Anda di halaman 1dari 3

3 Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan

Masyarakat
3 Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inovasiadalah pemasukan atau pengenalan
hal-hal baru, pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang
sudah dikenal sebelumnya. Kata kuncinya adalah hal yang baru, pembaharu dan penemuan baru.
Didalam kegiatan puskesmas yang berorientasi kesehatan masyarakat sebetulnya banyak sekali
kegiatan yang bisa di katakan sebagai kegiatan pembaharu. Kegiatan inovatif yang fungsinya
sebagai penunjang kegiatan pokok yang sudah ada. Disamping sebagai penunjang, kegiatan ini
juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan sebelumnya.
Dalam konteks akreditasi puskesmas tentunya diperlukan sebuah ide, konsep dan implementasi
pembaharu sebagai wujud dari aktualisasi sikap pembaharu dan inovatif. Di bawah ini 3 contoh
Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat yang paling sederhana dapat dilaksanakan
oleh tim UKM Puskesmas.

1. Survey berkala dengan instrument quisioner. Konsep ini telah di ujicoba oleh puskesmas
Kelapa kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Konsep kerja nya adalah puskesmas membuat quisioner yang pertanyaanya dapat menjawab
beberapa masalah kesehatan di masyarakat ( misalnya, angka konsumsi zat gizi besi pada ibu
hamil, angka bebas jentik di tiap rumah, persentase penggunaan jamban sehat serta akses air
bersih pada suatu desa ).
2. Arisan jamban. Ini merupakan salah satu aksi dari tindaklanjut hasil survey yang dilakukan.
Dari survey diatas bisa saja muncul ide-ide yang baru untuk menyelesaikan permasalahan
kesehatan. Dalam konteks arisan jamban objeknya adalah rumah masyarakat. Persentase
rumah dari hasil survey tersebut yang belum memiliki jamban masih sedikit dan akan
berpengaruh pada timbulnya penyakit Diare. Maka inisiatif untuk pengadaan jamban bagi
masyarakat di telurkan. Salah satu kegiatannya adalah arisan jamban. Menghimpun semua
sumber daya masyarakat untuk gotong royong bahu membahu memenuhi jamban keluarga.
3. Kelas edukatif Penyakit Menular dan Tidak Manular. Ini bisa dilakukan di indoor dan
outdoor. Tergantung situasi dan kondisi masing-masing puskesmas. Sebagai contoh
Puskesmas Sekar Biru Kecamatan Parit 3 Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kep. Bangka
Belitung memulai kegiatan ini pada hari jumat pada saat pasien antri menunggu dilakukan
pemeriksaan pada ruang tunggu poli umum. Dilakukan secara berkala dan bervariasi
materinya pada tiap-tiap sesi. Manfaatnya jelas, menambah pemahaman masyarakat tentang
penyakit menular dan tidak menular.
Tentunya dari ke tiga contoh kegiatan diatas butuh dievaluasi kegiatannya guna perbaikan
kedepan. Berikut beberapa langkah agar kegiatan inovatif tersebut tetap berkelanjutan dan punya
daya ungkit untuk masyarakat.

1. Konsep yang jelas. Buatlah konsep yang mumpuni. Jelas, terukur, dapat dilakukan,
terdokumentasi, objek yang jelas, manfaat yang di dapat dipertanggungjawabkan.
2. Dukungan dana. Ini penting, tidak dapat dilakukan bila tanpa dana. Sumbernya dapa
diambil dari dana BOK, dana APBD program maupun CSR yang sesuai dengan ketentuan.
3. Tim yang solid. Dengan tim yang solid akan memudahkan dalam pengerjaanya. Pembagian
tugas yang jelas, jadwal yang tepat serta dukungan moril.
4. Konsisten. Konsisten diperlukan guna berkelanjutan. Tidak pula hanya sebentar ibarat
parasetamol penurun panas. Konsistensi menjadi motivasi bagi masyarakat dalam menilai
keseriusan pelaksanaan program tersebut.
Evaluasi. Jangan lupa di evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan. Ajukan ide-ide

perbaikan, sampaikan semua kendala. Bahas di semua level puskesmas dan ambil

kebijakan strategis guna menyelesaikan masalah yang ada

7 Cara Sederhana Agar Kegiatan UKM Berjalan Maksimal

7 Cara Sederhana Agar Kegiatan Ukm Berjalan Maksimal

Dalam melaksanakan kegiatan di puskesmas tentunya kita memperhatikan kebutuhan dan


harapan masyarakat, kelompok masyarakat maupun individu yang menjadi sasaran kegiatan
UKM puskesmas. Melihat tujuan mulia diatas tentunya kerjasama tim di puskesmas sangat
diperlukan menimbang semua sektor terkait di dalam elemen-elemen pokok kegiatan puskesmas.

Konsultasi dan arahan serta bimbingan dari pimpinan puskesmas menjadi penting karena ini
adalah bagian dari motivasi pimpinan kepada pelaksana yang nantinya akan melaksanakan
kegiatan tersebut di lapangan. Apapun kegiatan itu perencanaan adalah satu tolak ukur
keberhasilan.
Berikut 7 cara sederhana menurut Saya agar kegiatan UKM dapat berjalan secara maksimal
dilapangan :

1. Mengiventarisir semua kegiataan yang masuk dalam pokja UKM. Dalam perannya pokja
UKM terbagi dalam 2 bagian ( permenkes 75 tahun 2014 ). Ada yang esensial dan
pengembangan. Sebaiknya inventarisir dahulu kegiatan yang esensial barulah yang
pengembangan. Diantaranya yang esensial adalah Promkes, Kesling, KAI dan IKB, Gizi,
Pencegahan dan pengendalian penyakit dan UKM pengembangan : upaya yang sifatnya
inovatif dan / bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan sesuai prioritas masalah
pelayanan dan potensi sumber daya di wilayah kerjanya.
2. Membagi habis tugas yang ada sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pengelola
program. Tidak ada satu orang pelaksana pun dalam pokja UKM yang tidak kebagaian tugas
dalam menyelesaikan kegiatan UKM. Semua staf mendapat tugas yang sesuai dengan
program dan kapasitas tanggung jawabnya. Ini memang sedikit sulit menimbang di beberapa
puskesmas masih kekurangan SDM. Tetapi setidaknya bisa mensiasati dengan frekuensi
waktu dan jadwal kegiatan yang berimbang.
3. Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan agenda dalam rencana kegiatan induk
puskemas. Jadwal kegiatan menjadi penting mengingat kelompok sasaran kita adalah
masyarakat dengan beragam aktifitas. Penjadwalan disesuaikan dengan sasaran yang ada.
Misal, untuk sasaran ibu-ibu bisa dilakukan pada sore hari seperti kelas ibu hamil. Untuk
sasaran penyuluhan bisa dilaksanakan pada malam hari ( seperti yang dilakukan di
Puskesmas Kelapa Kabupaten Bangka Barat ). Pola penjadwalan ini juga tentunya di buat
serinci mungkin sampai pada tempat dan siapa PJ nya.
4. Informasikan ke masyarakat ( bukti sosialisasi ). Setelah jadwal dibuat lalu sampaikan
jadwal tersebut kepada sasaran yang akan dituju berikut dengan kontak person PJ UKM nya.
Karena bila terjadi perubahan jadwal akan dengan mudah mengkonfirmasi nya. Teknis
informasi jadwal ini bisa melalui surat kemudian sarankan di tempel pada papan
pengumuman desa atau kantor desa setempat. Gunakan sistem informasi radio untuk
disiarkan secara berkala.
5. Laksanakan kegiatan sesuai arahan program. Dalam pelaksanaan kegiatan apapun
tentunya ada kerangka acuan dan SOP nya. Maka kerjakan sesuai dengan petunjuknya. Pun
bila dilapangan terjadi hal-hal diluar panduan sebaiknya di kondisikan semaksimal mungkin
sesuai jalur. Catat semua kendala dalam pelaksanaan guna dibahas dalam evaluasi kegiatan.
6. Rekap semua bukti pelaksanaan pokja UKM ( dokumentasikan ). Setelah kegiatan
berjalan. Dokumentasikan semuanya secara menyeluruh. Seperti bila ada pertemuan
hendaknya dilengkapi dengan surat undangan ( siapkan pula bukti tanda terima undangan ),
daftar hadir, notulen rapat, jadwal agenda tentatif dan foto-foto kegiatan. Ini sebagai bukti
otentik guna memenuhi elemen penilaian yang ada.
7. Evaluasi pelaksanaannya. Tahap akhir pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi. Sebetulnya
evaluasi masih masuk dalam rangkaian kegiatan yang tidak dapat di pisahkan dari kegiatan
pokoknya. Bahas semua kendala yang timbul dan langsung temukan solusi efektifnya guna
perbaikan pelaksanaan kegiatan yang akan datang.
Demikianlah cara sederhana dan sistematis agar pelaksanaan kegiatan UKM dapat berjalan
semaksimal mungkin. Memang paparan ini sepertinya mudah tetapi dalam aplikasinya tentunya
mengalami kendala. Setidaknya sudah menjadi tolak ukur yang sistematis, tersusun dan terarah
guna efektifitas kegiatan UKM.

Anda mungkin juga menyukai