Anda di halaman 1dari 2

IV.

PENATALAKSANAAN
A. Farmakologi
1. Risperidon
Risperidon merupakan generasi kedua obat antipsikotik. Risperidon memiliki efek
mengurangi gejala positif dan negatif yang lebih baik daripada haloperidol. Namun
tidak terdapat bukti yang menunjukan bahwa risperidon efektif terhadap pasien yang
gagal terapi dengan antipsikotik tipikal. Risperidon juga dapat meningkatkan fungsi
kognitif (Hawari, 2016). Risperidon mempunyai kecenderungan untuk dapat
menyebabkan tardive diskinesia, sehingga pemakaian risperidon biasanya dalam dosis
rendah (4 – 8 mg/hari) namun lebih efektif dibanding dengan obat antipsikotik tipikal
dengan dosis yang sama. Beberapa pasien memberi efek pada dosis 2 mg/hari, namun
ada juga yang memberi respon pada 10 – 16 mg/hari. Pada dosis 2 -4 mg/hari, gejala
ekstrapiramidal biasanya ringan. Risperidon memiliki ikatan pada reseptor D2 yang
lebih kuat daripada clozapine (Meltzer dan Fatemi, 2015).
Risperidon merupakan pilihan untuk pasien yang memberi respon baik terhadap
antipsikotik tipikal yang ditandai dengan penurunan gejala positif, namun memiliki efek
samping gejala ekstrapiramidal dan gejala negatif sekunder (Sinaga, 2010). Risperidon
juga efektif untuk menekan tardive diskinesia. Efek samping risperidon selain gejala
ekstrapiramidal adalah akathisia, peningkatan berat badan, disfungsi seksual, penurunan
libido, dan galaktorea. Tidak seperti clozapine, risperidon meningkatkan serum
prolaktin. Tidak ada laporan bahwa risperidon dapat menyebabkan agranulositosis
(Hawari, 2016).
Risperidon diindikasikan untuk pasien-pasien skizofrenia, gangguan bipolar dan
autisme. Terdapat bukti yang mendukung kemanjuran risperidone sebagai pengobatan
tambahan untuk gangguan depresi mayor dan untuk pengelolaan gangguan perilaku dan
psikosis pada pasien yang menderita demensia (Guzman, 2016).

B. Non Farmakologi
1. Psikoterapi edukatif
a. Terhadap pasien : memberikan informasi dan edukasi mengenai penyakitnya,
kondisinya, faktor pencetus, dan rencana pengobatan selanjutnya.
b. Terhadap keluarga :
1) Memberikan informasi dan edukasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor
penyebab dan pencetus, pengobatan, dan prognosis.
2) Meminta keluarga pasien untuk selalu mendukung proses pengobatan, mengontrol
minum obat (sesuai petunjuk dokter, tidak menghentikan minum obat tanpa seijin
dokter), mendampingi pasien dan menjaga kondisi stabil pasien,
2. Psikoterapi suportif
a. Memberikan motivasi kepada pasien untuk bercerita kepada keluarga atau teman
terdekat mengenai masalahnya.
b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan sesuai
petunjuk dokter.
c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk melakukan berbagai aktivitas yang
produktif untuk mengurangi dan mengalihkan beban pikiran yang selama ini
dianggap suatu masalah, seperti lebih rajin beribadah dan membaca kitab suci.
d. Memberikan motivasi kepad pasien untuk belajar mengendalikan keinginan atau
emosi yang dimiliki agar menjadi lebih tenang dan tidak memicu timbulnya gejala-
gejala lain.
3. Sosioterapi
Meminta keluarga untuk memberikan penjelasan kepada orang-orang di lingkungan
sekitar rumah ataupun saudaranya agar menganggap gangguan jiwa sama dengan
gangguan kesehatan yang lain dan tidak perlu diberi stigma negatif.

Anda mungkin juga menyukai