Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan bayi adalah matur, sehat dan terbentuk sempurna pada saat lahir, tetapi
dalam presentase kecil tidaklah demikian. Bagi mereka yang mengalami hal demikian,
deteksi dan penanganan awal terhadap masalah adalah penting.Sebetulnya semua bayi yang
berkembang dibawah normal disebut premature kemudian diketahui bahwa baik usia gestasi
dan pertumbuhan yang diukur melalui berat badan merupakan indicator penting terhadap
derajat resiko yang sesuai. Berbicara sesuai umum, bayi paterm dan mereka dengan BBLR
memiliki tingkat mortalitas yang tinggi dibandingkan dengan bayi lahir fullterm dengan berat
badan yang sesuai. Bayi yang memiliki masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan
biasanya mengalami gangguan pernafasan, neurology dan terminal.Namun belakangan ini
teknologi kedokteran sangat maju. Jaman dulu bayi prematur yang lahir usia 6 bulan ke
bawah (25 minggu atau kurang) hamper tidak ada harapan hidup sama sekali. Boleh dibilang
hampir semuanya mati. Karena kemajuan kedokteran sekarang, bayi lahir prematur sekitar 6
bulan bisa dipertahankan hidupnya.
Pada mulanya tim dokter dan orang tua senang dengan adanya teknologi ini. Mereka
bisa menyelamatkan nyawa bayi yang pada jaman dulu sudah hampir pasti akan mati jika
lahir usia kandungan 25 minggu atau kurang. Karena teknologi ini sangat baru, efeknya tidak
terlalu diketahui. Sampai pada akhirnya ada yang mempelajari efek bayi prematur. Dan
hasilnya bahwa bayi prematur yang diselamatkan dahulu hanya 25% yang bisa dianggap
nomal. Dari jumlah yang sedikit itupun, sebagian besar kecerdasannya sangat terbatas
(bodoh). 75% sisanya mengalami berbagai macam kelainan, dari gagal ginjal, problem
dengan jantung, sampai pada keterbelakangan mental akut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Vital Statistik
a. Berat badan bayi baru lahir tergantung dari factor nutrisi, genetic dan factor intrauterine
selama kehamilan. Pengelompokan berat badan bayi baru lahir membantu dalam
mengidebtifikasi risiko terhadap neonatus karena berat badanyang kecil kemungkinan
memiliki masa gestasi yang kecil. Bayi matur memiliki berat badan kira – kira 3,4 kg pada
perempuan dan 3,5kg pada laki – laki. Batas berat badan terendah bagi bayi matur adalah 2,5
kg. bayi dengan berat badan lahir sekitar 4,7 kg harus dicurigai terhadap adanya diabetes
mellitus pada ibunya. Sekitsr 75 % - 95 % berat badan bayi merupakan cairan tubuhnya. Bayi
akan kehilangan cairan sekitar 5 % - 10 % pada beberapa hari pertama setelah kelahiran.
Setelah mengalami kehilangan cairan yang inisial, maka bayi akan mengalami berat badan
yang stabildalam waktu 10 hari. Kemudian akan bertambah sebanyak 6 – 8 ons/ minggu pada
6 bln pertama kelahiran.
b. Panjang badan bayi baru lahir kira – kira 53 cm pada perempuan dan pada bayi laki – laki
memiliki panjang badan 54 cm.
c. Lingkar kepala baru lahir adalah 34 – 35 cm. Bayi baru lahir dengan lingkar kepala lebih
dari 37 cm atau kurang dari 33 cm harus diidentifikasi mengenai adanya kelainan neurology.
Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita ukur yang dilakukan pada tengah – tengah dahi
sehingga kepala belakang dapat terukur.
d. Lingkar dad pada bayi baru lahir adalah 2 cm kurang dari lingkar kepala. Pengukuran
dilakukan tepat diatas nipple, yakni tonjolan berpigmen pada permukaan anterior kelenjar
mamae. Dikelilingi oleh areola, tempat keluarnya air susu dari payudara.
2. Tanda Vital
a. Temperature
Suhu tubuh bayi baru lahir adalah 37,2 ˚C, suhu tubuh ini dapat menurun dengan cepat
karena kehilangan panas. Kehilangan panas pada bayi baru lahir melalui 4 cara, yaitu :
1) Konfeksi
Adalah kehilangan panas dari permukaan tubuh menuju udara sekitar yang lebih dingin.
2) Konduksi
Adalah transfer panas pada obyek/ benda yang lebih dingin tanpa kontak denagn tubuh bayi.
3) Radiasi
Adalah transfer panas pada obyek yang lebih dingin tanpa kontak dengan tubuh bayi.
4) Evaporasi
b. Nadi
Tekanan nadi fetus yang masih dalam kandungan adalah 120 – 160 bpm. Segera setelah lahir,
dimana bayi akan berjuang untuk bernafas, maka denyut jantung menjadi cepat sekitar 180
bpm. Beberapa jam setelah lahir, denyut jantung akan stabil sekitar 120 – 140 bpm. Denyut
jantung pada bayi baru lahir biasanya irregular karena kardiolegulator di medulla belum
matang. Murmur biasanya terjadi akibat penutupan inkomplit pada sirkulasi. Pada saat
menangis, denyut jantung menjadi 180 bpm dan pada saat tidur 90 – 110 bpm.
c. Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir adalah 80X/ mnt, setelah beberapa menit kehidupan. Setelah
aktivitas pernafasan dipertahankan, maka menjadi stabil sekitar 30 – 60X/ mnt dalam
keadaan istirahat. Kedalaman ritme masih irreguler dan terjadi apnea yang singkat tanpa
sianosi yang disebut pernafasan periodik dan merupakan keadaan normal. Reflek batuk dan
bersin pada bayi baru lahir dilakukan untuk membersihkan saluran nafas.
d. Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir adalah 80/ 46 mmHg. Setelah 10 hari akan meningkat ketika
bayi menangis.
B. Definisi Penyakit
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram. Bayi baru lahir berat
badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut bayi prematur.
Bayi premature adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Donna L Wong 2004)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke-37, dihitung dari mulai hari
pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek (Nelson. 1998
dan Sacharin, 1996)
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan WHO,
belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari
terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan. 2007)
Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu. (Hassan, Rusepno. 2005)
D. Etiologi
Penyebab terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak diketahui. 15% dari kelahiran
prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam rahim terdapat lebih dari 1 janin). Di
negeri maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah sekitar 6% - 7%, sedangkan di
negeri yang sedang berkembang angka kematian ini kurang lebih 3X lipat.
1. Faktor ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada
multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia
ibu antara 26 – 35 tahun.
d. Ibu mengalami pendarahan yang jika tidak ditangani denagn mengakhiri kehamilan dapat
membahayakan jiwa ibu dan bayi
i. Stress
j. Ibu pernah mengalami keguguran (abortus) atau melahirkan bayi premature pada riwayat
kehamilan sebelumnya. (Hassan, Delina. 2006)
Lemahnya bagian bawah rahim atau disekitar mulut rahim (serviks) sehingga rahim akan
terbuka sebelum usia kehamilan mencapai 38 minggu.
l. Faktor uterus
m. Kelainan bentuk rahim, misalnya uterus lebih berbentuk seperti buah pear, atau uterus
terpisah menjadi dua ruang (Uterus Bifidus)
p. Pemeriksaan kehamilan
a. Kehamilan ganda
d. Gawat janin
e. Infeksi
E. Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara jelas. Data statistik
menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi
rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan
antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan,
infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi
prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa
menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayiuntuk keluar
sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh
bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus
untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.
F. Penatalaksanaan medis
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan yang
dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila
dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan
lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang
cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit,
sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat
badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C.
Kelembapan incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan
pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1˚C
perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia dapat di
letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator
tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol –
botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur
bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan
memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini
digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai
digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat
ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan
cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya.
Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk pengawasan mengenai
keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya
sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan
dapat dilaksanakan secepatnya.
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal ini
disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu
memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi
untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu dukungan dari
keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara
memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat langsung
disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI belum mencukupi dapat
diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari.
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks hisap belum
baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12
kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks
hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih
sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan
protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah
sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian
minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal ini
perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan
cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya
bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama
pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik
intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan jumlahnya dapat
ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah
60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh
terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis
serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan tindakan
pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi,
program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan
antenatal dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta
tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik
harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering
terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang
berhubungan dengan bayi.
1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena
infeksi
3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama seorang
bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan
antisptik)
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan
7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai
kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan
dengan menggunakan pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang
mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang
lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi beradaptasi
dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi
biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan
patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati
sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara
umum.(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu –
ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang
proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan.
Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang
terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat
pertumbuhan berat anak.
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati
– hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan
terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan
kebersihan kamar.
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan
dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus
BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke
dokter.
F. Pemeriksaan penunjang
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar PaCO2 35 – 45
mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
v Hb (Hemoglobin)
Menurut :
Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
v Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 – 225.000/
mm³.
v Trombosit
Adalah 14 – 27 mEq/ L
v MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
G. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Demografi
1) Sirkulasi
o ”Maaf bu, saya mau memeriksa nadi bayi ibu apakah normal atau tidak?” (Nadi apical
mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal 120 sampai 160 dpm)
o Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA)
2) Makanan / cairan
o ”Apakah bayi ibu mau menyusu saat bayi ibu menangis karena merasa kehausan?”
(Disesuaikan denga berat badan bayi kurang dari 2500 gram)
3) Neurosensori
o ”Kalau saya boleh tahu, bisa ibu ceritakan tentang bentuk badan bayi ibu?” (Tubuh
panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut)
o ”Apakah antara bentuk kepala dengan badan lebih besar bentuk kepalanya?” (Ukuran
kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan, fontanel
mungkin besar atau terbuka lebar)
o ”Apakah pada saat melihat mata bayi ibu bisa melihat ke kanan dan kekiri, atau bisa
melihat ke atas?” (Dapat mendemontrasikan kedutan mata berputar)
o ”Apakah kelopak matanya terlihat agak bengkak?” (Edema kelopak mata umum mungkin
terjadi, mata mungkin merapat (tergantung pada usia gestasi))
Ø Refleks sucking / menghisap, menelan dan bernafas biasanya terbentuk pada usia gestasi
minggu ke-32
Ø Refleks moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada
gestasi minggu ke-28
Ø Komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi
minggu ke-32
4) Pernafasan
o ”Waktu bernafas apakah bayi ibu nafasnya agak tersengal – sengal?” (Pernafasan mungkin
dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermitten atau periodik (40 – 60 x/ mnt))
o ”Kadang terdengar suara seperti mengorok tidak bu sewaktu bayi ibu sedang tidur?”
(Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, atau berbagai
derajat sianosis mungkin ada)
o Adanya bunyi ”ampelas” pada auskultasi, menandakan sindrome distres paernafasan (RDS)
5) Keamanan
o ”Apakah bayi ibu kadang – kadang tubuhnya terasa panas kemudian panasnya turun lagi?”
(Suhu berfluktasi dengan mudah)
o Bu, bagaimana suara tangisan anak ibu? Keras atu pelan? (Menangis mungkin lemah)
o ”Muka bayi ibu terlihat agak bengkak tidak?” (Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput
suksedaneum)
o ”Kulit pada bayi ibu tampak merah tidak bu?” (Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah muda / kebiruan akrosianosis atau sianosis pucat)
o ”Apakah tangan dan kaki pada bayi ibu terlihat agak bengkak?” (Ekstremitas mungkin
tampak edema)
o ”Apakah ada atau tidak garis pada telapak tangan bayi ibu?” (Garis telapak tangan mungkin
ada mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak)
o ”Apakah kuku – kuku pada bayi ibu tampak lebih pendek?” (Kuku mungkin pendek)
6) Seksualitas
o ”Maaf bu, bisa sebutkan berapa usia ibu sekarang” (Usia muda)
o ”Maaf kalau boleh tau apakah penghasilan dari suami ibu bisa mencukupi semua kebutuhan
keluarga” (Latar belakang sosial ekonomi rendah)
o Gestasi multiple
o ”Pada saat hamil apakah kebutuhan makanan sehat ibu bisa terpenuhi?” (Nutrisi buruk)
o ”Apakah pada saat melahirkan dulu usia kandungan ibu juga belum cukup bulan?”
(Kelahiran preterm sebelumnya)
o Adanya infeksi
2. Diagnosa keperawatan
o Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan imaturitas
produksi enzim, reflek lemah
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media
Asculapius FKUI
Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta : Bagian IKA FKUI