Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banjir merupakan suatu masalah yang sampai saat masih perlu adanya

penanganan khusus dari berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat.

Banjir bukan masalah yang ringan.

Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan

yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/ bendungan yang bobol, pencairan

salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain dan penumpukan limbah

(Ligal, 2008). Sedikitnya ada lima faktor penting penyebab banjir di Indonesia

yaitu faktor hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor

kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan

faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana.

Banjir hampir terjadi di setiap musim penghujan tiba. Banjir datang tanpa

mengenal tempat dan siapa yang menghuni tempat tersebut. Banjir bisa terjadi di

wilayah pemukiman, persawahan, jalan, ladang, tambak, bahkan di perkotaan.

Bencana banjir tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalisir dampaknya

dengan cara penaggulangan terhadap banjir. Menurut Robert J. Banjir sering kali

menjadi masalah bagi sebagian warga masyarakat, terutama masyarakat yang

tinggal di daerah dataran rendah maupun di bantaran got (saluran pembuangan


limbah). Maka adapun solusi dari permasalahan di atas penulis dapat mengurangi

dampak terjadinya banjir di desa-desa dengan membuat batu bata ramah

lingkungan. Yang mana proses pembuatannya dengan campuran limbah

pembuangan irigasi atau limbah tanah yang dapat mengakibatkan potensi

terjadinya banjir di desa-desa.

1.2 RUMUSAN MASLAAH

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak

terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan

yang akan di angkat dalam penelitian ini.

Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Penulis mengidentifikasikan bahwa kurangnya pengetahuan tentang

kesiapsiagaan dalam menghadapi banjir dikarenakan faktor ketidaktahuan

masyarakat.
2. Factor-faktor yang mengakibatkan terjadinya banjir yang semakin meningkat
1.3 PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka

pembatasan masalah pada penelitian ini adalah: “PEMBUATAN BATU BATA

RAMAH LINGKUNGAN”.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang penulis inginkan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

banjir.

2. Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh bencana banjir berdasarkan dari

informasi yang diperoleh peneliti dari salah satu masyarakat.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat berupa pengadaan “Batu

Bata Ramah lingkungan” agar mengurangi dampak banjir yang ada di desa-desa

serta menambah persiapan apa saja dalam menghadapi bencana banjir yang akan

terjadi, serta memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pedulinya

terhadap lingkungan dan dapat disosialisasikan kepada warga masyarakat

kemudian ditambah dengan paparan teori mengenai siaga lingkungan.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN BANJIR

Banjir ialah bencana alam yang sering terjadi di banyak kota dalam skala yang

berbeda dimana air dengan jumlah yang berlebih berada di daratan yang biasanya

kering. Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian banjir

adalah berair banyak dan juga deras, kadang-kadang meluap. Hal itu dapat terjadi

sebab jumlah air yang ada di danau, sungai, ataupun daerah aliran air lainnya yang

melebihi kapasitas normal akibat adanya akumulasi air hujan atau pemampatan

sehingga menjadi meluber.

Di mata masyarakat, pada umumnya pengertian banjir merupakan hal yang

negatif. Hal ini karena banjir selalu berkaitan dengan hal-hal yang merugikan

sehingga dapat disebut juga bencana alam. Banjir dapat menyebabkan kerusakan

parah, khususnya pada daerah yang padat penduduk yang berada di bantaran

sungai atau daerah-daerah yang terkena banjir periodik.

Pengertian banjir merupakan suatu peristiwa yang terjadi saat aliran air yang

berlebihan merendam suatu daratan. Meski kerusakan yang dapat akibatkan

bencana banjir dapat dihindari dengan cara pindah menjauh dari danau, sungai,

atau aliran air lainnya, orang-orang akan tetap menetap serta bekerja dekat daerah-

daerah aliran air tersebut guna mencari nafkah dan juga memanfaatkan biaya

murah. Manusia masih terus menetap di wilayah yang rawan banjir tersebut
merupakan sebuah bukti bahwa nilai menetap di wilayah yang rawan banjir lebih

besar dibandingkan dengan biaya kerusakan akibat bencara banjir periodik. Untuk

lebih lengkapnya, berikut macam-macam banjir.

Terdapat macam-macam banjir yang disebabkan karena beberapa faktor, antara

lain :

a. Banjir Air

Banjir air merupakan banjir yang sering terjadi. Penyebab banjir air

dikarenakan meluapnya air di danau, sungai, selokan, atau aliran air yang

lainnya sehingga menyebabkan air tersebut naik dan menggenangi daratan.

Biasanya banjir air disebabkan karena hujan yang terjadi secara terus-menerus

sehingga mengakibatkan aliran air tersebut tidak dapat menampung air yang

berlebih.

b. Banjir Bandang

Banjir bandang merupakan banjir yang mengangkut air dan juga lumpur.

Banjir bandang tersebut sangatlah berbahaya dibandingkan dengan banjir air

biasa, hal ini karena akan sulit untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang

dapat menghanyutkan benda-benda dan memiliki daya rusak yang tinggi.

Banjir bandang pada umumnya terjadi di area pegunungan yang tanah

pegunungan tersebut seolah longsor karena adanya air hujan yang ikut

terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir tersebut dapat

menghanyutkan pohon yang berukuran besar sehingga dapat merusak

pemukiman warga yang terkena banjir bandang tersebut.


c. Banjir Lumpur

Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip banjir bandang namun

lumpur tersebut keluar dari dalam bumi sehingga dapat menggenangi daratan.

Lumpur tersebut terkadang memiliki kandungan bahan serta gas kimia

berbahaya.

d. Banjir Rob (Laut Pasang)

Banjir rob merupakan banjir yang disebabkan karena pasang air laut.

Banjir rob pada umumnya melanda kota muara baru di jakarta. Pasang air laut

pada umumnya akan menahan air sungai yang menumpuk, hingga dapat

menjebol sebuah tanggul dan menggenangi daratan.

e. Banjir Cileunang

Banjir cileunang merupakan salah satu macam-macam banjir. Pengertian

banjir cileunang ialah suatu banjir yang mirip dengan banjir air akan tetapi

banjir tersebut dikarenakan hujan yang sangatlah deras dan mempunyai debit

air yang banyak. Terjadinya banjir ini sangatlah cepat, hal ini karena hujan

yang terjadi sangatlah deras sehingga dapat terjadi dalam waktu cepat.

f. Banjir Lahar

Pengertian banjir lahar adalah banjir yang disebabkan karena lahar

gunung berapi masih aktif saat yang meletus atau mengalami erupsi. Dari

proses erupsi tersebut, gunung akan mengeluarkan lahar dingin yang dapat

menyebar ke lingkungan di sekitarnya. Air yang ada dalam sungai atau danau

dapat mengalami pendangkalan sehingga berdampak terkena banjir.


2.2 PENYEBAB BANJIR

Saat bencana banjir terjadi, banyak orang yang kehilangan harta benda.

Bahkan hingga menimbulkan korban jiwa. Oleh sebab itu, alangkah baiknya untuk

mengetahui penyebab banjir supaya dapat mengambil langkah tepat guna

mencegah bencana banjir tersebut. Berikut penyebab banjir yang harus Anda

ketahui.

a. Penebangan hutan liar

Penebangan hutan secara liar yang membuat hutan menjadi gundul

merupakan salah satu penyebab banjir. Hal ini karena, akar pohon memiliki

fungsi untuk menyerap air. Oleh sebab itu, jika banyak pohon yang hilang

maka akan dengan mudah terjadi bencana banjir.

b. Buang sampah sembarangan

Penyebab banjir yang satu ini sudah tidak asing lagi. Sampah yang

dibuang sembarang khususnya apabila dibuang di sungai atau aliran air

lainnya dapat menyumbat aliran air tersebut sehingga dapat meluap dan

menyebabkan terjadinya banjir.

c. Pemukiman di bantaran sungai atau aliran air

Pemukiman yang didirikan di bantaran sungai mengakibatkan sungai

tersebut rentan terjadi pendangkalan. Pendangkalan yang terjadi di sungai

karena kebiasaan untuk membuang sampah ke sungai serta keadaan tanah di

kiri kanan bangunan tersebut dapat saja ambles dan kemudian menutup sisi

sungai. Sehingga sungai menjadi menyempit dan rawan banjir.


d. Dataran rendah

Daerah-daerah yang berada di dataran rendah dapat menyebabkan banjir,

hal ini karena luapan air yang mengalir dari tempat di dataran tinggi ke rendah

sehingga dapat beresiko terkena banjir.

e. Curah hujan yang tinggi

Penyebab banjir ini disebabkan karena faktor cuaca. Apabila terdapat

daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan terjadi berlarut-larut dalam

jangka waktu lama, memiliki resiko yang besar untuk terjadi banjir terlebih

jika berada di dataran rendah.

3.3 AKIBAT BANJIR

Setiap bencana alam pasti menimbulkan kerugian dan dampak di wilayah

yang terkena bencana tersebut, begitu pula dengan banjir. Berikut beberapa akibat

banjir dan cara mengurangi banjir.

Akibat Banjir :

1) Menyebarnya berbagai bibit-bibir penyakit.

2) Kehilangan harta benda.

3) Pertanian, tanaman, atau ladang yang rusak.

4) Menimbulkan banyak korban apabila terjadi banjir bandang.

5) Fasilitas umum, sarana dan prasarana yang menjadi rusak.

6) Jarang air karena sebelumnya sudah terkontaminasi dengan banjir.

7) Pohon-pohon yang lama terendam banjir akan mati.


8) Dampaknya dalam jangka panjang, jumlah wisatawan yang datang ke daerah

tersebut akan menurun.

9) Pemulihan kembali wilayah bencana membutuhkan waktu yang lama.

9) Mahalnya biaya untuk membangun sarana dan prasarana yang rusak akibat

banjir.

10) Terjadi kenaikan harga, hal ini karena bahan makanan yang menjadi langka.

Cara mengatasi banjir :

1) Menata daerah aliran-aliran air seperti sungai, danau, dan lain sebagainya sesuai

dengan fungsinya.

2) Tidak membuang sampah sembarangan ke danau, sungai, selokan.

3) Tidak membangun rumah ataupun bangunan dibantaran sungai.

4) Lakukan pengerukan sungai.

5) Perlu dilakukan reboisasi atau penghijauan hutan.

6) Sistem pemantau dan peringatan apabila terjadi bencana harus dibangun di

daerah yang rawan banjir.

3.4 SEJARAH SINGKAT PEMBUATAN BATU BATA

A. sejarah pembuatan batu bata

Sejak zaman nenek moyang dulu pembuatan batu bata telah ada

walaupun secara manual, dari situlah para warga mulai pempelajari dan

mengetahui tata cara pembuatan batu bata, mulai dari pencarian bahan sampai

proses pembakarannya. Meskipun secara manual kualitas batu bata yang


dihasilkan cukup bagus mengingat tanh yang digunakan untuk pembuatan batu

bata adalah tanah liat yang mempunyai susunan tanah yang sangat kuat.

Batu bata merupakan salah satu bahan dasar dalam membuat tembok

rumah atau bangunan lain yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Permintaan batu bata terus meningkat seiring dengan banyaknya masyarakat

yang ingin membangun maupun merenofasi rumahnya. Untuk itu, pembuatan

batu bata dapat member peluang bisnis yang menjanjikan.

B. Fungsi Batu Bata

Siapapun tahu tentang batu bata meskipun bukan pekerja bangunan. Batu

bata sangat akrab dengan kehidupan kita, berasal dari tanah liat yang dibentuk

dengan cetakan berukuran tertentu kemudian dibakar.Yang tidak kalah penting

dalam menjaga mutu dari dinding adalah spesi atau perekat antar bata. campuran

yang baik akan menyebabkan dinding kita awet dan bisa bertahan terhadap

resapan air dari tanah maupun air hujan. Semakin baik kualitas spesi yang

digunakan untuk merekatkan bata semakin berkualitas pula dinding yang kita

dapat.

Memiliki kwalitas yang bermacam – macam tergantung bahan yang dibuat

serta media pembakarnya. Ada yang membakar menggunakan sekam ada pula

yang menggunakan kayu bakar. Kwalitas pembakaran denbgan kayu bakar

memiliki grid yang lebih tinggi atau berkualitas lebih baik. Batu bata bisa juga

berfungsi sebagai gewel, mempunyai nilai yang lebih ekonomis dari pada kita
mengguakan kuda-kuda dari kayu. Dinding yang menggunakan bahan batu bata

memiliki daya serap terhadap panas cukup baik sehingga terasa nyaman.

Harganya yang relatif murah dan banyak tersedia menjadi pilihan terbaik

sampai saat dewasa ini untuk bangunan rumah tinggal. Yang tidak kalah penting

dalam menjaga mutu dari dinding adalah spesi atau perekat antar bata. campuran

yang baik akan menyebabkan dinding kita awet dan bisa bertahan terhadap

resapan air dari tanah maupun air hujan. Semakin baik kualitas spesi yang

digunakan untuk merekatkan bata semakin berkualitas pula dinding yang kita

dapat.

C. Alat dan Bahan Dalam Pembuatan Batu Bata

Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di

sekitar kita. Itulah salah satu penyebab, batu bata mudah didapatkan.

Adakalanya, kita melihat batu bata yang warna dan tingkat kekerasannya

berbeda.

Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan bahan baku tanah yang

digunakan untuk pepmbuatan batu bataserta perbedaan teknik pembakaran yang

diterapkan. Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan batu bata :

Alat :

1. Gerobak

2. Sekop

3. Tali boflang
4. Oven(tempat pembakaran)

5. Bambu (30 cm) dan

6. Forong(tempat cetak) memiliki lebar 7 cm dan panjang 10 cm

. Bahan Utama:

1. Tanah liat

2. Sekam padi

3. Air

Bata merah dalam proses pembuatanya bukan hanya kegiatan mencetak

tanah, mengeringkan dan membakarnya, akan tetapi diperlukan campuran supaya

menjadi bata dengan kualitas yang sesuai dengan yang diinginkan, tentu saja juga

ada tanah yang bagus tanpa bahan campuran tambahan yang dapat menjadikan

bata bagus. Tanah atau kita sebut tanah liat merupakan unsur utama yang

membentuk bata kita, akan tetapi diperlukan beberapa unsur tambahan

diantaranya adalah:

a.Pasir

Jika hanya tanah liat yang digunakan dalam proses pembuatanya maka

setelah proses pembakaran sangat mungkin ditemukan bata dengan susut

ukuran yang signifikan, selain itu juga menyebabkan bata melengkung dan

juga retak. Nah karena retak, varisi ukuran yang besar, juga bentuk bata yang

melengkung merupakan salah satu kejelekan bata merah atau kejelekan batu

bata, maka ketika anda mau memilih bata merah hindari kejelekean tadi dan

kalau mau tahu salah sau penyebabnya adalah kurangnya pasir dalam prorses
pembuatan bata. Tetapi perlu diingat bahwa terlalu banyak pasir akan

menyebabkan bata anda menjadi getas dan lemah, ini juga harus dihindari

b.Kapur

Dalam campuran bata merah yang baik perlu mengandung kapur

dalam jumlah tertentu dimana kapur ini berfungsi untuk membantu pelelehan

butir-butir pasir dan membantu mengikat butir-butir tanah. Dengan adanya

kapur ini akan dihasilkan bata dengan kekuatan yang baik dan bata yang

halus. Kapur sebagai campuran dalam membuat bata haruslah berupa serbuk,

jika berupa butiran atau bongkahan yang terjadi adalah ketika pembakaran

kapur akan menjadi kapur tohor (CaO), yang mana kapur tohor ini jika

terkena air akan bereaksi dan mengembang, pengembangan kapur tohor dalam

bata ini akan menyebabkan bata menjadi retak.

D. Memilih Tanah Yang Tepat

Hampir semua jenis tanah dapat digunakan sebagai bahan pembuatan

batu bata kecuali yanah yang mengandung pasir atau kapur. Tanah yang

mengandung pasir atau kapur akan membuat batu bata mudah pecah.

Sedangkan untuk mengetahui tanah itu cocok untuk pembuatan batu bata, maka

ada cara untuk mengetahuinya.

Pertama, ambil tanah tersebut, campur dengan air, kemudian diaduk

hingga rata. Setelah itu diinjak-injak hingga lumat dan buang kerikil maupun

kotorang yang ada. Setelah lumat, tanah direndam selama sehari semalam dan
jangan sampe terkena panas matahri. Jika tanah tersebut tidak merekah, berarti

tanah tersebut baik untuk bahan batu bata.

Kedua, tanah tersebut dikeringkan dan di bakar, jika berwarna merah

menyala saat dibakar, maka bahan tersebut sangat baik untuk pembuatan batu

bata.

E. Proses Pembuatan Batu Bata

Dalam pembuatan batu bata ada 3 tahap yaitu sebagai berikut :

1. Tahap penghalusan :

Tanah merah yang sudah ada diangkat kemudian dimasukan ke dalam

wadah yang telah disediakan, sebelum dimasukan wadah tersebut diisi dengan

air terlebih dahulu, selanjutnya tanah dimasukan dan diinjak-injak sampai halus.

2. Tahap percetakan :

Tanah Merah yang sudah dihaluskan sehingga membentuk tanah liat,

setelah itu dimasukan kedalam tempat pencetakan (Forong) yang berukuran

panjang 10cm dan Lebar 7cm. Setelah dimasukan kedalam cetakan dan di

padatkan dengan cara menakan dengan menggunakan tangan, rapikan permukaan

corong menggunakan bambu, setelah itu dibagi menjagi tiga bagian dengan cara

dipotong dengan menggunakan benang boflang.

Selanjutnya keluarkan dari cetakan ke tempat yang telah disediakan.

Selanjutnya dikeringkan dengan cara menyusun batu bata yang diberi sedikit
jarak agar angin dapat masuk. Proses pengeringan juga bergantung dari cuaca.

Pengeringan dilakukan dengan cara menyusun bata dengan diberi cela.

3. Tahap Pembakaran :

Pembakaran batu bata berlangsung di oven yang terbuat dari batu bata

yang direkatkan menggunakan tanah liat itu sendiri. Pembakaran menggunakan

kayu yang keras seperti : kayu mangga, kenari, linggua dan kayu yang keras

lainnya. Proses pembakaran berlangsung selama 2 hari, yaitu 2 siang dan 2

malam. Apabila tinggi tempat pembakaran kurang dari 4 meter bisa menampung

6000 bata. selanjutnya bata yang telah diuapkan hingga temperatur suhu

naik/tinggi, setelah itu didinginkan dan dikeluarkan melewati pintu Oven yang

berada di samping.

F. Keunggulan batu bata :

1. Keretakan relatif jarang terjadi.

2. Kuat dan tahan lama.

3. Penggunanaan rangka beton pengakunya lebih luas, antara 9-12 m2.

G. Kekurangan dinding bata merah:

1. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan batako dan bahan dinding

lainnya.

2. Biaya pengeluaran lebih tinggi.


H. Syarat-syarat batu bata:

Persyaratan batu bata atau bata merah menurut SII-0021-78 dan PUBI 1982 adalah

sebagai berikut:

1. Bentuk standar bata ialah prisma segi empat panjang, bersudut siku-siku dan tajam,

permukaan rata dan tidak retak-retak

2. Ukuran standar

Modul M-5a:190x90x65 mm

Modul M-5b:190x140x65 mm

Modul M-6:230x110x55mm

3. Bata dibagi menjadi 6 kelas kekuatan yang diketahui dari besar kekuatan tekan

yaitu kelas 25, kelas 50, kelas 150, kelas 200 dan kelas 250. Kelas kekuatan ini

menunjukan kekutan tekan rata-rata minimal dari 30 buah bata yang diuji

4. Bata merah tidak mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya

sehingga pengkristalanya (yang berupa bercak-bercak putih) menutup lebih dari 50%

permukaan batanya.

I. Pengujian bata

Untuk mengetahui baik buruk dan mutu bata harus dilakukan pengujian sebagai

berikut :

1. Uji serap air

Pengujian ini dilakukan dengan cara bata diambil acak dalam keadaan kering mutlak

kemudian direndam dalam air sampai semua porinya terisi dengan air. Maka

persentase berat air yang terserap dalam bata dibandingkan berat bata adalah indeks
angka serap air pada bata. Bata merah atau batu bata diangap baik jika penyerapan

airnya kurang dari 20%. Sepertinya kalau yang ini harus dilakukan di laboratorium

2. Uji kekerasan

Uji kekerasan bata dilakukan dengan menggoreskan kuku pada permukaan bata, jika

goresan dengan kuku itu menimbulkan bekas goresan maka kekerasan bata anda

kurang baik. Nah yang ini mudah kan bisa anda lakukan sendiri.

3. Uji bentuk dan ukuran

Semua permukaan bata harus rata dan bersudut siku-siku.

4. Uji bunyi

Uji bunyi dilakukan dengan memegang dua bata kemudian memukulkanya satu

dengan yang lainya dengan pukulan tidak terlalu keras. Bata yang baik akan

mengeluarkan bunyi yang nyaring. Uji bunyi ini merupakan salah satu parameter

kekeringan dari batu bata anda. Tentu saja bata akan berbeda jika dalam keadaan

basah, walaupun bata yang baik dia tidak akan mngeluarkan bunyi yang nyaring.

5.Uji kandungan garam

Uji kandungan garam dilakukan dengan cara merendam sebagian tubuh bata kedalam

air, air akan terserap bata sampai ke bagian bata yang tidak direndam. Selama proses

penyerapan air inilah garam-garam yang terkandung bata akan terlarut ke aatas ke
bagian yang tidak direndam air. Nah garam-garam pada bata ini berupa bercak-bercak

putih. Bata dikatakan baik jika bercak-bercak putih yang menutup permukaan bata

kurang dari 50%. Bata dengan kandungan garam yang tinggi secara langsung akan

berpengaruh pada lekatan antara bata dengan mortar pengisi, dimana dengan

terganggunya lekatan antara bata dan mortar pengisi akan menurunkan kualitas bata

anda.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti memilih objek penelitian di Jalan Perintis

Kemerdekaan 4 nomor 15, makassar, Sulawesi-selatan. Peneliti memilih lokasi

tersebut dikarenakan jalan tersebut berdampak setiap tahun terjadi banjir

diakibatkan oleh limbah yang berlebihan.

3.2 JENIS DATA

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu

data yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui wawancara dan

dokumentasi.Pada jalan perintis kemerdekaan saya mewawancarai Nasaruddin

yang menjabat sebagai ketua RT. Ada pun data sekunder yang dapat digunakan

sebagai sumber informasi yang diperoleh dari buku-buku atau dokumen tertulis.
Sumber data sekunder yang terutama adalah buku teks karena buku teks berisi

mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan- pandangan klasik

para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi.

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

A. wawancara

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi dimana hasil

wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan

mempengaruhi arus informasi, serta merupakan suatu percakapan yang

dilakukan dengan maksud tertentu, dan percakapan ini biasanya dilakukan

oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam

metode wawancara ini peneliti melakukan wawancara kepada RT setempat

B. Dokumentasi

Penelitian kepustakaan dapat dikatakan juga sebagai studi dokumen

yang merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam

penelitian kualitatif. Dilakukannya penelitian kepustakaan guna mendapatkan

landasan teoritis berupa pendapat-pendapat sarjana atau ahli hukum dan dari

beberapa referensi buku, yang mana merupakan karya dari para ahli hukum,

serta berbagai karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan objek penelitian.

3.4 METODE ANALISIS

Analisis data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Pendekatan secara

kualitatif artinya menguraikan data dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun,

logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan pemahaman dan

interpretasi data. Dalam penelitian ini, analisis data berwujud kegiatan untuk

menjadikan sistematis terhadap objek hasil penelitian dan sumber hukum tertulis,

dimana dengan mencari keterkaitan antara keduanya. Dalam rangka

mempermudah dalam memahami data yang diperoleh dan agar data terstruktur

secara baik, rapi dan sistematis, maka analisis data dilakukan dengan beberapa

tahapan yang menjadi sangat urgen dan signifikan. Adapun tahapan-tahapan

teknik analisis data adalah:

A. Pemeriksaan Data (Editing)

Pemeriksaan data (editing) merupakan proses penelitian kembali terhadap

catatan, berkas-berkas, dan informasi yang dikumpulkan oleh peneliti. Melalui

editing diharapkan akan dapat meningkatkan mutu kehandalan

(reliabilitas) data yang hendak dianalisis. Tahap pertama ini dilakukan untuk

meneliti kembali data-data yang telah diperoleh dari pihak jl. Perintis

kemerdekaan terutama dari kelengkapan, kejelasan, kesesuaian serta

relevansinya dengan data yang lain dengan tujuan apakah data-data tersebut

sudah mencukupi untuk memecahkan permasalahan yang diteliti, untuk


mengurangi kesalahan dan kekurangan data dalam penelitian serta untuk

meningkatkan kualitas data.

B. Klasifikasi (Classifying)

Classifying merupakan usaha mengklasifikasi jawaban responden

berdasarkan macamnya.Aktivitas ini sudah memasuki tahap pengorganisasian

data, karena kegiatannya adalah memberikan kode terhadap jawaban responden

sesuai dengan kategori masing-masing. Dalam hal ini peneliti mereduksi data

yang ada dengan cara menyusun dan mengklasifikasikan data yang diperoleh

dari hasil wawancara para informan ke dalam pola tertentu atau permasalahan

tertentu untuk mempermudah pembacaan dan pembahasan sesuai dengan

kebutuhan penelitian.

C. Verifikasi (Verifying)

Verifikasi data adalah pembuktian kebenaran data untuk menjamin

validitas data yang telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan dengan cara

menemui sumber data (informan) dan memberikan hasil wawancara

dengannya untuk ditanggapi apakah data tersebut sesuai dengan yang

diinformasikan atau tidak.

D. Analisis(Analyzing)

yang dipaparkan pada latar belakang masalah. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum Analyzing

adalah proses penyederhanaan kata ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca

dan juga mudah untuk diinterpretasikan. Dengan cara memaparkan data yang
sudah diklasifikasikan, kemudian diinterpretasi dengan mengaitkan sumber data

yang ada dan dianalisis sesuai dengan item-item yang dikaji dalam penelitian.

Hasil analisis terhadap pokok- pokok masalah yang dibahas atau dikaji dalam

penelitian selanjutnya dituangkan secara deskriptifdalam laporan hasil

penelitian.Dalam hal ini analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah

deskriptif komparatif, yaitu analisis yang membandingkan dua variabel atau

status fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisahkan menurut

kategorinya untuk memperoleh kesimpulan.

E. Pembuatan Kesimpulan (Concluding)

Sebagai tahapan akhir dari pengolahan data adalah concluding, yaitu

pengambilan kesimpulan dari data-data yang diperoleh setelah dianalisa untuk

memperoleh jawaban kepada pembaca atas kegelisahan dari apa yang

dipaparkan pada latar belakang masalah. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat

berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Tahap pengambilan

kesimpulan dari bahan-bahan penelitian dan sumber data yang diperoleh ini

dengan tujuan agar mempermudah dalam menjabarkannya dalam bentuk

penelitian dan untuk menjawab apa yang menjadi latar belakang penelitian

sekaligus menjawab rumusan masalah.


3.5 ALAT DAN BAHAN

Alat :

- Cangkul

- Alat cetak

- Tempat pembakaran atau tungku

- Kayu bakar

Bahan :

- Tanah liat

- Pasir dari limbah got

- Abu

- Air

3.6 CARA KERJA

Langkah – langkah pembuatan batu bata

1. Membuat adonan batu bata dengan cara campurkan tanah liat, air dan pasir

dengan takaran 1 ember tanah liat dengan 1/3 ember pasir dari limbah got dan

aduk sampai rata dan tekstur berubah menjadi halus, hasil adonan ini akan

sangat menentukan kualitas batu bata yang dibuat

2. Proses pencetakan batu bata, siapkan alas untuk tempat batu bata

diletakkan masukkan adonan ke dalam cetakan batu bata sampai terisi penuh

lalu dihempas – hempaskan supaya padat


3. Ratakan cetakan sesuai bentuk cetakan dengan memotong kelebihannya

dengan menggunakan kawat atau yang lainnya

4. Angkat dan keluarkan batu bata dari cetakan lalu jemur batu bata

dibawah sinar mataharisampau dengan kering dan warnanya berubah menjadi

coklat

5. Ulangi langkah tersebut sampai dengan jumlah yang dibutuhkan

Langkah pembakaran batu bata

1. Susun batu bata untuk dibakar

2. siapkan bahan – bahan untuk proses pembakaran yaitu kayu, dan sekem

(jerami)

3. Proses pembakaran siap dilakukan letakkan kayu kedalam lubang da nisi

sela – sela tersebut dengan sisa kulit padi (gabah)

4. Jaga kondisi api supaya tetap stabil

5. Lamanya pembakaran tergantung dari seberapa banyak batu bata yang

dibuat

6. Dinginkan batu bata dan siap dijual


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No. Sebelum dikeringkan Sesudah dikeringkan

1 Teksturnya lembek Teksturnya mengeras

2 Kadar air tinggi Kadar air rendah

3 Tidak mengapung dalam air Mengapung dalam air

4.2 Pembahasan
Pada proses pelarutan air dengan sabun agar didapatkan busa yang

banyak sebaiknya pemberian airnya tidak terlalu banyak . Pemberian busa disini

bertujuan untuk membentuk pori pada permukaan batu bata dan pemberiannya

pun harus diperhatikan jangan terlalu banyak karena jika terlalu banyak adonan

akan menjadi lembek. Pasir digunakan pada pembuatan ini bertujuan untuk

membentuk kerangka atau bentuk dari batu bata ini sendiri yang telah dicetak.

Pada pembuatannya sendiri jangan terlalu banyak memberi pasir agar bata tidak

lembek dan fungsi dari pasir ini sendiri hanya sebagai pengisi saja. Abu

digunakan bertujuan untuk memperingan batu bata yang akan dibuat.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa ini saya dapat menyimpulkan bahwa bata ringan

diciptakan dengan tujuan memperingan beban struktur dari sebuah bangunan

konstruksi, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses

pemasangan dinding berlangsung. Batu bata ringan lebih ringan dari batu bata

biasa sehingga memperkecil beban struktur. Pembuatannya pun tidak

memerlukan waktu yang lama dibanding batu bata biasa.


5.2 Saran
1. Jangan terlalu banyak memberi komposisi pasir agar batu bata yang dihasilkan

tidak lembek karena pasir hanya berfungsi sebagai pengisi.


2. Jangan terlalu banyak memberi pada adonan agar tidak terlalu lembek pada

proses pencetakannya

DAFTAR PUSTAKA

Hutasoit 2002.” Hidrogeologi Cekungan Jakarta Untuk Pengembangan

ResapanBuatan”. Departemen Teknik Geologi. ITB Bandung

Kimpraswil. 2003. Basin Water Resources Management Planning

TwiningCooperation. Stakeholder Consultation Workshop BWRMO Cisadane

CiliwungFebruary 4-6, Bogor

Anda mungkin juga menyukai