2) Yoga Wibisono
Disusun oleh :
Claudia Narita Gunawan (140071007)
Jessica Viny Gunawan (140071001)
Kenny Liana Siswanto (1400710011)
Yussandi Santoso (1400710015)
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi.....................................................................................................................i
Daftar Tabel ...............................................................................................................ii
Daftar Gambar ............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................1
1.3 Manfaat ................................................................................................................1
1.4 Landasan Teori .....................................................................................................3
1.4.1 Definisi Kebisingan .....................................................................................3
1.4.2 Jenis Kebisingan ..........................................................................................3
1.4.3 Baku Mutu Kebisingan ................................................................................4
1.4.4 Dampak Kebisingan .....................................................................................6
1.4.5 Pengukuran ..................................................................................................8
1.4.6 Vegetasi Pengurang Intensitas Kebisingan .................................................9
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan .........................................................................................................17
4.2 Saran ...................................................................................................................17
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Lokasi Pengambilan Data Kebisingan di Sekitar Jl. Boulevard,
Gading Serpong..........................................................................................................12
Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Intensitas Terukur Dengan Baku Mutu ( Depan
Ruko Alexandrite) ......................................................................................................15
Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Intensitas Terukur Dengan Baku Mutu ( Depan
Mall Summarecon Serpong) ......................................................................................16
Gambar 4.1 Kondisi Jalan Boulevard (Depan Ruko Alexandrite) pada saat
pengambilan data .......................................................................................................vi
Gambar 4.2 Jessica (Kiri) dan Yussadni (Kanan): Kegiatan praktikan pada saat
pengambilan data (Depan Ruko Alexandrite) ............................................................vi
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Daerah yang cukup ramai karena kendaraan bermotor adalah daerah
Summarecon Gading Serpong. Daerah tersebut adalah daerah yang banyak
dilalui kendaraan baik yang akan bekerja ataupun menuju ke kawasan
pendidikan. Suara yang ditimbulkan pun cukup keras pada jam-jam tertentu
dan mengganggu kegaitan yang berlangsung disekitarnya dan menyebabkan
kurang produktifnya kegiatan ekonomi maupun kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, perlunya peneletian tingkat kebisingan yang ada di kawasan
Summarecon tersebut untuk menentukan tingkat kebisingannya. Dengan
mengetahui tingkat kebisingannya dapat ditentukan solusi apa yang dapat
menyelesaikan permasalahan ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengukuran kebisingan ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur dan penggunaan alat pengukuran
kebisingan
2. Untuk mengetahui sumber kebisingan
3. Untuk mengetahui intensitas kebisingan berdasarkan sumbernya
4. Untuk mengetahui apa saja upaya dalam mengendalikan kebisingan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah
1. Praktikan dapat menggunakan instrumen alat pengukur kebisingan
2. Praktikan mengetahui sumber penyebab kebisingan dan
intensitasnya di lingkungan
3. Praktikan dapat memberikan solusi untuk mengendalikan kebisingan
2
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan ganguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan dalam kesehatan
kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menyebabkan
menurunnya fungsi pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan
ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan
spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi, dan pola waktu (Buchari 2007).
3
5. Kebisingan impulsif berulang : kebisingan impulsif yang
terjadi secara berulang-ulang. Contoh kebisingan jenis ini
adalah suara mesin tempa.
4
Tabel 1,1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan Bersadarkan Kawasan
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintah dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus
Badar Udara *)
Stasiun Kereta Api *)
Pelabuhan Laut 70
Cagar Budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Keterangan:
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri
Perhubungan
(Sumber: KEPMENLH Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996)
5
Tabel 1.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemajanan
Intensitas Kebisingan
Waktu pemajanan per hari
dalam dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
6
3. Gangguan Komunikasi
Menimbulkan terganggunya pekerjaan dan
memungkinkan terjadi adanya kesalahan terutama bagi tenaga
kerja yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini
secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja karena tidak dapat
mendengarkan teriakan atau isyarat tanda bahaya, dan mutu
pekerjaan dan produktifitas kerja akan menurun.
4. Gangguan Keseimbangan
Menimbulkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing,
mual dan sebagainya.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Dari sekian banyak gangguan yang ditimbulkan akibat
kebisingan, gangguan pendengaran ini merupakan gangguan
yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran atau ketulian. Ketulian dapat bersifat progresif atau
awalnya bersifat sementara tetapi jika bekerja terus menerus di
tempat bising tersebut akan daya dengar akan menghilang dan
menetap menjadi tuli.
Tabel 1.3 Jenis-jenis dari Akibat-akibat kebisingan
Tipe Uraian
Perubahan ambang batas
sementara akibat
Kehilangan pendengaran kebisingan, Perubahan
ambang batas permanen
Akibat-akibat
akibat kebisingan
badaniah
Rasa tidak nyaman atau
stress meningkat, tekanan
Akibat-akibat fisiologis
darah meningkat, sakit
kepala, bunyi dering
Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan
Gangguan tidur atau
istirahat, hilang konsentrasi
Gangguan gaya hidup
Akibat-akibat waktu bekerja, membaca,
psikologis dsb
Merintangi kemampuan
Gangguan pendengaran mendengarkan TV, radio,
percakapan, telepon, dsb.
7
A. Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Dapat terjadi karena akibat bising dengan intesitas
tinggi, tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar
yang sifatnya sementara. Umumnya, waktu pemaparan sangat
singkat. Jika tenaga kerja tersebut diberi waktu istirahat dengan
cukup maka daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang
dengar semula dengar sempurna.
B. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya PTS/ Tuli
menetap adalah tinggi level suara, lama pemaparan, spektrum
suara, temporal pattern, kepekaan individu, pengaruh obat-
obatan (beberapa obat bisa memperberat ketulian jika diberikan
bersamaan dengan kontak suara, contohnya quinine, aspirin,
streptomycin, kansmycin dan beberapa obat lainnya, dan
Keadaan kesehatan.
1.5.5. Pengukuran
A. Tingkat Suara Ekivalen (Equivalent Sound Level, Leq)
Keadaan setiap hari, tingkat kebisingan atau suara pasti
bervariasi tergantung dengan lokasi dan waktu selama
pengukuran. Tingkat kebisingan meningkat selama pengukuran
seperti ketika truk berlalu, ketika suara knalpot motor, ketika
klakson kendaraan dibunyikan, ketika seekor anjing
menggonggong, ketika sebuah pesawat terbang di atas, atau saat
pabrik mulai pergeseran produksi . Sound Level Setara (LEQ)
adalah analog dengan tingkat rata-rata dan didefinisikan sebagai
tingkat suara hipotetis konstan selama periode waktu yang
menghasilkan energi suara yang sama secara keseluruhan
sebagai suara waktu aktual yang bervariasi. Karena energi suara
sebanding dengan intensitas, yang pada gilirannya sebanding
dengan kuadrat dari tekanan suara :
8
𝑇
1 𝑃𝐴2 (𝑡)
𝐿𝐸𝑄 = 10𝑙𝑜𝑔10 [ ∫ 2 𝑑𝑡] 𝑃𝐴 = 𝑟𝑚𝑠 𝐴 − 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝐿𝐸𝑄
𝑇 𝑃𝑅𝐸𝐹
0
𝑇
1
= 10𝑙𝑜𝑔10 [ ∫ 10𝐿𝐴⁄10 𝑑𝑡] 𝐿𝐴 = 𝐴 − 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 (𝑑𝐵𝐴)
𝑇
0
9
BAB II
METODE PRAKTIKUM
10
12 titik lokasi yang berbeda. 1 titik lokasi akan mendapat 12 data dan
selanjutnya diambil rata-ratanya. Penggunaan SLM berbasis aplikasi dan
analog dilakukan bergantian secara acak di titik lokasi yang berbeda.
Berikut adalah langkah – langkah penggunaan SLM berbasis aplikasi:
a. Pastikan Sound Level Meter (SLM) berbasis aplikasi sudah dikalibrasi
b. Buka SLM berbasis aplikasi dan arahkan speaker ke sumber suara (ke
jalan)
c. Tekan tombol mulai
d. Hidupkan Stopwatch (dapat menggunakan handphone)
e. Catat angka kebisingan pada layar SLM berbasisi aplikasi atau analog
setiap 10 detik selama 2 menit tanpa ada penyetopan
11
Peta Lokasi Pengambilan
Data
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Dari hasil pengukuran di 12 titik, dapat dihitung nilai Leq sebagai berikut:
Formula perhitungan:
Leq= 10 Log 1/N (n1 x 10L1/10 + n2 x 10L2/10 + n3 x 10L3/10 + n4 x 10L4/10 + …..
+ n12 x 10L12/10)
Perhitungan:
Leq = 10 x 7,287
14
Tabel 3.3 Data Hasil Wawancara
Wawancara Endang S Jamal Penjaga Petugas Satpam
(Satpam) (warga asli) parkiran Kebersihan
berapa lama 4 tahun 1 tahun 1 tahun 2 tahun 2 tahun ( 1
sudah bekerja di tahun diluar)
tempat ini
Apakah merasa Merasa Tidak Tidak Tidak Tidak
bising bising dan terlalu terganggu, terganggu terganggu
sedikit berisik hanya sedikit
terganggu bising
Jika ya dari Jalan utama Karena Karena motor Seluruh area Jalan raya
manakah motor besar seperti merupakan karena
sumbernya racing harley atau sumber bising kendaraan-
ninja kendaraan yang
lewat
Kira-kira jam Pagi (7-10) Di dekat Selalu ramai - Pada saat jam
paling bising di lingkaran karena berangkat kerja
daerah tersebut Sore saat saat sore merupakan
pulang kerja jalur utama
sepi saat Jam makan (sudah
siang 1-2 siang beradaptasi)
Kalau pagi
tidak terlalu
ramai
(sedang)
15
Grafik menunjukan hasil perhitungan kebisingan rata-rata di 6 titik
pengambilan data depan ruko Alexandrite. Dari grafik diatas, dapat dilihat
bahwa semua intensitas kebisingan yang terukur melebihi standar baku
mutu (Semua data pada lokasi sampel pengukuran lebih dari nilai 70 dB).
Intensitas yang lebih tinggi dari baku mutu ini dikarenakan waktu
pengambilan data adalah jam berangkat kerja sehingga banyak kendaraan
yang berlalu-lalang.
Nilai intensitas tertinggi berada pada titik ke 5 yaitu sebesar 76,08
dB, sedangkan intensitas terendah berada pada titik ke 4. Tingginya
intensitas pada titik 5 disebabkan karena suara yang berasal dari bunyi
klakson kendaraan yang melewati pada saat pencataan data.
72
70
68 Li
Baku Mutu
66
64
62
1 2 3 4 5 6
16
bunyi berupa bunyi klakson kendaran yang tertangkap di sound level meter
tepat saat waktu pencatatan. Selain itu, sumber bunyi juga berasal dari bunyi
knalpot motor besar.
Perbedaan intensitas kebisingan pada 2 jalur yang diukur dikarenakan
adanya perbedaan pada instrumentasi yang digunakan untuk mengukur
kebisingan pada dua jalur tersebut. Selain itu, diduga adanya faktor lain
yang mempengaruhi data yang dihasilkan yaitu proses kalibrasi, perbedaan
arus kendaraan pada jam saat pengambilan data, dan kelalaian praktikan
seperti penempatan tinggi istrumentasi yang tidak sesuai atau pencatatan
data yang kurang tepat.
Pada hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan bahwa para
narasumber tidak terganggu oleh kebisingan yang terjadi di kawasan yang
diteliti. Hal ini dimungkinkan karena semua narasumber dari kawasan yang
diteliti sudah bekerja dalam jangka waktu yang lama yaitu 1-4 tahun
sehingga sudah beradaptasi. Sumber bising yang paling dominan berasal
dari jalan raya utama, banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang, terutama
bagi motor yang memiliki knalpot yang mengeluarkan bunyi yang besar,
dan truk-truk. Hal ini termasuk dalam kasus kebisingan intermiten atau
terputus-putus namun juga kontinyu setiap harinya, serta dampak yang bisa
terpengaruhi terhadap manusia juga tidak secara langsung tetapi dampaknya
perlahan-lahan (jangka waktu panjang).
Hasil perhitungan Leq dari intensitas yang terukur adalah sebesar
72,287 dB dan lebih besar dari nilai baku mutu kebisingan pada kawasan
perdagangan dan jasa menurut Keputusan Metri Negara Lingkungan Hidup
nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 yaitu 70 dB. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa kawasan Summarecon Mall Serpong dan Ruko
Alexandrite secara keseluruhan mengalami kebisingan melebihi yang
seharusnya. Dalam hal ini, sebaiknya ada upaya-upaya untuk mengurangi
kebisingan di daerah tesebut seperti menanam tanaman yang bisa merendam
kebisingan, seperti bambu dan tanaman akasia. Selain itu, dari sumber
kebisingannya dapat diatur dengan pembuatan peraturan. Contohnya, tidak
diperbolehkan mengganti knalpot kendaraan menjadi knalpot racing.
17
Ataupun kendaraan besar yang memiliki roda lebih dari empat hanya
diperbolehkan di waktu tertentu.
Kebisingan-kebisingan yang ada di daerah Summarecon Mall
Serpong dan Ruko Alexandrite dapat diatasi atau diturunkan tingkat
kebisingannya dengan menanaman phon sawit atau akasia. Kedua tanaman
tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan dengan memanfaat fungsi
bentuk fisiologi tanaman tersebut. Keduanya memiliki daya tingkat
penurunan nilai kebisingan yang cukup baik. Di sisi lain, diperlukan
pembuatan regulasi yang menetapkan peraturan mengenai kebisingan.
Pada waktu pengukuran lebih baik menggunakan alat Sound Level Meter
yang sudah terkalibrasi dengan baik atau jika menggunakan instrumentasi
dari handphone, lebih baik digunakan handphone yang sama saat
pengukuran untuk banyak titik dan memiliki nilai devisiasi yang rendah.
18
BAB IV
PENUTUP
1.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran dan pembahasan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam mengukur intensitas nilai
kebisingan adalah Sound Level Meter dengan mengarahkan speaker ke
sumber bunyi serta meletakkannya setinggi 1,25 m dari permukaan
tanah untuk mendapatkan data yang baik.
2. Sumber kebisingan yang diperoleh adalah dari aktifitas lalu lintas
(Kendaraan bermotor) di Jalan Boulevard depan kawasan Sumarrecon
Mall Serpong dan Ruko Alexandrite
3. Nilai intensitas yang diperoleh dari praktikum adalah sebesar 72,287
dB menunjukkan bahwa sumber kebisingan melebihi baku mutu yang
telah ditetapkan pemerintah sebesar 70 dB dan masuk kategori
kebisingan kelas A
4. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menurunkan kebisingan
adalah dengan menanam pohon sawit (6,092%) atau akasia (4,29%)
serta memperbaiki atau membuat regulasi mengenai kendaraan
bermotor terutama pada pemakaian knalpot
1.1 Saran
Adapun saran mengenai praktikum selajutnya sebaiknya praktikum
dilakukan selama 1 hari agar diperoleh data kebisingan total yang lebih
mempresentasikan nilai kebisingan di kawasan sampel dan dapat lebih baik
dalam menentukan/membaca nilai intensitas kebisingan yang tertera di
Layar Sound Level Meter untuk memperoleh data yang lebih baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
v
Lampiran
Gambar 4.1 Kondisi Jalan Boulevard (Depan Ruko Alexandrite) pada saat
pengambilan data
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 4.2 Jessica (Kiri) dan Yussandi (Kanan): Kegiatan praktikan pada
saat pengambilan data (Depan Ruko Alexandrite)
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
vi