Anda di halaman 1dari 8

Apa Itu Penyakit ‘Ain?

Kata Ain berasal dari Bahasa Arab dengan mengaman bil kata ‘ana-Ya’inu yang artinya kurang lebih adalah
tatapan seseorang yang menampilkan kekaguman namun dibarengi dengan rasa iri dan kebencian terhadap
orang yang ditatapnya. Tak hanya menampilkan kebencian dan rasa iri, penyakit ain ini juga dapat
menyampaikan racun jiwanya kepada orang yang ditatapnya serta membahayakan bagi apa yang dilihat oleh
hati yang hasad.

Secara sederhana, penyakit ‘ain adalah penyakit yang disebabkan oleh rasa dengki ataupun kagum pada
seseorang yang kemudian dimanfaatkan oleh setan untuk mengirimkan panah hasad pada orang yang di benci
atau dikagumu tersebut sehingga menimbulkan penyakit bagi orang tersebut. Baik penyakit fisik maupun
penyakit psikis.

Penyakit ain tidak dapat ditangani dengan menggunakan obat-obatan karena bukan merupakan penyakit medis,
namun penyakit ini jelas dapat mengganggu kesehatan terlebih secara mental. Penyakit ini paling sering
diderita oleh anak – anak dan balita karena mereka masih lemah dan belum bisa membentengi dirinya sendiri
dari pengaruh jahat di sekitarnya. Orang dewasa juga bisa terkena penyakit ain ini bahkan hewan dan harta
benda.

Contoh sederhana dari penyakit ain ini adalah ketika dua orang ibu-ibu yang tengah mengobrol dan ibu pertama
terlalu memuji kelebihan anaknya yang tidak dimiliki oleh anaknya ibu kedua. Kemudian setan berperan dan
meniupkan rasa iri dan dengki pada ibu kedua terhadap kelebihan anak ibu pertama sehingga terlepaslah panah
hasad tersebut yang mengenai anak dari ibu pertama dan menyebabkan anak tersebut menjadi sakit atau
mengalami perubahan perilaku yang meresahkan hati orangtuanya seperti membangkang ataupun tiba-tiba
menjauh. (baca juga: Doa Agar Dicintai Orang yang Kita Cintai dalam Islam)

Hal inilah yang dinamakan penyakit ain, yakni penyakit pada seseorang yang timbul akibat sebuah kata-kata
pujian yang disertai dengan rasa dengki, yang kemudian direspon oleh setan untuk panah ‘Ain dan mengenai
sasarannya sehingga menimbulkan reaksi-reaksi negative seperti sakit secara fisik maupun mental.

Penyakit ain ini bukanlah penyakit modern, penyakit ini sudah ada sejak jaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam dulu. Bahkan banyak hadis-hadis yang membahas tentang bahaya dari penyakit ‘ain ini.

Apa Bahayanya Penyakit ‘Ain ?

Penyakit ‘ain sangat berbahaya karena munculnya sering tidak disadari namun akibatnya bisa berlangsung
terus-menerus hingga bisa sampai menyebabkan kematian pada orang yang terkena kemalangan penyakit ‘ain
ini.

Bahkan rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallampun menjelaskan mengenai betapa bahayanya kemalangan yang
disebabkan oleh penyakit ‘Ain ini.

Sabda rasul:

“Kebanyakan yang mati pada ummatku setelah qadha dan qadarnya Allah adalah karena pengaruh pandangan
mata jahat” (HR.Bukhari).

Pernah diceritakan oleh Ibnul Atsir rahimahullah, bahwa:

“Dikatakan bahwa Fulan terkena ‘ Ain , yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki memandangnya
lalu pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya jatuh sakit.” (An-Nihayah)

Ibnul Qayyim rahimahullah juga menjelaskan bahwa:

”Jiwa orang yang menjadi penyebab ‘ain bisa saja menimbulkan penyakit ‘ain tanpa harus dengan melihat.
Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, jiwanya bisa menimbulkan
penyakit ‘ain, meskipun dia tidak melihatnya. Ada banyak penyebab ‘ain yang bisa menjadi sebab terjadinya
‘ain, hanya dengan cerita saja tanpa melihat langsung”. (Zadul Ma’ad)

Dibahas juga oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid bahwa:


“Oleh karena itu, jelaslah bahwa penyebab ‘ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televisi,
atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ‘ain. Kita memohon keselamatan dan
kesehatan kepada Allah.” (Fatwa Al Islam)

Meskipun penyakit ini terlihat tidak masuk akal karena terkadang gejalanya tidak terdeteksi oleh ilmu medis
namun penyakit ‘ain ini nyata dan ada. Seperti pada anak-anak yang tiba-tiba menangis terus dan rewel bahkan
tidak mau makan namun ketika diperiksakan ke dokter, tidak ada kejelasan apapun dari penyakit yang diderita
anak tersebut, dokter tidak menemukan penyakit atau sebab pasti yang membuat anak tersebut rewel. (Baca
juga: Cara Menghormati Orang Tua dalam Islam)

Hal ini juga dikuatkan dengan penjelasan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa
penyakit ‘ain adalah nyata dan ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat
melakukannya”. (HR. Muslim)

Dalam pendapat lain juga turut menegaskan tentang adanya penyakit ‘ain ini.

“Al-‘Ain adalah benar yang didatangkan oleh syaitan, dan oleh kehasadan anak adam”(Imam Ahmad)

Bagaimana Seseorang Bisa Terkena Penyakit ‘Ain ?

Seseorang bisa terkena penyakit ‘ain hanya dengan tatapan mata dari orang lain saja yang dibarengi dengan
perasaan kagum sekaligus benci dan iri. Sehingga setan memanfaatkan keadaan ini untuk mengirimkan panah
hasad kepada orang yang dikagumi atau dibenci tersebut sehingga menimbulkan penyakit pada orang tersebut.

Hal ini dijelaskan oleh Ibnu Hajar yang berkata bahwa:

“Sebagian orang merasa bingung, mereka bertanya: ‘Bagaimanakah cara kerja ‘ain sehingga bisa
memudharatkan orang dari jarak yang jauh?’. Sudah banyak sekali orang yang tertimpa sakit dan kekuatannya
melemah hanya karena pandangan mata, semua itu terjadi karena ALLAH menciptakan di dalam unsur ruh
suatu kekuatan yang bisa memberikan pengaruh, dan karena pengaruh tersebut sangat berkaitan dengan mata
maka pengaruh yang ditimbulkannya disebut al-ain (mata), sebenarnya bukan mata yang memberikan pengaruh
akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah pengaruh ruh, maka pandangan yang keluar melalui mata seorang
(yang hasad atau kagum) adalah panah maknawi yang jika mengenai suatu jasad yang tidak berperisai maka
panah tersebut akan mempengaruhi badan dan jika tidak berpengaruh berarti ia tidak mengenai sasarannya akan
tetapi kembali kepada pemiliknya, persis sama dengan panah biasa”.

Penyakit ‘ain ini timbul dari rasa kagum dan benci dalam diri manusia jadi orang buta yang tidak bisa
melihatpun bisa menimpakan penyakit ‘ain kepada orang lain. Setan selalu mengintai dengan waspada untuk
melahap ungkapan lisan yang tidak dibarengi dengan menyebut nama ALLAH sehingga bisa dimanfaatkan
untuk memberi kemalanganpada jasad orang yang didengki dengan izin ALLAH terlebih jika jasad tersebut
tidak dibentengi dengan Dzikir dan Wirid.
Bahkan Ibnu Qoyyim rohimahulloh pernah mengatakan bahwa terkadang seseorang bisa saja mengarahkan ‘ain
kepada dirinya sendiri dan orang seperti itu adalah termasuk jenis manusia yang paling jahat. (Baca juga: Cara
Menghilangkan Dendam dalam Islam)

Terkadang pengaruh buruk ‘ain ini terjadi begitu saja tanpa ada kesengajaan dari orang yang memandang
takjub atau benci terhadap sesuatu yang dilihatnya. Bahkan pengaruh buruk ini juga bisa terjadi dari orang yang
hatinya bersih atau orang-orang yang sholih sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ‘ain kepada apa
yang dilihatnya.

Dahulu, hal ini juga pernah terjadi diantara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang memiliki hati
bersih tanpa ada rasa iri atau dengki terhadap sesamanya. Namun setan terus mencari kesempatan dan dengan
seijin Alloh, pengaruh buruk ‘ain ini dapat menimpa mereka.
Ibnul Qayyim dalam berkata:

“’Ain bukan hanya lewat jalan melihat. Bahkan orang buta sekali pun bisa membayangkan sesuatu lalu ia bisa
memberikan pengaruh ‘ain meskipun ia tidak melihat. Banyak kasus yang terjadi yang menunjukkan bahwa
‘ain bisa menimpa seseorang hanya lewat khayalan tanpa melihat.”

Selain lebih mudah menimpa anak-anak, penyakit ‘ain ini juga sangat mudah menimpa orang-orang yang
kosong pikirannya dan kurang berdzikir kepada Allah subhana hua ta’ala.
Dalam al-Quran Surat al-Qalam ayat 51 Allah telah berfirman yang bunyinya:

٥١ ‫س ِمعُواْ ٱلذ ِۡك َر َو َيقُولُونَ ِإنَّ ۥهُ لَ َم ۡجنُون‬ َ َٰ ‫َو ِإن َيكَاد ُ ٱلَّذِينَ َكفَ ُرواْ لَي ُۡز ِلقُونَكَ ِبأ َ ۡب‬
َ ‫ص ِره ِۡم لَ َّما‬

Artinya:

“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mata
mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata : “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-
benar orang yang gila)”.” (QS. Al-Qalam : 51).

Samakah ‘Ain Dengan Sihir?

‘Ain bukanlah sihir melainkan sebuah penyakit yang diakibatkan oleh setan yang memanfaatkan perasaan tidak
suka atau kagum yang berlebihan yang dirasakan oleh manusia terhadap manusia lainnya tanpa melibatkan
Allah kemudian setan mengirimkan panah hasad kepada manusia yang dikagumi atau dibenci tersebut sehingga
menimbulkan kemalangan.

Secara sederhana ain disebabkan karena inisiatif setan atas perasaan manusia yang tidak mengingat Allah saat
membenci dan menyukai seseorang. Sedangkan sihir disebabkan oleh manusia yang kemudian diperbantukan
oleh setan dalam niat dan pelaksanaannya. (Baca juga: Jenis Ghibah yang Diperbolehkan dalam Islam)

Adapun perbedaan antara ‘ain dengan sihir adalah sebagai berikut:

 Kemalangan yang disebabkan Ain lebih berbahaya dari sihir


 Kasus akan berakhir sendiri dalam waktu tertentu sedangkan ‘ain tidak, terkecuali diberi penanganan
khusus.
 sihir sengaja dilakukan dengan maksud untuk mencelakakan yang disebabkan oleh rasa benci dan
dengki si pelakunya, sedangkan ‘ain tidak selalu dimaksudkan untuk mencelakai karena ain bisa timbul
sendiri tanpa disengaja oleh pelakunya. Bahkan orang terdekatpun bisa menjadi pelakunya meskipun
tanpa disadari, seperti orangtua, guru, teman, dan lainnya.
 Sihir dilakukan oleh orang jahat yang memang memiliki rasa dendam dan dengki sehingga mengambil
jalan pintas untuk menjatuhkan orang yang dia benci, sedangkan kemalangan ‘Ain bisa dilakukan oleh
orang baik bahkan soleh karena ketidak sengajaan yang kemudian dimanfaatkan oleh setan.

Baca juga: Cara Mensyukuri Nikmat Allah SWT

Bagaimana Mengetahui Seseorang Terkena Penyakit ‘Ain?

Ada beberapa ciri yang mengindikasikan seseorang terkena kemalangan akibat penyakit ‘ain, yakni:

1. Merasa pusing di kepala


2. Rasa sakit yg berpindah-pindah
3. Warna wajah kekuning-kuningan, kadang kemerah-merahan bercampur hitam
4. Mengeluarkan banyak keringat dari seluruh tubuh
5. Sering buang air kecil
6. Sering merasa mual ingin muntah
7. Kehilangan nafsu makan
8. Sering merasa kesemutan di kedua tangan
9. Merasa demam atau panas / dingin di beberapa bagian tubuh
10. Jantung berdebar-debar lebih kencang
11. Merasa nyeri pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti bawah punggung dan bahu
12. Merasa sedih dna mellow
13. Dada merasa lebih sesak
14. Sering berkeringat di malam hari
15. Sering merasakan ketakutan yang berlebihan
16. Emosi sulit dikontrol bahkan menjadi lebih Temperamental
17. Sering cegukan
18. Sering menguap dan Mendesah
19. Menyendiri dan suka mengurung diri
20. Selalu merasa lemas dan malas
21. merasa ingin tidur terus atau bahkan jadi kurang tidur
22. Badan menjadi kurus atau susah gemuk
23. Mengalami sakit atau masalah pada kesehatan tanpa penyebab yg jelas dan sulit diobati secara medis
24. Gatal-gatal pada kulit
25. Anak tiba-tiba sering rewel dan sulit diatur
26. Dan lain-lain

Baca juga: Cara Mengatasi Galau dalam Islam; Keutamaan Shalat Fajar

Bagaimana Mengatasi Penyakit ‘Ain ?

Setiap masalah pasti ada solusinya, begitupun dengan penyakit ‘ain yang pasti ada cara yang bisa kita ambil
untuk mengatasi kemalangannya. Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ‘ain.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan:

1. Baca-bacaan dan mendekatkan diri pada Allah

Hal pertama yang mungkin untuk dilakukan adalah dengan ruqyah. Bagi yang sudah sangat parah mungkin
harus dibawa ke ahli ruqyahnya namun jika masih anak-anak dan tidak terlalu parah, para orangtua bisa
mengatasinya dengan sering-sering memperdengarkan baca-bacaan dan mengajak anak-anak untuk membaca
al-quran serta doa.

Dalam sebuah hadis diceritakan tentang bagaimana rasul menemukan seorang anak perempuan yang terkena
penyakit Ain dengan warna kehitaman yang terlihat disekujur tubuhnya di rumah istrinya, Ummu Salamah.
Melihat hal tersebut, Rasul kemudian berkata kepada Ummu Salamah, “Ruqyahlah dia, karena dia terkena
‘ain.” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Tidak berlebihan dalam membagikan dan membanggakan kehidupan pribadi

Terlalu membanggakan kehidupan pribadi dan membagikannya kepada orang lain terlebih di media sosial dapat
menimbulkan rasa kagum dan benci terhadap orang yang melihatnya dan hal ini sangat mungkin dimanfaatkan
oleh setan untuk meluncurkan pada hasad pada orang yang dikagumi atau dibenci tersebut.

3. Memandikan orang yang menyebabkan ‘ain

Jika seseorang tiba-tiba terkena kemalangan tanpa sebab jelas maka cobalah untuk mengingat-ingat kegiatan
apa dan siapa saja orang-orang yang ditemuinya yang sekiranya memandangi dengan cara yang berbeda, terlalu
menyukai atau menunjukkan rasa tidak suka. Jika sudah diketahui siapa yang menyebabkan penyakit ‘Ain
tersebut, maka perintahkanlah ia agar mandi dan menyiramkan air yang bekas dipakai mandi tersebut kepada
orang yang tertimpa kemalangan ‘Ain dari arah belakang tubuhnya. (Baca juga: Sifat Orang yang Bertakwa
Agar Dicintai Allah SWT)

Cara ini telah dibahas dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Malik, dan Nasa’I yang didalamnya
menceritakan bahwa:

Dari Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasannya ayahnya telah menceritakan kepadanya : Bahwa Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi yang diwasallam pergi bersamanya menuju Makkah. Ketika sampai di satu celah bukit
Kharar di daerah Juhfah, maka Sahl bin Hunaif mandi. Ia adalah seorang yang yang berkulit sangat putih dan
sangat bagus. Maka ‘Amir bin Rabi’ah – kerabat Bani ‘Adi bin Ka’b – memandangnya ketika ia sedang mandi.
‘Amir berkata : ‘Aku belum pernah melihat seperti sekarang, juga tidak pernah melihat kulit wanita perawan
bercadar’. Maka tiba-tiba Sahl jatuh terguling (karena sakit. Maka datag Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan dikatakan kepada beliau : “Wahai Rasulullah, apa kira-kira yang terjadi pada Sahl ? Ia (Sahl)
tidak bisa mengangkat kepalanya dan sekarang ia belum juga sadar”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bertanya : “Apakah ada seseorang yang kalian curigai ?”. Mereka berkata : “Amir bin Rabi’ah telah
memandangnya”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memanggilnya lalu memarahinya dan
bersabda : ‘Mengapa salah seorang diantara kalian hendak membunuh saudaranya ? Mengapa ketika kamu
melihat sesuatu hal yang menakjubkanmu, kamu tidak memberkahi ?”. Kemudian beliau berkata kepadanya :
“Mandilah untuknya !”. Kemudian ‘Amir mencuci mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya,
jari-jari kedua kakinya, dan bagian dalam kainnya di dalam bejana. Kemudian (air bekas mandi itu) disiramkan
kepadanya (Sahl) oleh seseorang ke kepalanya dan punggungnya dari arah belakangnya. Kemudian bejana
tersebut ditumpahkan isinya di belakangnya. Maka setelah hal itu dilakukan, Sahl kembali bersama orang-orang
dalam keadaan tidak kurang suatu apa (sehat kembali). ” (HR. Ahmad, Malik, dan Nasa’i)

4. Berwudhu
Selain dengan mandi, wudhu juga dapat dilakukan untuk mengatasi kemalangan akibat penyakit ‘ain. Jadi
orang penyebab kemalangan ain tersebut berwudhu, lalu air bekas wudhunya dipakai untuk mandi atau
membasuh tubuh orang yang terkena ‘Ain.

Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang disampaikan dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata bahwa:

“Orang yang melakukan ‘Ain diperintahkan agar berwudlu kemudian orang yang terkena ‘Ain mandi dari air
(bekas wudlu tadi).” (HR. Abu Dawud).

Kemudian At-Tirmidzi juga menjelaskan bahwa:

”Pelaku ‘ain diperintahkan untuk mandi dengan menggunakan air dalam baskom. Lalu meletakkan telapak
tangannya di mulut dan berkumur-kumur, lalu disemburkan ke dalam baskom tersebut. Baru setelah itu
membasuh wajahnya dengan air dalam baskom tersebut, lalu memasukkan tangan kirinya dan mengguyurkan
air ke lutut kanannya dengan air baskom tersebut. Kemudian memasukkan tangan kanannya dan menyiramkan
air baskom itu ke lutut kirinya. Baru kemudian membasuh tubuh di balik kain, namun baskom itu tidak usah
diletakkan di atas tanah atau lantai. Setelah itu sisa air diguyurkan ke kepala orang yang terkena ‘ain dari arah
belakang satu kali guyuran.”

Baca juga:

 Cara Menjauhi Zina dalam Islam


 Keutamaan Menjenguk Orang Sakit
 Jatuh Cinta dalam Islam
 Patah Hati Dalam Islam

Itulah pembahasan mengenai bahaya penyakit ain dalam Islam. Pada dasarnya Allah lah sang maha pencipta
segala hal yang ada di alam semesta ini oleh karena itu sudah seharusnya kita sebagai manusia selalu mengingat
dan menyertai Allah dalam setiap apa yang kita lakukan dan apapun yang kita rasakan baik itu rasa suka
maupun rasa tidak suka, rasa kagum maupun rasa benci dan dengki. Karena jika kita terlalu berlebihan
menyukai atau membenci tanpa menyertai Allah di dalamnya maka rasa suka dan benci kita tersebut akan
dimanfaatkan setan untuk lebih memperburuk keadaan bahkan meluncurkan panah hasad sehingga
menimpakan kemalangan pada orang yang kita sukai atau benci tersebut. Semoga pembaca sekalian dapat
memetik manfaat positif dari pembahasan artikel kali ini.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫س ْلت ُ ْم فَا ْغ‬


‫سلُوا‬ ْ ‫س َبقَتْهُ ا ْل َع ْينُ َو ِإذَا ا‬
ِ ‫ست ُ ْغ‬ َ ‫ق ا ْلقَد ََر‬ ٌّ ‫ا ْل َع ْينُ َح‬
َ ‫ق َولَ ْو كَانَ ش َْىء‬
َ ‫سا َب‬

“’Ain itu benar adanya, andaikan ada sesuatu yang dapat mendahului taqdir maka ‘ain akan mendahuluinya,
dan apabila kalian diminta mandi (untuk mengobati orang yang kalian timpakan penyakit ‘ain) maka
mandilah.” [HR. Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma]

Beberapa Pelajaran:

1) Penyakit ‘ain, yaitu penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata yang disertai sifat iri atau rasa takjub
terhadap yang dipandang, dapat terjadi dari orang yang dengki atau orang yang cinta, dari orang yang jahat atau
orang yang shalih. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

‫والعين نظر باستحسان مشوب بحسد من خبيث الطبع يحصل للمنظور منه ضرر‬

“’Ain adalah pandangan suka disertai hasad yang berasal dari kejelekan tabiat, yang dapat menyebabkan orang
yang dipandang itu tertimpa suatu bahaya.” [Fathul Bari, 10/200]

Beliau rahimahullah juga berkata ketika menjelaskan diantara pelajaran dari kisah Sahl bin Hunaif
radhiyallahu’anhu (lihat haditsnya di poin 5),

‫ح‬ ِ ‫الر ُج ِل ا ْل ُم ِح‬


َّ َ‫ب َو ِمن‬
ِ ‫الر ُج ِل الصَّا ِل‬ َّ َ‫س ٍد َولَ ْو ِمن‬
َ ‫ب َو َل ْو بِغَي ِْر َح‬ ِ ْ ‫َوأَنَّ ا ْلعَ ْينَ تَكُونُ َم َع‬
ِ ‫اْل ْعجَا‬

“Bahwa ‘ain dapat terjadi bersama rasa takjub walau tanpa adanya sifat iri, walau dari orang yang mencintai
dan dari seorang yang shalih (tanpa disengaja).” [Fathul Baari, 10/205]
2) Penyakit ‘ain tidak terjadi kecuali dengan izin Allah ta’ala, dan telah Allah ta’ala takdirkan. Al-Hafizh Ibnu
Hajar rahimahullah berkata,

‫ور‬
ِ ‫ظ‬ ِ َّ‫ق ََل بِش َْيءٍ يُحْ ِدثُهُ الن‬
ُ ‫اظ ُر فِي ا ْل َم ْن‬ ِ ِ‫ساب‬ َّ ‫اظ ِر إِنَّ َما ه َُو بِقَد َِر‬
َّ ‫َّللاِ ال‬ ُ ‫َوا ْل َم ْعنَى أَنَّ الَّذِي يُ ِص‬
ِ ‫يب ِمنَ الض ََّر ِر بِا ْلعَا َد ِة ِع ْن َد َن َظ ِر ال َّن‬

“Maknanya bahwa orang yang tertimpa bahaya karena sesuatu yang telah Allah ta’ala tetapkan ketika seseorang
memandangnya, hakikatnya terjadi dengan takdir Allah ta’ala yang telah ditetapkan sebelumnya, bukan sesuatu
yang baru saja diciptakan oleh orang yang memandang terhadap yang dipandang.” [Fathul Baari, 10/203]

3) Hadits yang mulia ini juga menunjukkan besarnya bahaya yang Allah ta’ala ciptakan dalam penyakit ‘ain,
bahkan bisa membunuh, maka jangan diremehkan. An-Nawawi rahimahullah berkata,

‫ث إِثْبَاتُ ا ْلقَد َِر َو ِصحَّةُ أ َ ْم ِر ا ْلعَي ِْن َوأَنَّهَا قَ ِويَّةُ الض ََّرر‬
ِ ‫فِي ا ْل َحدِي‬

“Dalam hadits ini terdapat penetapan keimanan terhadap takdir Allah ta’ala dan benarnya perkara ‘ain dan
bahwasannya ia sangat berbahaya.” [Fathul Baari, 10/204]

Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

‫َاص ِبذَ ِلك‬


ِ ‫ان ا ْل ِقص‬ ِ ‫اْلصَابَةَ ِبا ْل‬
ِ ‫عين قد تقتل وقد اختلف فِي ج ََر َي‬ ِ ْ َّ‫َوأَن‬

“Bahwa menimpakan penyakit ‘ain bisa saja membunuh, dan telah terjadi khilaf ulama tentang penerapan
hukum qishosh padanya.” [Fathul Baari, 10/205]

4) Apabila seseorang melihat sesuatu yang mengagumkan pada diri saudaranya, hendaklah ia mendoakan
keberkahan untuknya (seperti mengucapkan: “Baarokallaahu fiyk”, Semoga Allah memberkahimu), inilah cara
untuk mencegah penyakit ‘ain. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ٌّ‫ فَ ْليُ َب ِر ْكهُ فَ ِإنَّ ا ْل َع ْينَ حَق‬، ُ‫ أ َ ْو ِم ْن َما ِل ِه َما يُ ْع ِجبُه‬، ‫س ِه‬
ِ ‫ أ َ ْو ِم ْن نَ ْف‬، ‫ِإذَا َرأَى أَ َح ُد ُك ْم ِم ْن أ َ ِخي ِه‬

“Apabila seorang dari kalian melihat sesuatu dari saudaranya, atau melihat diri saudaranya, atau melihat
hartanya yang menakjubkan, maka hendaklah ia mendoakan keberkahan untuk saudaranya tersebut, karena
sesungguhnya penyakit ‘ain benar-benar ada.” [HR. Ahmad dari Abdullah bin ‘Amir, Ash-Shahihah, no. 2572]

5) Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma di atas menjelaskan kepada kita salah satu cara untuk mengobati
penyakit ‘ain adalah dengan meminta kepada orang yang memandang untuk mandi, kemudian bekas air
mandinya disiramkan kepada orang yang dipandangnya. Adapun tata caranya dijelaskan dalam hadits berikut,

‫ث أَ ْن‬
َ ‫ َوَلَ ِج ْل َد ُم َخبَّأ َ ٍة فَ َما لَ ِب‬، ‫ لَ ْم أ َ َر كَا ْليَ ْو ِم‬: ‫س ُل فَقَا َل‬ِ َ ‫ َوه َُو يَ ْغت‬، ٍ‫س ْه ِل ب ِْن ُحنَيْف‬ َ ‫َام ُر ْبنُ َر ِبيعَةَ ِب‬ ِ ‫ َم َّر ع‬: ‫ قَا َل‬، ٍ‫س ْه ِل ب ِْن ُحنَيْف‬ َ ‫ع َْن أ َ ِبي أ ُ َما َمةَ ب ِْن‬
َ : ‫ قَا َل‬، َ‫ام َر ْبنَ َربِيعَة‬
‫عالَ َم َي ْقت ُ ُل‬ ِ ‫ع‬ َ ‫ َقا َل َم ْن تَت َّ ِه ُمونَ بِ ِه قَالُوا‬، ‫س ْهالً ص َِريعًا‬ َ ْ‫ أَد ِْرك‬: ُ‫سلَّ َم َف ِقي َل لَه‬ َ ‫صلَّى هللا عَل ْي ِه و‬ َ ‫ فَأُتِ َي بِ ِه النَّبِ َّي‬، ‫لُبِ َط بِ ِه‬
َ
، ‫س َل َوجْ َههُ َويَ َد ْي ِه إِلَى ا ْل ِم ْرفقَي ِْن‬ َ
َ َ‫ فغ‬، ‫ضأ‬ َ َ َ َ ُ ‫ ف ْليَ ْد‬، ُ‫ إِذَا َرأَى أ َ َح ُد ُك ْم ِم ْن أ ِخي ِه َما يُ ْع ِجبُه‬، ُ‫أ َ َح ُد ُك ْم أ َ َخاه‬
ِ ‫ فأ َم َر ع‬، ٍ‫ع لَهُ ِبا ْل َب َر َك ِة ث ُ َّم َدعَا ِب َماء‬
َّ ‫َام ًرا أ ْن يَت َ َو‬ َ َ
‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ب‬ ُ ‫ َوأَ َم َر ُه أ َ ْن َي‬، ‫َاخلَةَ ِإ َز ِار ِه‬
َّ ‫ص‬ ِ ‫َو ُر ْك َبت َ ْي ِه َود‬
ْ
‫اْلنَا َء ِم ْن َخل ِف ِه‬ َ َ َ
ِ ‫ َوأ َم َرهُ أ ْن يَ ْك َفأ‬: ِ ‫الز ْه ِري‬ َ
ُّ ‫ ع َِن‬، ‫ قا َل َم ْع َمر‬: ُ‫س ْف َيان‬ ُ ‫قَا َل‬

“Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, ia berkata: Amir bin Rabi’ah melewati Sahl bin Hunaif ketika ia
sedang mandi, lalu Amir berkata: Aku tidak melihat seperti hari ini; kulit yang lebih mirip (keindahannya)
dengan kulit wanita yang dipingit, maka tidak berapa lama kemudian Sahl terjatuh, lalu beliau dibawa kepada
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, seraya dikatakan: “Selamatkanlah Sahl yang sedang terbaring sakit.” Beliau
bersabda: “Siapa yang kalian curigai telah menyebabkan ini?” Mereka berkata: “Amir bin Rabi’ah.” Beliau
bersabda: “Kenapakah seorang dari kalian membunuh saudaranya? Seharusnya apabila seorang dari kalian
melihat sesuatu pada diri saudaranya yang menakjubkan, hendaklah ia mendoakan keberkahan untuknya.”
Kemudian beliau meminta air, lalu menyuruh Amir untuk berwudhu, Amir mencuci wajahnya, kedua
tangannya sampai ke siku, dua lututnya dan bagian dalam sarungnya. Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
memerintahkannya untuk menyiramkan (bekas airnya) kepada Sahl.” Berkata Sufyan, berkata Ma’mar dari Az-
Zuhri: Beliau memerintahkannya untuk menyiramkan air dari arah belakangnya.” [HR. Ibnu Majah dari Abu
Umamah bin Sahl bin Hunaif, Shahih Ibni Majah: 2828]

6) Cara pengobatan seperti ini adalah ketetapan syari’at dan sesuai dengan tabiat, harus diyakini kebenarannya
walau pun banyak dokter tidak memahaminya, dan orang yang mengingkarinya tidak akan mendapatkan
manfaat darinya. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,

َ ‫َه ِذ ِه ا ْل َك ْي ِفيَّةُ ََل يَ ْنت َ ِف ُع ِبهَا َم ْن أ َ ْنك ََر َها َو ََل َم ْن‬
َ ‫س ِخ َر ِم ْنهَا َو ََل َم ْن شَكَّ فِيهَا أ َ ْو فَعَلَهَا ُمج َِربًا‬
‫غي َْر ُم ْعتَ ِق ٍد‬
“Cara pengobatan ini tidak akan dapat mengambil manfaatnya orang yang mengingkarinya, orang yang
memperolok-oloknya, orang yang meragukannya atau yang melakukannya sekedar coba-coba tanpa meyakini.”
[Fathul Baari. 10/205]

7) Cara penyembuhan lainnya adalah dengan diruqyah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫َلَ ُر ْقيَةَ إَِلَّ ِم ْن‬


‫عي ٍْن أ َ ْو ُح َمة‬

“Tidak ada ruqyah (yang lebih bermanfaat) kecuali untuk penyakit ‘ain atau penyakit yang diakibatkan
sengatan binatang berbisa.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Buraidah bin Al-Hushaib
radhiyallahu’anhu]

8) Berlindung kepada Allah ta’ala adalah pencegahan terbaik dari penyakit ‘ain, bahkan dari segala bahaya.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memperlindungkan Al-Hasan dan Al-Husain radhiyallahu’anhuma
kepada Allah ta’ala dari penyakit ‘ain, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau
berkata,

ٍ ‫ش ْي َط‬
‫ان‬ ِ ‫ق أ ُ ِعيذُ ُك َما ِب َك ِل َما‬
َ ‫ت هللاِ التَّا َّم ِة ِم ْن ك ُِل‬ َ ‫س َحا‬ ْ ‫س ْينَ َويَقُو ُل ِإنَّ أَبَا ُك َما كَانَ يُعَ ِوذُ ِبهَا ِإ‬
ْ ‫س َما ِعي َل َو ِإ‬ َ ‫كَانَ النَّ ِب ُّي صلى هللا عليه وسلم يُعَ ِوذُ ا ْل َح‬
َ ‫سنَ َوا ْل ُح‬
‫عي ٍْن َلَ َّمة‬
َ ‫َو َها َّم ٍة َو ِم ْن ك ُِل‬

“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah memperlindungkan Al-Hasan dan Al-Husain (kepada Allah ta’ala)
dan beliau berkata (kepada Al-Hasan dan Al-Husain), sesungguhnya bapak kalian berdua (yaitu nabi Ibrahim
‘alaihissalam) memperlindungkan Ismail dan Ishaq dengan membaca:

‫عي ٍْن َلَ َّم ٍة‬ ٍ ‫ش ْي َط‬


َ ‫ َو ِم ْن ُك ِل‬، ‫ان َو َها َّم ٍة‬ َ ‫َّللاِ التَّا َّم ِة ِم ْن ُك ِل‬
َّ ‫ت‬ ِ ‫أَعُيذُ ُك َما بِ َك ِل َما‬

“U’idzukuma bi kalimaatillaahit taammaati min kulli syaithonin wa haammatin wa min kulli ‘ainin laammatin.”

Aku memperlindungkan kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang maha sempurna dari setan, binatang
berbisa dan mata yang dengki (makna yang lain: segala macam bahaya).” [HR. Al-Bukhari]

9) Apa kewajiban pemerintah? Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

ً ‫اس َوأ َ ْن يَ ْل َز َم بَ ْيتَهُ َف ِإ ْن كَانَ فَ ِق‬


‫يرا َر َز َقهُ َما يَقُو ُم‬ ِ َّ‫ف بِذَ ِلكَ ِم ْن ُمدَا َخلَ ِة الن‬ َ ‫ْل َم ِام َم ْن ُع ا ْلعَائِ ِن ِإذَا ع ُِر‬ِ ْ ‫ض أ َ ْه ِل ا ْل ِع ْل ِم فَ ِإنَّهُ يَ ْنبَ ِغي ِل‬
ِ ‫َونَقَ َل ابن بَ َّطا ٍل ع َْن بَ ْع‬
َ َ‫اض ًحا فِي بَا ِب ِه َوأ‬
‫ش ُّد ِم ْن ض ََر ِر‬ ِ ‫اس َك َما تَقَ َّد َم َو‬ ِ َّ‫ع ْنهُ ِب َم ْن ِع ِه ِم ْن ُم َخالَ َط ِة الن‬
َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ع َم ُر َر ِض َي‬ ُ ‫وم الَّذِي أ َ َم َر‬ ِ ُ‫ش ُّد ِم ْن ض ََر ِر ا ْل َمجْ ذ‬ َ َ ‫ِب ِه فَ ِإنَّ ض ََر َرهُ أ‬
َ َ
‫ف عَن غي ِْر ِه تص ِْريح بِ ِخالفِ ِه‬ َ ْ َ َ
ُ ‫ي َوهذا الق ْو ُل ص َِحيح ُمتعَيِن َل يُ ْع َر‬َ ْ َ َ َّ َ
ُّ ‫ع ِة قا َل الن َو ِو‬ ْ
َ ‫ُور ال َج َما‬ِ ‫ع آ ِكله ِمن ُحض‬ ْ ُ َ ِ ‫وم الَّذِي َمنَ َع الش‬
ُ ‫َّار‬ ِ ُّ ‫الث‬

“Ibnu Baththol rahimahullah telah menukil dari sebagian ulama bahwa sepatutnya bagi pemerintah untuk
mencegah orang yang bisa menimpakan penyakit ‘ain agar tidak menemui orang-orang, apabila memang ia
sudah dikenal dengan itu, dan hendaklah ia tetap tinggal di rumahnya, apabila ia fakir maka pemerintah
hendaklah memberi santunan yang mencukupinya, karena bahayanya lebih besar dibanding penderita kusta
yang diperintahkan oleh Khalifah Umar radhiyallahu’anhu untuk tidak bergaul dengan orang-orang
sebagaimana telah dijelaskan pada babnya, dan juga ia lebih berbahaya dari orang yang makan bawang, yang
telah dilarang oleh penetap syari’at untuk menghadiri sholat jama’ah (hanya karena bau busuknya). An-Nawawi
rahimahullah berkata: Pendapat ini benar sekali, tidak ada ulama yang terang-terangan menyelisihinya.”
[Fathul Baari, 10/206]

10) Mengenakan jimat untuk mencegah dan mengobati penyakit ‘ain termasuk syirik, demikian pula
mendatangi dukun untuk mengobati peyakit ’ain termasuk syirik dan kufur kepada Allah ta’ala, dan syari’at
telah memberikan solusi yang terbaik, yaitu dengan bertawakkal kepada Allah ta’ala, berharap dan berdo’a
hanya kepada-Nya, disertai melakukan sebab-sebab pencegahan dan pengobatan yang dibolehkan.

‫وباهلل التوفيق وصلى هللا على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم‬

www.fb.com/sofyanruray.info

dalam Islam kita mengenal penyakit ‘Ain atau Al ‘ain. Penyakit ini disebabkan oleh tatapan atau pandangan
mata dari orang yang dengki atau pun takjub. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memperingatkan umatnya
akan bahaya penyakit ain ini.

Sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:


1.”Berlindunglah kalian kepada Allah Ta’ala dari ‘ain karena sesungguhnya ‘ain itu haq (benar).” Shahih:
HR.Ibnu Majah, Al Hakim dari Aisyah Radhiyallahu Anha.

2.”Kebanyakan orang yang mati dari umatku, setelah takdir dan qadha’ Allah, disebabkan oleh ‘ain.” HR. Al
Bukhari.

Penyakit ‘ain sendiri dikatakan lebih berbahaya dari sihir. Karena kalau pengaruh sihir ada expirednya
sedangkan ‘Ain kebanyakan tidak ada expirednya. Kasus sihir sengaja dimaksudkan untuk mencelakakan,
sedangkan al-‘Ain kadang tidak dimaksudkan untuk mencelakai bahkan bisa timbul dari ayah/ibunya sendiri
atau dirinya sendiri. Sihir tidak dilakukan kecuali oleh orang JAHAT sedangkan al-‘Ain bisa melesat dari orang
yang SHALEH.

Cara mengobati orang yang telah terkena ain adalah dengan mandi dengan air bekas wudhu orang yang
diketahui sebagai pelaku. Yang kedua dengan cara ruqyah syar’i dan doa khusus untuk ‘ain.

Agar terhindar dari ain, maka kita di anjurkan untuk berdoa,

‫ان َوهَا َّم ٍة َو ِم ْن ُك ِل َعي ٍْن الَ َّم ٍة‬


ٍ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َ ‫َّللاِ التَّا َّم ِة ِم ْن ُك ِل‬
َّ ‫ت‬ ِ ‫أَعُوذ ُ ِب َك ِل َما‬

“Aku berlindung dengan kalimat kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaitan, binatang berbisa, dan dari
setiap mata yang jahat.” HR. Bukhari.

Selalu mengucapkan kalimat tayyibah seperti Subhanallah, Masyaallah, Barakallahufik ketika melihat sesuatu
yang menakjubkan baik orang maupun benda benda di sekitar kita. Karena Ain juga bisa mengenai benda
benda.

(Sumber diambil dari kitab “Min asbaabi daf’i al-bala’ karya syaikh Abdullah bin Muhammad As Sadhan dan
“Al Ma’iin Fii ‘Ilaaj As Sihr Wal Mass Wal ‘Ain karya syaikh Abu ‘Azzam Musa)

Anda mungkin juga menyukai