Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LINGKUNGAN I

PENGUKURAN KEBISINGAN MENGGUNAKAN


SOUND LEVEL METER

Dosen : Turmaningsih Surya Pratama S. T. M. Si.

Nama Asisten : 1) Wardatul Jannah

2) Yoga Wibisono

Disusun oleh :
Claudia Narita Gunawan (140071007)
Jessica Viny Gunawan (140071001)
Kenny Liana Siswanto (1400710011)
Yussandi Santoso (1400710015)

LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN I


TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SURYA
2016

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi.....................................................................................................................i
Daftar Tabel ...............................................................................................................ii
Daftar Gambar ............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................1
1.3 Manfaat ................................................................................................................1
1.4 Landasan Teori .....................................................................................................3
1.4.1 Definisi Kebisingan .....................................................................................3
1.4.2 Jenis Kebisingan ..........................................................................................3
1.4.3 Baku Mutu Kebisingan ................................................................................4
1.4.4 Dampak Kebisingan .....................................................................................6
1.4.5 Pengukuran ..................................................................................................8
1.4.6 Vegetasi Pengurang Intensitas Kebisingan .................................................9

BAB II Metode Pratikum


2.1 Waktu Pratikum ..................................................................................................10
2.2 Lokasi Pratikum ..................................................................................................10
2.3 Alat dan Bahan ....................................................................................................10
2.4 Prinsip Kerja .......................................................................................................10
2.5 Cara Kerja ...........................................................................................................10
2.6 Teknik Pengukuran .............................................................................................11

BAB III Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil Pengukuran ................................................................................................13
3.2 Pembahasan .........................................................................................................15

BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan .........................................................................................................17
4.2 Saran ...................................................................................................................17

Daftar Pustaka ...........................................................................................................v


Lampiran ....................................................................................................................vi

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan Bersadarkan Kawasan ............................5


Tabel 1.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemajanan .............6
Tabel 1.3 Jenis-jenis dari Akibat-akibat kebisingan ..................................................7
Tabel 1.4 Tingkat Penyerapan (%) Kebisingan oleh beberapa Tanaman ..................9
Tabel 2.1 Letak Astronomis Lokasi Pengambilan data kebisingan ...........................11
Tabel 3.1 Data Hasil Pengukuran di 6 Titik Depan Ruko Alexandrite ......................13
Tabel 3.2 Data Hasil Pengukuran di 6 Ttik Depan Mall Summarecon Serpong .......13
Tabel 3.3 Data Hasil Wawancara ...............................................................................15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Pengambilan Data Kebisingan di Sekitar Jl. Boulevard,
Gading Serpong..........................................................................................................12
Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Intensitas Terukur Dengan Baku Mutu ( Depan
Ruko Alexandrite) ......................................................................................................15
Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Intensitas Terukur Dengan Baku Mutu ( Depan
Mall Summarecon Serpong) ......................................................................................16
Gambar 4.1 Kondisi Jalan Boulevard (Depan Ruko Alexandrite) pada saat
pengambilan data .......................................................................................................vi
Gambar 4.2 Jessica (Kiri) dan Yussadni (Kanan): Kegiatan praktikan pada saat
pengambilan data (Depan Ruko Alexandrite) ............................................................vi

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memiliki 5 alat indara yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah telinga yang berfungsi untuk menerima
gelombang suara atau mendengar. Manusia memilik batas pendengaran anatar
20-20.000Hz dan dengan frekuensi suara sekitar 80 dB sebagai batas aman
(Rahmi, 2009). Walaupun dapat mendengar suara dengan frekunsi hingga 80
dB, namun sebaiknya telinga tidak terpapar secara terus menerus. Terlalu
banyak mendengar bunyi yang keras dan terus menerus dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan pendengaran atau berbagai penyakit lainnya.
Menurut Permenkes No.78/Men.Kes/Per/XI/1987, bunyi yang tidak
dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan
disebut sebagai kebisingan. Contoh dari sumber kebisingan tersebut adalah
suara yang ditimbulkan kendaran di jalan, terutama di perkotaan. Di
perkotaan jalan sangat ramai dengan kendaraan bermotor yang menyebabkan
kebisingan setiap harinya. Tingkat kebisingan jalan raya bergantung pada
jenis kendaraan dan kuantitas kendaraan yang lewat. Jenis kebisingan di jalan
raya ini dapat digolongkan menjadi kebisigan intermiten atau terputus-putus
namun juga kontinyu setiap harinya.
Jika sesorang terus menerus terpapar suara bising, maka orang
tersebut akan beradaptasi dengan lingkungannya ataupun ada juga yang
mengalami penurunan kemampuan mendengar. Biasanya seseorang yang
terkena dampak kebisingan tidak menyadarii adanya penurunan pendengaran,
karena umumnua gangguan akibat kebisingan baru akan disadari setelah
jangka waktu yang lama setelah gejala yang sudah cukup parah. Tidak hanya
kemampuan mendengar, kebisingan yang dirasakan terus menerus juga dapat
menyebabkan gangguan pada fisiologis, psikologis, kemampuan konsentrasi
dan gangguan komunikasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penanggulangan
terhadap suara bising tersebut.

1
Daerah yang cukup ramai karena kendaraan bermotor adalah daerah
Summarecon Gading Serpong. Daerah tersebut adalah daerah yang banyak
dilalui kendaraan baik yang akan bekerja ataupun menuju ke kawasan
pendidikan. Suara yang ditimbulkan pun cukup keras pada jam-jam tertentu
dan mengganggu kegaitan yang berlangsung disekitarnya dan menyebabkan
kurang produktifnya kegiatan ekonomi maupun kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, perlunya peneletian tingkat kebisingan yang ada di kawasan
Summarecon tersebut untuk menentukan tingkat kebisingannya. Dengan
mengetahui tingkat kebisingannya dapat ditentukan solusi apa yang dapat
menyelesaikan permasalahan ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengukuran kebisingan ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur dan penggunaan alat pengukuran
kebisingan
2. Untuk mengetahui sumber kebisingan
3. Untuk mengetahui intensitas kebisingan berdasarkan sumbernya
4. Untuk mengetahui apa saja upaya dalam mengendalikan kebisingan

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah
1. Praktikan dapat menggunakan instrumen alat pengukur kebisingan
2. Praktikan mengetahui sumber penyebab kebisingan dan
intensitasnya di lingkungan
3. Praktikan dapat memberikan solusi untuk mengendalikan kebisingan

1.4 Landasan Teori


1.5.1. Definisi Kebisingan
Bunyi atau suara merupakan serangakain gelombang
merambat dari sumber getaran molekul-molekul (Gabriel 1996).
Bunyi atau suara yang tidak dikehendaki disebut sebagai kebisingan
(who 1995). Keputusan Mentri negara Lingkungan Hidup No:
Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996 mendefinisikan kebisingan sebagai

2
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan ganguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan dalam kesehatan
kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menyebabkan
menurunnya fungsi pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan
ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan
spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi, dan pola waktu (Buchari 2007).

1.5.2. Jenis Kebisingan


Kebisingan dibedakan atas beberapa jenis berdasarkan sifat
dan spektrum frekuensi bunyi serta pengaruhnya terhadap manusia
(Buchari 2007).
A. Jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi
bunyi:
1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas :
bising jenis ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB
untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Contoh kebisingan
jenis ini adalah dari mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang
sempit : bising yang relatif tetap, akan tetapi hanya
memiliki frekuensi tertentu saja yaitu pada frekuensi 500,
1000, dan 4000 Hz. Contohnya dari gergaji serkuler dan
katup gas.
3. Kebisingan terputus-putus (Intermiten) : kebisingan yang
tidak terjadi secara terus-menerus melainkan ada periode
relatif tenang, misalnya suara lalu lintas dan kebisingan di
lapangan terbang
4. Kebisingan Impulsif : bising yang memiliki perubahan
tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan
biasanya mengejutkan pendengar seperti suara tembakan,
ledakan mercon, dan meriam.

3
5. Kebisingan impulsif berulang : kebisingan impulsif yang
terjadi secara berulang-ulang. Contoh kebisingan jenis ini
adalah suara mesin tempa.

B. Jenis kebisingan berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia:


1. Kebisingan yang mengganggu (Irritating noise) : bunyi
yang memiliki intensitas tidak terlalu keras seprti suara
orang mendengkur.
2. Kebisingan yang menutupi (Masking noise) : bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas. Bunyi ini secara tidak
langsung membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja. Contoh kebisingan jenis ini adalah teriakan atau
isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber
lain.
3. Kebisingan yang merusak (Damaging/injurious noise) :
bunyi yang intensitasnya melampaui Nilai Ambang Batas.
Kebisingan jenis ini dapat merusak atau menurunkan fungsi
pendengaran.

1.5.3. Baku Mutu Kebisingan


Di Indonesia, baku tingkat kebisingan atau nilai ambang
batas kebisingan ditetapkan dalam Keputusan Metri Negara
Lingkungan Hidup nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 yang
didalamnya berisi baku tingkat kebisingan di setiap peruntukan
kawasan dan lingkungan kegiatan. Menteri Tenaga Kerja dalam
Keputusan Menteri Nomor: KEP-51/MEN/1999 menetapkan Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja yang berdasarkan
waktu pemajanan per hari.

4
Tabel 1,1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan Bersadarkan Kawasan

BAKU TINGKAT KEBISINGAN

Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan DB (A)

a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintah dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus
 Badar Udara *)
 Stasiun Kereta Api *)
 Pelabuhan Laut 70
 Cagar Budaya 60

b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55

Keterangan:
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri
Perhubungan
(Sumber: KEPMENLH Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996)

5
Tabel 1.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemajanan
Intensitas Kebisingan
Waktu pemajanan per hari
dalam dBA

8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 Detik 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun hanya sesaat
(Sumber: KEPMENLH Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996)
1.5.4. Dampak Kebisingan
Kebisingan dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap
tenaga kerja yang terus terpapar bising, seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian.
1. Gangguan Fisiologis
Peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama bagian
kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris
2. Gangguan Psikologis
Menimbulkan rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, emosi dan sebagainya. Pemaparan jangka waktu
lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti
gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain.

6
3. Gangguan Komunikasi
Menimbulkan terganggunya pekerjaan dan
memungkinkan terjadi adanya kesalahan terutama bagi tenaga
kerja yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini
secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja karena tidak dapat
mendengarkan teriakan atau isyarat tanda bahaya, dan mutu
pekerjaan dan produktifitas kerja akan menurun.
4. Gangguan Keseimbangan
Menimbulkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing,
mual dan sebagainya.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Dari sekian banyak gangguan yang ditimbulkan akibat
kebisingan, gangguan pendengaran ini merupakan gangguan
yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran atau ketulian. Ketulian dapat bersifat progresif atau
awalnya bersifat sementara tetapi jika bekerja terus menerus di
tempat bising tersebut akan daya dengar akan menghilang dan
menetap menjadi tuli.
Tabel 1.3 Jenis-jenis dari Akibat-akibat kebisingan
Tipe Uraian
Perubahan ambang batas
sementara akibat
Kehilangan pendengaran kebisingan, Perubahan
ambang batas permanen
Akibat-akibat
akibat kebisingan
badaniah
Rasa tidak nyaman atau
stress meningkat, tekanan
Akibat-akibat fisiologis
darah meningkat, sakit
kepala, bunyi dering
Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan
Gangguan tidur atau
istirahat, hilang konsentrasi
Gangguan gaya hidup
Akibat-akibat waktu bekerja, membaca,
psikologis dsb
Merintangi kemampuan
Gangguan pendengaran mendengarkan TV, radio,
percakapan, telepon, dsb.

7
A. Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Dapat terjadi karena akibat bising dengan intesitas
tinggi, tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar
yang sifatnya sementara. Umumnya, waktu pemaparan sangat
singkat. Jika tenaga kerja tersebut diberi waktu istirahat dengan
cukup maka daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang
dengar semula dengar sempurna.
B. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya PTS/ Tuli
menetap adalah tinggi level suara, lama pemaparan, spektrum
suara, temporal pattern, kepekaan individu, pengaruh obat-
obatan (beberapa obat bisa memperberat ketulian jika diberikan
bersamaan dengan kontak suara, contohnya quinine, aspirin,
streptomycin, kansmycin dan beberapa obat lainnya, dan
Keadaan kesehatan.

1.5.5. Pengukuran
A. Tingkat Suara Ekivalen (Equivalent Sound Level, Leq)
Keadaan setiap hari, tingkat kebisingan atau suara pasti
bervariasi tergantung dengan lokasi dan waktu selama
pengukuran. Tingkat kebisingan meningkat selama pengukuran
seperti ketika truk berlalu, ketika suara knalpot motor, ketika
klakson kendaraan dibunyikan, ketika seekor anjing
menggonggong, ketika sebuah pesawat terbang di atas, atau saat
pabrik mulai pergeseran produksi . Sound Level Setara (LEQ)
adalah analog dengan tingkat rata-rata dan didefinisikan sebagai
tingkat suara hipotetis konstan selama periode waktu yang
menghasilkan energi suara yang sama secara keseluruhan
sebagai suara waktu aktual yang bervariasi. Karena energi suara
sebanding dengan intensitas, yang pada gilirannya sebanding
dengan kuadrat dari tekanan suara :

8
𝑇
1 𝑃𝐴2 (𝑡)
𝐿𝐸𝑄 = 10𝑙𝑜𝑔10 [ ∫ 2 𝑑𝑡] 𝑃𝐴 = 𝑟𝑚𝑠 𝐴 − 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝐿𝐸𝑄
𝑇 𝑃𝑅𝐸𝐹
0
𝑇
1
= 10𝑙𝑜𝑔10 [ ∫ 10𝐿𝐴⁄10 𝑑𝑡] 𝐿𝐴 = 𝐴 − 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 (𝑑𝐵𝐴)
𝑇
0

𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒 𝑃𝑅𝐸𝐹 = 𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑒𝑠 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 = 20𝜇𝑃𝑎


Untuk sampel data diskrit:
𝑛
1 𝑃𝑖2 (𝑡)
𝐿𝐸𝑄 = 10𝑙𝑜𝑔10 ∑ 2 ∆𝑡𝑖
𝑇 𝑃𝑅𝐸𝐹
𝑖=1

untuk interval waktu yang konstan (satu pengukuran setiap jam


adalah khas):
𝑛 𝑛
1 𝑃𝑖2 (𝑡) 1
𝐿𝐸𝑄 ≅ 10𝑙𝑜𝑔10 ∑ 2 = 𝐿𝐸𝑄 ≅ 10𝑙𝑜𝑔10 ∑ 10𝐿𝐴 ⁄10
𝑛 𝑃𝑅𝐸𝐹 𝑛
𝑖=1 𝑖=1

1.5.6 Vegetasi Pengurang Intensitas Kebisingan


Dalam penelitian Erwin, dkk (2015) menyebutkan
bahwa tingkat kebisinan di jalan raya secara umum nilai
intensitasnya menalami penurunan karena kehadiran pohon
yang berfungsi sebagai peredam (penyerap kebisingan).
Bagian luasan tutupan daun adalah salah satu faktor
penyebab penurunan nilai kebisingan. Dalam penelitian
tersebut tanaman(pohon) yang digunakan adalah pohon
durian, akasia, sawit, mangga, sengon, dan ketapang dengan
daya penyerapan sebesar:
Tabel 1.4 Tingkat penyerapan (%) kebisingan beberapa tanaman
Jenis Pohon Tingkat Penyerapan (%)
Durian 2,79
Akasia 4,29
Sawit 6,092
Mangga 3,53
Sengon 2,58
Ketapang 2,34

9
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu Praktikum


Praktikum dilakukan pada Rabu, 01 Juni 2016 sekitar pukul 08.00 –
10.00 WIB.

2.2 Lokasi Praktikum


Praktikum dilaksanakan di pinggir Jalan Boulevard Gading Serpong,
tepatnya di depan Sumarecon Mall Serpong.

2.3 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
 Sound Level Meter Krisbow KW06-291 M
 Sound Level Meter App (Berbasis aplikasi dan digital)
 Stopwatch
 Alat Tulis (Pena dan Kertas)

2.4 Prinsip Kerja


Pengukuran kebisingan dilakukan dengan mengarahkan alat Sound
Level Meter (SLM) berbasis aplikasi (SLM yang terinstal dalam
smartphone; SLM sudah dikalibrasi dengan mencocokkan pada SLM digital
yang sudah terkalibrasi) atau Sound Level Meter digital ke sumber bising.
SLM diletakkan pada ketinggian sekitar 125 cm dari permukaan tanah untuk
memperoleh kebisingan secara akurat. SLM akan menangkap gelombang
yang dihasilkan dari sumber getaran dan menampilkannya dalam bentuk
data analog. Data tersebut yang nantinya akan diolah kedalam persamaan
kebisingan untuk memperoleh intensitas kebisingan (dB) di area penelitian.

2.5 Cara Kerja


Adapun cara kerja pengukuran kebisingan menggunakan SLM
berbasis android dan analog pada saat praktikum adalah dengan mencatat
nilai kebisingan yang ditampilkan di SLM setiap 10 detik selama 2 menit di

10
12 titik lokasi yang berbeda. 1 titik lokasi akan mendapat 12 data dan
selanjutnya diambil rata-ratanya. Penggunaan SLM berbasis aplikasi dan
analog dilakukan bergantian secara acak di titik lokasi yang berbeda.
Berikut adalah langkah – langkah penggunaan SLM berbasis aplikasi:
a. Pastikan Sound Level Meter (SLM) berbasis aplikasi sudah dikalibrasi
b. Buka SLM berbasis aplikasi dan arahkan speaker ke sumber suara (ke
jalan)
c. Tekan tombol mulai
d. Hidupkan Stopwatch (dapat menggunakan handphone)
e. Catat angka kebisingan pada layar SLM berbasisi aplikasi atau analog
setiap 10 detik selama 2 menit tanpa ada penyetopan

2.6 Lokasi Pengukuran


Jalan Boulevard Gading Serpong tepat didepan Sumarecon Mall
Serpong merupakan area pubilk (terbuka) sehingga ditentukan 12 Lokasi
pengambilan data. 6 Lokasi berada di pinggir jalan depan Sumarecon Mall
Serpong dan 6 lokasi berada di seberang jalan (depan area ruko
Alexandrite). Pengukuran dilakukan pada 12 titik lokasi untuk mendapat
data yang akurat dan valid. Berikut adalah peta lokasi pengukuran:
Tabel 2.1 Letak Astronomis Lokasi Pengambilan Data Kebisingan
No. Label Koordinat Bujur (BT) Koordinat Lintang (LS)
1. 1 106 37’49.17”
o
6o14’20.76”
2. 2 106°37’49.11” 6°14’21.02"
3. 3 106°37’48.98” 6°14’21.26”
4. 4 106°37’48.81" 6°14’21.71"
5. 5 106°37’48.64” 6°14’22.22"
6. 6 106°37’48.50" 6°14’22.52"
7. 1a 106°37’50.30" 6°14’20.84"
8. 2a 106°37’50.13" 6°14’21.23"
9. 3a 106°37’50.04" 6°14’21.46"
10. 4a 106°37’49.95" 6°14’21.73"
11. 5a 106°37’49.78" 6°14’22.19"
12. 6a 106°37’49.69" 6°14’22.43"
(Sumber: Googleearth/Dokumen Pribadi, 2016)

11
Peta Lokasi Pengambilan
Data

Gambar 2.1 Peta Lokasi Pengambilan Data Kebisingan di Sekitar Jl.


Boulevard, Gading Serpong.
(Sumber: Googleearth/Dokumen Pribadi, 2016)

12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Praktikum


Hasil pengukuran didapatkan dari 12 titik pengambilan, 6 titik di depan
Mall Summarecon Serpong, dan 6 titik lainnya di seberang yaitu di depan
ruko Alexandrite.

Tabel 3.1 Data Hasil Pengukuran di 6 Titik Depan Ruko Alexandrite


Titik ke-
Waktu 1 2 3 4 5 6
8.10 8.15 8.21 8.26 8.30 8.35
10” 72 79 76,3 79 70 78
20” 74 76 76,8 64 74 73
30” 75 74 73,8 74 77 76
40” 81 78 79,4 75 78 78
50” 73 77 71,2 70 76 79
60” 68 72 72,9 76 79 73
70” 75 76 77,2 69 79 80
80” 74 74 76,2 76 78 77
90” 74 77 72 72 75 67
100” 75 78 74,6 74 78 76
110” 76 75 62,9 75 72 73
120” 77 70 77,4 80 77 75
Rata-rata 74,5 75,5 74,225 73,67 76,083 75,4167

Tabel 3.2 Data Hasil Pengukuran di 6 Titik Depan Mall Summarecon


Serpong
Titik ke-
Waktu 1 2 3 4 5 6
8:13 8:15 8:20 8:24 8:29 8:32
10” 68 64 66 72,6 65 70
20” 64 64 74 73,1 69 71
30” 70 71 69 70 66 67
40” 67 66 67 73,3 66 68
50” 67 73 65 74 65 68
60” 66 67 65 71,1 63 65
70” 68 67 68 69,5 69 67
80” 74 66 70 76 66 68
90” 66 69 63 72,4 64 70
100” 64 65 63 76 65 66
110” 67 67 66 70,1 66 65
120” 69 67 64 74 69 65
Rata-rata 67,5 67,167 66,67 72,675 66,0833 67,5

13
Dari hasil pengukuran di 12 titik, dapat dihitung nilai Leq sebagai berikut:
Formula perhitungan:
Leq= 10 Log 1/N (n1 x 10L1/10 + n2 x 10L2/10 + n3 x 10L3/10 + n4 x 10L4/10 + …..
+ n12 x 10L12/10)
Perhitungan:

Leq = 10 Log 1/12 (1 x 1074,5/10 + 1 x 1075,5/10 + 1 x 1074,225/10 + 1 x 1073,67/10


+ 1 x 1076,083/10 + 1 x 1075,417/10 + 1 x 1067,5/10 + 1 x 1067,17/10 + 1 x 1066,67/10 +
1 x 1072,675/10 + 1 x 1066,083/10 +1 x 1067,5/10 )

Leq = 10 Log 1/12 ( 28183829,31 + 35481338,92 + 26454526,95 +


23263050,67 + 40581989,42 + 34807005,88 + 5623413,25 + 5207948 +
4641589 + 18513989 + 4058199 + 5623413 )

Leq = 10 Log 232440292,7/12

Leq = 10 Log 19370024,4

Leq = 10 x 7,287

Leq = 72, 287 dB.

Berdasarkan perhtungan di atas dapat di ketahui nilai kebisingan dari


kawasan jalan beoulevard adalah 72,287 dB.
Selain itu, praktikan juga mewawancarai beberapa warga di daerah
pengambilan sempel, data yang didapatkan dari hasil wawancara adalah

14
Tabel 3.3 Data Hasil Wawancara
Wawancara Endang S Jamal Penjaga Petugas Satpam
(Satpam) (warga asli) parkiran Kebersihan
berapa lama 4 tahun 1 tahun 1 tahun 2 tahun 2 tahun ( 1
sudah bekerja di tahun diluar)
tempat ini
Apakah merasa Merasa Tidak Tidak Tidak Tidak
bising bising dan terlalu terganggu, terganggu terganggu
sedikit berisik hanya sedikit
terganggu bising
Jika ya dari Jalan utama Karena Karena motor Seluruh area Jalan raya
manakah motor besar seperti merupakan karena
sumbernya racing harley atau sumber bising kendaraan-
ninja kendaraan yang
lewat
Kira-kira jam Pagi (7-10) Di dekat Selalu ramai - Pada saat jam
paling bising di lingkaran karena berangkat kerja
daerah tersebut Sore saat saat sore merupakan
pulang kerja jalur utama
sepi saat Jam makan (sudah
siang 1-2 siang beradaptasi)
Kalau pagi
tidak terlalu
ramai
(sedang)

(Sumber: Dokumen pribadi, 2016)


3.2. Pembahasan
Dari data hasil pengukuran di depan ruko Alexandrite, didapatkan
grafik antara perbandingan intensitas kebisingan terukur dengan baku mutu
kebisingan pada kawasan perdagangan dan jasa menurut Keputusan Metri
Negara Lingkungan Hidup nomor : KEP-48/MENLH/11/1996.

Perbandingan Intensitas Kebisingan


Terukur Dengan Baku Mutu
78
76
74 Li
72
70
68
66
1 2 3 4 5 6
Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Intensitas Terukur Dengan Baku Mutu ( Depan
Ruko Alexandrite)

15
Grafik menunjukan hasil perhitungan kebisingan rata-rata di 6 titik
pengambilan data depan ruko Alexandrite. Dari grafik diatas, dapat dilihat
bahwa semua intensitas kebisingan yang terukur melebihi standar baku
mutu (Semua data pada lokasi sampel pengukuran lebih dari nilai 70 dB).
Intensitas yang lebih tinggi dari baku mutu ini dikarenakan waktu
pengambilan data adalah jam berangkat kerja sehingga banyak kendaraan
yang berlalu-lalang.
Nilai intensitas tertinggi berada pada titik ke 5 yaitu sebesar 76,08
dB, sedangkan intensitas terendah berada pada titik ke 4. Tingginya
intensitas pada titik 5 disebabkan karena suara yang berasal dari bunyi
klakson kendaraan yang melewati pada saat pencataan data.

Perbandingan Intensitas Kebisingan Terukur


Dengan Baku Mutu
74

72

70

68 Li
Baku Mutu
66

64

62
1 2 3 4 5 6

Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Intensitas Terukur Dengan Baku


Mutu ( Depan Mall Summarecon Serpong)

Grafik menunjukan hasil perhitungan intensitas kebisingan rata-rata


pada 6 titik di depan kawasan Mall Summarecon Serpong. Dari grafik di
atas, hampir seluruh nilai kebisingan yang terukur menunjukan angka
dibawah baku mutu. Hal ini diduga karena jumlah kendaaran yang melewati
jalur depan Mall Sumarecon Serpong lebih sedikit jika dibandingkan dengan
arah sebaliknya. Selain itu, terdapat satu titik pengkuran yang memiliki nilai
diatas baku mutu yaitu pada titik 4. Hal ini dikarenakan oleh adanya sumber

16
bunyi berupa bunyi klakson kendaran yang tertangkap di sound level meter
tepat saat waktu pencatatan. Selain itu, sumber bunyi juga berasal dari bunyi
knalpot motor besar.
Perbedaan intensitas kebisingan pada 2 jalur yang diukur dikarenakan
adanya perbedaan pada instrumentasi yang digunakan untuk mengukur
kebisingan pada dua jalur tersebut. Selain itu, diduga adanya faktor lain
yang mempengaruhi data yang dihasilkan yaitu proses kalibrasi, perbedaan
arus kendaraan pada jam saat pengambilan data, dan kelalaian praktikan
seperti penempatan tinggi istrumentasi yang tidak sesuai atau pencatatan
data yang kurang tepat.
Pada hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan bahwa para
narasumber tidak terganggu oleh kebisingan yang terjadi di kawasan yang
diteliti. Hal ini dimungkinkan karena semua narasumber dari kawasan yang
diteliti sudah bekerja dalam jangka waktu yang lama yaitu 1-4 tahun
sehingga sudah beradaptasi. Sumber bising yang paling dominan berasal
dari jalan raya utama, banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang, terutama
bagi motor yang memiliki knalpot yang mengeluarkan bunyi yang besar,
dan truk-truk. Hal ini termasuk dalam kasus kebisingan intermiten atau
terputus-putus namun juga kontinyu setiap harinya, serta dampak yang bisa
terpengaruhi terhadap manusia juga tidak secara langsung tetapi dampaknya
perlahan-lahan (jangka waktu panjang).
Hasil perhitungan Leq dari intensitas yang terukur adalah sebesar
72,287 dB dan lebih besar dari nilai baku mutu kebisingan pada kawasan
perdagangan dan jasa menurut Keputusan Metri Negara Lingkungan Hidup
nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 yaitu 70 dB. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa kawasan Summarecon Mall Serpong dan Ruko
Alexandrite secara keseluruhan mengalami kebisingan melebihi yang
seharusnya. Dalam hal ini, sebaiknya ada upaya-upaya untuk mengurangi
kebisingan di daerah tesebut seperti menanam tanaman yang bisa merendam
kebisingan, seperti bambu dan tanaman akasia. Selain itu, dari sumber
kebisingannya dapat diatur dengan pembuatan peraturan. Contohnya, tidak
diperbolehkan mengganti knalpot kendaraan menjadi knalpot racing.

17
Ataupun kendaraan besar yang memiliki roda lebih dari empat hanya
diperbolehkan di waktu tertentu.
Kebisingan-kebisingan yang ada di daerah Summarecon Mall
Serpong dan Ruko Alexandrite dapat diatasi atau diturunkan tingkat
kebisingannya dengan menanaman phon sawit atau akasia. Kedua tanaman
tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan dengan memanfaat fungsi
bentuk fisiologi tanaman tersebut. Keduanya memiliki daya tingkat
penurunan nilai kebisingan yang cukup baik. Di sisi lain, diperlukan
pembuatan regulasi yang menetapkan peraturan mengenai kebisingan.
Pada waktu pengukuran lebih baik menggunakan alat Sound Level Meter
yang sudah terkalibrasi dengan baik atau jika menggunakan instrumentasi
dari handphone, lebih baik digunakan handphone yang sama saat
pengukuran untuk banyak titik dan memiliki nilai devisiasi yang rendah.

18
BAB IV
PENUTUP

1.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran dan pembahasan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam mengukur intensitas nilai
kebisingan adalah Sound Level Meter dengan mengarahkan speaker ke
sumber bunyi serta meletakkannya setinggi 1,25 m dari permukaan
tanah untuk mendapatkan data yang baik.
2. Sumber kebisingan yang diperoleh adalah dari aktifitas lalu lintas
(Kendaraan bermotor) di Jalan Boulevard depan kawasan Sumarrecon
Mall Serpong dan Ruko Alexandrite
3. Nilai intensitas yang diperoleh dari praktikum adalah sebesar 72,287
dB menunjukkan bahwa sumber kebisingan melebihi baku mutu yang
telah ditetapkan pemerintah sebesar 70 dB dan masuk kategori
kebisingan kelas A
4. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menurunkan kebisingan
adalah dengan menanam pohon sawit (6,092%) atau akasia (4,29%)
serta memperbaiki atau membuat regulasi mengenai kendaraan
bermotor terutama pada pemakaian knalpot
1.1 Saran
Adapun saran mengenai praktikum selajutnya sebaiknya praktikum
dilakukan selama 1 hari agar diperoleh data kebisingan total yang lebih
mempresentasikan nilai kebisingan di kawasan sampel dan dapat lebih baik
dalam menentukan/membaca nilai intensitas kebisingan yang tertera di
Layar Sound Level Meter untuk memperoleh data yang lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Azura, Erwin, dan Defrianto. “Analisa Pengaruh Vegetasi terhaap Tingkat


Kebisingan di Sepanjang Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang.” JOM
FMIPA Volume 2 No. 1, 2015: 32-39.
Buchari. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Lecture
Papers, Medan: Universitas Sumatra Utara, 2007.
—. “Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program.” USU Repository.
2007. http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf (diakses Juni 6,
2016).
Gabriel, J. F. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC, 1996.
Rahmi, Adita. “Analisis hubungan tingkat kebisingan dan keluhan subjektif (non
auditory) pada operator SPBU di DKI Jakarta.” 2009.
Universitas Lampung. “BAB 4. PENGUKURAN KEBSINGAN DAN
PERATURANNYA.” materi 4 noise metric and regulations. Mei 2013.
http://staff.unila.ac.id/suudi74/files/2013/05/materi-4.-noise-metric-n-
regulations.pdf (diakses Juni 7, 2016).
WAFIROH, ANZA HANA. “PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI
LINGKUNGAN SMPN 2 JEMBER.” Repository UNEJ. Mei 2013.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/2486/Anza%20Ha
na%20Wafiroh%20-%20081810201025.pdf?sequence=1 (diakses Juni 6,
2016).

v
Lampiran

Gambar 4.1 Kondisi Jalan Boulevard (Depan Ruko Alexandrite) pada saat
pengambilan data
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Gambar 4.2 Jessica (Kiri) dan Yussandi (Kanan): Kegiatan praktikan pada
saat pengambilan data (Depan Ruko Alexandrite)
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

vi

Anda mungkin juga menyukai