Anda di halaman 1dari 60

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup

tinggi. Kandungan lemak dan kalori yang tinggi pada biji kacang tanah banyak

dimanfaatkan penduduk sebagai makanan olahan. Kacang tanah kaya dengan

lemak serta mengandung protein yang tinggi dan lebih tinggi dari daging, telur,

dan kacang soya (Adisarwanto, 2004).

Kacang tanah memiliki banyak manfaat sebagai bahan makanan, sebagai

bahan industri, bahan baku pembuatan minyak, sabun, mentega dan lain-lain.

Kacang tanah sangat disukai masyarakat, karena rasanya enak dan gurih, selain

itu bijinya mengandung bahan-bahan berguna yang dibutuhkan oleh tubuh

manusia seperti lemak (40-50%), protein (25-30%), karbohidrat (21%), kalori

(540), air (5%), mineral-mineral seperti Ca, P, Fe, dan vitamin A dan B. Daun

kacang tanah juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk hijau

(Suprapto, 2004).

Peranan kacang tanah pada dasawarsa terakhir ini semakin meningkat

dalam kaitannya dengan penyediaan bahan baku industri, sehingga sistem

pengadaan kacang tanah berkembang menjadi agribisnis kacang tanah.

Perkembangan produksinya kurang menggembirakan dengan pertambahan luas

panen sebesar 1,27% dengan hasil sebesar 1.043ton/ha. Hasil tersebut jauh lebih

rendah jika dibanding dengan hasil percobaan (demontrasi plot) yang dapat

mencapai 2-3ton/ha (Prasetyo, 2003).

Rendahnya hasil kacang tanah tersebut antara lain karena sebagian besar

ditanam pada lahan marginal yang didominasi oleh lahan kering yang jenuh unsur

1
hara, kandungan bahan organik rendah, curah hujan tidak menentu, erosi aliran

permukaan, kandungan Al-dd dan Fe-dd tinggi.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan tersebut adalah dengan

penambahan pupuk organik disamping bahan anorganik. Bahan organik

merupakan bahan yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, seperti pupuk

kandang, kompos, pupuk hijau , jerami, dan bahan lain yang dapat berperan

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Salah satu bahan organik yang

dapat digunakan adalah bokashi jerami padi. Bahan organik tidak dapat

menggantikan peran dari pupuk anorganik sebagai pemasok hara, karena

kandungan unsur hara dalam bahan organik relatif rendah, namun demikian bahan

organik dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik

(Sutanto, 2002).

Phospat merupakan salah satu unsur hara essensial untuk pertumbuhan

tanaman yang berperan dalam transfer energi, sintesis protein, dan reaksi biokimia

lainnya (Poerwowidodo, 1992). Ketersediaan P dalam tanah sangat dipengaruhi

oleh pH tanah, pada tanah masam P akan bersenyawa dengan Al dan Fe

membentuk Al-P dan Fe-P, sehingga efektifitas pemupukan P menjadi rendah

karena sebagian P berubah menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman

(Poerwowidodo, 1992).

Bokashi jerami padi merupakan hasil olahan jerami padi dengan

EM-4yang cukup potensial sebagai bahan organik. Bahan organik menghasilkan

asam-asam organik yang dapat membantu penyerapan P. Pemberian bokashi

jerami padi dan pupuk Phospat diharapkan akan meningkatkan ketersediaan P,

2
meningkatkan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga dapat

meningkatkan hasil kacang tanah.

1.2. Perumusan Masalah

Peranan kacang tanah pada dasawarsa terakhir ini semakin meningkat

dalam kaitannya dengan penyediaan bahan baku industri, sejalan dengan

perkembangan agribisnis kacang tanah. Perkembangan produksinya kurang

optimal. Rendahnya hasil kacang tanah tersebut disebabkan oleh sebagian besar di

tanam di lahan marginal yang didominasi oleh lahan kering yang kurang unsur

hara, bahan organik rendah, curah hujan tidak menentu, dan tingginya kandungan

Al-dd dan Fe-dd.

Ketersediaan P dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Pada tanah

masam P akan bersenyawa dengan Al dan Fe membentuk Al-P dan Fe-P,

sehingga efektifitas pemupukan P menjadi rendah karena sebagian P berubah

menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Bahan organik berperan dalam

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik menghasilkan

asam-asam organik yang dapat membantu penyerapan P. Salah satu bahan organik

yang dapat digunakan adalah bokashi jerami.

Upaya untuk meningkatkan produksi kacang tanah adalah pemberian

bokashi jerami dan pupuk phospat. Pemberian bokashi jerami dan pupuk phospat

diharapkan akan meningkatkan ketersediaan P, meningkatkan kesuburan fisik,

kimia, dan biologi tanah, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi kacang

tanah.

3
1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini adalah

sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh pemberian bokashi jerami padi dan pupuk phospat

terhadap pertumbuhan dan hasil produksi kacang tanah.

2. Mengetahui kelayakan usaha pada budidaya kacang tanah dengan

menggunakan teknologi bokashi jerami dan pupuk phospat.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tanah

Menurut Adisarwanto (2004), tanaman kacang tanah suku Papilionaceae.

Kedudukan tanaman kacang tanah dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledon (biji berkeping dua)

Ordo : Leguminoceae (kacang-kacangan)

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogeae L.

Penyebaran kacang tanah di Indonesia mulai ditanam pada awal abad ke-

17, masuknya kacang tanah ke wilayah Nusantara dibawa oleh pedagang Cina dan

Portugis. Sentra produksi kacang tanah pada mulanya terpusat di Pulau Jawa,

selanjutnya menyebar ke berbagai daerah, terutama Sumatera Utara dan Sulawesi

Selatan. Sekarang kacang tanah telah ditanam di seluruh Indonesia

(Adisarwanto, 2004).

Sumber genetik (gern palsm) kacang tanah berasal dari Brasilia.

Penanaman kacang tanah pertama kali dilakukan oleh orang Indian. Setelah

Benua Amerika ditemukan, tanaman ini ditanam oleh pendatang dari Eropa,

daerah pusat penyebarannya mula-mula terkonsentrasi di India, Cina, Nigeria,

5
Amerika Serikat, dan Gambia, kemudian meluas ke berbagai negara di dunia

(Rukmana, 1998).

 Akar (radix)

Akar tanaman kacang tanah bersimbiosis dengan bakteri rhizobium

radicicola. Bakteri ini terdapat pada bintil-bintil (nodula-nodula) akar tanaman

kacang tanah dan bersimbosis saling menguntungkan. Tanaman kacang tanah

tidak dapat menambat nitrogen bebas (N2) dari udara tanpa bakteri rhizobium.

Sebaliknya bakteri rhizobium tidak dapat mengikat nitrogen tanpa bantuan

tanaman kacang tanah. Pada bintil-bitil akar teradapat unsur nitrogen yang

berguna untuk pertumbuhan tanaman dan ketersedian unsur N dalam tanah

(Rukmana, 1998).

Perakaran tanaman kacang tanah terdiri dari atas lembaga (radicula), akar

tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis). Pertumbuhan akar

menyebar kesemua arah sedalam lebih kurang 30cm dari permukaan tanah. Akar

berfungsi sebagai organ penghisap unsur hara dan air untuk pertumbuhan

tanaman. Fungsi tersebut dapat terganggu bila tanah beraerasi buruk, kadar airnya

kurang, kandungan senyawa AI dan Mn tinggi, serta derajat keasaman (pH) tanah

tinggi (Rukmana, 1998).

 Batang (Caulis)

Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku, dengan

tipe pertubuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya batang tumbuh tunggal,

lambat laun bercabang banyak seolah-olah merumpun. Panjang batang berkisar

antara 30- 50cm atau lebih, tergantung jenis atau varietas kacang tanah dan

6
kesuburan tanah. Ruas-ruas batang yang terletak didalam tanah merupakan tempat

melekat akar, bunga, dan buah. Ruas-ruas batang yang berada di atas permukaan

tanah merupakan tempat tumbuh tangkai daun (Rukmana, 1998).

 Daun (Folium)

Daun pada tanaman kacang tanah berbentuk lonjong, terletak berpasangan,

dan bersirip genap. Tiap tangkai daun terdiri atas empat helai daun. Daun muda

berwarna hijau kekuning-kungan, setelah tua menjadi hijau tua. Daun-daun tua

akan menguning dan berguguran mulai dari bawah keatas bersamaan dengan

stadium polong tua. Helaian daun bersifat nititropic, yakni mampu menyerap

cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan daunnya memiliki bulu yang

berfungsi sebagai panahan atau penyimpan debu (Rukmana, 1998).

 Bunga (Flos)

Bunga pada tanaman kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning

dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya

berlangsung setelah taman berumur 4-6 minggu. Bunga pada kacang tanah juga

menyerbuk sendiri (self pollination) pada malam hari. Dari semua bunga yang

tumbuh, hanya 70%-75% yang membentuk bakal polong (ginofora). Bunga mekar

selama seitar 24 jam, kemudian layu, dan gugur. Ujung tangkai bunga akan

berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah,

memanjang, dan masuk kedalam tanah (Rukmana, 1998).

7
 Buah (Fructus)

Buah kacang tanah berbentuk polong dan dibentuk di dalam tanah. Polong

kacang tanah berkulit keras, dan berwarna putih kecoklatan-coklatan. Tiap polong

berisi satu sampai tiga biji atau lebih. Ukuran polong barvariasi, tergantung jenis

atau varietasnya dan tingkat kesuburan tanah. Polong berukuran besar biasanya

mencapai panjang 6cm dengan diameter 1,5cm (Rukmana, 1998).

 Biji (semen)

Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus kulit

biji tipis berwarna putih, merah, atau ungu. Inti biji (nucleus seminis) terdiri atas

lembaga (embrio), dan putih telur (albumen). Biji kacang tanah yang berkeping

dua bahan makanan. Ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari kecil sampai

besar. Biji kecil beratnya antara 250g - 400g per 1.000 butir, sedangkan biji besar

lebih kurang 500g per 1.000 butir (Rukmana, 1998).

2.1.1. Jenis dan Varietas

Kacang tanah yang dibudidayakan di Indonesia dibedakan atas dua

golongan, berdasarkan tipe pertumbuhan dan umur tanaman. Berdasarkan tipe

pertumbuhannya tanaman kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe berikut :

Secara umum, kacang tanah mempunyai dua tipe yaitu tipe tegak (bunch type) dan

menjalar (runner type). Tipe tegak banyak disukai karena umur panennya lebih

pendek, 100-120 hari. Buahnya hanya pada ruas-ruas pada pangkal utama dan

cabangnya. Tiap polong berbiji antara 2-4 butir sehingga masaknya bisa

bersamaan. Kacang tanah tipe menjalar cabang-cabangnya tumbuh ke samping,

8
tetapi ujung-ujungnya mengarah ke atas. Panjang batang utamanya antara 33-

66cm dengan umur antara 150-200 hari. Tiap ruas yang berdekatan dengan tanah

akan menghasilkan buah sehingga masaknya tidak bersamaan (Marzuki, 2007).

Kacang tanah mulai berbunga kira-kira pada umur 4-5 minggu. Bunga

keluar pada ketiak daun. Mahkota bunga (corolla) berwarna kuning. Bendera dari

mahkota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya. Umur bunganya hanya

satu hari, mekar di pagi hari dan layu disore hari. Bunga kacang tanah 99,5%

melakukan penyerbukan sendiri dan hanya 0,5% melakukan penyerbukan silang

secara alami (Marzuki, 2007).

Tanaman kacang tanah menghasilkan buah dalam bentuk polong di dalam

tanah yang terbentuk setelah terjadi pembuahan. Setelah terjadi pembuahan, bakal

buah tumbuh memanjang, inilah yang disebut ginofor yang nantinya akan menjadi

tangkai polong. Polong kacang tanah berkulit keras dan berwarna kecoklat-

coklatan. Ukuran dari polong ini bermacam-macam tergantung jenis dan

varietasnya dan juga tidak lepas dari kesuburan tanah dari tanaman tersebut

(Adisarwanto, 2004).

Polong yang berukuran besar panjangnya mencapai 6cm dengan diameter

1,5cm. Tiap polong berisi satu sampai tiga biji yaitu kacang tanah tipe Virginia

yang biasa ditanam dan tumbuh didaerah subtropis, dan kacang tanah yang

memiliki 3-4 biji adalah tipe Valencia yang biasa tumbuh di daerah tropis. Biji

kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong dan terbungkus kulit biji yang

tipis berwarna putih, merah, atau ungu. Inti biji (nucleus seminis) terdiri dari

lembaga (embrio), dan putih telur (albumen) (Adisarwanto, 2004).

9
Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang yang tumbuh tegak

lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang bersifat sementara dan

berfungsi sebagai alat penyerap hara. Akar samping atau akar serabut tanaman

kacang terdapat bintil-bintil atau nodul yang berisi bakteri yang disebut dengan

rhizobium sp. Bakteri ini mampu mengikat nitrogen bebas dari udara. Pemberian

pupuk nitrogen, seperti urea pada tanaman kacang tanah dapat menyebabkan

bakteri malas mengikat nitrogen sehingga produksi polong tidak akan meningkat

(Marzuki, 2007).

2.1.2. Faktor Klimatik

Menurut Adisarwanto (2004), faktor iklim sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Iklim yang dmaksud adalah suhu, cahaya,

dan curah hujan.

a. Suhu

Suhu tanah merupakan faktor penentu dalam perkecambahan biji dan

pertumbuhan awal tanaman. Pada suhu tanah kurang dari 180C, kecepatan

berkecambah akan lambat. Suhu tanah di atas 400C justru akan mematikan benih

yang baru ditanam. Suhu tanah maksimum untuk perkembangan ginofor adalah

30-340C. Suhu optimum untuk perkecambahan benih kacang tanah terletak antara

20-300C. Selain suhu tanah, suhu udara juga berpengaruh terutama pada periode

pembungaan. Pada fase generatif suhu udara optimum adalah 24-270C

(Adisarwanto, 2004).

b. Cahaya

Faktor iklim yang lain adalah cahaya. Cahaya mempengaruhi terhadap

fotosintesis dan respirasi pada tanaman. Kacang tanah termasuk tanaman hari

10
pendek sedangkan pembungaan tidak tergantung pada fotoperiode. Terbukanya

bunga dan jumlah bunga yang terbentuk sangat tergantung pada cahaya. Intensitas

cahaya yang rendah pada saat pembentukan ginofor akan mengurangi jumlah

ginofor. Rendahnya intensitas penyinaran pada saat pengisian polong akan

menurunkan jumlah dan berat polong serta akan menambah jumlah polong hampa

(Adisarwanto, 2004).

c. Curah Hujan

Keragaman dalam jumlah dan distribusi curah hujan sangat berpengaruh

atau dapat menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil kacang

tanah. Total curah hujan optimum adalah 300-350mm sampai panen. Curah hujan

sangat ideal bila terbagi merata selama pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang

cukup sangat dibutuhkan oleh tanaman agar tanaman dapat berkecambah dengan

baik (Adisarwanto, 2004).

Curah hujan yang terlalu banyak pada awal tumbuh akan menekan

pertumbuhan dan dapat menurunkan hasil. Curah hujan yang tinggi pada periode

pemasakan polong maka polong akan pecah dan biji akan berkecambah karena

penundaan saat panen. Kelembaban tanah yang cukup pada periode awal tumbuh,

saat berbunga, serta saat pembentukan dan pengisian polong sangat penting untuk

memperoleh hasil polong yang tinggi (Adisarwanto, 2004).

2.1.3. Faktor Edafik

a. Tanah

Jenis tanah lempung berpasir, liat berpasir atau lempung liat berpasir

sangat cocok untuk tanaman kacang tanah. Kemasaman (pH) tanah yang cocok

11
untuk kacang tanah 6,5-7,0. PH tanah 7,5-8,0 daun akan menguning dan terjadi

bercak hitam pada polong. Kacang tanah masih cukup tumbuh dengan baik bila

tumbuh pada tanah masam (pH < 5,0) tetapi peka terhadap tanah basa. Tanah

yang basa hasil polong akan berkurang karena ukuran dan jumlah polong

menurun (Adisarwanto, 2004).

b. Air

Air sangat penting bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah, fungsi air

antara lain membantu penyerapan unsur hara (makanan) dari tanah oleh akar

tanaman, pengangkutan hasil fotosintesis dari daun keseluruh tanaman serta

melancarkan aerase udara dan oksigen di dalam tanah. Air dalam tanah harus

diperlihatkan dengan mempertimbangkan lokasi tanam. Pada awal fase

pertumbuhan, tanaman kacang tanah memerlukan pengairan yang memadai,

terutama pada musim kemarau (Soemarno,1991).

2.1.4. Faktor Biotik

Penanaman kacang tanah dapat dilakukan di lahan tegalan atau lahan

bekas sawah. Hama utama pada kacang tanah antara lain sebagai berikut wereng

kacang tanah (Empoasca fasialin), penggerek daun (Stmopteryx subsecivella), ulat

jengkal (Plusia Chalcites) dan ulat grayak (Prodenia litura), ulat penggulung

daun (Lamprosema indicata). Penyakit utama kacang tanah antara lain layu

bakteri (Pseudomonas solanacearum), bercak daun (Cercospora sp.), penyakit

karat (Puccinia arachidis) (Adisarwanto, 2004).

12
2.2. Aspek Pasar

2.2.1 Wilayah Pemasaran dan Harga

Wilayah pemasaran produk yaitu di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota

Payakumbuh. Harga produk kacang tanah yang ditawarkan sesuai dengan harga

yang sedang berlaku di pasaran dengan sistem pembayaran langsung/tunai.

2.2.2. Produk

Produk yang akan dipasarkan terlebih dahulu dilakukan penyeleksian.

Menurut Adisarwanto (2004), kacang tanah yang memiliki mutu yang baik harus

memiliki kriteria kacang tanah tidak hitam, tidak berbubuk (keriput), dan polong

bernas. Pesaing biasanya tidak melakukan penyeleksian sebelum di pasarkan

kepada konsumen, sehingga kacang tanah yang di pasarkan mutunya kurang baik

dan konsumen kurang puas terhadap produk yang dipasarkan.

2.2.3. Tempat dan Distribusi

Distribusi pemasaran kacang tanah dapat dilakukan dengan beberapa jalur

pemasaran, seperti dibawah ini,

Produsen Pedagang Konsumen


Pengecer

Gambar 1. Jalur Pemasaran Kacang Tanah I

Produsen Pedagang Konsumen


Pengumpul

Pedagang
Pengecer
Gambar 2. Jalur Pemasaran Kacang Tanah II

13
Produsen Konsumen

Gambar 3. Jalur Pemasaran Kacang Tanah III

2.2.4. Promosi

Promosi yang dilakukan yaitu dengan cara memberikan informasi kepada

pedagang pengecer dan pedagang pengumpul secara langsung dengan tatap muka.

Promosi juga dilakukan melalui pemberitahuan kepada konsumen yang tentang

adanya persediaan kacang tanah yang diusahakan.

2.2.5. Potensi Permintaan Pasar

Permintaan terhadap kacang tanah di Kabupaten Limapuluh Kota dari

tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini disebabkan karena bertambahnya

jumlah penduduk dan berkembangnya industri pengolahan kacang tanah sehingga

permintaannya juga meningkat.

Adapun peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Limapuluh Kota dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Peningkatan Jumlah Penduduk di Kabupaten Limapuluh Kota Tahun


2009-2013

Peningkatan Jumlah
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
Penduduk (%)
2009 346.807 0
2010 350.699 1,12
2011 354.661 1,13
2012 358.170 0,99
2013 361.513 0,93
Jumlah 1.771.850 4,17
Rata-rata 354.370 0,81

Sumber : BPS Kabupaten Limapuluh Kota (2013)

14
Tabel di atas memperlihatkan bahwa adanya peningkatan jumlah

penduduk rata-rata 0,81 % pertahun. Berdasarkan jumlah penduduk dan

peningkatan persentasi jumlah penduduk di Kabupaten Limapuluh Kota, maka

dapat diproyeksikan jumlah penduduk pada tahun 2014-2018.

Tabel 2. Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kabupaten Limapuluh Kota


Tahun 2014-2018

Tahun Proyeksi Penduduk


2014 364.442
2015 367.396
2016 370.373
2017 373.374
2018 376.400

Berdasarkan proyeksi pertambahan jumlah penduduk Kabupaten

Limapuluh Kota dan dengan melihat jumlah konsumsi rata-rata kacang tanah

pertahunnya adalah 3,2 kg/kapita atau 0,0032ton/kapita (Badan Ketahanan Pangan

cid Kementan, 2012), maka dapat diproyeksikan jumlah permintaan masyarakat

akan kacang tanah pada tahun 2014-2018.

Tabel 3. Proyeksi Permintaan Kacang Tanah di Kabupaten Limapuluh Kota tahun


2014-2018

Proyeksi Rata/RataKonsumsi Proyeksi Permintaan


Tahun
Penduduk (ton/jiwa/thn) (ton/thn)
2014 364.442 0,0032 1.166
2015 367.396 0,0032 1.176
2016 370.373 0,0032 1.185
2017 373.374 0,0032 1.195
2018 376.400 0,0032 1.204

15
2.2.6. Penawaran Produk

Memperkirakan penawaran pada kacang tanah perlu diketahui jumlah

produksi kacang tanah di suatu daerah yang dapat mengisi kebutuhan konsumen

terhadap komoditi tersebut.

Tabel 4. Peningkatan Penawaran (Produksi) Kacang Tanah di Kabupaten


Limapuluh Kota tahun 2009-2013

Peningkatan
Tahun Jumlah Produksi (ton)
Jumlah Produksi (%)
2009 230 0
2010 341,26 48,37
2011 298,32 -12,58
2012 309 3,64
2013 301 -2,80
Jumlah 1.479 36,63
Rata-rata 295,86 7,33

Sumber: BPS Kabupaten Limapuluh Kota (2013)

Berdasarkan rata-rata peningkatan (penawaran) produksi kacang tanah,

maka dapat diproyeksikan jumlah produksi kacang tanah di Kabupaten Limapuluh

Kota pada tahun 2014-2018.

Tabel 5. Proyeksi Penawaran Kacang Tanah di Kabupaten Limapuluh Kota tahun


2014-2018

Proyeksi Penawaran
Tahun
(ton/thn)
2014 322,54
2015 346,17
2016 371,53
2017 398,75
2018 427,96

Berdasarkan tabel di atas diperkirakan produksi kacang tanah pada tahun

2014-2018 akan terus mengalami peningkatan karena petani mulai menyadari

kacang tanah adalah komoditi yang sangat potensial dan cocok untuk diusahakan.

16
2.2.7. Peluang Pasar

Berdasarkan proyeksi permintaan dan penawaran kacang tanah dapat dibuat

proyeksi peluang pasar di Kabupaten Limapuluh Kota.

Tabel 6. Proyeksi Peluang Pasar Kacang Tanah Kabupaten Limapuluh Kota


Tahun 2014-2018

Proyeksi Permintaan Proyeksi Penawaran Proyeksi Peluang


Tahun
(ton/thn) (ton/thn) Pasar (ton/thn)

2014 1.168 322,54 845,47


2015 1.179 346,17 833,11
2016 1.191 371,53 819,14
2017 1.202 398,75 803,41
2018 1.214 427,96 785,80

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa proyeksi permintaan dan

penawaran kacang tanah akan terus meningkat dari tahun 2014-2018, sehingga

membuat peluang untuk melakukan usaha budidaya kacang tanah semakin besar

disebabkan proyeksi peluang pasarnya lebih besar dari proyeksi penawaran

kacang tanah.

2.3. Aspek Teknologi Terapan

2.3.1. Pupuk Phospat

Menurut Hanafiah (2012), unsur hara esensial fosfor dibutuhkan dalam

jumlah besar untuk pertumbuhan tanaman leguminosae. Pemupukan fosfor pada

leguminosae dapat merangsang pembentukan bintil akar dan simbiosis bakteri

rhizobium sehingga menambah hasil fiksasi N oleh bakteri rhizobium.

Kebutuhan terbesar fosfor yaitu pada fase vegetatif yaitu saat

pembentukan akar dan kemudian pada fase generatif. Pemberian fosfor yang

17
cukup pada fase vegetatif sangat penting untuk meletakkan primordia dari bagian-

bagian reproduktif dan akan memperbesar pertumbuhan akar. Fosfor merupakan

unsur yang esensial di dalam tanaman, apabila tanaman kekurangan fosfor maka

akan diambil dari jaringan tua ke jaringan meristem yang sedang aktif (Suntoro,

2002).

Tingkat fosfor yang sangat tinggi dalam medium perakaran dapat

mengakibatkan gejala keracunan. Ini pada umumnya ditunjukkan adanya gejala

belang pada daun yang selanjutnya menjadi nekrosis/coklat terbakar. Keracunan

yang sangat akut dapat menyebabkan kematian tanaman. Jika fosfor anorganik

ada dalam konsentrasi yang tinggi dalam sel, mekanisme umpan-balik dapat

menghentikan serapan hara, yang menyebabkan defisiensi unsur hara yang

lainnya (Hanafiah, 2012).

Kejenuhan fosfor mengakibatkan pertumbuhan terhambat, perakaran tidak

sempurna, pembungaan dan pemasakan buah terhambat, pembentukan protein

terganggu. Gejala defisiensi tampak pada daun tua yang mula-mula berwarna

hijau tua karena banyak khlorofil menjadi kemerahan, tanaman kerdil, mudah

patah dan akhirnya mati. Kacang tanah yang ditanam pada tanah yang miskin

unsur hara fosfor memerlukan 50-72kg/ha P2O5. Hasil penelitian Anwar Ispandi et

al (2002) pemupukan 100kg/ha SP-36 dapat meningkatkan hasil kacang tanah

24% dibanding tanpa fosfor pada lahan kering alfisol.

2.3.2. Bokashi Jerami Padi Sebagai Bahan Organik

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau

peragian bahan organik dengan teknologi EM-4 (Effective Microorganisme 4).

Keunggulan penggunaan teknologi EM-4 adalah pupuk organik (kompos) dapat

18
dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara

konvensional. EM-4 sendiri mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi,

bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi

dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput,

tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Bahan yang

paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena

mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme (Marsono, 2004).

Menurut Sutanto (2002), prinsip pembuatan bokashi sama dengan kompos

yang proses pembuatannya melalui fermentasi bahan organik dan EM. Bahan

dasar bokashi adalah dedak, ampas kelapa, tepung ikan, dll. Proses fermentasi

bokashi dengan rentang waktu 3-14 hari. Hasilnya dapat segera dimanfaatkan,

walaupun keseluruhan bahan dasar bokashi belum mengalami fermentasi, tetapi

sudah dapat digunakan sebagai pupuk. Bokashi dimasukkan ke dalam tanah, maka

bahan organiknya dapat digunakan sebagai sumber energi mikroorganisme efektif

untuk hidup dan berkembang biak dalam tanah dan sekaligus sebagai tambahan

persediaan hara tanaman.

19
III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan Proyek Usaha Mandiri ini dilaksanakan di Kebun Percobaan

Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Tanjung Pati, Kabupaten Limapuluh

Kota, Sumatera Barat. Proyek ini dimulai pada bulan September 2013 sampai

Januari 2014. Pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini luas areal yang digunakan

273m2.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada kegiatan Proyek Usaha Mandiri ini yaitu

benih kacang tanah Varietas Gajah, pupuk kandang, dedak, arang sekam, EM-4,

pupuk Urea, pupuk KCL, pupuk SP-36, gula pasir, karung/goni, air, dan tali

raffia. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain cangkul, koret, tugal,

ember, garu, meteran, gembor, karung/goni dan timbangan.

3.3. Tahapan Pelaksanaan Produksi

Tahapan pelaksanaan produksi pada kegiatan Proyek Usaha Mandiri ini

terdiri atas beberapa tahapan seperti pengadaan benih, persiapan lahan,

penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen serta pemasaran yang

dilakukan. Adapun tahapan proses produksinya lebih rinci dapat dilihat pada

gambar bagan alur proses produksi.

20
Pembuatan Bokashi Jerami

Pengadaan Benih

Pengolahan lahan

Pemberian Bokashi Jerami

Pemberian Pupuk P

Penanaman
Penyulaman &
Pembumbunan
Pemeliharaan

Panen Penyiangan &


Penyiraman

Pasca Panen

Pemasaran

Gambar IV. Skema/ Bagan Alur Proses Produksi

a. Pembuatan Bokashi Jerami

Bahan yang digunakan:

 Jerami sebanyak 45kg yang telah dipotong-potong sehingga jerami

berukuran panjang sekitar 5-10cm.

 Dedak sebanyak 8,25kg, sekam sebanyak 10kg, dan pupuk kandang 5kg

21
 EM-4 sebanyak 68,5ml

 Gula sebanyak 17g dan air secukupnya.

Alat yang digunakan :

 Cangkul

 Ember

 Karung/goni

 Timbangan

Cara pembuatan :

 Pertama-tama dibuat larutan EM-4 50ml, gula 17g dan air 5 liter pada

ember.

 Bahan jerami 45kg, sekam 10kg dan dedak 8,25kg dan pupuk kandang

5kg dicampur merata di atas lantai yang kering.

 Bahan disiram larutan EM-4 secara perlahan dan bertahap sehingga

terbentuk adonan. Adonan yang terbentuk jika dikepal dengan tangan,

maka tidak ada air yang keluar dari adonan. Begitu juga bila kepalan

dilepaskan maka adonan kembali mengembang (kandungan air sekitar

30%).

 Adonan selanjutnya dibuat menjadi sebuah gundukan setinggi 15-20cm.

Gundukan selanjutnya ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari.

Selama dalam proses, suhu bahan dipertahankan antara 40-50oC. Jika suhu

bahan melebihi 50o C, maka karung penutup dibuka dan bahan adonan

dibolak-balik dan selanjutnya gundukan ditutup kembali.

22
 Setelah empat hari karung goni dapat dibuka. Pembuatan bokashi

dikatakan berhasil jika bahan bokashi terfermentasi dengan baik. Ciri-

cirinya adalah bokashi akan ditumbuhi oleh jamur yang berwarna putih

dan berbau harum. Sedangkan jika dihasilkan bokashi yang berbau busuk,

maka pembuatan bokashi gagal.

 Bokashi yang sudah jadi sebaiknya langsung digunakan. Jika bokashi

ingin disimpan, maka bokashi harus dikeringkan terlebih dahulu dengan

cara mengangin-anginkan di atas lantai hingga kering. Setelah kering

bokashi dapat dikemas di dalam kantung plastik.

b. Pengadaan Benih

Benih kacang tanah yang digunakan pada budidaya ini adalah benih

dengan Varietas Gajah. Jumlah benih yang dibutuhkan untuk budidaya kacang

tanah sebanyak 1,90kg untuk luas lahan 273m². Benih yang digunakan yaitu

benih yang bermutu tinggi. Benih bermutu tinggi ditandai dengan biji yang tidak

kisut dan daya kecambah yang tinggi. Sebelum dilakukan penanaman benih

direndam dengan air selama 4 jam dengan tujuan agar benih cepat berkecambah.

c. Pengolahan Lahan dan Pemberian Bokashi Jerami

Pengolahan tanah dilakukan dengan proses pembalikan tanah, setelah itu

lahan yang akan di gunakan dibersihkan dari rerumputan (gulma) dengan

menggunakan cangkul, lalu dilakukan pembuatan bedengan dengan panjang 26m,

lebar masing-masing bedengan 1,5m, tinggi bedengan 30cm, dan draenase 30cm.

Selanjutnya di lakukan penaburan bokashi jerami dengan dosis 5ton/ha dan

didiamkan selama satu minggu.

23
d. Penanaman dan Pemupukan

Penanaman dilakukan seminggu setelah penaburan bokashi jerami.

Penanaman kacang tanah dilakukan dengan penugalan dengan kedalaman 3-5cm,

lalu membuat jarak tanam dengan ukuran 40cm x 20cm. Kemudian dilakukan

penanaman dengan cara memasukan biji kacang tanah sebanyak 1 biji/lubang

tanam lalu ditutup tipis dengan tanah. Pemupukan dilakukan secara larikan

dengan dosis pupuk yang digunakan untuk kontrol adalah Urea 50kg/ha, SP-36

100kg/ha dan KCL 100kg/ha dan dosis pupuk untuk perlakuan adalah Urea

50kg/ha, SP-36 36kg/ha dan KCL 100kg/ha.

e. Pemeliharaan

 Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk

penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik. Pelaksanaan penyulaman dilakukan

tujuh hari setelah tanam. Tujuan penyulaman ialah mengganti benih yang tidak

tumbuh agar populasi tanaman tidak berkurang dan mengganti tanaman yang

tumbuh tidak normal.

 Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan pertama dilakukan pada saat umur tanaman dua minggu

setelah tanam dengan menggunakan tangan. Penyiangan ke dua pada saat berumur

empat minggu sebelum memasuki masa berbunga. Tujuan penyiangan ialah

menekan persaingan antara tanaman dengan gulma dan menggemburkan tanah

sehingga memudahkan ginofor menembus ke tanah. Pada penyiangan kedua

24
(empat minggu setelah tanam) juga dilakukan pembumbunan yaitu tanah

digemburkan kemudian ditimbun di dekat pangkal batang tanaman. Selanjutnya

penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 minggu dan 10 minggu

setelah tanam (melihat keadaan gulma di lapangan).

 Penyiraman

Penyiraman dilakukan diawal-awal penanaman agar merangsang

pertumbuhan tanaman. Setelah itu penyiraman disesuaikan dengan intensitas

curah hujan, jika banyak bulan hujan maka penyiraman tidak dilakukan

f. Panen dan Pasca Panen

Panen kacang tanah untuk Varietas Gajah dilakukan pada umur 104 hari

setelah tanam. Mengetahui kacang tanah sudah dapat dipanen maka dilihat dari

kriterianya yaitu batangnya sudah mengeras, daunnya telah menguning, polong

sudah berisi penuh dan keras, dan warna polong tampak coklat kehitaman. Panen

dilakukan dengan cara melakukan pencabutan batang secara perlahan-lahan agar

tidak ada polong yang tertinggal didalam bongkahan tanah.

Polong yang telah selesai dilakukan perontokan lalu dibersihkan dari

bekas tanah. lalu polong dipipil dan dilakukan sortasi. Kacang tanah yang kisut

tidak dimasukkan kedalam karung. Polong kacang tanah yangsudah dipanen

selanjutnya dilakukan pengeringan dengan cara menjemur selama 2-3 hari untuk

menurunkan kadar air menjadi 11%. Polong kacang tanah yang sudah kering

selanjutnya dilakukan pemimpilan terhadap polong kacang tanah untuk

mendapatkan polong kering kacang tanah.

g. Pemasaran

25
Penjualan kacang tanah dijual secara polong kering kepada pedagang

pengumpul. Pelaksana tidak membutuhkan biaya transportasi dalam memasarkan

produk kacang tanah ini karena pedagang pengumpul yang langsung membeli

kacang tanah.

3.4. Perlakuan

Proyek Usaha Mandiri ini dilakukan dengan menggunakan dua perlakuan

yaitu menggunakan bokashi jerami dosis 5ton/ha dan pupuk phospat dosis

36kg/ha dan perlakuan kontrol. Pemberian bokashi jerami dosis 5ton/ha dilakukan

seminggu sebelum penanaman dan pemberian pupuk phospat dosis 36kg/ha

dilakukan sesudah penanaman.

3.5. Pengamatan dan Pengolahan Data

Pelaksana melakukan pengamatan pada Proyek Usaha Mandiri ini, adapun

tujuannya yaitu untuk mengetahui sejauh mana perkembangan tanaman tersebut.

Pengamatan vegetatif dilakukan mulai umur 2 minggu sesudah tanam sampai 10

minggu setelah tanam. Pertumbuhan yang diamati untuk vegetatif adalah tinggi

tanaman dan jumlah cabang primer, untuk generatif adalah jumlah

polong/tanaman, jumlah biji/polong, berat 100 bji, dan produksi biji kering.

Metode pengolahan data pada Proyek Usaha Mandiri ini adalah menggunakan

uji t statistik.

26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Laporan Finansial

4.1.1.1. Biaya Proyek

a. Biaya Bahan

Tabel 7. Rekapitulasi Kebutuhan Bahan untuk Budidaya Kacang Tanah Kontrol


Dengan Luas 136,5m2

Harga
Biaya
No Nama bahan Satuan Jumlah Satuan
(Rp)
(Rp)
1 Benih Kg 0,95 40.000 38.000
2 Urea Kg 0,68 3.000 2.040
3 KCL Kg 1,37 6.000 8.220
4 SP-36 Kg 1,37 3.000 4.110
5 Karung Buah 2 3.000 6.000
6 Tali raffia Gulung 1 2.000 2.000
Jumlah 60.370

Berdasarkan realisasi di lapangan luas lahan kontrol adalah 45,5m2 dan

lahan perlakuan 136,5m2. Membandingkan biaya kebutuhan kontrol dengan

perlakuan, pelaksana menggunakan luas lahan perlakuan 136,5m2 sebagai

pembanding. Seluruh kebutuhan biaya bahan untuk kontrol dengan luas lahan

45,5m2 diproyeksikan ke luasan 136,5m2.

27
Tabel 8. Rekapitulasi Kebutuhan Biaya Bahan untuk Budidaya Kacang Tanah
dengan Luas 136,5 m2 Menggunakan Teknologi Bokashi Jerami dan
Pupuk Phospat

Harga
Biaya
No Nama bahan Satuan Jumlah satuan
(Rp)
(Rp)
1 Benih kg 0,95 40.000 38.000
2 Pukan kg 5 350 1.750
3 Urea kg 0,68 3.000 2.040
4 KCL kg 1,37 6.000 8.220
5 SP-36 kg 0,49 3.000 1.470
6 Jerami kg 45 100 4.500
7 Dedak kg 8,25 2.700 22.275
8 EM-4 Liter 0,068 17.500 1.190
9 Gula Pasir kg 0,017 10.000 170
10 Karung Buah 2 3.000 6.000
11 Sekam kg 10 100 1.000
Jumlah 86.615

Berdasarkan realisasi di lapangan, kebutuhan biaya bahan untuk budidaya


kacang tanah dengan menggunakan teknologi bokashi jerami dan pupuk phospat
pada luas lahan 136,5m2 sebesar Rp. 86.615.

b. Biaya Penyusutan Alat

Tabel 9. Rekapitulasi Biaya Penyusutan Alat untuk Budidaya Kacang Tanah


dengan Luas 273 m2 Selama Satu Periode Tanam ( 4 Bulan )

Nilai Umur Depresiasi/ Depresiasi/


No Jenis Alat
Beli Ekonomis Tahun Periode
1 Cangkul 60.000 5 12.000 4.000
2 Kored 30.000 2 15.000 5.000
3 Tugal 8.000 1 8.000 2.667
4 Ember 7.500 1 7.500 2.500
5 Garu 30.000 2 15.000 5.000
6 Meteran 2.500 1 2.500 833
7 Gembor 25.000 2 12.500 4.167
8 Timbangan 80.000 4 20.000 6.667
Jumlah 30.833

Untuk perlakuan dan kontrol jumlah biaya depresiasi dibagi dua dari total

biaya.

28
c. Biaya Tenaga Kerja

Tabel 10. Rekapitulasi Biaya Tenaga Kerja untuk Budidaya Kacang Tanah
136,5m2 Kontrol

Upah Biaya
No Jenis Kegiatan Satuan Jumlah
(Rp) (Rp)
1 Pengolahan Tanah HKO 1,7 40.000 68.000
2 Pembuatan Bedengan HKO 0,57 40.000 22.800
3 Penanaman & Pemupukan HKO 0,85 40.000 34.000
4 Penyulaman HKO 0,29 40.000 11.600
6 Penyiangan I HKO 0,57 40.000 22.800
Perbaikan Draenase I &
7 Pembumbunan HKO 1 40.000 40.000
Perbaikan Draenase II &
8 Penyiangan II HKO 0,85 40.000 34.000
9 Penyiangan III HKO 0,57 40.000 22.800
10 Penyiangan IV HKO 0,14 40.000 5.600
11 Penyiraman HKO 0,14 40.000 5.600
12 Panen HKO 0,71 40.000 28.400
13 Pengeringan HKO 0,14 40.000 5.600
14 Pemimpilan HKO 0,42 40.000 16.800
15 Pemasaran HKO 0,03 40.000 1.200
Jumlah 261.600

Berdasarkan realisasi di lapangan, rekapitulasi biaya tenaga kerja untuk

budidaya kacang tanah kontrol dengan luas lahan 136,5m2 adalah Rp. 261.600.

Total biaya kontrol lebih kecil daripada perlakuan disebabkan tidak adanya biaya

untuk implikasi teknologi seperti pembuatan dan pemberian bokashi jerami.

29
Tabel 11. Rekapitulasi Biaya Tenaga Kerja untuk Budidaya Kacang Tanah
136,5m2 dengan Teknologi Bokashi Jerami dan Pupuk Phospat

Upah Biaya
No Jenis Kegiatan Satuan Jumlah
(Rp) (Rp)
Pembuatan Bokashi
1 HKO 0,57 40.000 22.800
Jerami
Pembalikan Bokashi HKO 0,14 40.000 5.600
2
Jerami HKW 0,10 35.000 3.500
3 Pengolahan Tanah HKO 1,7 40.000 68.000
4 Pembuatan Bedengan HKO 0,57 40.000 22.800
Pemberian Bokashi
6 HKO 0,24 40.000 9.600
Jerami
7 Penanaman & Pemupukan HKO 0,85 40.000 34.000
8 Penyulaman HKO 0,29 40.000 11.600
9 Penyiangan I HKO 0,57 40.000 22.800
Perbaikan Draenase I &
10 HKO 1 40.000 40.000
Pembumbunan
Perbaikan Draenase II &
11 HKO 0,85 40.000 34.000
Penyiangan II
12 Penyiangan III HKO 0,57 40.000 22.800
13 Penyiangan IV HKO 0,14 40.000 5.600
14 Penyiraman HKO 0,14 40.000 5.600
15 Panen HKO 0,71 40.000 28.400
16 Pengeringan HKO 0,14 40.000 5.600
17 Pemimpilan HKO 0,42 40.000 16.800
18 Pemasaran HKO 0,03 40.000 1.200
Jumlah 303.100

Berdasarkan realisasi di lapangan, rekapitulasi biaya tenaga kerja untuk

budidaya kacang tanah perlakuan bokashi jerami dan pupuk phospat dengan luas

lahan 136,5m2 adalah Rp. 303.100. Total biaya perlakuan lebih besar daripada

kontrol disebabkan adanya biaya untuk implikasi teknologi seperti pembuatan,

pembalikan dan pemberian bokashi jerami.

30
Tabel 12. Rekapitulasi Biaya Lain-Lain Untuk Budidaya Kacang Tanah dengan
Luas 136.5m2 Selama Satu Periode Tanam ( 4 Bulan )

Jumlah
No Kegiatan Perhitungan
(Rp)
Kebutuhan Untuk
Tanaman Kacang Tanah
Kontrol
136,5m2/10.0000m2 x 1.500.000 x
1 Sewa Tanah 6.825
4/12
15% x (B.Bahan + B.Alat + B.
2 Bunga Modal 16.869
Tenaga Kerja + Sewa Tanah) x 4/12
Jumlah 23.694
Kebutuhan Untuk
Tanaman Kacang Tanah
Perlakuan
136,5m2/10.0000m2 x 1.500.000 x
1 Sewa Tanah 6.825
4/12
15% x (B.Bahan + B.Alat + B.
2 Bunga Modal 20.441
Tenaga Kerja + Sewa Tanah) x 4/12
Jumlah 27.266

Berdasarkan rekapitulasi biaya bahan, biaya tenaga, biaya sewa tanah, dan

bunga modal, maka diperoleh biaya lain-lain dari budidaya kacang tanah kontrol

dan perlakuan. Total biaya lain-lain untuk budidaya kacang tanah perlakuan

bokashi jerami dan pupuk phospat dengan luas lahan 136,5m2 adalah Rp. 27.266.

Untuk total biaya lain-lain kontrol dengan luasan yang sama yaitu Rp. 23.694 atau

lebih kecil daripada total biaya lain-lain perlakuan. Perbedaan ini disebabkan pada

perlakuan adanya biaya untuk implikasi teknologi seperti pembuatan, pembalikan

dan pemberian bokashi jerami, sehingga total biaya lain-lain untuk perlakuan

lebih besar daripada kontrol.

31
Tabel 13. Rekapitulasi Biaya yang Dibutuhkan dalam Budidaya Kacang Tanah
dengan Luas 136,5 m2 Kontrol

No Jenis Biaya Total (Rp)


1 Biaya Alat 15.417
2 Biaya Bahan 60.370
3 Biaya Tenaga Kerja 251.600
4 Biaya Lain-Lain 23.694
Jumlah 351.081

Berdasarkan realisasi di lapangan, rekapitulasi biaya yang dibutuhkan

untuk budidaya kacang tanah kontrol dengan luas lahan 136,5m2 adalah

Rp. 351.081. Total biaya kontrol lebih kecil daripada perlakuan disebabkan

tingginya total biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain pada

perlakuan.

Tabel 14. Rekapitulasi Biaya yang Dibutuhkan dalam Budidaya Kacang Tanah
pada Luas 136,5 m2 dengan Teknologi Bokashi Jerami dan Pupuk
Phospat

No Jenis Biaya Total (Rp)


1 Biaya Alat 15.417
2 Biaya Bahan 86.615
3 Biaya Tenaga Kerja 303.100
4 Biaya Lain-Lain 27.266
Jumlah 432.398

Berdasarkan realisasi di lapangan, rekapitulasi biaya yang dibutuhkan

untuk budidaya kacang tanah perlakuan bokashi jerami dan pupuk phospat dengan

luas lahan 136,5m2 adalah Rp. 432.398. Total biaya ini lebih besar daripada

kontrol disebabkan tingginya total biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya lain-

lain pada perlakuan.

32
4.1.1.2. Produksi dan Pendapatan

Tabel 15. Perbandingan Hasil Prroduksi dan Pendapatan Budidaya Kacang Tanah
dengan Perlakuan Bokashi Jerami dan Pupuk Phospat dengan Kontrol
pada Luas Lahan 136,5m2

Harga Jumlah
No Jenis Produk Satuan Jumlah
(Rp) (Rp)
Kacang Tanah Polong
1 Kg 22,53 20.000 450.600
Kering Kontrol
Kacang Tanah Polong
2 Kg 27,15 20.000 543.000
Kering Perlakuan
Jumlah 993.600

Berdasarkan realisasi di lapangan, produksi polong kacang tanah kering

untuk kontrol adalah 7,51kg pada luas lahan 45,5m2. Jika diproyeksikan untuk

luas lahan yang sama dengan luas lahan perlakuan 136,5m2 maka didapat hasil

proyeksi produksi di lapangan sebesar 22,53kg. Sementara produksi polong

kering kacang tanah perlakuan adalah 27,15kg dengan luas lahan 136,5m2.

Berdasarkan data ini, hasil produksi polong kering kacang tanah perlakuan

27,15kg lebih besar daripada produksi polong kering kontrol 22,53kg dengan luas

lahan 136,5m2.

4.1.1.3. Analisa Biaya dan Pendapatan

a. Laporan Laba Rugi

Table.16. Laporan Laba Rugi Perbandingan Budidaya Kacang Tanah dengan


Perlakuan Bokashi Jerami dan Pupuk Phospat dengan Kontrol pada
Luas Lahan 136,5m2

Jumlah (Rp)
No Keterangan
Kontrol Perlakuan
1 Pendapatan 450.600 543.000
2 Biaya 351.081 432.398
Laba 99.520 110.602

33
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan laporan laba rugi antara

budidaya kacang tanah perlakuan dan kontrol. Rendahnya produksi kacang tanah

kontrol membuat total pendapatan dan laba yang diterima lebih kecil dari

perlakuan.

b. Analisis Finansial

 R/C Ratio Perlakuan

R/C ratio

R/C ratio

Artinya setiap biaya Rp.1 yang dikeluarkan akan mendapatkan hasil

Rp.1,26.

 R/C Ratio Kontrol

R/C ratio

R/C ratio

Artinya setiap biaya Rp.1 yang dikeluarkan akan mendapatkan hasil

Rp.1,28

 Analisa Titik Impas (BEP) Perlakuan

a. BEP Produksi

Artinya budidaya tanaman kacang tanah mencapai titik impas bila tingkat

produksinya sudah mencapai 21,62kg.

34
b. BEP Harga

Artinya usaha budidaya tanaman kacang tanah mencapai titik impas bila

harga produksi Rp. 15.926/kg.

 Analisa Titik Impas (BEP) Kontrol

a. BEP Produksi

Artinya budidaya tanaman kacang tanah mencapai titik impas bila tingkat

produksinya sudah mencapai 17,55kg.

b. BEP Harga

Artinya usaha budidaya tanaman kacang tanah mencapai titik impas bila

harga produksi Rp. 15.582/kg

4.1.2. Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh data pertumbuhan

dan komponen hasil kacang tanah menggunakan bokashi jerami dan pupuk

phospat dan kontrol, sebagai berikut :

35
Tabel 15. Rata-Rata Tinggi Tanaman (Cm), Jumlah Cabang Primer (Buah),
Jumlah Polong/Tanaman, Buah) dan Jumlah Biji/Polong (Buah) antara
Kontrol dengan Perlakuan pada Luasan 136,5m2 Selama Satu Periode
(4 Bulan)

Rata-Rata Perlakuan Kontrol


Tinggi Tanaman (Cm) 23,40 17,63
Jumlah Cabang Primer (Buah) 33,73 27,63
Jumlah Polong/Tanaman (Buah) 22,33 15,90
Jumlah Biji/Polong (Buah) 2,43 1,87

Berdasarkan tabel di atas terlihat perbedaan antara perlakuan dan kontrol.

Hasil pengamatan perlakuan, pertumbuhan dan komponen hasil lebih tinggi dari

kontrol dan nantinya hasil ini akan di uji statistik dengan uji t statistik.

a. Bobot 100 biji

Polong dikeringkan selama 3 hari sampai mencapai kadar air 11%. Bobot

100 biji kering kacang tanah untuk perlakuan seberat 39gr dan kontrol adalah

27gr.

b. Produksi Polong kering/hektar

Berdasarkan realisasi di lapangan luas lahan kontrol 45,5m2 dan lahan

perlakuan 136,5m2. Pelaksana membandingkan hasil produksi dengan

menggunakan luas lahan perlakuan 136,5m2 sebagai pembanding. Total produksi

polong kering perlakuan dengan luas lahan 136,5m2 adalah 27,15kg dan total

produksi polong kering kontrol dengan luas lahan 45,5m2 adalah 7,51kg.

Sehingga hasil produksi kontrol diproyeksikan ke luasan 136,5m2 menjadi

22,53kg.

Data ini lalu diproyeksikan dalam hektar untuk melihat potensi

produksinya dan didapat hasil produksi kacang tanah dengan perlakuan sebesar

1,98ton/ha dan kontrol sebesar 1,66ton/ha.

36
4.2. Pembahasan

4.2.1. Grafik Dan Uji Statistik Dengan Menggunakan Uji T

A. Tinggi Tanaman.

Uji t statistik yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian

bokashi jerami dan pupuk phospat pada tinggi tanaman kacang tanah.

Pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman setiap minggunya dapat dilihat pada

grafik pertumbuhan tinggi tanaman dibawah ini,

Gambar V. Grafik Tinggi Tanaman Kacang Tanah 2 Mst- 10 Mst.

Berdasarkan uji t statistik pada taraf 5% yang dilakukan didapatkan t

hitung 13,12 (> T tabel 1,67). Sehingga tinggi tanaman pada perlakuan bokashi

jerami dan pupuk phospat berbeda nyata dengan kontrol. Metode ini memberikan

pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Pemberian bokashi

jerami dan pupuk phospat berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman, hal ini

karena bahan organik berperan terhadap pasokan hara. Proses mineralisasi bahan

37
organik akan melepas mineral hara N, P, K, Ca, Mg, dan S serta hara mikro.

Unsur hara P berperan dalam transfer energi yang merangsang tinggi tanaman

kacang tanah (Poerwidodo, 2002).

B. Cabang Primer

Uji t statistik yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian

bokashi jerami dan pupuk phospat pada cabang primer tanaman kacang tanah.

Pengamatan pertumbuhan cabang primer tanaman setiap minggunya dapat dilihat

pada grafik cabang primer tanaman kacang tanah dibawah ini,

Gambar VI. Grafik Peningkatan Jumlah Cabang Primer Tanaman Kacang Tanah
Mulai Dari Umur 2-10 Mst.

Berdasarkan uji t statistik pada taraf 5% yang dilakukan didapatkan

t hitung 13,21 (> T tabel 1,67). Sehingga jumlah cabang primer tanaman pada

perlakuan bokashi jerami dan pupuk phospat berbeda nyata dengan kontrol.

Metode ini memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumalah cabang

primer tanaman kacang tanah. Terdapat korelasi positif antara tinggi tanaman

dengan jumlah cabang primer karena pemberian bokashi jerami dan pupuk

38
phospat berperan dalam penyedian pasokan unsur hara yang merangsang tinggi

dan jumlah cabang primer tanaman kacang tanah.

c. Jumlah Polong/Tanaman

Uji t statistik yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian

bokashi jerami dan pupuk phospat pada komponen hasil jumlah polong/tanaman

kacang tanah. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen dan dapat dilihat pada

grafik jumlah polong/tanaman kacang tanah dibawah ini,

Gambar VII. Grafik Jumlah Polong/Tanaman pada Saat Panen

Berdasarkan uji t statistik pada taraf 5% yang dilakukan, didapatkan

t hitung 8,60 (> T tabel 1,67). Sehingga jumlah polong/ tanaman pada perlakuan

bokashi jerami dan pupuk phospat berbeda nyata dengan kontrol. Metode ini

memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah polong/ tanaman

kacang tanah.

39
Pemberian bahan organik akan memperbaiki sifat fisik tanah, tanah

menjadi berstruktur remah sehingga memungkinkan perkembangan akar yang

lebih baik, sedang pupuk P juga mempunyai pengaruh positif terhadap

perkembangan akar (Rinsema, 1993). Unsur hara P berperan merangang

petumbuhan bakteri Rhizobium pada bintil akar yang akan berpengaruh

meningkatkan fiksasi N, dengan meningkatnya fiksasi N maka akan berpengaruh

terhadap pembentukan polong tanaman.

d. Jumlah Biji/Polong

Uji t statistik yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian

bokashi jerami dan pupuk phospat pada komponen hasil jumlah biji/polong

kacang tanah. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen dan dapat dilihat pada

grafik jumlah biji/polong kacang tanah dibawah ini,

Gambar VIII. Grafik Jumlah Biji/Polong pada Saat Panen

Berdasarkan uji t statistik pada taraf 5% yang dilakukan, didapatkan

t hitung 2,69 (> T tabel 1,67). Sehingga jumlah biji/polong pada perlakuan

bokashi jerami dan pupuk phospat berbeda nyata dengan kontrol. Metode ini

memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah biji/polong tanaman

kacang tanah. Pemberian bahan organik berpengaruh nyata meningkatkan jumlah

40
biji, hal ini karena dekomposisi bahan organik akan melepas hara P, K, Ca, Mg

dalam tanah. Hara tersebut penting dalam pembentukan dan pengisisan polong.

(Suntoro, 2002)

4.2.2. Aspek Teknik

Pengamatan terhadap persentase tanaman kacang tanah yang tumbuh di

lapangan pada Proyek Usaha Mandiri ini adalah 90% (1.750 rumpun tanaman).

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

persentase tumbuh tanaman kacang tanah baik. Hal ini sesuai dari data

warintek.ristek (2013), bahwa daya tumbuh tanaman kacang tanah kriteria baik

diatas 85%. Pada pengamatan dilapangan 10 % tanaman yang tidak tumbuh

disebabkan oleh 3 faktor, yaitu biji dimakan semut, penanaman terlalu dalam, dan

biji busuk.

Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman yang dilakukan dilapangan

seperti pengmatan tinggi tanaman, dan jumlah cabang primer menunjukkan

peningkatan terus menerus mulai dari pengamatan pertama pada umur 2 minggu

setelah tanam sampai pada umur tanaman berumur 10 minggu setelah tanam

dengan interval pengamtan satu mihgu sekali. Laju pertumbuhan kacang tanah

mencapai titik maksimum pada umur 10 minggu. Menurut Tjitrosomo (1999),

pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat

sampai tercapai suatu titik maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun.

Pelaksanaan kegiatan Proyek Usaha Mandiri ini dilaksanakan pada bulan

September 2013-Januari 2014, dengan faktor-faktor sebagai berikut :

41
a. Faktor Iklim

Berdasarkan data dari Balitkabi (2013), tanaman kacang tanah cocok

ditanam di dataran rendah dengan ketinggian <500 mdpl. Iklim yang dibutuhkan

kacang tanah adalah suhu 28-320C dengan curah hujan rata-rata 800-1.300

mm/tahun. Pada saat pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini, intensitas curah

hujan meningkat drastis di akhir bulan Oktober 2013 yang mengakibatkan lahan

terendam air. Hal ini mengakibatkan kacang tanah yang mulai berbunga pada

umur 30 hari setelah tanam terhambat pertumbuhannya dengan ditandai rontoknya

bunga pada kacang tanah. Tingginya intensitas curah hujan diakhir bulan Oktober

mengakibatkan intensitas cahaya matahari kurang maksimal dalam merangsang

fotosintesis pada tanaman kacang tanah.

b. Faktor Pelaksanaan

Keahlian tenaga kerja sangat menentukan keberhasilan suatu usaha,

dimana tenaga kerja yang terampil dalam bidangnya dapat menyelesaikan suatu

pekerjaan dengan mudah dan cepat, sehingga akan menghemat waktu dan biaya

pelaksanaan. Pada pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri yang telah dilakukan,

lamanya waktu pekerjaan lebih panjang dari pada waktu dan jadwal yang

direncanakan. Hal ini terjadi karena kurangnya keterampilan dan keahlian tenaga

kerja sehingga pekerjaan menjadi terhambat untuk diselesaikan.

c. Faktor Lingkungan

Menurut Syukur (2011), tanaman baik pertumbuhan maupun produksinya

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu genetika tanaman dan lingkungan tumbuhnya.

42
Faktor lingkungan ini bisa berupa biotik dan abiotik. Pada pelaksanaan Proyek

Usaha Mandiri ini, tanaman kacang tanah terserang hama tikus dan ulat grayak.

Keberadaan makhluk biotik ini bersifat negatif, artinya kehadirannya membawa

kerugian bagi pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Dari segi kondisi

abiotik, budidaya kacang tanah pada proyek ini berada dalam kondisi yang

optimum. Hal ini disebabkan syarat tumbuh pada budidaaya kacang tanah

terpenuhi pada pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini.

d. Media Tanam

Berdasarkan data dari Balitkabi (2013), struktur tanah yang sesuai untuk

budidaya kacang tanah adalah tanah yang gembur, bertekstur ringan, dan subur.

Ph tanah yang diinginkan tanaman kacang tanah berkisar antara 6,0-6,5. Tanah

yang terlalu kering karena kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus,

kerdil, layu, dan mati.

4.2.3. Aspek Teknologi

Pada pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri yang telah dilakukan terlihat

bahwa penggunaan bokashi jerami dan pupuk phospat memberikan pengaruh

yang baik bagi tanaman kacang tanah. Fosfor merupakan salah satu unsur hara

esensial untuk pertumbuhan tanaman (Wild,1998). Kebutuhan terbesar fosfor

yaitu pada fase vegetatif pembentukan akar dan kemudian pada fase generatif

(Suntoro,2002). Menurut Sutanto (2002), bahan organik mempunyai pengaruh

terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu bahan organik juga

berperan terhadap pasokan hara dan ketersediaan fosfor.

43
Penambahan bahan organik juga akan meningkatkan kemampuan tanah

menahan air sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pengaruh

bahan organik terhadap ketersediaan P di dalam tanah dapat secara langsung

melalui aktifitas asam organik hasil dekomposisi bahan organik, sehingga akan

membantu pelepasan P yang terfiksasi oleh Al dan Fe yang tidak terlarut menjadi

larut. Hal ini akan menyebabkan ketersediaan P menjadi meningkat.

Meningkatnya ketersediaan hara ini menyebabkan proses serapan hara

berjalan lancar dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah.

Dalam budidaya kacang tanah ini, pelaksana menggunakan perlakuan bokashi

jerami dosis 5ton/ha dan pupuk phospat dengan dosis 36kg/ha.

4.2.4. Aspek Finansial

Berdasarkan hasil pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini terdapat

beberapa hal perbedaan biaya antara perlakuan dengan tanpa perlakuan, yaitu

dalam penggunaan bahan dan tenaga kerja. Penyimpangan yang terjadi karena

perubahan kebutuhan bahan maupun tenaga kerja selama kegiatan Proyek Usaha

Mandiri ini dilaksanakan. Biaya yang dikeluarkan dalam budidaya kacang tanah

ini terdiri atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri atas biaya

depresiasi alat dan biaya lain-lain, sedangkan untuk biaya tidak tetap terdiri atas

biaya saprodi dan biaya tenaga kerja.

Keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini

dengan perlakuan adalah Rp. 110.602, dengan jumlah pendapatan Rp. 543.000,

total revenue/cost yang diperoleh dari Proyek Usaha Mandiri ini sebesar 1,26

yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan.

44
Budidaya kacang tanah kontrol lebih sedikit keuntungan yang diperoleh

daripada dengan perlakuan yaitu sebesar Rp. 99.520, dengan jumlah pendapatan

yang relatif lebih kecil dari perlakuan yaitu sebesar Rp. 450.600. Hasil dari

revenue/cost yang diperoleh dari kontrol lebih besar dari perlakuan yaitu 1,28

yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Rendahnya revenue/cost perlakuan

daripada kontrol disebabkan total biaya yang dibutuhkan untuk perlakuan lebih

besar daripada kontrol.

4.2.5. Aspek Produksi

a. Berat 100 Biji Kering

Pengamatan yang dilakukan terhadap komponen hasil kacang tanah

didapatkan data berat 100 biji kering perlakuan bokashi jerami dan pupuk phospat

sebesar 39gr, sedangkan untuk berat 100 biji kontrol sebesar 27gr. Berat 100 biji

perlakuan dan kontrol memang menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun

berat 100 biji kering kacang tanah pada budidaya ini berbeda jauh dengan data

deskripsi Varietas Gajah yang di peroleh dari Balitkabi pada tahun 2013 sebesar

53gr berat biji keringnya.

Menurut Andrianto (2004), faktor iklim mempengaruhi pertumbuhan dan

hasil kacang tanah. Suhu, cahaya, dan curah hujam mempengaruhi laju

fotosintesis dan respirasi sehingga berimplikasi pada pertumbuhan dan

perkembangbiakkan kacang tanah, yang berpengaruh pada komponen hasil. Pada

pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini curah hujan yang sangat tinggi di akhir

bulan Oktober menyebabkan lahan terendam air sehingga menyebabkan laju

fotosintesis dan respirasi tanaman terhambat.

45
b. Produksi Polong Kering/Hektar

Produksi polong kering/hektar untuk perlakuan dengan bokashi jerami dan

pupuk phospat sebesar 1,98ton/ha sedangkan hasil produksi polong kering dengan

kontrol sebesar 1,65ton/ha. Hasil ini sangat berbeda jauh dari penelitian Subur

Sedjati (2010), menggunakan teknologi yang sama menghasilkan polong kering

2,7-4,1ton/ha. Hasil perlakuan lebih tinggi dari daya hasil Varietas Gajah sebesar

1,6-1,8ton/ha menurut data deskripsi Varietas Gajah dari Balitkabi tahun 2013.

Rendahnya produksi pada Proyek Usaha Mandiri ini disebabkan oleh faktor iklim

dan serangan hama tikus pada pelaksanaannya.

4.2.6. Kendala-kendala

a. Keterampilan Pelaksana

Keterampilan pelaksana dalam melakukan budidaya kacang tanah ini

sangat menentukan keberhasilan budidaya pada Proyek Usaha Mandiri yang

dilaksanakan. Pelaksanaan yang terampil dan rajin kelapangan menjamin

keberhasilan budidaya kacang tanah.

b. Kondisi lahan

Lahan Proyek Usaha Mandiri yang digunakan pada budidaya kacang tanah

ini tidak pernah digunakan untuk budidaya kacang tanah dalam sejarah lahannya.

Hal ini berdampak kurangnya mikroorganisme seperti bakteri rhizobium pada

lahan yang digunakan. Kondisi lahan yang dekat kandang ayam mengakibatkan

potensi serangan hama tikus sangat besar.

46
c. Serangan Hama

Kondisi lahan yang dekat kandang ayam mengakibatkan pada pelaksanaan

Proyek Usaha Mandiri ini terjadi serangan hama tikus yang menyerang tanaman

sebelum panen dilakukan. Hal ini mengakibatkan produksi kacang tanah kurang

optimal.

d. Iklim

Dalam budidaya kacang tanah diperlukan cuaca yang cerah, tidak terlalu

kering dan lembab. Rendahnya intensitas penyinaran pada saat pengisian polong

akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan menambah jumlah polong

hampa (Adisarwanto, 2004).

Pada pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini iklim tidak menentu sehingga

laju fotosintesis dan respirasi pada tanaman kacang tanah terhambat dan juga

kelembaban yang tinggi membuat gulma seperti tumbuhan berdaun lebar

(Amaranthus spinosus) dan gulma dari jenis teki-tekian (Cyperus alphan) sulit

dikendalikan, sehingga produksi kacang tanah yang dihasilkan kurang optimal.

47
V. KESIMPULAN

Dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri budidaya tanaman kacang tanah

ini dapat disimpulkan bahwa, Pemberian bokashi jerami padi dan pupuk phospat

pada budidaya kacang tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

diantaranya pada tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong/tanaman,

dan jumlah biji/polong sehingga produksi kacang tanah juga meningkat.

Produksi polong kering/hektar untuk perlakuan dengan bokashi jerami dan

pupuk phospat sebesar 1,98ton/ha sedangkan hasil produksi polong kering dengan

kontrol sebesar 1,65ton/ha. Hasil ini sangat berbeda jauh dari penelitian Subur

Sedjati (2010), menggunakan teknologi yang sama menghasilkan polong kering

2,7-4,1ton/ha. Hasil perlakuan lebih tinggi dari daya hasil Varietas Gajah sebesar

1,6-1,8ton/ha menurut data deskripsi Varietas Gajah dari Balitkabi (2013).

Proyek Usaha Mandiri budidaya tanaman kacang tanah yang dilaksanakan

dengan menggunakan teknologi bokashi jerami dan pupuk phospat memperoleh

keuntungan sebesar Rp. 110.602 dengan R/C Ratio 1,26 (>1 layak untuk

diusahakan). Proyek ini layak untuk diusahakan dengan keuntungan 26%.

48
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto. T. 2004. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah Di Lahan Sawah


dan lahan Kering.Penebar Swadaya.Jakarta.
Andrianto, Indarto, N. 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Buncis, Kacang
Tanah, Dan Kacang Tenggak. Absolut. Yogyakarta
Anwar Ispandi dan Lawu J. Santoso. 2002. Tanggap Tanaman Kacang Tanah
Terhadap Pemupukan P,K,S, di Lahan Kering Tanah Alfisol dalam
Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan.
Prosiding Seminar Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 231-241.
Balai Pusat Statistik. 2013. Limapuluh Kota dalam angka. Balai Pusat Statistik
Payakumbuh.
Hanafiah 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/images/PDF/deskripsi%20kacang%20tanah.
pdf. Diunduh tanggal 22 April 2013
http://www.deptan.go.id/feati/teknologi/BOKASHI.pdf. diunduh tanggal 20 April
2013
http://ntrstanaman.blogspot.com/2013/01/peran-hara-dalam-tanaman-unsur
makro.html. diunduh tanggal 12 Mei 2013
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/kacang_tanah.pdf. diunduh tanggal 30
April 2013
Marsono, 2004. Pupuk Akar, Jenis Dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta
Marzuki, R, 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung
Rukmana, R, 1998. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Sedjati, S, 2010.Kajian Pemberian Bokashi Jerami dan Pupuk P Pada Kacang
Tanah. Jurnal sains. Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.
Sumarno,2004. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru. Bandung
Suntoro. 2002. Pengaruh Pemberian Bahan Organik, Dolomit, dan KCl terhadap
Kadar Khlorofil, Dampaknya pada Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea
L.). Biosmart 4(2).
Suprapto, 2004. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta
Sutanto, R, 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta

49
Sutarto, Ig.V. 1988. Pengaruh Pengapuran Dan Pupuk Fosfat Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah. Balittan. Bogor. 8(1)
Syakur, A, et al. 2011. Analisis Iklim Mikro Didalam Rumah Tanaman Untuk
Memprediksi Waktu Pembungaan Dan Matang Fisiologis Tanaman Tomat
Dengan Menggunakan Metode Artificial Neutral Network. Jurnal
Agroscientiae, Yogyakarta
Wild, A and L.H.P. Jones. 1988. Mineral Nutrition of Crop Plant In Russell’s Soil
Condition and Plant Growth ( Eds Alan Wild). John Wiley and Sons. New
York.

50
Lampiran

1. Pengamatan Jumlah Cabang Primer

Pengamatan Jumlah Cabang Primer


Nomor Sampel Nilai X-rerata x Y-rerata y x² y²
P-1 P-0
1 39.22 22.67 5.49 -4.96 30.17 24.59
2 30.67 30.22 -3.06 2.60 9.38 6.74
3 38.11 33.22 4.38 5.60 19.20 31.32
4 30.44 29.44 -3.29 1.82 10.79 3.31
5 31.44 27.33 -2.29 -0.29 5.22 0.09
6 33.44 27.56 -0.29 -0.07 0.08 0.00
7 36.33 29.67 2.60 2.04 6.78 4.16
8 31.22 30.89 -2.51 3.26 6.29 10.65
9 33.44 30.11 -0.29 2.49 0.08 6.18
10 36.56 22.89 2.83 -4.74 7.99 22.44
11 35.44 28.00 1.71 0.37 2.94 0.14
12 36.00 31.56 2.27 3.93 5.15 15.44
13 31.44 27.33 -2.29 -0.29 5.22 0.09
14 39.33 30.22 5.60 2.60 31.40 6.74
15 35.00 26.78 1.27 -0.85 1.61 0.72
16 32.00 28.00 -1.73 0.37 2.99 0.14
17 34.44 27.89 0.71 0.26 0.51 0.07
18 35.22 28.78 1.49 1.15 2.23 1.33
19 33.33 23.33 -0.40 -4.29 0.16 18.43
20 36.00 25.44 2.27 -2.18 5.15 4.76
21 33.89 24.33 0.16 -3.29 0.03 10.84
22 32.44 24.00 -1.29 -3.63 1.65 13.15
23 34.22 25.67 0.49 -1.96 0.24 3.84
24 33.67 35.89 -0.06 8.26 0.00 68.28
25 33.78 26.89 0.05 -0.74 0.00 0.54
26 33.00 30.33 -0.73 2.71 0.53 7.33
27 26.67 22.89 -7.06 -4.74 49.89 22.44
28 34.44 23.22 0.71 -4.40 0.51 19.39
29 34.89 27.56 1.16 -0.07 1.34 0.00
30 25.78 26.67 -7.95 -0.96 63.23 0.92
Ʃ 0.00 0.00 270.78 304.06
Rerata 33.73 27.63
Ʃ ..² 270.78 304.06
Mean 33.73 27.63
N 30.00 30.00
SD 3.00 3.18
t hit 13.21
Df 58.00
t tabel 1,67

51
2. Pengamatan Tinggi Tanaman

Pengamatan Tinggi Tanaman


Nomor Sampel Nilai X-rerata x Y-rerata y x² y²
P-1 P-0
1 26.00 17.06 2.60 -0.57 6.77 0.33
2 20.06 23.33 -3.34 5.71 11.17 32.57
3 25.89 18.67 2.49 1.04 6.20 1.08
4 22.56 19.06 -0.84 1.43 0.71 2.04
5 24.83 17.89 1.44 0.26 2.06 0.07
6 24.94 19.11 1.55 1.49 2.39 2.21
7 26.44 18.44 3.05 0.82 9.28 0.67
8 25.28 16.78 1.88 -0.85 3.53 0.72
9 22.11 16.39 -1.29 -1.24 1.66 1.53
10 24.11 15.89 0.71 -1.74 0.51 3.02
11 25.00 16.89 1.60 -0.74 2.57 0.54
12 24.44 24.72 1.05 7.10 1.09 50.36
13 24.89 21.22 1.49 3.60 2.22 12.93
14 23.61 22.50 0.21 4.87 0.05 23.76
15 22.11 18.22 -1.29 0.60 1.66 0.36
16 24.00 16.44 0.60 -1.18 0.36 1.40
17 23.39 20.78 -0.01 3.15 0.00 9.93
18 26.11 18.06 2.71 0.43 7.36 0.18
19 25.94 17.22 2.55 -0.40 6.48 0.16
20 26.44 19.22 3.05 1.60 9.28 2.55
21 23.56 18.33 0.16 0.71 0.02 0.50
22 24.78 17.33 1.38 -0.29 1.90 0.09
23 25.33 15.44 1.94 -2.18 3.74 4.76
24 23.00 18.61 -0.40 0.99 0.16 0.97
25 20.67 12.44 -2.73 -5.18 7.46 26.85
26 19.56 14.22 -3.84 -3.40 14.77 11.59
27 18.11 14.11 -5.29 -3.51 27.95 12.35
28 21.11 12.50 -2.29 -5.13 5.23 26.28
29 23.22 13.94 -0.18 -3.68 0.03 13.55
30 14.44 13.94 -8.95 -3.68 80.17 13.55
Ʃ 0.00 0.00 216.80 256.89
Rerata 23.40 17.63

Ʃ ..² 216.80 256.89


Mean 23.40 17.63
N 30.00 30.00
SD 2.69 2.93
t hit 13.12
Df 58.00
t tabel 1.67

52
3. Pengamatan Jumlah Biji/Polong

Jumlah Biji/Polong
Nomor Sampel Nilai X-rerata x Y-rerata y x² y²
P-1 P-0
1 3 2 0.57 0.13 0.32 0.02
2 3 3 0.57 1.13 0.32 1.28
3 2 2 -0.43 0.13 0.19 0.02
4 2 3 -0.43 1.13 0.19 1.28
5 2 2 -0.43 0.13 0.19 0.02
6 3 2 0.57 0.13 0.32 0.02
7 3 1 0.57 -0.87 0.32 0.75
8 3 1 0.57 -0.87 0.32 0.75
9 3 2 0.57 0.13 0.32 0.02
10 2 2 -0.43 0.13 0.19 0.02
11 3 1 0.57 -0.87 0.32 0.75
12 3 2 0.57 0.13 0.32 0.02
13 2 2 -0.43 0.13 0.19 0.02
14 2 2 -0.43 0.13 0.19 0.02
15 3 2 0.57 0.13 0.32 0.02
16 2 3 -0.43 1.13 0.19 1.28
17 1 2 -1.43 0.13 2.05 0.02
18 2 2 -0.43 0.13 0.19 0.02
19 3 2 0.57 0.13 0.32 0.02
20 3 2 0.57 0.13 0.32 0.02
21 1 1 -1.43 -0.87 2.05 0.75
22 3 1 0.57 -0.87 0.32 0.75
23 2 2 -0.43 0.13 0.19 0.02
24 2 2 -0.43 0.13 0.19 0.02
25 3 1 0.57 -0.87 0.32 0.75
26 3 2 0.57 0.13 0.32 0.02
27 3 3 0.57 1.13 0.32 1.28
28 2 1 -0.43 -0.87 0.19 0.75
29 3 2 0.57 0.13 0.32 0.02
30 1 1 -1.43 -0.87 2.05 0.75
Ʃ 0.00 0.00 13.37 11.47
Rerata 2.43 1.87

Ʃ ..² 13.37 11.47


Mean 2.43 1.87
N 30.00 30.00
SD 0.67 0.62
t hit 2.69
df 58.00
t tabel 1.67

53
4. Pengamatan Jumlah Polong/Tanaman

Jumlah Polong/Tanaman
Nomor X-rerata Y-rerata
Nilai x² y²
Sampel x y
P-1 P-0
1 32 14 9.67 -1.90 93.44 3.61
2 20 14 -2.33 -1.90 5.44 3.61
3 15 12 -7.33 -3.90 53.78 15.21
4 30 26 7.67 10.10 58.78 102.01
5 22 6 -0.33 -9.90 0.11 98.01
6 19 25 -3.33 9.10 11.11 82.81
7 30 20 7.67 4.10 58.78 16.81
8 22 6 -0.33 -9.90 0.11 98.01
9 24 15 1.67 -0.90 2.78 0.81
10 20 15 -2.33 -0.90 5.44 0.81
11 30 10 7.67 -5.90 58.78 34.81
12 27 9 4.67 -6.90 21.78 47.61
13 6 12 -16.33 -3.90 266.78 15.21
14 12 9 -10.33 -6.90 106.78 47.61
15 22 17 -0.33 1.10 0.11 1.21
16 7 21 -15.33 5.10 235.11 26.01
17 5 21 -17.33 5.10 300.44 26.01
18 26 26 3.67 10.10 13.44 102.01
19 18 21 -4.33 5.10 18.78 26.01
20 26 27 3.67 11.10 13.44 123.21
21 8 10 -14.33 -5.90 205.44 34.81
22 37 16 14.67 0.10 215.11 0.01
23 38 14 15.67 -1.90 245.44 3.61
24 24 29 1.67 13.10 2.78 171.61
25 30 18 7.67 2.10 58.78 4.41
26 23 12 0.67 -3.90 0.44 15.21
27 32 12 9.67 -3.90 93.44 15.21
28 21 25 -1.33 9.10 1.78 82.81
29 39 8 16.67 -7.90 277.78 62.41
30 5 7 -17.33 -8.90 300.44 79.21
Ʃ 0.00 0.00 2,726.67 1,340.70
Rerata 22.33 15.90

Ʃ ..² 2,726.67 1,340.70


Mean 22.33 15.90
N 30.00 30.00
SD 9.53 6.69
t hit 8.60
Df 58.00
t tabel 1.67

54
5. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Gajah

1. No. Silsilah : 61
2. Asal : Seleksi keturunan persilangan Schwarz-21
Spanish 18-38
3. Batang : Berdiri tegak, berwarna hijau muda, berbulu
4. Daun : Hijau
5. Bunga : Kuning
6. Gynofor : Ungu
7. Polong : Sedikit berlekuk, berurat tegak, kasar dan
pelatuknya kurang nyata
8. Biji : Merah jambu (rose)
9. Ketahanan : Tahan penyakit layu bakteri
10. Umur berbunga : 30 hari
11. Umur panen : 100-110 hari
12. Bobot 100 biji : 53 g
13. Daya hasil : 1,6-1,8 ton/ha
14. Persentase biji/polong : 60-70%
kering
15. Kadar lemak : 48%
16. Kadar protein : 29%

Sumber: Balitkabi Litbang, 2013

55
6. Lay Out Proyek

Lay out Proyek Usaha Mandiri pada tanaman kacang tanah untuk luasan
273m2 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

1,5 m

26 m

Keterangan gambar :

Panjang bedengan : 26 meter

Lebar bedengan : 1,5 meter

Jarak antara bedengan : 50 cm

Tinggi bedengan : 30 cm

Jarak tanam : 40 cm x 20 cm

Luas lahan : 273m2

56
7. Dokumentasi Proyek Usaha mandiri

Pembalikan Bokashi Jerami Kacang tanah umur 8 minggu

Bokashi jerami yang sudah matang Kacang tanah setelah Penyiangan

57
Melakukan Panen kacang tanah pada umur 104 hari setelah tanam

Polong Kacang tanah tanpa perlakuan saat Panen

58
8. Distribusi Jadwal Kegiatan Proyek Usaha Mandiri 2013/2014

Bulan/Minggu
Kegiatan September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan Bokashi
Jerami
Pembalikan bokashi
Jerami
Pengolahan tanah
Pembuatan Bedengan
Pemberian Bokashi
Jerami
Penanaman &
Pemupukan
Penyulaman
Penyiangan 1
Perbaikan Draenase I
& Pembumbunan
Perbaikan Draenase II
& Penyiangan II
Penyiangan III
Penyiangan IV
Penyiraman
Panen
Pengeringan
Pemimpilan
Pemasaran
Pengamatan

59
60

Anda mungkin juga menyukai