20
Universitas Sriwijaya
21
metode shovel and truck (menggunakan excavator dan dump truck). Pada metode
BWE system ini sepenuhnya dilaksanakan oleh pihak PT.BA sedangkan pada
metode shovel and truck dilaksanakan oleh pihak ketiga (kontraktor) yaitu PT.Pama
Persada Nusantara.
Metode continuous mining menggunakan BWE system ini merupakan
metode andalan PTBA karena yang memiliki alat ini di Indonesia hanyalah PTBA
yang dibeli dari Jerman. Semua hasil penggalian batubara dari TAL dan MTB akan
di tampung di stockpile dan kemudian dikirim ke TLS (Train Loading Station) 2.
Melalui TLS ini kemudian batubara dimuat ke gerbong untuk kemudian dipasarkan
melalui pelabuhan Tarahan (Lampung) dan dermaga Kertapati (Palembang)
menggunakan kereta api dengan rangkaian 50 gerbong ke Tarahan dan 35 gerbong
ke Kertapati. Tetapi pada saat ini BWE system pada lokasi Tambang Air Laya hanya
berfungsi sebagai reclaimer saja.
2. Muara Tiga Besar (MTB)
MTB memiliki luas area 3300 Ha. Pada tambang ini, operasi penambangan
dilakukan menggunakan metode shovel-truck dan BWE system. Pada Muara Tiga
Besar dibagi menjadi dua yaitu Muara Tiga Besar Utara dan Muara Tiga Besar
Selatan, dimana pada Muara Tiga Besar Utara penambangan dikerjakan oleh PTBA
menggunakan peralatan BWE system dan pada Muara Tiga Besar Selatan dikelola
oleh PT. Pama Persada Nusantara yang diawasi oleh PTBA.
3. Banko Barat
Tambang Banko Barat memiliki Luas WIUP 4500 Ha. Tambang Banko
Barat saat ini terdiri atas 4 lokasi penambangan, yaitu Pit 1 Timur, Pit 1 utara, Pit 2
dan Pit 3 Timur, dimana penambangan tersebut dengan menugggnakan jasa
kontraktor PT, dalam hal peminjaman alat berat dengan sistem sewa per jam. PT.
BKPL dan PT. SBS, dengan sistem contracti mining yang diawasi oleh PTBA.
Proses penambangan yang dilakukan menggunakan metode kombinasi antara
shovel dan truck. Nilai kalori batubara yang terdapat di Banko Barat berkisar antara
5000-5200 kkal/kg (adb).
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Gambar 4.1. Peta geologi regional tanjung enim (Satker eksplorasi rinci PTBA
2018)
Universitas Sriwijaya
25
Kedua cekungan ini dibatasi oleh suatu tinggian yang mempunyai arah
Timur Laut-Barat Daya melalui bagian Utara Pegunungan Tiga Puluh. Cekungan-
cekungan yang bentuknya asimetrik dibatasi di sebelah Barat Daya oleh sesar-sesar
serta singkapan-singkapan batuan Pra-Tersier yang terangkat sepanjang kawasan
kaki Pegunungan Barisan, dan di sebelah Timur Laut dibatasi oleh formasi sedimen
dari paparan Sunda. Di sebelah Selatan dan sebelah Timur, daerah cekungan
dibatasi oleh daerah tinggian Lampung. Pada Cekungan Sumatera Selatan dan
Jambi terdapat beberapa bentuk struktur akibat aktivitas tektonik Tersier Pulau
Sumatera yang terdiri dari beberapa periode tektonik (Sukendar, 1985).
Tatanan stratigrafi Sub Cekungan ini pada dasarnya terdiri dari satu
siklus besar sedimentasi dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase
regresi pada akhir siklusnya. Secara detail siklus ini dimulai oleh siklus non
marin yaitu dengan diendapkannya Formasi Lahat pada Oligosen Awal dan
Universitas Sriwijaya
26
kemudian diikuti oleh Formasi Talang Akar yang diendapkan secara tidak
selaras di atasnya.
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
29
Universitas Sriwijaya
30
menjadi empat sub-bagian, yang diberi nama (dari bawah ke atas) M1, M2, M3,
dan M4. Dari empat sub - bagian itu lapisan M2 dan M4 mengandung lapisan
batubara yang paling ekonomis dan potensial secara ekonomis. Unit M1
merupakan lapisan yang paling bawah dari Formasi Muara Enim mengandung
dua lapisan, Keladi dan Merapi. Unit M2 mengandung mayoritas dari
sumberdaya batubara di Tanjung Enim. Lapisan lapisan itu diberi nama dengan
urutan dari bawah yang potensial untuk ditambang ada beberapa lapisan batubara
utama. Stratigrafi unit M2 (dari tua ke muda) adalah:
1. Lapisan Petai (C) yaitu lapisan batubara dengan ketebalan 7,0 - 14,6 m dan
dijumpai sisipan tipis batulempung/batulanau karbonan dimana beberapa
tempat mengalami pemisahan (split) menjadi C1 dan C2 dengan ketebalan
masing-masing 5,0 - 10,1 m. Di atas lapisan batubara C ini ditutupi oleh
batupasir lanauan yang sangat keras dengan ketebalan 25,0 - 44,0 m (disebut
sebagai overburden B2 - C).
2. Lapisan Suban (B) yaitu lapisan batubara dengan ketebalan sekitar 17,0 m di
beberapa tempat mengalami pemisahan (split) menjadi B1 dan B2 dengan
ketebalan masing-masing 8,0 - 14,55 m dan 3,0 - 5,8 m. Di antara kedua
lapisan ini dijumpai batulempung dan batulanau dengan tebal 2,0 –5,0 m
(disebut interburden B2 - B1), sedangkan di atas lapisan batubara B atau B1
ditutupi oleh batulempung dengan ketebalan 15,0 - 23,0 m yang berinterkalasi
dengan batupasir dan batulanau (disebut interburden B1 - A2) serta dijumpai
adanya lapisan tipis (0,4 - 0,6 m) batubara atau batulempung karbonan yang
dikenal sebagai Suban Marker.
3. Lapisan Mangus Lower (A2) yaitu lapisan batubara dengan ketebalan sekitar
9,8 -14,7 m dijumpai sisipan tipis batulempung sebagai lapisan pengotor
(clayband). Di atas lapisan batubara A2 ini ditutupi oleh batulempung tuffaan
dengan ketebalan 2,0 - 5,0 m disebut sebagai interburden A2 - A1.
4. Lapisan Mangus Upper (A1) yaitu lapisan batubara dengan ketebalan sekitar
5,0 -13,25 m, Di atas lapisan batubara A1 ini ditutupi oleh batulempung
bentonitan dengan ketebalan sekitar 70 - 120 m disebut sebagai overburden
A2 - A1, dimana pada lapisan penutup ini dijumpai adanya lapisan batubara
yang dikenal sebagai lapisan batubara gantung (Hanging Seam).
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya
32
Tabel 3.1. Jumlah Cadangan Batubara Terukur Banko Barat (PT. Bukit Asam Tbk.
2019)
Tabel 3.2. Penggolongan kualitas batubara PT Bukit Asam, Tbk. (PT. Bukit Asam
Tbk. 2018)
1 Meta Anthracite -
Anthracite 2 Anthracite Suban
3 Semi-Anthracite Air Laya
1 Low Volatile Bituminuous -
2 Medium Volatile Bituminuous -
High Volatile Bituminuous Coal Air Laya dan
3
Bituminuous A Bukit Kendi
High Volatile Bituminuous Coal
4 -
B
High Volatile Bituminuous Coal
5 -
C
1 Sub-bituminuous Coal A Air Laya
Sub-bituminuous 2 Sub-bituminuous Coal B Muara Tiga Besar
3 Sub-bituminuous Coal C Banko Barat
Universitas Sriwijaya
33
Universitas Sriwijaya
34
tidak tererosi. Kegiatan ini sudah berakhir, sehingga tidak dapat dilakukan
pengamatan secara langsung.
Universitas Sriwijaya
35
Universitas Sriwijaya
36
Universitas Sriwijaya
37
Kapasitas dump truck dengan bak terbuka rata-rata adalah 11 ton sedangkan
dump truck dengan bak tertutup adalah 16-17 ton. Dibutuhkan 6 kali pengisian
dengan backhoe pada dump truck dengan vessel tertutup sedangkan pengisian pada
dump truck dengan vessel terbuka adalah 4 kali.
Teknik yang digunakan untuk memuat batubara pada pit 2 adalah dengan
teknik top loading, dimana alat muat berada di tumpukkan material. Sedangkan
posisi pemuatan batubara dari backhoe ke dump truck menggunakan Single
Spotting/Single Truck Back Up, yaitu truk kedua menunggu selagi alat muat
memuat ke truk pertama, setelah truk pertama berangkat, truk kedua berputar dan
mundur. Saat truk kedua dimuat, truk ketiga datang melakukan manuver dan
seterusnya.
Universitas Sriwijaya
38
2. Penirisan Tambang
Pada musim hujan, air dapat tergenang pada front tambang dan dapat
menghambat produktivitas penambangan sehingga dibutuhkan penanganan yang
tepat. Di pit 2, terdapat pompa untuk mengalirkan air yang tergenang menuju sump.
Dilapangan sendiri, untuk melakukan kegiatan pemompaan dilakukan pada saat
level air yang ada di sump inpit sudah mengalami kenaikan yang cukup tinggi dan
beresiko untuk mengganggu aktivitas penambangan.
Salah satu upaya pencegahan pembentukan air asam tambang (AAT) adalah
dengan pembangunan lapisan penutup material reaktif, umumnya dikenal sebagai
Potentially Acid Forming (PAF) material, dengan material yang tidak reaktif, Non
Acid Forming (NAF) material, tanah, atau material alternatif seperti Geosyntetic
Clay Liner (GCL). Lapisan ini dikenal juga dengan sebutan dry cover system.
Universitas Sriwijaya
39
Universitas Sriwijaya
40
4.8.2. Produktivitas Dump Truck Hino 500 FM 260 JD Dengan Jarak Angkut
5000m
n Kb Eff Fb Sf 3600
P density batubara.......... (4.2)
CT
Universitas Sriwijaya
41
4.8.3. Menghitung Keserasian Kerja (Match Factor) Alat Gali Muat dan
Angkut Batubara
Hasil keserasian kerja alat (Match Factor) diupayakan mendekati angka 1
agar memaksimalkan kegiatan produksi. Berikut merupakan perhitungan faktor
keserasian kerja alat antara alat muat backhoe Kobelco SK480 dan alat angkut dump
truck Hino 500 FM pada front penambangan di Pit 2 Banko Barat.
.....(4.3)
Diketahui :
a. Jumlah alat angkut dumptruck Hino 500 FM 260 JD = 8 unit
b. Jumlah alat gali-muat excavator backhoe Kobelco SK480 = 1 unit
c. Waktu edar alat gali-muat = 19,35 detik (Lampiran F)
d. Waktu edar alat angkut = 1318,909 detik (Lampiran F)
e. Banyak pengisian (n) = 6 kali
Untuk menghitung faktor keserasian kerja alat gali-muat dengan alat angkut
(match factor) dapat menggunakan persamaan (4.3).
8 𝑥 6 𝑥 19,3
MF = = 0,7
1 𝑥 1318,909
Universitas Sriwijaya
42
Jadi, sesuai dengan pengamatan di lapangan, maka alat gali muat (backhoe
Kobelco SK480) yang menunggu alat angkut untuk datang. (MF<1).
𝑁 𝑥 6 𝑥 19,3
1=
1 𝑥 1318,909
N = 11 dump truck
Maka dibutuhkan penambahan dump truck sebanyak 3 dump truck untuk
mencapai match factor = 1
.......................................................(4.4)
Diketahui:
Kapasitas Bucket (Kb) = 16,0m3 (Lampiran C)
Faktor Bucket (Fb) = 1,1 (Lampiran D)
Swell Factor (Sf) = 0,85 (Lampiran E)
Effisiensi excavator (Eff) = 0,75 (Lampiran D)
Cycle Time (Ct) = 31,55 detik (Lampiran F)
Universitas Sriwijaya
43
4.8.4. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Belaz 75135 Untuk Overburden
Dengan Jarak Angkut 2600m
........................................................(4.5)
Diketahui:
Jumlah Pengisian (n) = 5 kali
Kapasitas Bucketexcavator (Kb) = 16 m3 (Lampiran C)
Faktor Bucketexcavator (Fb) = 1,1 (Lampiran D)
Swell Factor (Sf) = 0,85 (Lampiran E)
Effisiensi dumptruck (Eff) = 0,75 (Lampiran D)
Cycle Time (Ct) = 1573,58 detik (Lampiran F)
4.8.5. Menghitung Keserasian Kerja (Match Factor) Alat Gali Muat dan
Angkut Overburden
................(4.6)
Universitas Sriwijaya
44
Diketahui:
Jumlah alat angkut dumptruck Belaz 75135 = 6 unit
Jumlah alat gali-muat excavator backhoe Komatsu PC3000 = 1 unit
Waktu edar alat gali-muat = 31,55 detik (Lampiran F)
Waktu edar alat angkut = 1573,58 detik (Lampiran F)
Banyak pengisian (n) = 5 kali
Untuk menghitung faktor keserasian kerja alat gali-muat dengan alat angkut
(match factor) dapat menggunakan persamaan (4.12).
5 𝑥 6 𝑥 31,55
MF =
1 𝑥 1573,58
MF = 0,6
Jadi, sesuai dengan pengamatan di lapangan, maka alat gali muat (excavator
Komatsu PC 3000) yang menunggu alat angkut untuk datang. (MF<1).
Untuk mendapatkan jumlah dump truck agar mencapai match factor = 1,
maka dimasukkan persamaan berikut:
𝑁 𝑥 6 𝑥 31,55
1=
1 𝑥 1573,58
N = 8 dump truck
Universitas Sriwijaya
45
Tabel 4.1. Rekapitulasi produktivitas alat gali-muat dan angkut batubara per jam
Universitas Sriwijaya