Anda di halaman 1dari 11

Nama : Muhammad Daffa Alfarid

Kelas : beta 2016


NIM : 04011281621143

Learning Issue
1. Malaria
a. Epidemiologi (peta endemis malaria di Indonesia 2016)
Jawab:

Pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di


antaranya wilayah bebas malaria, 172 kabupaten/kota (33%) endemis rendah,
37 kabupaten/kota (7%) endemis menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%)
endemis tinggi.

Diseluruh dunia, kasus malaria vivax dibandingkan jenis malaria yang lain
sekitar 70 – 80 juta per tahun. Menurut WHO, sekitar 40% kasus malaria di
dunia disebabkan oleh P.vivax. Kasus malaria vivax walaupun jarang fatal
tapi merupakan penyebab utama morbiditas dan mempengaruhi ekonomi
baik tingkat individu maupun nasional. P.vivax merupakan spesies parasit
yang paling dominan di Asia Tenggara, Eropa Timur, Asia Utara, Amerika
tengah dan Selatan.

b. Faktor Risiko
Jawab:
- Kawat Kasa yang tidak terpasang pada ventilasi
Rumah yang tidak memasang semua kawat kasa pada ventilasi berisiko
terkena malaria 2,14 kali daripada orang yang rumahnya memasang kawat
kasa pada semua ventilasi.
- Dinding Rumah kayu/papan
Orang yang memiliki dinding rumah dari kayu/papan mempunyai risiko
3,14 kali untuk terkena malaria dibandingkan orang yang memiliki dinding
rumah dari tembok.
- Keberadaan Kandang Ternak
Keberadaan kandang disekitar rumah yang buruk akan mempunyai risiko
terkena malaria sebesar 13,89 kali dibandingkan dengan yang tidak
memiliki kandang disekitar rumah.
- Kebiasaan Keluar Rumah Pada Malam Hari
Kebiasaan keluar rumah pada malam hari berpeluang terkena malaria 5,54
kali dibandingkan orang yang tidak keluar rumah pada malam hari.
- Penghasilan
Penghasilan yang rendah berpengaruh terhadap kebutuhan hidup, termasuk
kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan konsumsi
makanan yang bergizi.
- Pendidikan
Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah berpeluang terkena malaria
sebesar 1,8 kali di bandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.

c. Manifestasi Klinis
Jawab:
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal) yang
didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian
berkeringat banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non
imun (berasal dari daerah non endemis). Selain gejala klasik di atas, dapat
ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal,
dan nyeri otot. Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang
tinggal di daerah endemis (imun). Pada malaria vivax yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2
hari.

d. Patofisiologi
Jawab:
Siklus ekso-eritrosit
Ketika nyamuk betina Anopheles sp yang terinfeksi plasmodium malaria
menggigit manusia, sejumlah sporozoit yang terdapat dalam air liur nyamuk
masuk ke dalam peredaran darah manusia. Sporozoit ini kemudian akan
menginvasi hepar, berkembang biak dan bertambah banyak secara aseksual.
Situasi ini berlangsung sekitar 8 hingga 30 hari secara asimtomatik.

Plasmodium menjadi dorman dalam hepar dalam suatu periode waktu tertentu,
kemudian organisme ini akan melepaskan ribuan merozoit ke dalam aliran
darah seiring dengan rupturnya sel-sel hepar. Merozoit ini akan memasuki
dan menginfeksi sel-sel darah merah untuk memulai siklus eritrosit
kehidupannya.

Disfungsi hepar akibat dari infeksi malaria sangat jarang terjadi. Biasanya
terjadi pada penderita yang telah mengidap penyakit sebelumnya seperti
hepatitis virus, penyakit hati kronis. Sindrom yang terjadi disebut sebagai
malaria hepatitis. Telah dilaporkan, kejadian yang meningkat akan malaria
hepatopati yang terjadi di Asia Tenggara dan India.

Sejumlah sporozoit dari Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale tidak


segera berkembang menjadi merozoit dalam siklus ekso-eritrosit nya tapi
memproduksi sejumlah hipnozoit. Hipnozoit ini mampu bertahan dalam
sel-sel hepar untuk jangka waktu panjang berbulan-bulan hingga tahunan,
secara tipikal 7-10 bulan. Setelah periode dorman, hipnozoit ini akan kembali
aktif dan memproduksi merozoit-merozoit untuk dilepaskan ke dalam
peredaran darah. Hipnozoit bertanggungjawab untuk masa inkubasi yang
panjang dan terjadinya relaps di kemudian hari.

Siklus Eritrosit
Merozoit yang memasuki dan menginfeksi eritrosit akan mengalami proses
skizogoni menjadi tropozoit imatur stadium cincin (ring stage) yang
kemudian akan melalui 2 tahapan.

1.Maturasi Tropozoit
Tropozoit akan tumbuh dan berkembang menjadi tropozoit matur yang lalu
berubah menjadi skizon. Skizon akan menyebabkan terjadinya rupture
eritrosit dan terlepas bebas ke dalam aliran pembuluh darah untuk kemudian
memasuki eritrosit sehat dan membentuk tropozoit imatur kembali.
Adanya sejumlah tropozoit dalam peredaran darah manusia, akan menjadikan
tubuh manusia melepaskan sitokin (cytokine) secara alami, sebagai respon
terhadap parasitemia tersebut.

2. Pembentukan gametosit
Tropozoit imatur juga akan berkembang menjadi gametosit yang kemudian
tumbuh dan berkembang menjadi gametosit jantan (mikrogamet) dan betina
(makrogamet). Gametosit ini beredar dalam darah. Apabila penderita digigit
nyamuk Anopheles, maka gamet jantan dan betina akan masuk ke dalam
tubuh nyamuk, dan mulai menjalani siklus hidup selanjutnya sampai
membentuk sporozoit kembali.

Mekanisme Proteksi Malaria


Parasit malaria berdiam dalam hepar dan sel-sel darah sehingga secara relatif
tidak terdeteksi dan terlindungi dari sistem imun tubuh. Namun parasite
malaria tetap dapat dihancurkan dalam limpa. Untuk mengantisipasi hal
tersebut, organisme ini akan membentuk protein sehingga sel darah merah
yang terinfeksi dapat melekat pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya blokade pembuluh darah mikro.

e. Klasifikasi
Jawab:
Pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain
sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
e. Malaria Knowlesi (Plasmodium Knowlesi)

Time between
Jenis Malaria Plasmodium Gejala Called
fever paroxysms

Malaria Plasmodium Demam intermitten atau Variable malignant tertian


Falciparum falciparum kontinyu fever
48 or 24 hours
Demam berulang
Plasmodium
Malaria Vivax dengan fase interval 48 hours tertian fever
vivax
bebas demam 2 hari

Demam berulang
Plasmodium
Malaria Ovale dengan fase interval 48 hours tertian fever
ovale
bebas demam 2 hari

Malaria Plasmodium Demam intermitten atau


24 hours
Knowlesi knowlesi kontinyu

Demam berulang
Malaria Plasmodium
dengan fase interval 72 hours quartan fever
malariae malariae
bebas demam 3 hari

2. Patofisiologi demam
Jawab:
Analisis Masalah
1. Apa saja kemungkinan penyebab demam hilang timbul pada kasus diatas?
Jawab:
- Malaria
- demam tifoid : jika demam hilang timbul seperti gambaran pelana kuda
2. Apa hubungan gejala mual, ada muntah, sakit kepala, tidak nafsu makan dengan
demam hilang-timbul?
Jawab:
Semua gejala tersebut merupakan manifestasi klinis dari malaria.

3. Mengapa demam baru muncul 8 hari yang lalu, sedangkan os sudah bepergian
sejak 6 bulan yang lalu? (masa inkubasi)
Jawab:
Pada plasmodium vivax dan ovale, sejumlah sporozoit tidak langsung ke tahap
merozoid, tetapi masuk ke fase dorman dengan memproduksi hipnozoid.
Hipnozoid dapat bertahan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun (biasanya 7-10
bulan). Sehingga ada kemungkinan, os sudah beberapa bulan yang lalu terkena
malaria, tetapi masih dalam fase dorman. Hal tersebut menyebabkan tidak muncul
gejala pada os pada waktu sebelumnya.

4. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan laboratorium diatas?


Jawab:
Hb : 9,8 g% (MENURUN) :
Ht : 27% (MENURUN) :
Gambaran hemolitik :

5. Bagaimana prosedur pemeriksaan apusan darah tepi tipis? (step-stepnya gengs)


Jawab:
ALAT DAN BAHAN

– Meja kerja

– Tempat sampah biohazard

– Tempat sampah biasa

– Sabun cuci tangan

– Wastafel

– Sarung tangan

– Marker/spidol/stiker nama
• Pengambilan darah

– Kapas alkohol

– Lancet

– Objek gelas 2 buah

• Membuat pewarnaan giemsa

– Rak pencuci objek gelas

– Air dalam botol

– Giemsa 3% dalam larutan phosphat buffer saline

– Larutan metanol

– Pinset

– Pipet

• Pemeriksaan mikroskop

– Mikroskop

– Minyak emersi

– Pembersih lensa mikroskop

– Alat hitung

– Pulpen dan kertas

KEGIATAN

A. Persiapan pasien dan cara mengambil sampel darah tepi

Cara kerja:

1. Persiapkan semua alat dan bahan

2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, berikan jaminan kerahasiaan, minta


persetujuan, dan beritahu hak untuk menolak.

3. Bersikap empati dan profesional

4. Dengan spidol tulis identitas pasien pada objek gelas


5. Pasang sarung tangan

6. Bersihkan jari manis atau jari tengah dengan kapas alkohol, biarkan mengering.

7. Tusuk jari yang telah bersih tersebut dengan lancet steril.

8. Tekan jari tersebut dengan lembut sampai keluar darah

9. Pada objek gelas yang sudah diberi identitas, teteskan darah pertama seukuran
5 mm, kira kira 1 cm dari identitas pasien. Teteskan lagi darah yang kedua kira
kira 2 cm dari darah pertama

10. Tekan jari yang luka menggunakan kapas alkohol, jika diperlukan tutup
dengan plester

B. Membuat apusan darah tipis dan darah tebal pada sampel darah tepi

1. Letakkan objek gelas berisi darah dengan posisi mendatar diatas


meja/permukaan yang datar, tegak lurus terhadap badan pemeriksa.

2. Letakkan ujung jari telunjuk kiri diatas tanda identitas pasien untuk memfiksasi
objek gelas diatas meja

3. Dengan tangan kanan, letakkan objek gelas pendorong diatas tetesan darah
kedua, Buat sudut 45 derajat antara objek gelas yang berisi tetesan darah dan
objek gelas pendorong.

4. Biarkan darah menyebar keseluruh ujung gelas pendorong

5. Tarik gelas pendorong ke arah pemeriksa kira kira 5 mm, kemudian dorong
kearah depan

dengan tetap mempertahankan sudut 45 derajat dan tidak pernah terlepas dari
objek gelas yang berisi tetesan darah

6. Apusan yang baik adalah apusan berbentuk lidah, rata dan makin mengecil
diujung

7. Biarkan apusan ini mengering dalam suhu kamar.

8. Apusan darah tipis dapat digunakan untuk:

– Identifikasi plasmodium dan menentukan spesies


– Melihat sel dan morfologi sel yang terdapat dalam darah misalnya untuk
melihat anemia mikrositik hipokrom akibat infestasi cacing tambang.

– Menghitung jumlah trombosit pada pasien DHF

9. Untuk apusan darah tebal, gunakan salah satu ujung gelas pendorong untuk
menyebarkan darah

10. Ukuran apusan darah tebal kira kira 1.5-2 cm.

11. Apusan darah tebal dapat digunakan untuk:

– Identifikasi plasmodium

– Menghitung derajat parasitemia/ML darah

– Identifikasi cacing filaria

C. Membuat pewarnaan giemsa

1. Letakkan objek gelas berisi apusan darah yang sudah mengering diatas rak
objek gelas.

2. Celup apusan darah tipis kedalam larutan metanol untuk memfiksasi eritrosit,
hati hati jangan sampai apusan darah tebal ikut terfiksasi. Biarkan mengering.

3. Teteskan air keatas apusan darah tebal untuk hemolisis eritrosit, biarkan selama
15 menit.

4. Tetesi kedua objek gelas dengan larutan giemsa 3% dan biarkan selama 30
menit.

5. Siram dengan air mengalir sampai bersih.

6. Setelah bersih letakkan dalam keadaan miring dan biarkan mengering.

D. Identifikasi parasit dengan mikroskop

• Lihat kaca objek dengan lensa objektif 10 kali.

• Jika sudah fokus, tetes preparat dengan satu tetes minyak emersi

• Ganti lensa dengan lensa objektif 100 kali dan putarlah mikrometer sampai
fokus dimana akan nampak tampak latar belakang yang bersih dan lakukan
pemeriksaan pada 100 lapangan pandang dan catatlah apa yang ditemukan.
• Untuk mencegah pemeriksaan dilakukan pada 2x pada lapangan pandang yang
sama, lakukan pemeriksaa dengan metode zig zag.

• Untuk menyatakan negatif, pemeriksaan apusan darah dilakukan sebanyak 3


dengan rentang waktu minimal 6 jam

• Identitas Plasmodium pada apusan darah tipis

– Erithrosit normal berwarna abu-abu pucat agak ungu

– Neuthrophil berwarna sama tapi engan inti ungu tua dan mempunyai granula
pada sitoplasmanya.

– Plasmodium terletak didalam erithrocyt.

– Plasmodium akan tampak dengan chromatin berwarna merah dan sitoplasma


berwarna ungu pucat kebiruan.

– Erithrocyt yang mengandung plasmodium akan berbeda bentuk dan ukurannya


dengan eritrosit normal.

– Chromatin dari Plasmodium berwarna ungu kemerahan dengan sitoplasma


ungu-biru.

– Bintik Schiiffner's terlihat pada erythrocytes yang mengandung P. vivax atau P.


Ovale

– Bintik Maurer terlihat pada erythrocytes yang mengandung cincin besar P.


falciparum.

– Bintik Schuffner's ditemukan pada P.vivax dan P.ovale.

– Lakukan pemeriksaan pada 100 lapangan pandang dan catatlah apa yang
ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai