Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mikropaleontologi merupakan studi khusus yang mempelajari sisa-sisa

organism yang terawetkan dialam dengan menggunakan alat mikroskop.

Organisme yang terawetkan tersebut merupakan fosil mikro karena berukuran

sangat kecil. Sebagai contoh fosil mikro adalah fosil-fosil organisme golongan

foraminifera, yang dibahas antara laian adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi,

ekologi dan mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi.

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai

cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan

melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang

foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel lain

yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit)

tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran

berkisar dari 100 mikrometer sampai 20 sentimeter . Cangkang foraminifera

umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambung-menyambung selama

masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu

berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang.

1.1 Maksud dan Tujuan

Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada

beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat

berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan

1
sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak

jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera

mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies

yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda.

Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal

yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir,

karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara

mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.

Oleh karena itu perlu dipelajari fosil-fosil berukuran mikro guna tercapainya

maksud dan tujuan. Karena keterdapatan mikrofosil relatif banyak maka pada

makalah ini lebih di fokuskan pada mikro fosil, antara lain foraminifera.

1.3 Metode

1.3.1Observasi

Observasi adalah pengamatan morfologi rincian mikrofosil dengan

mempergunakan miroskop. Setelah sampel batuan selesai direparasi, hasilnya

yang berupa residu ataupun berbentuk sayatan pada gelas objek diamati di

bawah mikroskop. Mikroskop yang dipergunakan tergantung pada jenis

preparasi dan analisis yang dilakukan. Secara umum terdapat tiga jenis

mikroskop yang dipergunakan, yaitu mikroskop binokuler, mikroskop

polarisasi dan mikroskop scanning-elektron (SEM).

1.3.2Determinasi

Determinasi merupakan tahap akhir dari pekerjaan mikropaleontologis di

laboratorium, tetapi juga merupakan tahap awal dari pekerjaan penting

selanjutnya, yaitu sintesis. Tujuan determinasi adalah menentukan nama

2
genus dan spesies mikrofosil yang diamati, dengan mengobservasi semua

sifat fisik dan kenampakan optik mikrofosil tersebut.

3
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Mikropaleontologi

Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang

mempelajari sisa – sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil

yang berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi

sistematik yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan

mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi. Umumnya fosil mikro berukuran

lebih kecil dari 5 mm, namun ada diantaranya yang berukuran sampai 19 mm

seperti halnya genus Fusilina. Mikrolitologi merupakan studi mikroskop yang

membahas tentang batuan sedimen, antara lain warna, tekstur, struktur,

pemilahan, fragmen, serta sementasi dari sedimen. Alatnya berupa mikroskop

Binokuler. Mikrostratigrafi merupakan gabungan ilmu mikropaleontologi dengan

mikrolitologi, khususnya digunakan dalam korelasi.

 Sejarah Mikropaleontologi

Sebelum zaman masehi,fosil-fosil mikro terutama ordo foraminifera sangat

sedikit untuk di ketahui.medkipun demikian filosof-filosof Mesir banyak yang

menuis tentang keanehan alam. Termasuk pada waktu menjumpai fosil.

HERODOTUS dan STRABO pada abad ke lima dan ke tujuh sebelum masehi

menemukan benda-benda aneh di daerah piramida. Mereka mengatakan bahwa

benda-benda tersebut adalah sisa-sisa makanan para pekerja yang telah menjadi

keras, padahal benda tersebut sebetulnya adalah fosil-fosil numulites.

– AGRICOLA pada tahun 1546 mengambarkan benda-benda aneh tersebut

sebagai “Stone Lentils”

4
– BECCARIUS (tahun 1739) pertama kali menulis tentang foraminifera

yang dapat dilihat dengan mikrosop.

– CHUSHMAN (1927) pertama kali menulis tentang fosil-fosil foraminifera

dan menitikberatkan penelitianya pada study determinasi foraminifera,

serta menyusun kunci untuk mengenal fosil-fosil foraminifera.

– D’ORBIGNY (1802-1857) menulis tentang foraminifera yang

digolongkan dalam kelas Chepalopoda. Beliau juga menulis tentang fosil

mikro seperti Ostracoda, Conodonta, beliau dikenal sebagai Bapak

Mikropaleontologi.

– GESNER tahun 1565 menulis tentang sistematika paleontology.

– VAN LEEWENHOEK (tahun 1660) menemukan miroskop, terhadap fosil

mikro berkembang dengan pesat.

– JONES (1956) banyak membahas fosil mikro diantaranya Foraminifera,

Gastropoda, Conodonta, Ostracoda, Spora dan Pollen serta kegunaan fosil-

fosil tersebut, juga membahas mengenai ekologinya.

 Fosil Mikro

Definisi Mikro fosil menurut Jones, 1936:Mikro fosil adalah setiap fosil

yang biasanya kecil dan untuk mempelajarinya digunakan alat bantu Mikroskop.

Fosil mikro dalam batuan tersebut terdapat bersama dengan bahan lain telah

direkatkan oleh semen.Dalam mikropaleontologi yang dipelajari adalah Phylum

protozoa, class Sarcodina, OrdoForaminifera.

 Foraminifera Besar

Biasanya dijumpai pada batugamping/batugamping pasiran yang

mempunyai kekerasan tinggi, sehingga perlu dilakukan dengan sayatan tipis.

5
Selain itu Foraminifera besar pengenalan kamar - kamarnya menjadi penentu

dalam penamaan

2.2 Foraminifera

Foraminifera merupakan binatang yang terdiri dari satu sel yang sangat

sederhana, sel tersebut terdiri dari protoplasma dan inti (bias lebih dari satu). Ciri

khas foraminifera adalah adanya pseudopodia (kaki semu) yang berfungsi sebagai

alat penggerak dan menangkap mangsanya. Foraminifera sudah memiliki

cangkang dimana cangkang tersebut dibentuk oleh protoplasma ataupun diambil

dari bahan-bahan disekelilingnya. Pada umumnya cangkang tersebut terbuat dari

zat organic ataupun anorganik dan memiliki pori-pori dengan satu atau lebih

lubang yang disebut aperture.

Tempat hidup foraminifera dapat di laut, danau, rawa-rawa baik yang

berair ataupun tidak, tawar maupun asin, dan perkembangbiakannya dengan cara

sexual dan asexual. Perkembangan foraminifera dapat menghasilkan cangkang

yang berbeda, dimana satu individu dapat menghasilkan dua cangkang yang

berlainan bentuknya (dimorphisme), bahkan ada juga yang trimorphisme.

Perkembangan sexual akan menghasilkan cangkang mikrosfir, sedangkan secara

asexual akan menghasilkan cangkang megalosfir.

Gambar 2.2.1. Siklus hidup foraminifera(Sumber: Geoldstein 1999)

6
Pada batuan sedimen, golongan ini lebih banyak dijumpai sehingga lebih

berharga dari ordo-ordo lain pada kelas Sarcodina. Golongan ini telah muncul

sejak zaman Pra-Kambrium (+ 550 tahun yang lalu) sampai sekarang dengan

jumlah spesies + 40.000 jenis spesies. Selain dari itu, Foraminifera dapat juga

dipakai sebagai korelasi batuan untuk penentuan lingkungan pengendapan atau

juga sebagai fosil petunjuk.

 Perkembangan foraminifera secara garis besar dapat sebagai berikut :

a. Early Cambrian (~525 million years ago)

Foraminifera pertama kali muncul dalam cetakan batuan dari foram

benthonic yang mempunyai komposisi aglutin dan mempunyai kamar

tunggal dimana juga terdapat cetakan berupa dwelling structure (struktur

menghuni) yang merupakan cetakan dari kehidupan foram benthonic

tersebut.

b. Late Cambrian (>500 million years ago)

Foram yang mempunyai Multi-chambered ( lebih dari 3 kamar)

berkembang.

c. Devonian (>360 million years ago)

Microgranular dan porcellaneous (biomineralized) calcareous tests

pertama kali berkembang.

d. Middle Pennsylvanian (~308 million years ago)

Foraminifera berkembang dengan komposisi hyaline calcareous

dan ditambah pula spesies foram besar muncul.

e. End Permian (~250 million years ago)

7
Kepunahan masal dari sebagian besar foraminifera termasuk foram

besar berupa Fusilina. Kepunahan ini dipercaya sebagai yang terbesar

dalam sejarah bumi dengan kepunahan 90-95 % seluruh spesies laut.

f. Early Jurassic (~183 million years ago)

Foraminifera pertama kali muncul hingga sekarang, begitu pula

foram benthonik.

g. Middle Cretaceous (~112 million years ago)

Distribusi foram planktonik memulai perkembangan secara cepat.

h. End Cretaceous (~65 million years ago)

Berkurangnya keanekaragaman planktonik dan kepunahan dari

sebagian besar spesies foram planktonik. Foram yang berukuran lebih

kecil umumnya dapat bertahan dari kepunahan.

i. End Paleocene (~55 million years ago)

Kepunahan dari hampir separuh (30-50%) foram benthonic (laut

dalam).

j. Late Eocene to Early Oligocene (~30-39 million years ago)

Kepunahan foram yang berukuran lebih kecil sangat banyak dan spesies

foram benthonic dapat melalui periode ini.

k. Middle Miocene (~12-19 million years ago)

Kelimpahan foram mengubah dokumentasi yang ada dan juga

berkembang varietas foram benthonic modern.

l. Today

Lebih dari 10.000 spesies foram yang hidup. Sebagian besar merupakan

foram benthonic, hanya 40-50 spesies yang merupakan foram planktonik.

8
 Ekologi Foraminifera

Ekologi mempelajari hubungan kehidupan foraminifera dengan

lingkungan sekitarnya. Foraminifera dibedakan menjadi dua berdasarkan cara

hidupnya, yaitu foram planktonik dan foram benthonik. Foram plankton hidup di

sekitar permukaan air laut dan mengambang, sedangkan foram benthonik hidup di

dasar laut. Foram planktonik hidup di kedalaman 100-300 m, umumnya

lingkungan air laut dingin, hidupnya agak kebawah permukaan laut, sedangkan

pada daerah tropis hidup sekitar 30 meter di bawah permukaan laut.

2.3 Foraminifera Planktonik

Secara terminologi, foramiifera dapat didefenisikan sebagai organisme

bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut), mempunyai

satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang

ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen). Foraminifera planktonik

merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan cara mengambang di permukaan

laut. Foraminifera jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak.

Planktonik pada umumnya hidup mengambang dan bergerak tergantung oleh arus

pasif di permukaan laut.

2.3.1 Morfologi Foraminifera Plangtonik

Foraminifera planktonik mempunyai ciri yang membedakannya dengan

foraminifera yang lain. Ciri-ciri umum foraminifera planktonik yakni sebagai

berikut.

1. Test (cangkang) berbentuk bulat.

9
2. Susunan kamar umumnya Trochospiral.

3. Komposisi test berupa gmping hyaline.

4. Hidup di laut terbuka (mengambang).

5. Di daerah tropis melimpah dan jenisnya sangat bervariasi.

6. Di daerah subtropis-sedang jumlahnya sedikit tapi spesiesnya yang

bervariasi.

7. Di daerah subkutub jumlahnya melimpah tetapi spesiesnya sedikit.

 Susunan Kamar

Susunan kamar pada foraminifera plankton dapat dibagi :

– Planispiral, sifat terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat,

pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh :

Hastigerina.

– Trocospiral, sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua

kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal

tidak sama. Contoh : Globigerina.

– Streptospiral, Sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral

sehingga menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar

sebelumnya. Contoh : Pulleniatin.

 Aperture

Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada

kamar terakhir. Khusus foraminifera plankton bentuk aperture maupun variasinya

lebih sederhana.Umumnya mempunyai bentuk aperture utama interiomarginal

yang terletak pada dasar (tepi) kamar akhir (septal face) dan melekuk ke dalam,

10
terlihat pada bagian ventral (perut). Foraminifera planktonik ini juga banyak

ditemui serta tersebar diseluruh benua atau laut dengan kedalaman tertentu

sehingga foraminifera planktonik dijadikan fosil indeks sebagai penarikan umur.

Macam-macam aperture yang dikenal pada foraminifera plankton :

– Primary Aperture Interiomarginal, yaitu :

– Primary Aperture Interimarginal Umbilical, adalah aperture utama

interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus atau pusat putaran.

Contoh : Globigerina.

– Primary Aperture Interimarginal Umbilical Extra Umbilical, adalah

aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus

melebar sampai ke peri-peri. Contoh : Globorotalia.

– Primary Aperture Interimarginal Equatorial, adalah aperture utama

interiomarginal yang terletak pada daerah equator, dengan ciri-ciri dari

samping kelihatan simetri dan hanya dijumpai pada susunan kamar

planispiral. Equator merupakan batas putaran akhir dengan putaran

sebelum peri-peri. Contoh : Hastigerina.

– Secondary Aperture / Supplementary Aperture

Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau lubang

tambahan dari aperture utama. Contoh : Globigerinoides.

– Accessory Aperture

Merupakan aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory atau

aperture tambahan. Contoh : Catapsydrax.

 Hiasan atau Ornamen

11
Hasan atau ornament dapat juga dipakai sebagai penciri khas untuk genus

atau spesies tertentu. Berdasarkan letaknya, ornamen dibagi 5 yaitu:

a) Umbilicus

- Umbilical plug: umbilical yang mempunyai penutup

- Deeply umbilical: umbilical yang berlubang dalam

- Open umbilical: umbilical yang terbuka lebar

- Ventral umbo: umbilicus yang menonjol ke permukaan

b) Suture

- Bridge: bentuk seperti jembatan

- Limbate: bentuk suture yang menebal

- Retral processes: bentuk suture zig-zag

- Raisced bosses: bentuk tonjolan-tonjolan

c) Peri-peri

- Keel: lapisan tepi yang tipis dan bening

- Spine: lapisan yang menyerupai duri runcing

d) Aperture

- Tooth: menyerupai gigi

- Lip/rim: bentuk bibir aperture yang menebal

- Bulla: bentuk segienam teratur

- Tegilla: bentuk segienam tidak teratur

e) Permukaan test

- Punctuate: berbintik-bintik

- Smooth: mulus/licin

- Reticulate: mempunyai sarang lebah

12
- Pustulose: tonjolan-tonjolan bulat

- Cancallate: tonjolan-tonjolan memanjang.

2.4 Foraminifera Benthonik

Foraminifera benthonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan

cara menambatkan diri dengan menggunakan vegile atau sesile serta hidup didasar

laut pada kedalaman tertentu. Foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme

bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut), mempunyai

satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang

ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen).

. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi dari foraminifera benthonic ini

adalah :

 Kedalaman laut

 Suhu/temperature

 Salinitas dan kimiaair

 Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis

 Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen)

 Makanan yang tersedia

 Tekanan hidrostatik dan lain-lain.

Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe dari

lautan yang mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus biccarii

adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat pantai. Lagoon

mempunyai salinitas yang sedang karena merupakan percampuran antara air laut

13
dengan air sungai. Foraminafera benthos yang dapat digunakan sebagai indikator

lingkungan laut secara umum (Tipsword 1966) adalah :

– Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,banyak

dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina,Eggerella,

Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dindingcangkangnya dibuat

dari pasiran.

– Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides,Proteonina,

Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina danTriloculina.

– Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna,Robulus,

Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides danTextularia.

– Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C),Ø dijumpai Listellera,Bulimina,

Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina.

 Morfologi Formainifera Benthonik

Di dalam mendeskripsi foraminifera bentonik dalam penentuan genus

maupun spesies disini harus diperhatikan, antara lain :

A. Susunan Kamar Foraminifera Benthos

1) Monothalamus

Monotalamus adalah susunan dan bentuk kamar-kamar akhir foraminifera

yang hanya terdiri dari satu kamar. macam - macam dari bentuk

monothalamus test:

a) Bentuk globular atau bola atau spherical terdapat pada kebanyakan

subfamily accaminidae Contoh : Saccamina.

b) Bentuk botol (flarkashaped),terdapat pada kebanyakan subfamily

Proteonaninae Contoh : Lagena

14
c) Bentuk tabung (tabular) seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2.1.3.

Terdapat pada kebanyakan subfamili Hyperminidae Contoh:

Hyperammina.

d) Bentuk kombinasi antara tabung dan botol seperti yang di tunjukkan

Contoh : Lagena

e) Planispiral (uncoiling) Contoh: Rectocornuspira

f) Zigzag Contoh : Lenticulina sp

g) Radiate Contoh : Astroshizalimi colasandhal

h) Cabang Contoh: Rhabdamina abyssorum

2) Polythalamus

Merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera

yang terdiri dari lebih satu kamar, misalnya uniserial saja ata biserial saja.

Macam-macam polythalamus test:

a) Rectilinier (linier punya leber), test uniserial terdiri atas kamarkamar bulat

yang dipisahkan satu sarna lain dengan stolonxy neck.Contoh :

Siphonogerina, Nodogerina.

b) Linier tanpa leber, kamar tidak bulat dan antara kamar yang satu dengan

kamar yang lainnya tidak didapat neck. Contoh : Nodosaria.

c) Equitant uniserial, test uniserial tidak mempunyai leher, tetapi sebaliknya

kamamya sangat berdekatan sehingga menutupi sebagian yang lain.

Contoh : Glandurina.

15
d) Curvilinierl uniserial arcuate, test uniserial tapi sedikit melengkung dan

garis batas kamar satu dengan yang lainnya atau sututre membentuk sudut

terhadap sumbu panjang. Contoh : Dentalina

B. Aperture Foraminifera Bentos

Golongan benthos memiliki bentuk aperture yang bervariasi.Dan

aperture itu sendiri merupakan bagian penting dari test foraminifera,karena

merupakan.lubang tempat protoplasma organisme tersebut bergerak keluar

dan masuk.

Macam-macam aperture pada foraminifera benthos:

1) Simple Aperture, yaitu :

a) at end of tabular chamber

b) at base of aperture face

c) in middle aperture face

d) aperture yang bulat dan sederhana, biasanya terletak diujung sebuah

test(terminal), lubangnya bulat.

e) Aperture comma shaped, mempunyai koma/melengkung, tetapi tegak

lurus pada permukaan septal face.

f) Aperture phyaline, merupakan sebuah lubang yang terletak diujung

neck yangn pendek tapi menyolok.

g) Aperture slit like, berbentuk lubang sempit yang memanjang, umum

dijumpai pada foraminifera yang bertest hyaline.

h) Aperture crescentic, lubangnya berbentuk tapal kuda.

2) Supplementary Aperture,yaitu :

16
a) Infralaminal accessory aperture – dendritik

b) Aperture yang memancar (radiate), merupakan sebuah lubang yang

bulat, tapi mempunyai pematang yang memancar dari pusat lubang.

c) Radiate with apertural facechamberlet.

3) Multiple Aperture, yaitu :

a) Multiple sutural, aperture yang terdiri dari banyak lubang, terletak di

sepanjang suture.

4) Aperture cribralateral, cribrate/inapertural face cribrate. Bentuknya seperti

saringan, lubang uummnya halus dan terdapat pada permukaan kamar

akhir.

5) Terminal

6) Primary Aperture, yaitu :

a) Primary aperture interiomarginal umbilical

b) Interiomarginal umbilical extra runbilical/simple aperture lip/ ventral

and peripheral.

c) Spilo umbilical/interiomarginal equatorial.

2.5 Foraminifera Besar

Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang

sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan,

patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman

17
mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku

hewan bentik.

Istilah foram besar diberikan untuk golongan foram bentos yang memiliki

ukuran relatif besar, jumlah kamar relatif banyak, dan struktur dalam kompleks.

Umumnya foram besar banyak dijumpai pada batuan karbonat khususnya

batugamping terumbu dan biasanya berasosiasi dengan alga yang menghasilkan

CaCO3 untuk tes foram itu sendiri.

2.5.1 Morfologi Foraminifera Besar

Sel foraminifera yang lembut (cytoplasm) hampir seluruhnya ditutupi oleh

cangkang yang dapat tersusun dari material organik (tectin), mineral

kalsit/aragonit/silika, ataupun aglutinin. Cangkang-cangkang tersebut ada yang

terdiri hanya dari satu ruang (unilocular) atau banyak ruang (multilocular) yang

saling berhubunan melalui suatu lubang bukaan (disebut foramen bila bukaan ini

hanya terdiri dari satu lubang dan foramina apabila lebih dari satu lubang).

Pada umumnya ada klasifikasi tidak resmi foraminifera yang didasarkan pada sifat

hidupnya dan ukuran cangkangnya. Bersdasarkan sifat hidupnya, foraminifera

dibagi menjadi foraminifera bentonik dan foraminifera planktonik. Foraminifera

bentonik hidup di dasar laut dan memiliki lingkungan hidup pada kedalaman laut

tertentu sehingga tidak tersebar luas. Foraminifera planktonik hidup mengikuti

arus laut, hal ini memungkinkan jenis foraminifera ini tersebar luas ke seluruh

lautan.

2.6 Aplikasi Mikropaleontologi

Kegunaan fosil dalam kaitannya dengan ilmu geologi yaitu :

18
Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang

terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan

geologi.Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi,

paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi, dll.

 Fosil indeks

Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada

beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga

khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut.

Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium,

lebih dari 500 juta tahun yang lalu.

Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan

demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-

beda.Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran

horizontal yang luas,sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan

terakhir,karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara

mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam. Fosil

indeks yaitu fosil yang dipergunakan sebagai penunjuk umur relatif. Umumnya

fosil ini mempuyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas, serta

mudahdikenal.

Contohnya : Globorotalina Tumida penciri N18 atau Miocen akhir.

 Paleoekologi dan Paleobiogeografi

Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala

Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan

yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil

19
foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera

tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi

daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan

perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es.

Sebuah contoh kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies

yang masih hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-

spesies tersebut dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau - di

tempat kumpulan fosil foraminifera diperoleh - ketika fosil foraminifera tersebut

masih hidup.Jika sebuah perconto mengandung kumpulan fosil foraminifera yang

semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang

dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuktersebut

adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik

(prosentase foraminifera plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik

dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan

Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang.

Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena

mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai

contoh,perban-dingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air

bersuhulebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih

ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera plangtonik

dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia

telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa

lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut

20
telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di

masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji).

2.6.1 Penentuan Umur

Penentuan umur batuan dengan foraminifera dan mikrofosil yang lain

memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Mudah,murah, dan cepat

2. Didukung oleh publikasi yang banyak

3. Banyak digunakan di berbagai ekplorasi minyak bumi

4. Keterdapatannya hampir semua batuan sedimen yang mengandung unsur

karbonat.

Biostratigrafi dan Biozonasi

Satuan biostratigrafi adalah tubuh lapisan batuan yang dikenali

berdasarkan kandungan fosil atau ciri-ciri paleontologi sebagi sendi pembeda

tubuh batuan di sekitarnya. Kelanjutan satuan biostratigrafi ditentukan oleh

penyebaran gejala paleontologi yang mencirikannya (Komisi Sandi Stratigrafi

Indonesia, 1996).

Satuan dasar biostratigrafi adalah zona. Zona adalah suatu lapisan atau

tubuh lapisan batuan yang dicirikan oleh suatu takson atau lebih. Kegunaan dari

zona antara lain sebagai penunjuk umur, penunjuk lingkungan pengendapan,

korelasi tubuh lapisan batuan, dan untuk mengetahui kedudukan kronostratigrafi

tubuh lapisan batuan. Urutan tingkatan satuan biostratigrafi resmi dari besar

sampai kecil adalah superzona, zona, subzona dan zonula.

21
Terdapat empat zona satuan biostratigrafi yang telah ditentukan dalam

Sandi Stratigrafi Indonesia (1996) atau disebut Biozonasi, yaitu:

1. Zona selang ( Interval zone ).

Zona selang ialah selang stratigrafi antara dua horizon biostratigrafi

(horizon biostratigrafi yaitu awal atau akhir peMunculan takson – takson penciri).

Kegunaan secara umum untuk korelasi tubuh – tubuh lapisan batuan. Batas atas

dan bawah suatu zona selang ditentukan oleh horizon pemunculan awal atau akhir

suatu takson penciri.

2. Zona Puncak ( Acme zone ).

Zona puncak adalah tubuh lapisan batuan yang menunjukkan

perkembangan maksimum suatu takson tertentu (pada umumnya perkembangan

maksimum adalah junlah maksimum populasi atau takson dan bukan seluruh

kisarannya). Kegunaan dalam hal-hal tertentu adalah untuk menunjukkan

kedudukan kronostratigrafi tubuh lapisan batuan, juga sebagai penunjuk

lingkungan pengendapan. Batas vertikal dan horizontal zona ini bersifat subjektif.

3. Zona Kumpulan ( Asesmblage zone ).

Zona kumpulan adalah kumpulan sejumlah lapisan yang dicirikan oleh

kumpulan alamiah fosil yang khas atau kumpulan suatu jenis fosil. Kegunaan

zona ini adalah sebagai penunjuk lingkungan pengendapan purba. Batas dan

kelanjutan zona kumpulan ditentukan oleh batas terdapatnya kebersamaan

(kemasyarakatan) umur – umur utama dalam kesinambungan yang wajar.

4. Zona kisaran ( Range zone ).

Zona kisaran adalah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran

stratigrafi unsur terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada (zona kisaran dapat

22
berupa kisaran umur suatu takson, kumpulan takson, takson-takson yang

bermasyarakat, atau ciri paleontologi yang lain yang menunjukkan kisaran).

Kegunaan zona kisaran terutama untuk korelasi tubuh batuan dan sebagai dasar

penempatan batuan-batuan dalam skala waktu geologi. Batas dan kelanjutan zona

kisaran ditentukan oleh penyebaran vertikal maupun horizontal takson yang

mencirikannya.

Tabel 2.6.1 Penentuan kisaran Umur contoh batuan foraminifera planktonik

23
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Morfologi Foram

Morfologi foraminifera besar sangat rumit, sehingga diperlukan sayatan tipis

untuk dapat mengenali atau mengidentifikasi taksanya. Beberapa hal yang

diperlukan dalam pengamatan foraminifera besar adalah : Kamar, bentuk

test,jenis putaran, dan ornamentasi strutur dalam.

1) Kamar

Jumlah kamar dari foramiifera besar banyak dan terputar, serta tumbuh

secara bergradasi. Jenis kamar dapat dibedakan atas kamar embrional,

ekuatarial dan lateral. Pengenalan yang baiuk terhadap jenis kamar sangat

membantu dalam taksonomi.

Gambar 3.1. Jenis-jenis posisi kamar dalam foraminifera besar

24
a) Kamar Embrional

Merupakan kamar yang tumbuh Pertama kaki atau dikenal sebagai

protoculus. Pada umumnya protoculus dijumpai di bagian tengah, namun

beberapa genus terdapat dibagian tepi seperti Miogypsina. Kamar embrional

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu protoconch dan deutroconch. Terkadang

diantara kamar embrionik dengan kamar equatorial terdapat kamar nepionik,

namun dalam pengamatan sulit untuk dikenali.

Gambar 3.1.1

Susunan kamar embrionik, a1) protoconch, a2) deutroconch, b1-4) kamar-

kamar nepionik

b) Kamar Ekuatorial

Kamar ini terdapat pada bidang Ekuatorial. Jumlah kamar ekuatorial snagat

membantu untuk mengetahui jumlah putran dari test foraminifera besar.

Juml;ah putaran pada beberapa golongan menjadi pembeda diantara beberapa

genus.

25
c) Kamar Lateral

Kamar lateral terdapat di atas dan di bawah dari kamar-kamar ekuatorial

identifikasi pada kamar ini ada pada tebal tipisnya dinding kamar (seota

filament), selain iyu pada beberapa genus sering di jumpaiadanya stolon yang

menghubungkan rongga antar kamar. Juml;ah kamar terkadang memberikan

pengaruh namun tidak terlalu signifikan.

2) Bentuk Test

Bentuk test adalah identifikasi awal yang dapat dikenali. Bentuk dasar test

dibedakan menjadi beberapa : discoid, fusiform (cerutu), bintang, dan trigonal.

a) Bentuk discoid dicirikan dengan sumbu perputran pendek dan sumbu

ekuatorial panjang. Mudah dikenali dengan bentuk relative cembung dan

bikonvek.

Contoh genus : Nummulites, Discocyclina, Lepidocyclina, dan Camerina.

b) Bentuk fusiform (cerutu) memiliki sumbu putaran yang lebih pnajang dari

sumbu ekuatorial.

Contoh genus dalah Fusslina, Alveolina, dan Schwagerina.

c) Bentuk bintang dicirikan bertumbuhnya kamar ke berbagai arah dengan

tidak teratur. Sangat sedikit genus yang mempunyai bnetuk test seperti

ini,contohnya Asterocyclina.

26
d) Bentuk trigonal dicirikan dengan pertumbuhan kamar annular membentuk

segitiga. Kamar embrional biasanya terdapat di bagian tepi.Contoh :

Miogypsina.

Gambar3.1.Bentuk-bentuk dasar dari test foraminifera besar.

3.1.1 Taksonomi

o Kingdom : Protista

o Phylum : Protozoa

o Sub Phylum : Sarcodina

o Superkelas : Rhizopoda

o Klas : Foraminifera

o Ordo : Allogromiida

Textulariida

Fusulinida

Rotaliida

Miliolida

27
3.1.2 Siklus Perkembang Biakan

Foraminifera dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu seksual dan aseksual

serta terjadi saling bergantian. Hasil dari dua cara perkembang biakan tersebut

menghasilkan dua bentuk tubuh (dimorphisme), yaitu megalosfer dan Mikrosfeer.

Megalosfeer dibentuk dari hasil perkembang biakan yang aseksual dicirikan

dengan bentuk proloculum yang besar tetapi secara keseluruhan cangkang

berukuran kecil, sedang kan Mikrofeer dibentuk dari hasil perkembang biakan

yang seksual dicirikan dengan bentuk proloculum yang kecil serta bentuk

cangkang secara keseluruhan besar.

3.1.3 Susunan Morfologi

 Cangkang

Dalam mempelajari fosil ini biasanya dilakukan dengan

mengamati cangkangnya, hal ini disebabkan bagian lunaknya

atau protoplasma sudah tidak dapat ditemukan

 Dinding

Merupakan lapisan terluar dari cangkang, dapat tersusun

dari zat-zat organic maupun material asing. Dinding

cangkang foraminifera berdasarkan pada resen fauna:

 Dinding Chitin/tektin

 Dinding Aglutin

 Dinding silikaan

 Dinding gampingan

28
 Morfologi Kamar

Merupakan bagian dalam foraminifera dimana protoplasma

berada. Bentuk dari kamar dapat membulat sampai pipih,

antar kamar dipisahkan oleh septa dibagian dalamnya.

Kamar pertama dalam cangkang disebut dengan

proloculum.

 Aperture

Merupakan lobang utama pada cangkang foraminifera yang

berfungsi sebagai mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma,

biasanya terdapat pada bagian kamar terakhir. Tidak semua

foraminifera mempunyai aperture terutama foraminifera besar.

 Bentuk Aperture

 Bulat sederhana, terletak diujung kamar terakhir

 Memancar (radiate) beberapa lobang bulat dengan kanal-kanal yang

memancar dari pusat lobang

 Phialine berupa lobang bulat dengan bibir dan leher

 Chescentik berbentuk tapal kuda atau busur panah

 Virguline berbentuk seperti koma yang melengkung

 Slit berbentuk sempit memanjang

 Ectosolenia aperture yang mempunyai leher pendek

 Entosolenia aperture yang mempunyai leher dalam

 Multiple beberapa lobang bulat, kadang berbentuk saringan

 Dendritik berbentuk seperti ranting pohon

29
 Bergerigi berbentuk lobang melengkung

 Berhubungan dengan umbilicus

3.1.4 Lampiran (hasil deskripsi )

30
3.2 Foraminifera Plangtonik

Secara terminologi, foramiifera dapat didefenisikan sebagai organisme

bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut), mempunyai

satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang

ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen). Foraminifera planktonik

merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan cara mengambang di permukaan

laut.Foraminifera jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak.

Planktonik pada umumnya hidup mengambang dan bergerak tergantung oleh arus

pasif di permukaan laut. Jumlah foraminifera planktonik sangat kecil

dibandingkan dengan spesies foraminifera bentonik. Umumnya foraminifea

planktonik tidak mampu bertahan hidup terhadap pengurangan salinitas da nada

juga yang tidak tahan terhadap perubahan suhu (temperatur) yang relatif besar.

Meskipun demikian, ada golongan foraminifera planktonik yang selalu

menyesuaikan diri terhadap temperatur, sehingga pada wakt siang hari hidupnya

hamper di dasar laut, sedangkan pada malam hari hidup di permukaan air laut.

Sebagai contoh adalah Globigerinapachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada

kedalaman 30-50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup pada

kedalaman 200-300 meter.

Fosil planktonik ini dapat digunakan dalam memecahkan masalah geologi

antaralain sebagai berikut.

1. Sebagai fosil petunjuk.

2. Digunakan dalam pengkorelasian batuan.

3. Penentuan umur relative suatu lapisan batuan.

4. Penentuan lingkungan pengendapan.

31
3.2.1 Famili Globigerinidae

Trochoid, aperture umbilikal, pada kamar terakhir cenderung planispiral,

test tersusun zat gampingan, permukaan test kasar berstruktur cancellate, sebagian

besar memiliki duri-duri halus, aperture biasanya besar.

Muncul sejak Kapur Awal sampai sekarang.

Genus yang masuk dalam famili ini adalah: Globigerina, Globigerinoides,

Globigerinatella, Globigerinella, Globogerinelloides, Hastigerina,

Hastigerinella, Orbulina, Pulleniatina, Sphaeroidinella, Candeina, dan

Candorbulina.

Genus: Globigerina d’Orbigny 1826

Test terputar trochoid, kamar globular, komposisi gampingan, aperture pada

bagian ventral membuka ke umbilical dan berbentuk koma.Muncul: Kapur –

Resen

Genus: Globigerinoides Cushman, 1927

Secara fisik hampir menyerupai globigerina, namun memiliki aperture

sekunder/tambahan pada bagian dorsal.Muncul: Tersier – Resen

Genus: Hastigerina Thomson, 1876

Pada awal putaran trochoid, pada kamar akhir planispiral-involute, gampingan

kuat, memiliki ornamen duri yang kasar dan pipih serta memusat pada

kamarnya.Muncul: Miosen – Resen

32
Genus: Orbulina d’Orbigny, 1839

Test pada awalnya menyerupai Globigerina, namun dalam perkembangan kamar

terakhir menutupi hampir semua kamar-kamar sebelumnya. Tidak mempunyai

aperture yang nyata.Muncul: Miosen – Resen

Genus: Pulleniatina, Cushman, 1927

Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dengan dinding cancellate serta spine

halus, involute, aperture lonjong – busur pada dasar kamar.Muncul: Tersier Akhir

– Resen

Genus: SphaeroidinellaCushman, 1927

Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dinding cancellate kasar dengan

spine halus. Dua atau Tiga kamar terakhir terpisahkan dengan jelas.Muncul:

Miosen – Resen

33
FAMILI GLOBOROTALIIDAE

Trochoid rendah, bentuk test ellips bikonvek – planokonvek, dengan

bentuk kamar beberapa bulat sebagian rhomboid. Aperture umbilikal ekstra

umbilikal (dari umbilikal sampai peri-peri), berbentuk busur. Test tersusun zat

gampingan, permukaan test halus, sebagian besar memiliki duri-duri halus.Jumlah

kamar akhir (pandangan ventral) lebih dari 4.

Muncul sejak Kapur Awal sampai sekarang. Merupakan perkembangan dari

Globotruncana

Genus yang masuk dalam famili ini adalah: Globorotalia, Globotruncana,

Globorotalites, Rotalipora, Cribrogloborotalia, Cycloloculina, dan Sherbonina.

34
1&2Globorotaliaplesiotumid

3&5 Globorotalia tumida

FAMILI HANTKENINIDAE

Test pada awalnya trochoid atau planispiral, pada tahapan akhir planispiral

involute. Dinding cangkang tersusun oleh gampingan, dengan permukaan

kasar.Aperture pada bagian bawah kamar terakhir berbentuk busur. Hiasan berupa

tanduk berukuran sama atau lebih besar dari kamarnya.

Muncul sejak Kapur Awal sampai Oligosen.Berdasarkan bentuk perputaran

kamarnya memiliki kedekatan dengan Globigerinella.

Genus yang masuk dalam famili ini adalah: Shackoina, Hantkenina,

danCribrohantkenina

Hantkenina alabamensis beurmur Eosen, berukuran sekitar 0,8 mm dari ujung

tanduk ke ujung tanduk yang lainnya

35
3.2.4 Lampiran

36
3.3 Foraminifera Benthonik

Jumlah spesies foraminifera benthik sangat besar. Golongan ini

mempunyai arti penting, terutama dalam penentuan lingkungan pengendapan.

Golongan ini sangat peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus untuk

analisa lingkungan pengendapan.Sebagian besar foraminifera hidup sebagai

benthonik.Hidup pada zona kedalaman Litoral – Bathyal (0 – 2000 m).

Secara umum cukup mudah untuk membedakan antara foram kecil

benthonik dengan foram kecil plangton. Foraminifera benthonik memiliki ciri

umum sebagai berikut:

a. Test/cangkang: Bulat, beberapa agak prismatik

b. Susunan kamar: sangat bervariasi

c. Komposisi test: Gamping hyalin, arenaceous, silikaan

d. Hidup di laut pada substratum.

2.4.1 Morfologi Foraminifera Benthonik

Susunan Kamar

Berdasarkan jumlah kamar, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Monothalamus, hanya terdiri dari satu kamar

2. Polythalamus, tersusun oleh jumlah kamar yang banyak.

A. Monothalamus

Tersusun oleh satu kamar, dapat dibedakan atas bentuknya:

37
• Bulat: contoh Saccamina

• Botol: Lagena

• Tabung: Bathysiphon

• Terputar planispiral: Ammodiscus

• Awal planispiral kemudian tak teratur: Ammovertella

• Planispiral kemudian lurus: Rectocornuspira

Saccamina,

cangkang

agglutinatedBathysiphon flavidus,

Lagena striata, ResenAmmodiscus latus, Paleogene

38
Ammovertella inversaRectocornuspira

B. Polythalamus

Cangkang foraminifera disusun oleh lebih dari satu kamar. Terdapat 3 jenis

susunan kamar, yaitu:

1. Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh:

Nodosaria, dan Siphonogenerina.

2. Biserial, berupa dua baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:

Bolivina dan Textularia

3. Triserial, berupa tiga baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:

Uvigerina dan Bulimina.

C. Uniserial

Susunan uniserial dapat berkembang dalam beberapa bentuk:

1. Rectilinier, kamar-kamar bulat dipisahkan dengan leher, contoh:

Nodogenerina.

39
2. Equitant uniserial, kamar-

kamarnya saling menutupi

sebagian, contoh: Glandulina

3. Linier tanpa leher, kamar tidak

bulat tanpa leher, contoh:

Nodosaria.

4. Curvilinier: susunan kamar sedikit melengkung, suture membentuk sudut

terhadap sumbu panjang, contoh: Dentalina

5. Planispiral: test terputar satu bidang, Involute: Elphidium, Evolute:

Anomalina

6. Nautiloid test: Terputar dengan kamar-kamar bagian ventral menumpang

satu sama lain, contoh: Nonion

7. Rotaloid: Tidak terputar pada satu bidang, contoh: Rotalia

Nodogenerina pseudoscripta, KapurGlandulina sp

40
Keseragaman Susunan Kamar

Berdasarkan keseragaman susunan kamar dikelompokkan menjadi:

1. Uniformed test: jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal

uniserial saja atau biserial saja.

2. Biformed test: jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda,

misal diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh:

Heterostomella

Triformed test: terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh:

Valvulina.

Valvulina flexilisNonionella opima

Klasifikasi Foraminifera Benthonik

Jumlah famili dari foraminifera benthik termasuk didalamnya foraminifera besar

sangat banyak hampir mencapai 47 famili.

Dari 47 famili hanya 4 famili yang akan di bahas, yaitu: Rotaliidae,

Amphisteginidae, Saccamminidae, dan Lagenidae

41
3.2.1 Genus Dentalina

Genus Dentalina Risso, 1826Ciri-ciri:

- Cangkang uniserial tidak terputar, curvilinier, garis sutura tidak tegak lurus

- Komposisi dinding cangkang hyalin

- Apertur terminal, radiate

- Usia: Permian-Resen

3.2.2 Genus Amphistegina

Genus Amphistegina d’Orbigny, 1826Ciri-ciri:

- Cangkang lenticular, involute

- Komposisi dinding cangkang calcareous

- Apertur kecil

- Usia: Eosen-Resen

3.2.3 Genus Bathysiphon

Termasuk famili Rhizamminidae dengan test silindris, kadang – kadang

lurus, monothalamus, komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa.

Muncul Silur – Resent.

3.2.4 Genus Bolivina

Termasuk famili Buliminidae dengan test memanjang, pipih agak runcing,

beserial, komposisi gampingan, berposi aperture pada kamar akhir, kadang

berbentuk lope, muncul Kapur – Resent.

42
3.2.5 Genus Nodogerina

Termasuk famili Heterolicidae, degan test memanjang, kamar tersusun

uniserial lurus, kompisi test gampingan berpori halus, aperture terletak di puncak

membulat mempunyai leher dan bibir. Muncul Kapur – Resen.

3.2.6 Lampiran

43
3.3 Foraminifera Besar

o Secara fisik dapat dipisahkan dengan foraminifera kecil, karena

berukuran lebih besar.

 Memiliki struktur kamar bagian dalamnya lebih rumit dan kompleks.

o Harus diamati dengan sayatan tipis.

 Pembentuk batugamping.

o Umurnya pendek, sehingga dapat digunakan untuk penentuan umur

batuan.

 Hidup secara benthik pada zona neritik tengah (30 – 80 m).

3.3.1 Genus Nummulites

Kenampakan luar seperti lensa, terputar secara planispiral, hanya putaran

terluar yang terlihat, pada umumnya licin.

3.3.2 Genus Discocylina

Kenampakam luar merupakan lensa, kadang bengkok menyerupai lensa,

kadang bengkok menyerupai pelana, kelilingnya bulat degan/ tanpa tonggak –

tonggak.

3.3.3 Genus Lepidocyclina

Kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih cembung, discoidal,

permukaan test papilate, halus reticulate, pinggirnya bisa bulat, kadang seperti

batang atau polygonal.

3.4.4 Lampiran

44
BAB IV

Penutup

4.1 Kritik

Kontrak kesepakatan yang tidak terlaksana mulai dari keterlambatan peraktikan

maupun asisten, pemberian hasil praktikum perminggu yang tidak terjalan,

pengumpulan laporan perminggu yang tidak tepat waktu.

Saran

Suatu saran ini harap di baca dan di terabkan agar asisten dosen lebih mudah

dalam meberikan arahan terhadap praktikan dan dapat berguna untk perktikan.

Peraturan yang telah di tetapkan agar dapat di jalankan oleh asisten sendiri, dan

terakhir saya sangat mohon dengan asisten dosen agar dapat membagikan hasil

laporan akhir ini apabila sdah dilakasankan nya penilaian. Karna bagi kami

mahasiswa & mahasiswi laporan ini sangat berguna bagi kami, salah satunya kami

mengetahui letak kesalahan dalam penyusunan maupun isi nya, dan terimakasih

karna telah mendidik kami sesungguhnya ilmu merupakan amalan yang selalu

mengalir pahala nya insahallah.

4.2 1Kesimpulan
Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang

mempelajari sisa – sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil

yang berukuran mikro

Kegunaan fosil foraminifera adalah Fosil Indeks / Fosil penunjuk , Fosil

Bathimetri / Fosil kedalaman , Fosil Horison / Fosil lapisan ,Fosil iklim.

45
Tahapan Penelitian Mikrofosil meliputi Sampling, Kualitas Sampel,

PreparasiFosil, Observasi dan Determinasi.

Foraminifera merupakan binatang yang terdiri dari satu sel yang sangat

sederhana, sel tersebut terdiri dari protoplasma dan inti (bias lebih dari satu). Ciri

khas foraminifera adalah adanya pseudopodia (kaki semu) yang berfungsi sebagai

alat penggerak dan menangkap mangsanya.

Tempat hidup foraminifera dapat di laut, danau, rawa-rawa baik yang

berair ataupun tidak, tawar maupun asin, dan perkembangbiakannya dengan cara

sexual dan asexual.

Ekologi mempelajari hubungan kehidupan foraminifera dengan

lingkungan sekitarnya. Foraminifera dibedakan menjadi dua berdasarkan cara

hidupnya, yaitu foram planktonik dan foram benthonik. Foram plankton hidup di

sekitar permukaan air laut dan mengambang, sedangkan foram benthonik hidup di

dasar laut

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan foraminifera anatra lain

Suhu, Kadar Garam (Salinitas), Cahaya Matahari (Kedalaman), Kumpulan

kehidupan, Kekeruhan, Pengaruh Gelombang dan Arus.

Tahapan Cara Mendeskripsi Foraminifera Foraminifera planktonik jumlah

genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak

46
LAMPIRAN

47

Anda mungkin juga menyukai