Anda di halaman 1dari 3

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail Beserta Rangkuman Pelajarannya

Nabi Ibrahim memiliki kisah penantian putra keturunan yang sangat panjang. Dirinya cukup
lama menanti kehamilan istrinya yang bernama Sarah dan diceritakan hingga puluhan tahun
lamanya. Mengerti bahwa dirinya susah untuk memiliki keturunan, akhirnya Sarah sang istri Nabi
Ibrahim merelakan dirinya dimadu. Akhirnya, Nabi Ibrahim menikahi budak bernama Siti Hajar
demi mendaptakan keturunan. Benar saja, penantian panjang tersebut akhirnya berbuah manis
dengan lahirnya seorang putra bernama Ismail hasil dari pernikahan Nabi Ibrahmi dengan Siti
Hajar. Bahkan setelahnya, Allah SWT mengizinkan Nabi Ibrahim untuk juga mendapatkan
keturunan dari Sarah dengan lahirnya putra bernama Ishaq.
Kedua putra Nabi Ibrahim juga termasuk laki-laki pilihan Allah untuk menjadi Nabi dan
RasulNya. Dari awal kehidupan rumah tangganya, Nabi Ibrahim bisa diketahui memiliki ujian dari
Allah SWT dengan susahnya mendapatkan keturunan. Tetapi yang paling diingat dan dijadikan
pelajaran besar bagi umat muslim adalah soal kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.Nabi Ibrahim begitu
sayang dengan putra pertamanya yaitu Ismail. Hingga pada suatu saat terutama ketika Ismail
memasuki usia remaja, Nabi Ibrahim kembali diberikan ujian yang berat oleh Allah SWT.
Penantian panjang memiliki putra keturunan yang bisa mewarisi dan melanjutkan keturunan
keluarga diuji dengan dimintanya nyawa Ismail oleh Allah SWT.
Melalui mimpi berulang kali, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah langsung dari Allah SWT
yang sangat jelas untuk menyembelih anak kandungnya sendiri yaitu Ismail. Sebagai hamba yang
sangat cinta kepada Tuhannya, Nabi Ibrahim merelakan putra kesayangannya untuk disembelih.
Padahal, kala itu Nabi Ismail telah memasuki usia remaja dan sudah bisa memberikan jasa bantuan
kepada ayahnya. Namun karena kecintaan yang begitu tinggi kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim
segera berazam atau berniat untuk mengikuti perintah yang diterimanya melalui mimpi.
Segeralah Nabi Ibrahim mengatakan niatnya itu kepada sang putra tercintanya yaitu Nabi Ismail.
Pada saat itu, Nabi Ismail yang juga seorang anak yang soleh begitu rela mengikuti apa yang
direncanakan oleh ayahnya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah. Inilah inti dari kisah Nabi
Ibrahim dan Ismail. Kisah haru yang sangat langka dan tidak bisa diterima oleh manusia biasa ini
begitu mengharukan lantaran keduanya yang merupakan ayah dan anak yang saling menyayangi
begitu rela menerima perintah Allah. Kepada Nabi Ibrahim, Ismail berkata bahwa dirinya rela untuk
dijadikan qurban dan berharap dirinya sebagai hamba yang juga patuh dan sabar. Dalam perkataan
Nabi Ismail kepada ayahnya yang hendak menyembelih dirinya, terdapat beberapa permintaan yang
sangat mengharukan. Beberapa permintaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
 Yang pertama, Nabi Ismail ingin ayahnya mengikat dirinya dengan kuat agar tidak bisa
bergerak-gerak merontak kesakitan atau menghindar yang bisa mempersulit proses
penyembelihan. Nabi Ismail sendirilah yang meminta agar dirinya benar-benar dibuat
menjadi orang yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa dan benar-benar bersiap untuk
dijadikan qurban
 Yang kedua, Nabi Ismail ingin proses penyembelihannya tanpa menggunakan baju yang
menempel pada dirinya. Nabi Ismail berharap agar tidak ada darah yang menempel pada
baju yang ia kenakan sehingga bisa mengurangi pahala. Dan juga, Nabi Ismail mengatakan
tidak ingin membuat Siti Hajar, ibunya, menjadi merasa sedih jika meratapi baju yang
berlumur darah.
 Yang ketiga, Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengasah parang yang digunakan untuk
penyembelihan hingga benar-benar tajam. Dirinya berharap agar tidak ada rasa sakit yang
berlebih pada saat proses penyembelihan dirinya.
 Dan yang keempat, Nabi Ismail meminta disampaikan salamnya kepada sang Ibu serta ingin
juga diberikan pakaian terakhirnya sebagai kenang-kenangan terakhir untuk obat rindu serta
juga untuk penghiburnya dari sang putra tunggal.
Dari permintaan Nabi Ismail terhadap ayahnya, terlihat jelas tidak ada penolakan sama sekali
untuk perintah yang diberikan oleh Allah SWT. Keempat permintaan yang dilontarkan Nabi Ismail
kepada Nabi Ibrahim sangatlah manusiawi dan tidak ada unsur untuk mengelak dari
penyembelihan. Mendengar empat permintaan tersebut, bercucuranlah air mata Nabi Ibrahim
mendengar keiklasan dan kerelaan serta kesalihan dari Nabi Ismail. Nabi Ibrahim segera memeluk
sang putra sembari membisikkan kata betapa bangganya dirinya memiliki anak seperti Nabi Ismail.
Setelah itu, tibala masa di mana penyembelihan tiba. Permintaan Nabi Ismail dituruti termasuk
untuk mengikat tangan dan kakinya dengan sangat kuat untuk segera disembelih. Parang yang tajam
dan mengkilap sudah berada ditangannya dan siap didekatkan pada leher Nabi Ismail yang sudah
terbaring pasrah di lantai. Memulai proses tersebut, Nabi Ibrahim banjir air mata dan perasaannya
berkecamuk lantaran akan menghilangkan nyawa anak kandungnya sendiri yang sangat ia sayangi.
Namun karena kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT yang sangat tinggi melebihi apapun,
segeralah Nabi Ibrahim memulai untuk memotong atau menyembelih leher anaknya. Namun,
disitulah terjadi mukzizat Allah yang sangat dahsyat. Parang yang telah diasah menjadi sangat tajam
mendadak menjadi tumpul dan tidak melukai leher dari Nabi Ismail.
Mengetahui kejadian tersebut, Nabi Ismail tidaklah merasa lega dan justru meminta ayahnya
bersungguh-sungguh untuk menyembelihnya. Nabi Ismail berkata kepada ayahnya bahwa dirinya
hanya tidak sampai hati untuk melakukan penyembelihan. Akhirnya, Nabi Ismail meminta Nabi
Ibrahim untuk membuatnya tertelungkup agar wajahnya tidak terlihat sehingga akan lebih tega
dalam memotong lehernya. Namun, kuasa Allah SWT begitu tinggi hingga membuat
penyembelihan tersebut tidak terlaksana. Pada saat itu pula, turun wahyu kepada Nabi Ibrahim yang
berisi tentang keberhasilan Nabi Ibrahim menjalankan perintah. Pada saat itu juga diberikan ganti
hewan untuk dikurbankan yaitu dengan adanya kambing kabas sebagai tebusan untuk nyawa Ismail
yang sudah selamat. Segeralah kambing tersebut disembelih dengan menggunakan parang yang
sama yang tadinya sama sekali tidak berfungsi untuk menyembelih Nabi Ismail.
Dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, terlihat jelas kehambaan seorang manusia kepada Allah
SWT yang tidak tergadaikan apapun. Sebagai seorang ayah, tentu saja Nabi Ibrahim begitu
menyayangi Nabi Ismail. Terlebih lagi, kelahiran dari putra kandung tersebut sudah berlangsung
sangat panjang dan Nabi Ismail telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang salih. Namun, Nabi
Ibrahim memberikan teladan betapa kecintaan yang tertinggi seharusnya hanya untuk Allah SWT
semata. Cinta untuk anak, istri, harta dan dunia seisinya tidak boleh lebih besar dari kecintaan
kepada Allah SWT Sang Pecipta.
Penghambaan yang begitu murni dan suci dari Nabi Ibrahim juga diikuti oleh sang anak yaitu
Nabi Ismail. Dirinya begitu ikhlas menerima perintah Allah yang diberikan kepada Nabi Ibrahim
untuk sesuatu hal yang sangat menyakitkan. Bahkan, Nabi Ismail pun masih juga memikirkan
ibunya agar tidak larut dalam kesedihan dengan tidak memberikan baju yang berlumur darah jika
memang dirinya disembelih. Dari kisah kedua nabi tadi sejatinya mengingatkan kita sebagai umat
muslim untuk tidak menaruh cinta apapun di dunia melebihi cinta kepada Sang Pencipta serta terus
ikhlas menjalani apa yang diperintahkan dan menerima ujian dari Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai