Anda di halaman 1dari 14

Lampiran materi :

CA COLON

A. Anatomi kolon
Panjang kolon adalah sekitar 5-6-kaki, bagian berbentuk U bagian dari seluruh usus
besar (saluran cerna bagian bawah). Secara definisi, caecum (dan appendix) dan ano-rektum,
yang juga merupakan bagian dari usus besar, tidak termasuk dalam kolon.

Secara embriologis, kolon berkembang sebagian dari midgut (kolon ascendens sampai
proksimal kolon transversum) dan sebagian dari hindgut (kolon transversum distal sampai
kolon sigmoid).

Pada foto polos abdomen, kolon terlihat terisi dengan udara dan feses. Kolon
diidentifikasi dengan haustra (sakulasi irreguler incomplete).

1. Kolon ascendens
Kolon ascendens (kanan) terletak vertikal di bagian paling lateral kanan dari rongga
perut. Ujung proksimal yang buntuyang berbentuk dari kolon ascendens disebut caecum.
Kolon ascendens berbelok tepat di bawah hati membentuk flexura coli dextra / flexura
hepatica dan menjadi kolon transversum, yang memiliki jalur horizontal dari kanan ke
kiri.

2. Kolon Transversus
Kolon transversus kemudian berjalan terus ke kiri dan kemudian berbelok tepat di
bawah limpa membentuk flexura coli sinistra / flexura lienalis dan kemudian menjadi
kolon descendens (kiri) yang terletak vertikal di bagian lateral paling kiri dari rongga
perut. Kolon descendens mengarah ke kolon sigmoid yang berbentuk V terbalik, yang
kemudian menjadi rektum di setinggi Vertebra Sacralis III. Kolon sigmoid ini disebut
demikian karena bentuknya seperti huruf S.
3. Usus paracolica
Kolon bagian lateral, yaitu kolon ascendens dan kolon descendens adalah usus
paracolica bagian kanan dan kiri dari rongga peritoneal. Melalui usus ini, cairan / nanah
di perut bagian atas dapat menetes ke dalam rongga panggul. Kolon ascendens dan
descendens terkait dengan ginjal, ureter, dan pembuluh gonad yang ada di dalam
retroperitoneum di belakangnya; kolon ascending juga terkait dengan duodenum.

4. Kolon transversus dan kolon sigmoid


Kolon transversus dan kolon sigmoid masing-masing memiliki mesenterium (yaitu,
mesokolon transversal dan mesokolon sigmoid), tetapi kolon ascendens dan kolon
descendens bersifat retroperitoneal, sementara caecum terletak intraperitoneal tetapi
menggunakan mesenterium ileum. Dasar mesokolon transversum terletak horizontal di
duodenum dan pankreas. Omentum major memiliki beberapa bagian, termasuk 4-lapis
omentum yang menggantung kolon transversum dan 2-lapis ligamentum gastrocolic yang
menghubungkan kurvatura mayor lambung dan kolon transversum.

5. Flexura Lienalis
Flexura lienalis melekat pada diafragma oleh ligamentum frenocolica. Tiga taenia
coli yang berjalan longitudinal terdapat pada caecum, kolon ascendens, kolon
transversum, kolon descendens, dan kolon sigmoid, tetapi tidak pada rektum. Pada kolon
ascendens dan descendens, taenia coli terdapat pada bagian anterior, posterolateral, dan
posteromedial. Terdapat omentumdari lemak yang disebut appendix epiploicae yang
melekat pada kolon.

6. Suplai darah
Kolon disuplai oleh arteri mesenterika superior melalui cabang arteri colica dextra
dan cabang arteri colica media dan oleh arteri mesenterika inferior melalui arteri colica
sinistra dan cabang sigmoid ganda. Cabang terminal arteri ini yang memasuki dinding
disebut vasa recta.

Serangkaian terus anastomosis antara cabang distal dari arteri proksimal dan cabang
proksimal dari arteri distal berjalan di sepanjang perbatasan mesenterika dari kolon dan
disebut arteri marjinal. Arteri marjinal memungkinkan panjang panjang usus harus
dimobilisasi (misalnya, yang akan diambil sampai ke dada untuk menggantikan
kerongkongan).

Persimpangan dua pertiga proksimal dan distal sepertiga dari kolon transversum, di
mana cabang-cabang terminal dari arteri mesenterika superior dan inferior bertemu, adalah
daerah aliran yang rentan terhadap iskemia.

Vena mesenterika superior menyertai arteri mesenterika superior, tetapi vena mesenterika
inferior mengalir lebih tinggi dari asal dari arteri mesenterika inferior; berjalan vertikal ke
atas ke kiri dari persimpangan duodenojejunalis dan memasuki vena lienalis atau
persimpangan dengan yang vena mesenterika superior untuk membentuk vena portal.

Gambaran Mikroskopik
Kolon memiliki 4 lapisan yang sama yang terdapat di sebagian besar saluran pencernaan:
mukosa, submukosa, muskularis propria, dan serosa.
Mukosa termasuk epitel kolumnar dengan sejumlah besar mukus sel goblet (vili, yang
terdapat di usus kecil, yang tidak terdapat dalam usus), lamina propria, dan mukosa
muskularis. Lapisan submukosa berisi pembuluh darah dan saraf pleksus Meissner.
Muskularis propria berisi otot sirkularis interna, otot longitudinal externa dan pleksus nervus
myenteric (Auerbach). Taenia coli dibentuk oleh otot-otot longitudinal externa. Lapisan
serosa dari kolon adalah peritoneum viseral.

1. Variasi Fisiologik
Kolon transversum mungkin panjang dan berlebihan dan dapat turun ke dalam
panggul. Ujung dari loop sigmoid dapat melintasi garis tengah dan terletak di fossa iliaka
kanan. Diverticula (divertikula palsu yang mengandung herniasi mukosa melalui cacat
dalam otot) dapat hadir dalam kolon, terutama kolon kiri.

2. Variasi Patologik
Malrotasi usus menghasilkan usus kecil berada di bagian kanan rongga perut dan
usus besar terletak di kiri. Atresia kolon adalah penyempitan atau bahkan hilangnya
lumen usus, mengakibatkan obstruksi usus pada neonatus.
3. Pemeriksaan kolon
kolon dapat dievaluasi dengan kolonoskopi (endoskopi GI rendah) dan seri GI
rendah menggunakan media kontras radiologis (misalnya, barium, Gastrografin). Akhir
film barium tindak melalui studi juga dapat mengungkapkan kolon.
Dinding kolon dan massa di kolon dapat dievaluasi dengan kontras yang
disempurnakan (kontras intravena dan dubur) computed tomography (CT). Rekonstruksi
gambar CT (CT colonography; kolonoskopi virtual) menyediakan pencitraan yang baik
sebaimana kolonoskopi. USG tidak berguna untuk evaluasi dari kolon.

B. Definisi

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal
akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma
terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer).
(SylviaA Price, 2005).

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma


yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001).

Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000).

Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid.
Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).

C. Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk
pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer
Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
 Usia lebih dari 40 tahun
 Darah dalam feses
 Riwayat polip rektal atau polip kolon
 Adanya polip adematosa atau adenoma villus
 Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
 Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
 Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang


menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran
pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang
tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam dan
bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng
dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan
karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi
waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung
sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan.

Makanan yang harus dihindari :


 Daging merah
 Lemak hewan
 Makanan berlemak
 Daging dan ikan goreng atau panggang
 Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
 Makanan yang harus dikonsumsi:
 Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan
kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
 Butir padi yang utuh
 Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang
membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma
Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir
besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi
manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui
poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini
di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari
kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30
tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai
resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat
yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali
lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.

D. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup
anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen
dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri
adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses,
konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses.

Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.
a) Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia
b) Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.
c) Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang
pada feses, obstruksi.
d) Rectum : terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan
rectal.

E. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu
dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol,
khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai
sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak;
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa
polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus
sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi
rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan
kolon asendens.

Tumor dapat menyebar melalui :


1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
(vesika …….urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah
balik …….ke sistem portal.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus
besar …….(lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan
…….mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak
…….terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau
…….bahkan ke organ-organ lain.

F. Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses

G. Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon.
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan …….derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan
besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk
buang air …….besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.

H. Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto
dada dan foto kolon (barium enema).
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan
tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan
adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada
lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema
barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari
penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang
jauh yang sudah metastasis.
Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis
kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan.
Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau
suatu striktura.

3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya


metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di
beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.
Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu
ditentukan differensiasi sel.
5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal,
walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb.
Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih
dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut.
Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini
karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada
sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu
diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan
diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit,
organ dan sebagainya.
8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan
anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit
meningkat atau berkurang.
9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

I. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Berdasarkan klasifikasi
Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
 Kelemahan, kelelahan/keletihan
 Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
 Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres
tinggi.

2. Sirkulasi:
Gejala:
 Palpitasi
 nyeri dada pada aktivitas
Tanda :
 Dapat terjadi perubahan denyut nadi
 Dapat terjadi perubahan tekanan darah.

3. Integritas ego:
Gejala:
 Faktor stres(keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
(merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
 Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
 Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
 Menyangkal
 menarik diri
 marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
 Perubahan pola defekasi
 Darah pada feses
 Nyeri pada defekasi
Tanda:
 Perubahan bising usus, distensi abdomen
 Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5. Makanan/cairan:
Gejala:
 Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif
dan bahan pengawet)
 Anoreksia, mual, muntah
 Intoleransi makanan
Tanda:
 Penurunan berat badan
 Berkurangnya massa otot

6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
 Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses
penyakit

7. Keamanan:
Gejala:
 Komplikasi pembedahan atau efek sitostika.
Tanda:
 Demam
 Lekopenia
 Trombositopenia
 Anemia

8. Interaksi social
Gejala:
 Lemahnya system pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
 Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.

9. Penyuluhan/pembelajaran:
 Riwayat kanker dalam keluarga
 Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
 Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
 Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang
berikut:
a. Aktual/Resiko sefisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
secara berlebihan
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder
akibat obstruksi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
 Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot
buruk
 Peningkatan bunyi usus
 Konjungtiva dan membran mukosa pucat
 Mual, muntah, diare
d. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
e. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker

I. Intervensi Dan Rasional


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. 1. Resiko Tujuan : 1. Awasi masukan dan haluaran
kekurangan setelah dilakukan dengan cermat, ukur feses cair.
volume cairan tindakan keperawatan Timbang berat badan tiap hari.
berhubungan selama 1x24 jam Rasional: Memberikan indikator
dengan diharapkan langsung keseimbangan cairan.
muntah dan dapatmempertahan 2. Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu).
dehidrasi hidrasi adekuat. Rasional: Hipotensi, takikardi,
Kriteria Hasil : demam dapat menunjukkan respons
membran mukosa terhadap dan/atau efek kehilangan
lembab, turgor kulit cairan.
baik, dan pengisian 3. Observasi kulit kering berlebihan
kapiler baik, tanda vital dan membran mukosa, penurunan
stabil, dan secara turgor kulit, pengisian kapiler
individual lambat.
mengeluarkan urine Rasional: Menunjukkan kehilangan
dengan tepat. cairan berlebihan/ dehidrasi.
4. Pertahankan pembatasan peroral,
tirah baring; hindari kerja.
Rasional: Kolon diistirahatkan
untuk penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus.
5. Observasi perdarahan dan tes feses
tiap hari untuk adanya darah samar.
Rasional: Diet tak adekuat dan
penurunan absorbsi dapat
menimbulkan defisiensi vit. K dan
merusak koagulasi, potensial resiko
pendarahan.

6. Kolaborasi pemberian cairan


paranteral, transfusi darah sesuai
indikasi.
Rasional: Mempertahankan
istirahat usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan/ anemia.
7. Kalaborasi pemberian obat sesuai
indikasi: Antiemetik, mis,
trimetobenzamida (Tigan);
hidroksin (Vistaril); proklorperazin
(Compazine), Antipiretik, mis,
asetaminofen (Tyenol), Vitamin K.
Rasional: Digunakan untuk
mengontrol mual/muntah pada
eksaserbasi akut, Mengontrol
demam, Merangsang pembentukan
protrombin hepatik, menstabilisasi
koagulasi dan menurunkan resiko
perdarahan.

Anda mungkin juga menyukai