Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Lansia dengan Asam Urat


II.1.1 Pengertian Lansia
Masa lansia adalah periode perkembangan yang mulai masuk pada usia 60
tahun dan berakhir dengan kematian. Masa ini adalah masa menurunnya kekuatan
dan kesehatan sehingga harus mulai menyesuaikan diri (Santrock, 2011). Lanjut usia
merupakan kejadian yang sudah pasti akan dilalui oleh semua orang yang dikarunia
usia panjang (Murwani, 2011). Tahap lansia adalah tahap siklus akhir hidup manusia
dan merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindari dan akan
dialami oleh siapapun. Masuk pada tahap ini seseorang akan mengalami banyak
perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi serta kemampuan yang pernah dimilikinya.
Asam urat adalah berbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil akhir dari
metabolism purin yang berbentuk nucleoprotein, merupakan salah satu komponen
asam nukleat yang terdapat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh (Rahmatul, 2015).
Penyakit asam urat adalah penyakit yang timbul akibat kadar asam urat yang
berlebihan. Yang menyebabkan kadar asam urat berlebihan adalah produksi asam urat
didalam tubuh lebih banyak dari pembuangannya. Yang menyebabkan produksi asam
urat didalam tubuh berlebihan adalah faktor genetik (bawaan), faktor makanan, dan
faktor penyakit, misalnya kanker darah (kertia, 2009).
Menurut WHO terdapat empat tahap batasan umur yaitu masuk usia
pertengahan (middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60 - 74
tahun, dan usia lanjut usia (old) antara 75 - 90 tahun, serta usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun. Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas”.
b. (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut: usia pertengahan
(middle age) ialah 45 - 59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60 - 74 tahun,
lanjut usia tua (old) ialah 75 - 90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas
90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI), terdapat empat fase yaitu : pertama
(fase inventus) ialah 25 - 40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40 - 55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55 - 65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro
Masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia
(getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old
(70 - 75 tahun), old (75 - 80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).

II.1.2 Konsep Penuaan Sistem Perkemihan dan Muskuloskeletal


Seiring bertambahnya usia seseorang akan menimbulkan perubahan-perubahan
pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada
pada tubuh manusia sehingga menyebabkan sebagian besar lansia mengalami
kemunduran atau perubahan pada fisik, psikologis, dan sosial (Sya’diyah, 2018).
Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada lansia yaitu perubahan dalam memasuki
usia tua, dimana lansia akan mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik
yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan
kurang lincah (Sunaryo, 2016). Adapun kemunduran fisik lainnya seperti kehilangan
salah satu anggota tubuh yang mengakibatkan penurunan kemampuan
mempertahankan keseimbangan postural atau keseimbangan tubuh lansia. Berikut
perubahan fisik yang terjadi pada lansia.
Sistem perkemihan pada usia lansia, terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi
buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria
(Effendi, 2009). Sedangkan pada sistem muskuloskeletal usia lansia terjadi
perubahan pada tulang. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis,
pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan menjadi
kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, serta atrofi serabut otot (Effendi,
2009).

II.1.3 Penyebab
Faktor utama penyebab gout adalah terjadinya hiperurisemia. Hiperurisemia
tersebut juga dipicu oleh:
a. Meningkatnya produksi asam urat
Asam urat merupakan hasil akhir dari proses katabolisme zat purin dalam sel
tubuh. Produksi asam urat sangat bergantung pada keberadaan
purin.Semakin banyak kandungan zat purin dalam tubuh maka produksi
asam urat otomatis juga akan meningkat. Zat purin alami juga dihasilkan
oleh tubuh, hanya saja jumlah zat purin yang dihasilkan tubuh sangat
terbatas.Tidak melebihi 85% dari keseluruhan kebutuhan zat purin dalam
tubuh. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan tubuh diperlukan
konsumsi zat purin dari makanan lain. Jadi sekitar 15% kebutuhan purin di
dalam darah ditentukan dari konsumsi makanan yang mengandung
purin.Namun jika sudah melebihi 15% asupan purin di dalam tubuh, akan
menyebabkan kadar purin terlalu tinggi dan meningkatnya produksi asam
urat dan terjadi penumpukan kristal-kristal asam urat. Kadar asam urat
normal pada manusia adalah 2,4-6,0 mg/dl pada wanita dan 3,0-7,0 mg/dl
pada laki-laki. Jika kadar asam urat melebihi 7,0 mg/dl dapat dikatakan
seseorang tersebut mengalami gout.
b. Terganggunya proses pembuangan asam urat dalam tubuh
Pada kondisi normal, kelebihan asam urat akan dibuang oleh tubuh melalui
ginjal bersama dengan urine. Ginjal merupakan salah satu organ yang
fungsinya merupakan ekskresi (pembuangan).Ia berfungsi sebagai penyaring
yang membersihkan darah dari zat-zat metabolisme tubuh. Hasil
penyaringan yang masih baik untuk tubuh akan dikembalikan lagi,
sedangkan zat-zat metabolism yang bersifat racun dan tidak dibutuhkan oleh
tubuh akan dibuang dalam bentuk urine. Tetapi jika asam urat berlebih dalam
tubuh, maka beban kerja ginjal akan semakin berat. Akibatnya, kemampuan
ginjal membuang asam urat jadi bekurang.

II.1.4 Faktor Resiko


Menurut Suriana (2014) mengatakan faktor resiko penyakit gout adalah sebagai
berikut:
a. Usia
Masyarakat awam seringkali mengindetikan penyakit gout dialami oleh
mereka yang berusia di atas 50-65 tahun. Padahal, penyakit gout ini bisa
menyerang siapa saja, tidak peduli usia tua atau muda. Penyakit ini bisa
mengenai umur 30-40 tahun karena adanya hubungan dengan usia produktif
(Dewanti, 2010). Hasil penelitian Rusnoto,dkk (2015) membuktikan adanya
hubungan usia dengan kejadian nyeri sendi pada asam urat yaitu, 40%
berusia 47-61 tahun, 33,3% berusia 20-35 tahun dan 26,7% berusia 36-46
tahun.
b. Jenis Kelamin
Gout menyerang laki-laki empat kali lebih banyak daripada perempuan.
Kadar asam urat laki-laki secara alami cenderung lebih tinggi daripada kadar
asam urat wanita. Perempuan masih memiliki hormon esterogen yang
membantu pembuangan asam urat lewat urin.
a. Gaya Hidup
Gaya hidup yang tidak sehat menjadi gaya hidup yang dijalani keseharian
manusia pada era ini.
1) Pola Makan
Pola makan jelas akan berpengaruh besar terhadap kadar asam urat dalam
darah. Asupan purin yang berlebih dapat menyebabkan kadar asam urat
meningkat. Mengurangi konsumsi yang mengandung purin sangat
penting misalnya daun singkong, daun papaya, biji melinjo, jeroan,
seafood: udang, cumi, kerang, kepiting, ikan teri. Jika dikonsumsi secara
berlebihan akan meningkatkan produksi purin dalam tubuh dan
menyebabkan kadar asam urat tinggi atau hiperurisemia.
2) Konsumsi alkohol dan merokok
Alcohol dan merokok adalah dua hal yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh karena rokok merupakan pabrik racum yang merusak organ-organ
di dalam tubuh.Alcohol juga sangat berpotensi pada peningkatan asam
urat dalam tubuh. Alcohol termasuk dalam kategori minuman yang
berkadar purin tiinggi dan dapat memicu peningkatan kadarpurin dalam
darah. Alcohol ini juga dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat
urine menjadi berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan dalam
darah.
3) Kurang Tidur
Tidur merupakan saat dimana organ tubuh mendapatkan haknya
beristirahat. Tidur juga merupakan waktu ketika proses regenerasi sel-sel
tubuh berlangsung optimal. Jadi hindari kebiasaan begadang agar organ-
organ kembali melakukan kerja yang optimal saat kita beraktivitas esok
hari.
4) Kurang Berolahraga
Dengan olahraga teratur, sendi-sendi dan otot-otot tubuh bergerak aktif,
peredaran darah lancar, serta oksigen dapat menyebar dengan baik ke
seluruh jaringan tubuh.Jika tubuh kurang olahraga, akibatnya sendi dan
otot-otot gerak lebih banyak diam dan menyebabkan kaku. Sirkulasi
darah yang mengantarkan oksigen juga tidak lancar, menyebabkan rentan
terhadap serangan penyakit.
5) Genetik
Faktor keturunan atau gen merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit gout pada diri seseorang. Jika
dalam keluarga atau garis keturunan memiliki riwayat penyakit gout,
maka seseorang memiliki resiko lebih besar terkena asam urat atau gout.

II.1.5 Faktor Resiko


Faktor resiko penyakit gout adalah sebagai berikut (Suriana, 2014):
a. Usia
Penyakit gout ini bisa menyerang siapa saja, tidak peduli usia tua atau muda.
Penyakit ini bisa mengenai umur 30-40 tahun karena adanya hubungan
dengan usia produktif (Dewanti, 2010). Hasil penelitian Rusnoto,dkk (2015)
membuktikan adanya hubungan usia dengan kejadian nyeri sendi pada asam
urat yaitu, 40% berusia 47-61 tahun, 33,3% berusia 20-35 tahun dan 26,7%
berusia 36-46 tahun.
b. Jenis Kelamin
Gout menyerang laki-laki empat kali lebih banyak daripada perempuan.
Kadar asam urat laki-laki secara alami cenderung lebih tinggi daripada kadar
asam urat wanita. Selain itu kadar asam urat laki-laki juga akan bertambah
seiring bertambahnya usia. Wanita mengalami peningkatan resiko gout saat
masuk pada masa menopause, kemudian seiring usia bertambah lebih dari 45
tahun resiko mengalami gout juga semakin meningkat. Hasil penelitian yang
dilakukan Samsudin dkk (2016) responden laki-laki sebanyak 19 orang dan
perempuan sebanyak 11 orang, karena perempuan masih memiliki hormon
esterogen yang membantu pembuangan asam urat lewat urin.
c. Gaya Hidup
Gaya hidup yang tidak sehat menjadi gaya hidup yang dijalani keseharian
manusia pada era ini.
1) Pola Makan
Pola makan jelas akan berpengaruh besar terhadap kadar asam urat dalam
darah. Asupan purin yang berlebih dapat menyebabkan kadar asam urat
meningkat. Mengurangi konsumsi yang mengandung purin sangat
penting misalnya daun singkong, daun papaya, biji melinjo, jeroan,
seafood: udang, cumi, kerang, kepiting, ikan teri. Jika dikonsumsi secara
berlebihan akan meningkatkan produksi purin dalam tubuh dan
menyebabkan kadar asam urat tinggi atau hiperurisemia.
2) Konsumsi alkohol dan merokok
Alcohol dan merokok adalah dua hal yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh karena rokok merupakan pabrik racum yang merusak organ-organ
di dalam tubuh.Alcohol juga sangat berpotensi pada peningkatan asam
urat dalam tubuh. Alcohol termasuk dalam kategori minuman yang
berkadar purin tiinggi dan dapat memicu peningkatan kadarpurin dalam
darah. Alcohol ini juga dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat
urine menjadi berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan dalam
darah.
3) Kurang Tidur
Tidur merupakan saat dimana organ tubuh mendapatkan haknya
beristirahat. Tidur juga merupakan waktu ketika proses regenerasi sel-sel
tubuh berlangsung optimal. Jadi hindari kebiasaan begadang agar organ-
organ kembali melakukan kerja yang optimal saat kita beraktivitas esok
hari.
4) Kurang Berolahraga
Dengan olahraga teratur, sendi-sendi dan otot-otot tubuh bergerak aktif,
peredaran darah lancar, serta oksigen dapat menyebar dengan baik ke
seluruh jaringan tubuh.Jika tubuh kurang olahraga, akibatnya sendi dan
otot-otot gerak lebih banyak diam dan menyebabkan kaku. Sirkulasi
darah yang mengantarkan oksigen juga tidak lancar, menyebabkan rentan
terhadap serangan penyakit.
5) Genetik
Faktor keturunan atau gen merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit gout pada diri seseorang. Jika
dalam keluarga atau garis keturunan memiliki riwayat penyakit gout,
maka seseorang memiliki resiko lebih besar terkena asam urat atau gout.

II.1.6 Patofisiologi
Gout disebabkan oleh hiperurisemia atau kadar asam urat yang tinggi dalam
darah. Asam urat adalah produk metabolism RNA dan DNA.Hal ini terbentuk secara
alami dalam tubuh setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, purin
dan lemak. Biasanya dalam keadaan normal, asam urat akan pergi bersama dengan
urin. Tetapi, ketika tubuh gagal memetabolisme kadar purin yang tinggi,
menyebabkan ginjal rusak dan terjadi peningkatan kadar asam urat yang tidak dapat
dikeluarkan oleh tubuh (Milind, P et al, 2013). Terjadi penimbunan kristal urat pada
sendi akan menyebabkan iritasi lokal dan inflamasi, kristal monosodium urat yang
menumpuk akan berinteraksi dengan fagosit melalui mekanisme yang mengeluarkan
mediator inflamasi kemudian akan berinteraksi dengan membrane lipid dan protein.
Proses ini akan menginduksi pengeluaran interleukin (IL) (Widiayanto, 2014).
Inflamasi ini terjadi pada membrane synovial dan tulang rawan articular dan
menyebabkan erosi tulang rawan dan pembentukan panus, akibatnya terjadi stimulus
mekanik yang merangsang nociceptor ke serabut aferen delta menuju medulla
spinalis yang menstimulus adanya nyeri pada sendi (Muttaqin, 2016).
Peradangan pada gout merupakan reaksi penting untuk menghindari kerusakan
jaringan akibat faktor penyebab, seperti terjadinya tofus yang disebabkan akumulasi
kristal urat yang terus menerus menumpuk dan menyebabkan benjolan pada daerah
peripheral tubuh yaitu jempol kaki, tangan dan telinga (Widiyanto, 2014)

II.1.7 Tanda dan Gejala


Manifestasi atau tanda serangan gout berbeda-beda setiap tahapnya, ada yang
hanya memberikan rasa nyeri saja pada sendi sampai timbul bengkak dan kemerahan
yang akan menyebabkan rusaknya organ dan kecacatan pada daerah sendi. Menurut
Suriana (2014) manifestasi klinis gout sebagai berikut:
a. Asimtomatik
Tahap ini merupakan tahap awal dimana kadar asam urat dalam darah mulai
tinggi. Dalam tahap ini biasanya penderita tidak menyadari akan kondisinya
karena memang tidak menimbulkan gejala-gejala. Pada tahap ini penderita
mengetahui penyakit goutnya melalui pemeriksaan darah.
b. Akut
Pada tahap ini biasanya penderita hanya menduga kakinya keseleo atau
terkena infeksi, penderita biasanya tidak percaya bahwa mereka memiliki
penyakit gout (Dewanti, 2010).Pada tahap ini kristal-kristal urat sudah mulai
terbentuk sehingga merangsang organ untuk melepaskan mediator
inflamasi.Gejala-gejala yang muncul pada tahap akut ini terjadi pada malam
hari dan mendadak.Seperti rasa nyeri yang hebat, panas, gangguan gerak
pada sendi yang terserang dan hanya satu sendi saja.Dan biasanya disertai
dengan gejala demam dan menggigil.
c. Interkritial
Penderita akan merasa dalam keadaan sehat dalam jangka waktu tertentu
pada tahap ini, karena jangka waktu yang lumayan panjang menyebabkan
penderita lupa menderita gout atau tidak (Dewanti, 2010). Gejalanya akan
berhenti sementara, tetapi kadar asam urat akan terus naik bila tidak
diturunkan asam uratnya secara bertahap dan menjadi kronik.
d. Kronik
Penderita yang mengalami serangan gout selama 10 tahun atau lebih akan
menimbulkan penumpukan kristal-kristal urat yang membentuk benjolan.
Benjolan ini disebut tofus. Gejala pada tahap ini semakin parah karena
adanya tofus yang mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang
sekitarnya, dan tofus ini berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit
dari kristal urat tersebut (Dewanti, 2010). Gejala lain pada tahap ini,
persendian semakin kaku dan nyeri terus menerus, tofus semakin membesar,
dan bisa menimbulkan kecacatan secara permanen.

II.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Suriana (2014) ada tiga metode diagnosis asam urat, yakni sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pemeriksaan dengan pengambilan darah. Jika hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan bahwa kadar asam urat dalam darah di atas 7
mg/dl untuk pria dan di atas 6 mg/dl untuk wanita, dan kadar asam urat
dalam urin lebih dari 760-1000 mg/24 jam, maka orang tersebut dikatakan
menderita gout.
b. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui proses yang terjadi dalam sendi
dan tulang. Biasanya akan terdeteksi proses pengapuran yang terjadi pada
sendi.
c. Pemeriksaan cairan sendi
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan dibawah mikroskop. Pemeriksaan ini
untuk mengetahui ada tidaknya Kristal urat atau monosodium urate dalam
cairan sendi.

II.1.9 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi


Penatalakasanaan farmakologi menurut Naga (2012) pengobatan pada penyakit
gout:
a. Obat anti peradangan nonsteorid (misalnya ibuprofen)
b. Obat kortikosteroid yang disuntikkan langsung pada 1-2 sendi
c. Probenesid dan sulfinpirazon untuk menurunkan asam urat dalam darah
Selain pengobatan lewat medikasi, penyakit gout juga dapat diobati dengan cara
nonfarmakologi yang tidak menggunakan obat menurut Dewanti (2010) diantaranya
adalah:
a. Menghindari makanan mengandung purin
1) Tinggi purin (150-1000 mg/100 g bahan pangan)
Ikan teri, jeroan (hati, ginjal, otak, jantung dan paru semua ternak),
daging angsa, burung dara, telur ikan, kaldu, sarden, alcohol, ragi,
melinjo, emping dan makanan yang diawetkan (kaleng kornet, sarden).
2) Sedang (50-100 mg/100 g bahan pangan)
Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi 50 g/hari.Ikan tongkol, tenggiri,
bawal, bandeng, daging sapi, daging ayam, sea food (kerang, udang,
cumi, kepiting), asparagus, kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang
kol, buncis, tahu, tempe.
3) Rendah purin (0-100 mg/100 g bahan pangan)
Nasi, roti, macaroni, mie, creackers, susu, keju, telur, sayuran dan buah
kecuali alpukat dan durian.
b. Hindari minuman dan makanan beralkohol.
c. Pada orang gemuk dianjurkan menurunkan berat badan.
d. Banyak minum air putih untuk membantu pembuangan purin dalam tubuh,
minum minimal 10 gelas sehari.
e. Menghindari pemakaian sendi berlebihan saat terjadi serangan gout.
f. Mengistirahatkan sendi yang terserang, menggunakan bidai atau bebat
elastic bila perlu.
g. Melakukan terapi panas (diatermi, ultrasound, atau paraffin bath) untuk
mengurangi kekejangan otot dan melancarkan peredaran darah disekitar
sendi yang nyeri.

II.1.10 Komplikasi
Menurut Suriana (2014) tingginya kadar asam urat dalam tubuh dapat
menyebabkan multiple effect, yang menyebabkan banyak organ mengalami
kerusakan. Berikut komplikasinya yaitu:
a. Batu Ginjal
Jika asam urat dalam darah terlalu tinggi dan proses penyaringan dalam
ginjal berkurang dalam waktu yang lama, asam urat yang terendap akan
membentuk Kristal-kristal dalam ginjal. Karena semakin lama terjadi
penumpukan, kristal inilah yang akhirnya membentuk batu ginjal.
b. Jantung Koroner
Penyakit jantung adalah salah satu resiko dari tingginya kadar asam urat
dalam tubuh. Penyebab utama serangan jantung ini adalah terjadinya
penyumbatan pada pembuluh darah arteri atau nadi coroner. Hubungan
antara jantung coroner dan asam urat adalah terdapatnya kristal asam urat
yang dapat merusak pembuluh nadi koroner dan menyebabkan pasokan
oksigen lewat darah ke seluruh tubuh berkurang.

II.2 Konsep Intervensi Nyeri


II.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses dalam pengumpulan data untuk mengidentifikasi status kesehatan
klien ( Sunaryo dkk, 2016). Tujuan melakukan pengkajian agar dapat menentukan
kemampuan memelihara diri sendiri, memberikan kesempatan kepada klien
berkomunikasi dan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang kemudian dibuat
rencana keperawatan.

II.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data objektif dan subjekstif untuk
menentukan diagnosis keperawatannya (Sunaryo dkk, 2016). Diagnosa utama pada
masalah kesehatan asam urat adalah:
Diagnosa keperawatan: Nyeri akut b.d proses penyakit (gout)

II.2.3 Intervensi Keperawatan


Terapi dilakukan setiap hari sampai sakit mereda atau hilang. Untuk
menghindari kambuhnya nyeri asam urat, lakukan terapi secara rutin minimal 1
minggu 3 kali terutama ketika musim dingin dengan tekanan pada setiap titik
akupresur sebanyak 60 putaran berlawanan dengan jarum jam, dalam pemijatan
sebaiknya jangan terlalu keras dan membuat pasien kesakitan. (Radyanto, I. 2012).
Menurut Sunaryo dkk (2016), intervensi keperawatan adalah suatu tindakan
yang direncanakan untuk membantu klien meningkatkan kesehatan saat ini menjadi
kesehatan yang diinginkan sesuai hasil yang diharapkan. Rencana keperawatan
membantu klien memperoleh kesehatan pada tingkat yang lebih tinggi. Intervensi
keperawatan untuk lansia yang mengalami nyeri akibat asam urat yaitu adalah:
Mandiri:
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
2. Berikan matras atau kasur yang keras. Tingikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
3. Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat ditempat tidur sesuai indikasi
4. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak ditempat
tidur, sokong sendi yang sakit diatas dan dibawah, hindari gerakan yang
menyentak.
5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang sakit.
6. Berikan masase yang lembut
Kolaborasi:
7. Beri obat anti nyeri sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai
indikasi.

II.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan yang dilakukan dari sebuah
rancangan keperawatan yang sudah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan asuhan
keperawatan bertujuan untuk menerapkan rencana tindakan yang dibuat:
1. Melanjutkan pengkajian
2. Melakukan tindakan keperawatan yang direncanakan
3. Bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
4. Terminasi
II.2.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan bertujuan untuk mengetahui tingkat pekembangan dari
implemetasi yang telah dilakukan (Sunarto dkk, 2016). Antara lain dengan:
1. Kumpulkan data respon klien
2. Bandingkan respon dengan cerita
3. Analisa pencapaian tujuan
4. Modifikasi rencana keperawatan bila perlu.

II.3 Konsep Terapi Akupresur


II.3.1 Pengertian
Akupresur adalah sebuah ilmu penyembuhan dengan cara menekan, memijat,
mengurut pada bagian tubuh dengan maksud mengaktifkan kembali peredaran energi
vital atau Chi (Sukanta, 2010). Akupresur merupakan seni penyembuhan dengan
menggunakan jari untuk menekan titik-titik penyembuhan yang dapat merangsang
kemampuan tubuh untuk penyembuhan diri secara alami. Terapi akupresur dapat
digunakan untuk mengurangi ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan
memungkinkan relaksasi yang mendalam. Terapi akupresur juga bisa memperkuat
ketahanan tubuh terhadap penyakit dan meningkatkan kesehatan (Wong,2011).
Kesimpulannya adalah akupresur merupakan suatu system penyembuhan dengan cara
menekan atau memijat titik-titik dimana titik tersebut dapat merangsang kemepuan
tubuh untuk proses penyembuhan dari sebuah masalah kesehatan.

II.3.2 Manfaat Akupresur


a. Melancarkan energi vittal di tubuh yaitu dimaksudkan untuk menyelaraskan
energi vital tubuh atau sumber daya kekuatan tubuh (chi), sumber daya kekuatan
tubuh (prana) maupun tenaga dalam yang terdiri dari unsur yin dan yang.
b. Memblok reseptor nyeri ke otak yaitu menghambat atau menghalangi reseptor
nyeri yang merangsang susunan saraf pusat yang menyebabkan timbulnya nyeri.
c. Menyebabkan pelepasan endorphine yaitu tekanan pada ttitik akupresur dapat
merangsang susunan saraf pusat yang dapat melepaskan endorphine yang bisa
mengurangi nyeri, (Rozikin, 2008).

II.3.3 Indikasi Terapi Akupresur


Indikasi terapi akupresur untuk mengatasi beberapa kondisi nyeri seperti :Sakit
kepala tipe tegang , migren, sakit gigi, nyeri sendi, depresi dan kecemasan, nyeri
tulang belakang.
Kriteria asam urat yang dibolehkan tindakan terapi akupresur:
1. Persendian terasa ngilu, nyeri, kesemutan, linu bahkan hingga sampai bengkak dan
kemerahan dikarenakan asam urat sudah mulai meradang.
2. Nyeri pada persendian yang terjadi pada pagi hari ketika bangun tidur.
3. Nyeri pada persendian yang terjadi secara berulang-ulang.
4. Nyeri terasa di persendian kaki, tangan, tumit, serta siku.
5. Jika nyeri yang dirasakan sudah begitu sakit biasanya si penderita menjadi
kesulitan untuk bergerak (Misnadiarly, 2009).

II.3.4 Kontraindikasi Terapi Akupresur


Adapun kontra indikasi dari terapi akupresur adalah:
1. Kebersihan terapis
Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun antiseptic
sebelum melakukan dan setelah melakukan terapi sangatlah penting. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah penularan penyakit antara terapis dengan pasien.
2. Bagian-bagian yang tidak dapat dipijat
Pemijatan tidak dapat dilakukan pada kondisi tertentu, seperti kulit terkelupas,
tepat pada bagian tulang yang patah, dan tepat bagian yang bengkak.
3. Pasien dalam kondisi gawat
Pemyakit yang dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, yaitu ketika terjadi gagal
jantung, gagal nafas, dan penyakit pada saraf otak ( stroke, pecah pembuluh darah,
dab cidera otak).
II.3.5 Frekuensi Terapi Akupresur
Menurut Radyanto (2012): Dengan dilakukan penekanan pada titik akupresur

sepanjang garis meridian atau garis aliran energi tubuh akan merangsang produksi

endorphine lokasi sehingga mengaktifkan mekanisme penghambatan nyeri dalam

sistem syaraf pusat, seperti produksi opioid endogen dalam hipofisis atau batang otak

yang ditingkatkan oleh akupresur. Tindakan terapi akupresur dilakukan minimal 3

kali dalam 1 minggu dengan durasi selama 30-60 menit sesuai dengan kebutuhan

terapi.

II.3.6 SOP Terapi Akupresur


II.3.6.1 Tahap Persiapan

II.3.6.2 Pelaksanaan
1. untuk nyeri asam urat pada pergelangan tangan: LI 5 Yangxi, TE 4 Yang chi,
SI 4 Wangu, PC 7 Daling
b. LI 5 Yangxi (sedate)
Terletak pada sisi radial pergelangan tangan, anara tendon mm. extensor
policis longus dan brevis.

Gambar 2.2 Lokasi titik akupesur Yangxi (sedate).


c. TE 4 Yangchi (sedate)
Terletak pada pergelangan tangan.

Gambar 2.3 Lokasi titik akupesur TE 4 Yangchi (sedate).

d. SI 4 Wangu (sedate)
Terletak pada sebuah lekukan yang dibentuk oleh discus meacarpl lima
dengan hamatum.

Gambar 2.4 Lokasi titik akupesur SI 4 Wangu (sedate).

e. PC 7 Daling (sedate)
Terletak pada pergelangan tangan.

Gambar 2.5 Lokasi titik akupesur PC 7 Daling (sedate).


2. Untuk asam urat pada pergelangan kaki: SP 5 Shangqiu, ST 41 Jiexi, GB 40
Qiuxu
f. SP 5 Shangqiu (sedate)
Terletak pada sebuah lekukan anterior dan interior malleolus internus.

Gambar 2.6 Lokasi titik akupesur SP 5 Shangqiu (sedate).

b. ST 41 Jiexi (sedate)
Terletak pada garis lipat kaki, antara tendon-tendon mm. extensor hallu
cislongus dan brevis
.

Gambar 2.7 Lokasi titik akupesur ST 41 Jiexi (sedate).

c. GB 40 Qiuxu (sedate)
Terletak dalam sebuah lekukan anterior superior talus, anterior malleolus
externus.

Gambar 2.8 Lokasi titik akupesur GB 40 Qiuxu (sedate).

3. untuk asam urat pada persendian lutut: ST 35 Dubi, ST 36 Zusanli, SP 9


Yinlingquan, GB 34 Yanlingquan.
b. ST 35 Dubi (sedate)
Terletak dibawah patella, lateral ligmen patella.
Gambar 2.13 Lokasi titik akupesur ST 35 Dubi (sedate).

b. ST 36 Zusanli (sedate)
Terletak tiga cun dibawah patela.

Gambar 2.14 Lokasi titik akupesur ST 36 Zusanli (sedate).

c. SP 9 Yanlingquan (sedate)
Terletak dibawah condylus medialis tibiae dalam sebuah lekukan yang
terletak medial dari origo m. sartorius.

Gambar 2.15 Lokasi titik akupesur SP 9 Yanlingquan (sedate).

d. GB 34 Yanlingquan (sedate)
Terletak dalam sebuah lekukan anterior dan dibawah kepala fibula, 2 cun
dibawah lutut.
Gambar 2.16 Lokasi titik akupesur GB 34 Yanlingquan (sedate).

4. Untuk nyeri akibat asam urat pada persendian siku: LI 11 Quchi, PC 3 Quze,
LI 10 Shousanli, HT3 Shaohai.
a. LI 11 Quchi (sedate)
Terletak pada sisi lateral siku sewaktu lengan ditekuk.

Gambar 2.17 Lokasi titik akupesur LI 11 Quchi (sedate).

b. PC 3 Quze (sedate)
Terletak pada lipat siku sisi unlair.

Gambar 2.18 Lokasi titik akupesur PC 3 Quze (sedate).

c. LI 10 Shousanli (sedate)
Terletak dua cun dari lipat siku
Gambar 2.19 Lokasi titik akupesur LI 10 Shousanli (sedate).

d. HT3 Shaohai (sedate)


Terletak pada siku bagian medial.

Gambar 2.20 Lokasi titik akupesur HT3 Shaohai (sedate).

II.3.6.3 Evaluasi

II.4 Konsep Nyeri


II.4.1 Pengertian Nyeri
Nyeri mungkin suatu hal yang tidak asing bagi kita dan menjadi alasan yang
paling banyak dan paling umum dikeluhkan seorang pasien untuk mencari perawatan
kesehatan dibandingkan keluhan-keluhan lainnya. Nyeri adalah pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan,
actual dan potensial, atau digambarkan sebagai kerusakan yang sama (Zakiyah,
2015). Strategi medikasi baru dan penemuan strategi komplementer dari manajemen
nyeri telah berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan untuk mengatasinyeri
serta memberikan kepuasan terhadap pengurangan dan penanggulangan nyeri. Nyeri
bersifat individual, dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan (Prasetyo, 2010)

II.4.2 Faktor yang mempengaruhi nyeri


Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seorang individu merasakan nyeri,
seorang perawat atau tenaga kesehatan agar memberikan pendekatan untuk
membantu mengatasi masalah nyeri yang dirasakan, faktor-faktor tersebut menurut
Andarmoyo (2013) antara lain:
b. Faktor Sosiobudaya
Ras, budaya, dan etnik merupakan faktor penting dalam respons individu
terhadapt nyeri.Kita belajar bagaimana respons nyeri dan pengalaman
lainnya dari keluarga dan kelompok etnik.Dalam budaya Meksiko,
mengerang atau menagis berguna untuk meringankan rasa sakit kepala
daripada komunikasi untuk kebutuhan intervensi. Dengan mengetahui
perbedaan budaya, perawat mengetahui cara yang lebih akurat dalam
mengkaji nyeri dan respons-respons pasien terhadap nyeri dan cara yang
efektif dalam menghilangkan nyeri (Smeltzer & Bare,2002).
b. Usia
Usia dapat mengubah persepsi dan pengalaman nyeri. Sebagai perawat harus
mampu melakukan pengkajian yang benar karena setiap usia berbeda,
contohnya anak dan lansia. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan
dalam memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan
nyeri. Sebagian anak-anak terkadang segan untuk mengungkapkan
keberadaan nyeri yang ia alami, mereka takut akan tindakan perawatan yang
harus diterima nantinya. Sedangkan pada lansia, perawat harus melakukan
pengkajian lebih rinci.Seringkali lansia memiliki sumber nyeri lebih dari
satu. Sebagian lansia juga terkadang pasrah terhadap apa yang mereka
rasakan, mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi
penuaan yang tidak bisa dihindari.
c. Jenis Kelamin
Pada umumnya, tidak ada perbedaan respons nyeri pada pria dan wanita.
Hanya beberapa budaya memengaruhi jenis kelamin dalam memaknai nyeri
(misal: menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi
yang sama).
d. Keletihan
Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan persepsi
nyeri. Rasa lelah yang amat berlebihan akan menurunkan kemampuan
koping.
e. Dukungan Keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan,
perlindungan dari anggota keluarga lain, atau teman terdekat. Apabila tidak
ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri akan membuat klien
semakin tertekan.

II.4.3 Pengkajian Nyeri


Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan
untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu
sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan waktu
sebelumnya. Komponen pengkajian analisis symptom meliputi (PQRST) : P
(Paliatif/Provocatif = yang menyebabkan timbulnya masalah), Q (Qualit dan
Quantity = kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan), R (Region = lokasi nyeri), S
(Severity = keparahan), T (Timing = waktu) (Andarmoyo, 2013).

II.4.4 Standar Pengukuran Intensitas Nyeri


Menurut Andarmoyo (2013) penilaian atau pengukuran intensitas nyeri
menggunakan skala adalah sebagai berikut:
a. Skala Deskriptif
Skala ini dikenal sebagai alat pengukuran tingkat nyeri yang objektif. Cara
pengukurannya adalh dengan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima
kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama sepanjang garis.
Gambar 2 Skala Deskriptif Verbal
b. Skala Numerik (Numerical rating scale, NRS)
Dalam hal ini klien menilai tingkat nyeri dengan menggunakan angka atau
skala 0-10.Skala sangat paling efektif digunakan saat menilai intensitas nyeri
sebelum atau sesudah intervensi.

c. Gambar 3 Numeric Rating Scale


Skala
Nyeri Menurut Baurbanis

Keterangan: Gambar 4 Skala Nyeri Baurbanis


0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan: klien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : Nyeri sedang: klien dapat menunjukkan lokasi nyeri,
menyeringai, dapat mendeskripsikan rasa nyeri dan mengikuti
perintah dengan baik
7-9 : Nyeri berat: terkadang klien tidak dapat mengikuti perintah,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan
rasa nyeri dan tidak dapat diatasi dengan alih posisi atau nafas
panjang
10 : Nyeri sangat berat: klien tidak mampu lagi berkomunikasi

d. Skala Wajah atau Wong-Baker Faces Pain Rating Scale


Biasanya skala ini digunakan untuk anak-anak agar anak lebih mengerti dan
memahami tingkat keparahan nyeri yang mereka rasakan. Seorang anak akan
diminta menunjuk ke sejumlah pilihan gambar yang mendeskripsikan nyeri
yang ia rasakan.
Gambar 5 Wong-Baker Faces Pain Rating Scale

II.5 Pelayanan Kesehatan di Panti Werdha


Pelayanan kesehatan di PSTW Budi Mulya 3 Ciracas, yaitu sebagai berikut :
a. Upaya promotif
1. Kegiatan rohani keagamaan
2. Kerajinan tangan
3. Memberikan penyuluhan mengenai kesehatan dan perawatan dasar
kesehatan
b. Upaya preventif
1. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dipanti atau kepuskesmas
menggunakan KMS lansia
2. Pemantauan kesehatan oleh diri sendiri ataupun bantuan dari petugas
panti
3. Penjaringan penyakit pada lansia oleh petugas kesehatan
4. Mengelola diet makanan lansia sesuai kondisi masing-masing lansia
5. Senam secara teratur
c. Upaya kuratif
1. Pelayanan kesehatan dasar dipanti oleh petugas kesehatan atau petugas
panti
2. Pengobatan rutin terhadap lansia dipanti
3. Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis atau ahli kesehatan yang
diperlukan

II.6 Peran Perawat Gerontik


Adapun beberapa peran perawat gerontik untuk memenuhi kebutuhan klien
lansia, melakuka intervensi untuk promosi kesehatan, mengembalikan serta
mempertahankan status kesehatan klien.
1. Provider of care
Perawat dalam hal ini melakukan perawatan langsung kepada lansia yang
mengalami masalah kesehatan. Lansia banyak mengalami masalah kesehatan
dengan gejala klinis yang terkadang sulit ditentukan penyebabnya sehingga
perawat gerontik perlu memahami penyebab bahkan penatalaksanaan dari masalah
kesehatan yang dihadapi. Penatalaksanaan yang dilakukan tidak hanya terapi
medis saja tetapi perawat gerontik dapat memberikan terapi komplementer untuk
masalah kesehatan klien.
2. Manajer Keperawatan
Perawat yang memiliki kemampuan menjadi pemimpin, dalam hal ini perawat
sebagai role model bagi tim perawat lainnya untuk mengembangkan program
kesehatan khusunya pada lansia. Perawat gerontik sebagai manajer berfokus untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia dengan menerapkan perubahan inovatif dalam
hal pemberian asuhan keperawatan untuk lansia.
3. Educator
Perawat gerontik mengambil peran pengajar, yaitu mendidik lansia tentag
pentingnya menjaga kesehatan di masa tua. Lansia sangat rentang mengalami
masalah kesehatan karena terjadinya penurunan fungsi organ tubuh lansia. Perawat
mampu memberikan Pendidikan kesehatan tentang cara mencegah masalah
kesehatan terutama pada masalah nyeri karena asam urat.
4. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan
optimal, memelihara kesehatan, dan menerima kondisinya.

II.7 Penelitian Terkait


1.

Anda mungkin juga menyukai