Learning Issue
1. Malaria
a. Epidemiologi (peta endemis malaria di Indonesia 2016)
Jawab:
Diseluruh dunia, kasus malaria vivax dibandingkan jenis malaria yang lain
sekitar 70 – 80 juta per tahun. Menurut WHO, sekitar 40% kasus malaria di
dunia disebabkan oleh P.vivax. Kasus malaria vivax walaupun jarang fatal
tapi merupakan penyebab utama morbiditas dan mempengaruhi ekonomi
baik tingkat individu maupun nasional. P.vivax merupakan spesies parasit
yang paling dominan di Asia Tenggara, Eropa Timur, Asia Utara, Amerika
tengah dan Selatan.
b. Faktor Risiko
Jawab:
- Kawat Kasa yang tidak terpasang pada ventilasi
Rumah yang tidak memasang semua kawat kasa pada ventilasi berisiko
terkena malaria 2,14 kali daripada orang yang rumahnya memasang kawat
kasa pada semua ventilasi.
- Dinding Rumah kayu/papan
Orang yang memiliki dinding rumah dari kayu/papan mempunyai risiko
3,14 kali untuk terkena malaria dibandingkan orang yang memiliki dinding
rumah dari tembok.
- Keberadaan Kandang Ternak
Keberadaan kandang disekitar rumah yang buruk akan mempunyai risiko
terkena malaria sebesar 13,89 kali dibandingkan dengan yang tidak
memiliki kandang disekitar rumah.
- Kebiasaan Keluar Rumah Pada Malam Hari
Kebiasaan keluar rumah pada malam hari berpeluang terkena malaria 5,54
kali dibandingkan orang yang tidak keluar rumah pada malam hari.
- Penghasilan
Penghasilan yang rendah berpengaruh terhadap kebutuhan hidup, termasuk
kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan konsumsi
makanan yang bergizi.
- Pendidikan
Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah berpeluang terkena malaria
sebesar 1,8 kali di bandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.
c. Manifestasi Klinis
Jawab:
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal) yang
didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian
berkeringat banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non
imun (berasal dari daerah non endemis). Selain gejala klasik di atas, dapat
ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal,
dan nyeri otot. Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang
tinggal di daerah endemis (imun). Pada malaria vivax yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2
hari.
d. Patofisiologi
Jawab:
Siklus ekso-eritrosit
Ketika nyamuk betina Anopheles sp yang terinfeksi plasmodium malaria
menggigit manusia, sejumlah sporozoit yang terdapat dalam air liur nyamuk
masuk ke dalam peredaran darah manusia. Sporozoit ini kemudian akan
menginvasi hepar, berkembang biak dan bertambah banyak secara aseksual.
Situasi ini berlangsung sekitar 8 hingga 30 hari secara asimtomatik.
Plasmodium menjadi dorman dalam hepar dalam suatu periode waktu tertentu,
kemudian organisme ini akan melepaskan ribuan merozoit ke dalam aliran
darah seiring dengan rupturnya sel-sel hepar. Merozoit ini akan memasuki
dan menginfeksi sel-sel darah merah untuk memulai siklus eritrosit
kehidupannya.
Disfungsi hepar akibat dari infeksi malaria sangat jarang terjadi. Biasanya
terjadi pada penderita yang telah mengidap penyakit sebelumnya seperti
hepatitis virus, penyakit hati kronis. Sindrom yang terjadi disebut sebagai
malaria hepatitis. Telah dilaporkan, kejadian yang meningkat akan malaria
hepatopati yang terjadi di Asia Tenggara dan India.
Siklus Eritrosit
Merozoit yang memasuki dan menginfeksi eritrosit akan mengalami proses
skizogoni menjadi tropozoit imatur stadium cincin (ring stage) yang
kemudian akan melalui 2 tahapan.
1.Maturasi Tropozoit
Tropozoit akan tumbuh dan berkembang menjadi tropozoit matur yang lalu
berubah menjadi skizon. Skizon akan menyebabkan terjadinya rupture
eritrosit dan terlepas bebas ke dalam aliran pembuluh darah untuk kemudian
memasuki eritrosit sehat dan membentuk tropozoit imatur kembali.
Adanya sejumlah tropozoit dalam peredaran darah manusia, akan menjadikan
tubuh manusia melepaskan sitokin (cytokine) secara alami, sebagai respon
terhadap parasitemia tersebut.
2. Pembentukan gametosit
Tropozoit imatur juga akan berkembang menjadi gametosit yang kemudian
tumbuh dan berkembang menjadi gametosit jantan (mikrogamet) dan betina
(makrogamet). Gametosit ini beredar dalam darah. Apabila penderita digigit
nyamuk Anopheles, maka gamet jantan dan betina akan masuk ke dalam
tubuh nyamuk, dan mulai menjalani siklus hidup selanjutnya sampai
membentuk sporozoit kembali.
e. Klasifikasi
Jawab:
Pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain
sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
e. Malaria Knowlesi (Plasmodium Knowlesi)
Time between
Jenis Malaria Plasmodium Gejala Called
fever paroxysms
Demam berulang
Plasmodium
Malaria Ovale dengan fase interval 48 hours tertian fever
ovale
bebas demam 2 hari
Demam berulang
Malaria Plasmodium
dengan fase interval 72 hours quartan fever
malariae malariae
bebas demam 3 hari
2. Patofisiologi demam
Jawab:
Analisis Masalah
1. Apa saja kemungkinan penyebab demam hilang timbul pada kasus diatas?
Jawab:
- Malaria
- demam tifoid : jika demam hilang timbul seperti gambaran pelana kuda
2. Apa hubungan gejala mual, ada muntah, sakit kepala, tidak nafsu makan dengan
demam hilang-timbul?
Jawab:
Semua gejala tersebut merupakan manifestasi klinis dari malaria.
3. Mengapa demam baru muncul 8 hari yang lalu, sedangkan os sudah bepergian
sejak 6 bulan yang lalu? (masa inkubasi)
Jawab:
Pada plasmodium vivax dan ovale, sejumlah sporozoit tidak langsung ke tahap
merozoid, tetapi masuk ke fase dorman dengan memproduksi hipnozoid.
Hipnozoid dapat bertahan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun (biasanya 7-10
bulan). Sehingga ada kemungkinan, os sudah beberapa bulan yang lalu terkena
malaria, tetapi masih dalam fase dorman. Hal tersebut menyebabkan tidak muncul
gejala pada os pada waktu sebelumnya.
– Meja kerja
– Wastafel
– Sarung tangan
– Marker/spidol/stiker nama
• Pengambilan darah
– Kapas alkohol
– Lancet
– Larutan metanol
– Pinset
– Pipet
• Pemeriksaan mikroskop
– Mikroskop
– Minyak emersi
– Alat hitung
KEGIATAN
Cara kerja:
6. Bersihkan jari manis atau jari tengah dengan kapas alkohol, biarkan mengering.
9. Pada objek gelas yang sudah diberi identitas, teteskan darah pertama seukuran
5 mm, kira kira 1 cm dari identitas pasien. Teteskan lagi darah yang kedua kira
kira 2 cm dari darah pertama
10. Tekan jari yang luka menggunakan kapas alkohol, jika diperlukan tutup
dengan plester
B. Membuat apusan darah tipis dan darah tebal pada sampel darah tepi
2. Letakkan ujung jari telunjuk kiri diatas tanda identitas pasien untuk memfiksasi
objek gelas diatas meja
3. Dengan tangan kanan, letakkan objek gelas pendorong diatas tetesan darah
kedua, Buat sudut 45 derajat antara objek gelas yang berisi tetesan darah dan
objek gelas pendorong.
5. Tarik gelas pendorong ke arah pemeriksa kira kira 5 mm, kemudian dorong
kearah depan
dengan tetap mempertahankan sudut 45 derajat dan tidak pernah terlepas dari
objek gelas yang berisi tetesan darah
6. Apusan yang baik adalah apusan berbentuk lidah, rata dan makin mengecil
diujung
9. Untuk apusan darah tebal, gunakan salah satu ujung gelas pendorong untuk
menyebarkan darah
– Identifikasi plasmodium
1. Letakkan objek gelas berisi apusan darah yang sudah mengering diatas rak
objek gelas.
2. Celup apusan darah tipis kedalam larutan metanol untuk memfiksasi eritrosit,
hati hati jangan sampai apusan darah tebal ikut terfiksasi. Biarkan mengering.
3. Teteskan air keatas apusan darah tebal untuk hemolisis eritrosit, biarkan selama
15 menit.
4. Tetesi kedua objek gelas dengan larutan giemsa 3% dan biarkan selama 30
menit.
• Jika sudah fokus, tetes preparat dengan satu tetes minyak emersi
• Ganti lensa dengan lensa objektif 100 kali dan putarlah mikrometer sampai
fokus dimana akan nampak tampak latar belakang yang bersih dan lakukan
pemeriksaan pada 100 lapangan pandang dan catatlah apa yang ditemukan.
• Untuk mencegah pemeriksaan dilakukan pada 2x pada lapangan pandang yang
sama, lakukan pemeriksaa dengan metode zig zag.
– Neuthrophil berwarna sama tapi engan inti ungu tua dan mempunyai granula
pada sitoplasmanya.
– Lakukan pemeriksaan pada 100 lapangan pandang dan catatlah apa yang
ditemukan.