel T CD4+.
Terdapat beberapa kelas antibody yang dihasilkan akibat reaksi alergi
dan dikenal sebagai Imunoglobulin. Kelas antibody tersebut yaitu IgM, IgG,
IgA, IgD dan IgE. Ketila secara spesifik kita mendiskusikan reaksi alergi,
termasuk asma alergi, Imunoglobulin yang terlibat adalah IgE. Ketika tubuh
bereaksi terhadap antigen dengan secara spesifik menghasilkan IgE, antigen
disebut sebagai allergen dan individu yang mengalami reaksi alergi disebut
memiliki riwayat atopi atau alergi. Pada individu tersebut, IgE bersirkulasi
didalam darah bersamaan dengan sel-sel inflamasi yang disebut basophil
yang berikatan dengan permukaan sel inflamasi didalam tubuh yang dikenal
sebagai sel mast.
Sel Mast dan Basofil
Basofil banyak ditemukan di aliran darah. Sel mast terdapat hampir di
seluruh jaringan dala tubuh terutama jaringan saluran nafas. Kedua sel
inflamasi ini memiliki lebih dari 100.000 reseptor tempat berikatan dengan
IgE. Ketika seorang individu terpapar dengan suatu allergen dan
menghasilkan IgE yang berikatan dengan reseptor tersebut, sel mast dan
basofil sudah “mengenali” allergen tersebut, sehingga bila di lain waktu
individu tersebut terpapar dengan allergen yang sama, sel mast dan basofil
akan melepaskan mediator-mediator kimia yang menyebabkan rekasi alergi.
Para klinisi harus mengetahui bahwa sekali seorang individu tersentisisasi,
maka sel mast dan basofil akan tetap mencetuskan reaksi alergi selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Mediator-Mediator Kimia
Mediator kimia yang dihasilkan oleh sel mast dan paling kita ketahui
adalah histamine. Histamine akan berikatan dengan reseptor histamine (H1)
yang dapat dijumpai pada sebagian besar sel tubuh dan mencetuskan gejala
alergi seperti pembengkakan, bersin-bersin dan gatal. Kelompok lain
mediator kimia adalah golongan leukotrien sisteinil. Zat-zat ini biasanya
dilepaskan antara 5 dan 30 mneit setelah aktivasi sel mast atau basofil. Zat
golongan ini mempunyai efek yang sama seperti histamin, meskipun biasanya
memiliki potensi yang lebih kuat. Secara spesifik, leukotrien D4 memiliki
potensi 10 kali lebih kuat dibanding dengan histamin. Leukotriene sisteinil
merupakan mediator yang satu-satunya yang bila mediator ini dihambat,
pasien akan menunjukan perbaikan gejala asma dan perbaikan fungsi paru.
Golongan mediator lain yang berperan pada asma dikenal sebagai kemokin.
Kemokin ini dihasilkan oleh sel epitel saluran nafas dan berfungsi untuk
memanggil sel-sel inflamasi lainnya untuk datang ke saluran nafas. Eotaksin
adalah sejenis kemokin yang relative selektif untuk memanggil eosinophil.
Timus dan activation-regulated kemokin (TARK) dan makrofag. Turunan
kemokin (MTK) telah ditemukan berfungsi untuk menarik sel Th2.
Sitokin adalah protein pemberi sinyal yang berfungsi sebagai mediator
komunikasi antar sel saat proses inflamasi pada asma. Pengukuran terhadap
kadar sitokin ini dapat membantu kita untuk menentukan derajat berat
ringannya proses inflamasi yang terjadi. Sitokin ini dapat dibagi menjadi
empat kategori: limfokin adalah sitokin yang dihasilkan oleh sel limfosit T;
sitokin proinflamasi yang berfungsi untuk mengamplifikasi dan
mencetusaakn respon inflamasi; sitokin antiinflamasi yang berfungsi
menghambat inflamasi; dan kemokin. Regulasi sitokin yang dikeluarkan oleh
sel-sel yang terdapat di saluran nafas merupakan target utama terapi
kortikosteroid dan imunosupresan sel-T pada asma.
Nitrit oksida adalah vasodilator poten yang dihasilkan oleh sel epitel
saluran nafas. NO mempunyai peran dalam pengaturan tonus vascular,
respons terhadap trauma vascular dan hemostatis. NO merupakan
neurotransmitter untuk saraf nonkolinergik dan juga memiliki aktivitas
antimicrobial, imunologik dan proinflamasi. Saat terjadi bronkospasme dan
inflamasi, terjadi peningkatan NO yang dihasilkan saat ekspirasi. Oleh sebab
itu, pengukuran kadar NO yang dikeluarkan saat ekspirasi merupakan uji
noninvasif untuk evaluasi inflamasi terkait asma dan telah digunakan sebagai
marker dalam menentukan efektifitas terapi asma. (Margaret Varnell Clark,
2013)
F. Pathway Asma Bronkial
Bronkopasme
bertambah Produksi mucus
Kontraksi otot polos
Hipersekresi
Hipersekresi
Ketidakefektifan bersihan
Edema mukus jalan napas
Hiperaktifitas pernapasan
Sesak napas
Hipoksemia Hb menurun
Energi menurun
Kekurangan ATP Asam laktat meningkat
Intoleransi aktivitas
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada asma, antara lain:
a. Sukar bernafas yang timbul intermitten
b. Terdengar “wheezing” pada waktu ekspirasi
c. Batuk dengan sputum yang kental
d. Ekspirasi memanjang dengan hiperinflasi nada
e. Pernafasan cuping hidung
f. Sianosis pada permukaan kuku (Susan Martin Tucker, et.al, 1998;
2257)
g. TRIAS gejala asma terdiri atas :
1) Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan
leukotrien yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga
saluran nafas menjadi sempit.
2) Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari
inflamasi atau benda asing yang masuk ke saluran nafas.
3) Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat
penyempitan bronkus.
h. Gambaran klinis pasien yang menderita asma :
1) Gambaran objektif :
a) Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai
wheezing.
b) Dapat disertai dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.
c) Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.
d) Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus.
e) Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek
dan hilus).
2) Gambaran subjektif :
a) Pasien mengeluhkan sukar bernafas, sesak dan anoreksia.
3) Gambaran psikososial
a) Cemas, takut, mudah tersinggung dan kurang pengetahuan
pasien terhadap situasi penyakitnya.
H. Pencegahan
Langkah tepat yang dilakukan untuk mencegah atau menghindari
serangan asma adalah mennjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu
timbulnya serangan asma itu sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki
cirri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan
asmanya.
Setelah terjadi serangan asma, apabila penderita sudah merasa
dapat bernapas lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatan
sesuai obat dan dosis yang diberikan oleh dokter.
1. Menjaga Kesehatan Tubuh
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan
dari pengobatan penyakit asma bronchiale.Usaha yang dilakukan
berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak,
istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai untuk
mengatasi penyakit.
2. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma, keadaan rumah misalnya sangat
penting diperhatikan, rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi
dan cahaya matahari, saluran pembuangan air limbah harus lancar,
dan kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk
menghindari debu rumah.
3. Menghindari faktor pencetus serangan penyakit asmaperubahan dalam
suhu lingkungan, pertukaran atmosfir (asap rokok dan industri ozon),
bau yang menyengat (parfum) alergen, olah raga yang berlebihan,
stres dan gangguan emosional.
4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma, sebagai pencegah
penyakit.
I. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang
meningkat, hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada
asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-anak 6
tahun.
b) Foto sinus paranasalis
c) Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya
sinusitis.
2) Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan
sekret hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
3) Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai
hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti
perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru
adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter
beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut
kemudian menghebuskan dengan kuat).
4) Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk.
Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di
daerahnya.
b. Penatalaksanaan medis
1) Oksigen 4 - 6 liter / menit
2) Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan
penurunan konsentrasi oksigen.
3) Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat
inflamasi jalan nafas.
4) Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
5) Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental
6) Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan
bronkus
7) Pemeriksaan foto torak
8) Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan
pernafasan dapat segera tertolong.
J. Penatalaksanaan
2. Type Keluarga
a) Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
b) Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c) Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
d) Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e) Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f) Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
a) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
b) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
c) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri
d) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
e) Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan suami atau istri
4. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut :
a) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lngkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual
5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai
berikut :
a) Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b) Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih saying dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c) Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d) Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk
memnuhi kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
e) Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilkinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
dating dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.
1. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang
berintegrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber informasi
dari anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga dan
biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat
diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya adalah
kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua. Pengumpulan data dapat
dilakukan melalui cara :
a. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek
fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan
sebagainya.
b. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena
sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang
berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan,
keberhasilan dan sebagainya.
c. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya
kehamilan dan tanda-tanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Data Umum
a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
b) Tipe keluarga
c) Suku bangsa dan agama
d) Status sosial ekonomi keluarga
e) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
(1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal
masa kesehatan
(2) Mengetahui kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan mengenal tindakan kesehatan
yang tepat
(3) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
(4) Mengetahui kemampuan keluarga
memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat
(5) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat
f) Fungsi religius
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afeksi
6) Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Disfungsi strategi adaptasi
7) Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga
meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar individu,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan yang terjadi.
2. Diagnosa Keparawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d edema mucus.
2. Gangguan pertukaran gas b/d hipoksemia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d
hiperaktivitas pernapasan.
4. Intoleransi aktivitasb/d keletihan, lesu dan pucat.
3. Intervensi Keperawatan
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata-rata,
kedalaman, irama,
dan usaha respirasi
2. Catat pergerakkan
dada,amati
kesimetrisan,pengg
unaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara
napas
4. Monitor pola napas
: bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi.
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
otot diafragma.
7. Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan.
8. Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama.
9. Auskultasi suara
paru-paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya.
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal.
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan.
3. Monitor turgor
kulit.
4. Monitor mual dan
muntah.
5. Monitor kalori dan
intake nutrisi.
6. Monitor pucat ,
kemerahan, dan
kekeringan
karingan
konjungtiva.