Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ELEMEN MESIN
( PERANCANGAN POROS )

DISUSUN OLEH :
NAMA : Reko Windarto
NRP : 0121703007
PRODI : Teknik Mesin Otomotif
DOSEN PEMBIMBING : MATSUANI S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN OTOMOTIF


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG
2019

i
REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik, adapun makalah ini merupakan tugas mata kuliah Elemen Mesin
dengan Judul Perencanaan Poros.
Penulis menyadari bahwa mungkin ada banyak kekurangan dari makalah
ini, dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik sangat di
harapkan guna untuk membangun dan tidak lain sebagai penyempurnaan makalah
ini. Saya berharap makalah ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi saya pribadi.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Serpong, 03 Juli 2019

Reko Windarto

Institut Teknologi Indonesia ii


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
1.3 Metode Penulisan ............................................................................. 1
1.4 Batasan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
2.1 Definisi Poros ................................................................................... 3
2.2 Fungsing Poros ................................................................................. 4
2.3 Macam –Macam Poros .................................................................... 4
2.4 Perancangan Poros ........................................................................... 9
BAB III PERHITUNGAN ........................................................................ 18
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 19
4.1 kesimpulan ...................................................................................... 19
4.2 Saran .............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

Institut Teknologi Indonesia iii


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam aktifitas perancangan suatu elemen mesin baik itu untuk
menciptakan maupun untuk memperbaiki konstruksi suatu rancangan, setiap
bagian konstruksinya dibutuhkan perhitungan. Seperti kontruksi kendaraan
ringan, mesin perkakas, mesin potong kayu, ataupun sampai konstruksi mesin
kecil lainnya yang biasa di gunakan sehari-hari untuk membantu pekerjaan
manusia. Di balik mesin-mesin tersebut dirancang tidak se-sederhana
penggunaannya, melainkan sangat memerlukan ketelitian dalam perhitungan.
Dalam perancangan mesin seperti pada motor ada bagian komponen
yang disebut dengan poros dan pasak, poros berbentuk silinder yang
panjangnya tergantung dari kebutuhan konstruksi dan ada yang disebut dengan
pasak yang ukurannya lebih kecil dari poros. Dua elemen mesin tersebut
memiliki keterkaitan satu sama lain. Jika sudah di dalam suatu konstruksi
mesin bermotor, poros dan pasak memiliki peran penting di dalamnya,
sehingga dapat memberikan efisiensi mekanis dan efisiensi termis.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi Tugas yang diberikan oleh Bapak Matsuani S.Pd,
M.Pd, selaku dosen mata kuliah Elemen Mesin.
1.2.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui dan mampu melakukan suatu perencanaan poros
pada suatu konstruksi.

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan ini berdasarkan studi pustaka dari buku-buku dan literatur
yang berhubungan dengan pembahasan dan internet.

Institut Teknologi Indonesia 1


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

1.4 Batasan Masalah


Pada makalah ini hanya membahas tentang Perencanaan Elemen Mesin
Poros yang sederhana, jenis-jenis umum poros pada konstruksi dan fungsi dari
perencanaan poros dan fungsi poros.

Institut Teknologi Indonesia 2


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley,
flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima
beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja
sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui
putaranmesin. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakra tali, puli sabuk
mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan, dan roda gigi, dipasang
berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros
dukung yang berputar. Contoh sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros
roda kereta api, As gardan, dan lain-lain.

Gambar 2.1.1. Konstruksi Poros Kereta Api

Untuk merencanakan sebuah poros, perlu diperhitungkan gaya yang bekerja


pada poros di atas antara lain: gaya dalam akibat beratnya (W) yang selalu
berpusat pada titik gravitasinya.
Gaya (F) merupakan gaya luar arahnya dapat sejajar dengan permukaan benda
ataupun membentuk sudut α dengan permukanan benda. Gaya F dapat
menimbulkan tegangan pada poros, karena tegangan dapat timbul pada benda
yang mengalami gaya. Gaya yang timbul pada benda dapat berasal dari gaya
dalam akibat berat benda sendiri atau gaya luar yang mengenai benda tersebut.

Institut Teknologi Indonesia 3


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

Baik gaya dalam maupun gaya luar akan menimbulkan berbagai macam
tegangan pada kontruksi tersebut.
2.2 Fungsi Poros
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-
sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakaran tali,
puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi.
Dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada
poros dukung yang berputar.Contohnya sebuah poros dukung yang berputar,
yaitu poros roda keran dan gerobak.

Gambar 2.3.1.Poros roda keran dan gerobak.


2.3 Macam-Macam Poros
Jenis-Jenis Poros
Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebanannya
sebagai berikut :
1. Poros Transmisi
Poros Transmisi (transmission shaft) atau sering hanya disebut
dengan poros (shaft) digunakan pada mesin rotasi untuk metransmisikan
putaran dan rotasi dari satu lokasi kelokasi yang lainnya. Poros
mentransmisikan torsi dan driver (motor atau engine) ke driven.Komponen
mesin yang sering digunakan bersamaan dengan poros adalah roda gigi, puli
dan sprocket. Transmisi torsi antar poros dilakukan dengan pasangan roda
gigi, sabuk atau rantai. Poros bisa menjadi satu dengan driver, seperti pada
poros motor dan engine crank shaft, bisa juga poros bebas yang
dihubungakan ke poros lainnya dengan kopling. Sebagai dudukan poros,
digunakan bantalan.

Institut Teknologi Indonesia 4


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

Gambar 2.4.1. Poros Transmisi Untuk Roda Gigi

2. Poros Spindle
Poros Spindle adalah poros tranmisi yang relative pendek, seperti
poros utama mesin perkakas, dimana beban utama berupa puntiran, disebut
spindle.Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya yang
harus kecil, dan bentuk serta ukuran haruslah teliti.
1

Gambar 2.4.2. Poros spindle.


3. Poros Gandar
Gandar adalah poros yang tidak mendapatkan beban punter, bahkan
kadang kadang tidak boleh berputar.Contohnya seperti yang terpasang
diantara roda-roda kereta barang dll.

Gambar 2.4.3. Poros gandar.

Institut Teknologi Indonesia 5


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

4. Poros engkol
Poros engkol merupakan bagian dari mesin yang dipakai untuk
merubah gerakan naik turun dari torak menjadi gerakan berputar. Poros
engkol yang kecil sampai yang sedang biasanya dibuat dari satu bahan yang
ditempa kemudian dibubut, sedangkan yang besar-besar dibuat dari
beberapa bagian yang disambung-sambung dengan cara pengingsutan.
Didalam praktek dikenal 2 macam poros engkol yaitu :
5. Poros Engkol Tunggal
Poros ini terdiri dari sebuah poros engkol dan sebuah pen engkol.
Kedua-duanya diikat menjadi satu oleh pipi engkol yang pemasangannya
menggunakan cara pengingsutan. Pipi engkol biasanya dibuat daripada baja
tuang, sedangkan pen engkolnya dari baja St 50 atau St 60.Jarak antara
sumbu pen enkol dengan sumbu poros engkol adalah setengah langkah
torak.

Gambar:2.4.4. Poros Engkol

6. Poros Engkol Ganda


Poros engkol ini mempunyai 2 buah pipi engkol terdiri dari satu
bahan sedang pemasangan poros engkolnya adalah dengan sambungan
ingsutan.Poros-poros engkol ini bahannya dibuat dari besi tuang
khusus.Disamping harga pembuatannya lebih ringan, besi tuang itu
mempunyai sifat dapat menahan getaran-getaran.

Institut Teknologi Indonesia 6


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

Gambar :2.4.5. Poros Engkol Ganda


Berdasarkan bentuknya :
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
7. Kekuatan Poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting
moment), beban lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban
puntir dan lentur. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa
faktor, misalnya :kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi
tegangan bila menggunakan poros bertingkat ataupun penggunaan alur
pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman
untuk menahan beban-beban tersebut.
8. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman
dalam menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang
terlalu besar akan mengakibatkan ketidak telitian (padamesinperkakas),
getaran mesin (vibration) dansuara (noise).Oleh karena itu disamping
memperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan
dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya
dengan poros tersebut.
9. Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikkan maka kan menimbulkan getaran
(vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang
mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang
menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi
pada turbin, motor bakar ,motor listrik , dll. Selain itu, timbulnya getaran
yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian
lainnya.

Institut Teknologi Indonesia 7


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

10. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi ( termasuk plastik ) harus di pilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang
korosif.Demikian
Pula untuk poros-poros yang terancam kavitasi ,dan poros-poros mesin
yang sering berhenti lama .Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan
perlindungan terhadap korosi .
11. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasannya di buat dari baja batang yang dirarik
diingin dan difinis,baja karbon kontruksi mesin ( disebut bahan S-C ) yang
dihasilkan dari ingot yang di-“kill”( baja yang di deoksidasikan dengan
ferosilikon dan dicor ;kadar karbon terjamin .Meskipun demikian bahan ini
kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena
tegangan yang kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada
tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat
permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar. Harga-
harga yang terdapat di dalam table diperoleh dari batang percobaan dengan
diameter 25 mm; dalam hal ini harus diingat bahwa untuk poros yang
diameternya jauh lebih besar dari 25 mm, harga-harga tersebut akan lebih
rendah dari pada yang ada di dalam table karena adanya pengaruh masa.
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat
umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat
tahan terhadap keausan. Beberapa di antaranya adalah baja khrom nikel,
baja khrom nikel molibden, baja khrom, baja khrom molibden, dll.
Sekalipun demikian pemakaian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan
jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan beban berat. Dalam hal
demikian perlu dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang diberi
perlakuan panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan.
Pada umumnya baja diklasifikasikan atas baja lunak, baja liat, baja agak
keras, dan baja keras. Di antaranya, baja liat dan baja agak keras banyak
dipilih untuk poros. Baja lunak yang terdapat di pasaran umumnya agak
kurang homogeny di tengah, sehingga tidak dapat dianjurkan untuk

Institut Teknologi Indonesia 8


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

dipergunakan sebagai poros penting. Baja agak keras pada umumnya berupa
baja yang dikil seperti telah disebutkan di atas. Baja macam ini jika diberi
perlakuan panas secara tepat dapat menjadi bahan poros yang sangat baik.
Meskipun demikian, untuk perencanaan yang baik, tidak dapat dianjurkan
untuk memilih baja atas dasar klasifikasi yang terlalu umum seperti di atas.
Sebaiknya pemilihan atas dasar standar-standar yang ada.

2.4 Perancangan Poros


Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada
perancangan poros. Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi
yang besar akan mempercepat keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya
misalignment pada roda gigi, sabuk dan rantai. Tegangan pada poros bisa
dihitung hanya pada posisi tertentu yang ditinjau dengan mengetahui beban dan
penampang poros. Tetapi, untuk menghitung defleksi yang terjadi, harus
diketahui terlebih dahulu geometri seluruh bagian poros. Sehingga dalam
merancang poros, pertama kali yang dilakukan adalah berdasar tegangan yang
terjadi, baru kemudian menghitung defleksi berdasar geometri yang telah
ditentukan. Perancangan poros juga dipengaruhi hubungan frekuensi pribadi
poros (pada pembebanan bending dan torsi) terhadap frekuensi pembebanan
terhadap waktu. Jika frekuensi pembebanan mendekati frekuensi pribadi poros,
akan terjadi resonansi, sehingga timbul getaran, tegangan dan defleksi yang
besar.
1. Aturan umum perancangan poros :
a. Untuk meminimalisasi defleksi dan tegangan, poros diusahakan sependek
mungkin dan meminimalisasi keadaan ‘overhang’,
b. Sebisa mungkin menghindari susunan batang kantilever, dan
mengusahakantumpuan sederhana, kecuali karena tuntutan perancangan.
Hal ini karena batangkantilever akan terdefleksi lebih besar,
c. Poros berlubang mempunyai perbandingan kekakuan dengan massa
(kekakuanspesifik) lebih baik dan frekuensi pribadi lebih besar dari pada
poros pejal, tetapiharganya akan lebih mahal dan diameter akan lebih besar,

Institut Teknologi Indonesia 9


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

d. Usahakan menghindarkan kenaikan tegangan pada lokasi momen bending


yangbesar jika memungkinkan dan meminimalisasi efeknya dengan cara
menambahkanfillet dan relief.
e. Jika tujuan utamanya adalah meminimalisasi defleksi, baja karbon rendah
baik untukdigunakan karena kekakuannya setinggi baja dengan harga yang
lebih murah danpada poros yang dirancang untuk defleksi, tegangan yang
terjadi cenderung kecil,
f. Defleksi pada roda gigi yang terpasang pada pada poros tidak boleh
melebihi 0.005inch dan slope relatif antar sumbu roda gigi harus kurang dari
0.03º.
g. Jika digunakan plain bearing, defleksi poros pada arah sepanjang bantalan
haruskurang dari tebal lapisan oli pada bantalan,
h. Jika digunakan non-self-alligning rolling element bearing, defleksi sudut
poros padabantalan harus dijaga kurang dari 0.04º,
i. Jika terjadi gaya aksial, harus digunakan paling tidak sebuah thrust bearing
untuk setiap arah gayanya. Jangan membagi gaya aksial pada beberapa
thrust bearing karena ekspansi termal pada poros akan mengakibatkan
overload pada bantalan.
j. Frekuensi pribadi pertama poros minimal tiga kali frekuensi tertinggi ketika
gaya terbesar yang diharapkan terjadi pada saat operasi. Semakin besar akan
semakin baik, tetapi akan semakin sulit untuk dicapai.
2. Perhitungan Diameter Poros.
Dalam perhitungan diameter poros ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yakni faktor koreksi yang dianjurkan ASME dan juga dipakai
disini. Faktor koreksi akibat terjadinya tumbukan yang dinyatakan dengan Kt,
jika beban dikenakan beban secara halus, maka dipilih sebesar 1,0. Jika terjadi
sedikit kejutan atau tumbukan, maka dipilih sebesar 1,0-1,5. Jika beban
dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar, maka dipilih sebesar 1,5-3,0.
Dalam hal ini harga Kt diambil sebesar 3 karena cangkang terhisap langsung
kedalam mesin fan sehingga mendapatkan beban kejut atau tumbukan yang
besar secara tiba-tiba. Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa
beban hanya

Institut Teknologi Indonesia 10


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

terdiri atas momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan
pemakaian dengan beban lentur. Dimana untuk perkiraan sementara ditetapkan
bahwa beban hanya terjadi karena momen puntir saja dengan harga diantara 1,2-
2,3 (jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil
1,0), dalam perencanaan diambil faktor koreksinya sebesar 1,2. Maka rumus
untuk merencanakan diameter poros ds diproleh:

dimana : ds = diameter poros yang direncanakan (mm)


𝜎 a= kekuatan tarik bahan (kg/mm2) aτ
Kt = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya tumbukan
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur .
a. Pembebanan Tetap (constant loads)
Poros yang hanya terdapat momen puntir saja.

Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen puntir saja
(twisting momentonly) dapat diperoleh dari persamaan berikut :
Dimana : T = Momen puntir pada poros

r = Jari – jari poros


J = Momen Inersia Polar
Selain dengan persamaan diatas, besarnya momen puntir pada poros (twisting
moment) jugadapat diperoleh dari hubungan persamaan dengan variable-variable
lainnya, misalnya :
b. Daya yang ditransmisikan

Institut Teknologi Indonesia 11


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

buka penggerak (belt drive) : T = (T1 – T2) x R


dimana : T1 = tarikan yang terjadi pada sisi kencang
T2 = tarikan yang terjadi pada sisi kendor
R = jari-jari pulley

Gambar 2.5.1. Poros Transmisi dengan Beban Puntir


c. Poros yang hanya terdapat momen lentur saja.
Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen lentur saja
(bending momentonly), dapat diperoleh dari persamaan berikut :

dimana : M = Momen lentur pada poros


I = Momen Inersia
y = jari-jari poros
𝜎= Bending stress

Institut Teknologi Indonesia 12


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

Untuk poros yang berbentuk bulat padat besarnya momen Inersia dirumuskan :

Gambar 2.5.2. Beban lentur murni pada lengan robot


d. Poros dengan kombinasi momen lentur dan momen puntir.
Jika pada poros tersebut terdapat kombinasi antara momen lentur dan
momen puntir makaperancangan poros harus didasarkan pada kedua momen
tersebut. Banyak teori telah diterapkan untuk menghitung elastic failure dari
material ketika dikenai momen lentur dan momen puntir.

Gambar 2.5.3. Beban puntir dan lentur saat arbor melakukan pemakanan
e. Maximum shear stress theory atau Guest’s theory
Teori ini digunakan untuk material yang dapat diregangkan (ductile),
misalnya baja lunak (mildsteel).
f. Maximum normal stress theory atau Rankine’s theory
Teori ini digunakan untuk material yang keras dan getas (brittle), misalnya
besi cor (cast iron).Pada pembahasan selanjutnya, cakupan pembahasan akan lebih
terfokus pada pembahasanbaja lunak (mild steel) karena menggunakan material
S45C sebagai material poros. Terkaitdengan Maximum shear stress theory atau
Guest’s theory bahwa besarnya maximum shearstress pada poros dirumuskan :

Institut Teknologi Indonesia 13


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

Dengan mensubsitusikan ke persamaan akan diperolah :

Tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian umum pada poros dapat
diperoleh dariberbagai cara, salah satu cara diantaranya dengan menggunakan
perhitungan berdasarkan kelelahan puntir yang besarnya diambil 40% dari batas
kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik. Jadi batas
kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik, sesuai dengan standar ASME.
Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar . Harga 5,6 ini diambil untuk
bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh
masa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan . Selanjutnya perlu ditinjau
apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga karena pengaruh
konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus
diperhatikan. Untuk memasukan pengaruh ini kedalam perhitungan perlu diambil
faktor yang dinyatakan dalam yang besarnya 1,3 sampai 3,0
g. Pembebanan Berubah-ubah (fluctuating loads)
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pembebanan tetap
(constant loads)yang terjadi pada poros. Dan pada kenyataannya bahwa poros justru
akan mengalami pembebanan puntir dan pembebanan lentur yang berubah-ubah.
Dengan mempertimbangkan jenis beban, sifat beban, dll. yang terjadi pada poros
maka ASME (American Society of Mechanical Engineers) menganjurkan dalam
perhitungan untuk menentukan diameter poros yang dapat diterima (aman) perlu
memperhitungkan pengaruh kelelahan karena beban berulang.
Jenis Pembebanan Km Kt

Poros tetap

Beban perlahan 1,0 1,0

Institut Teknologi Indonesia 14


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

Beban tiba-tiba 1,5 - 2,0 1,5 – 2,0

Poros yang berputar

Beban perlahan ataupun tetap 1,5 1,0

Beban tiba-tiba kejutan ringan 1,5 – 2,0 1,5 – 2,0

Beban tiba-tiba kejutan berat 2,0 – 3,0 1,5 – 3,0

3. Daya Poros
Di stasiun Kernel pada Pabrik Kelapa Sawit, poros Depericarper Fan
akan mendapatkan daya dari boiler. Daya tersebut akan ditransmisikan dari
turbin ke poros melalui V-Belt. Daya merupakan daya nominal output dari motor
penggerak dalam hal ini turbin uap. Daya yang besar mungkin diperlukan pada
saat mulai (start), atau mungkin beban yang besar terus bekerja setelah start.
Dengan demikian sering diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan
dengan menggunakan faktor koreksi pada perencanaan.
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan
sesuai dengan tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang ditransmisikan

Daya yang ditransmisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2

Daya normal 1,0 – 1,5

Dalam perhitungan poros ini diambil daya rata-rata sebagai daya rencana
dengan faktor koreksi sebesar fc = 2,0. Harga ini diambil dengan pertimbangan
bahwa daya yang direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga
poros yang akan direncanakan semakin aman terhadap kegagalan akibat momen
puntir yang terlalu besar. Sehingga besar daya rencana Pd yaitu :
Dimana : Pd = daya rencana (kW)

Institut Teknologi Indonesia 15


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

fc = faktor koreksi

N = daya normal keluaran motor penggerak (kW)


Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa
momen puntir. Oleh karena itu dalam penentuan ukuran-ukuran utamaporos
akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan
kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung :
Dimana : T = momen puntir rencana (kg.mm)
Pd = daya rencana (kW)

n = putaran (rpm)

Bahan poros yang direncanakan adalah baja cor yaitu jenis baja karbon
tinggi dengan kadar C > 0,5 %. Baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-
C) dihasilkan dari ingot yang dikil (baja yang dioksidasikan dengan ferrosilikon
dan dicor), kadar karbon terjamin. Jenis-jenis baja S-C beserta dengan kekuatan
tariknya dapat dilihat dari tabel 2.2.Dalam perencanaan poros ini dipilih bahan
jenis S30C yang dalam perencanaannya diambil kekuatan tarik sebesar . Maka
tegangan puntir izin dari bahan dapat diperoleh dari rumus :
Dimana :
τa = tegangan geser izin (kg/mm2)
σb = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)

Institut Teknologi Indonesia 16


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

Sf1 = faktor keamanan yang bergantung kepada jenis bahan.


Sf2 = faktor keamanan yang bergantung pada bentuk poros (harga 1,3-3,0)
Sesuai dengan standar ASME, batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan
tarik, dimana untuk harga ini faktor keamanan diambil sebesar =5,6. Harga 5,6
diambil untuk bahan SF dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh massa dan
baja paduan. Harga Sf1 diambil 6 karena dalam perencanaan pemilihan bahan
diambil jenis S30C. Sedangakan nilai Sf2, karena poros yang dirancang
merupakan poros bertingkat, sehingga dalam perencanaannya faktor keamanan
diambil 1,4. bσ10,18

4. Pemeriksaan Kekuatan Poros


Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian
dilakukan dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi (akibat
momen puntir) yang bekerja pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui
tegangan geser izin yang dapat ditahan oleh bahan maka poros mengalami
kegagalan. Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros
diperoleh dari:

dimana:
τp = tegangan geser akibat momen puntir ( kg/mm2 )
T = momen puntir yang terjadi (direncanakan) ( kg.mm )
ds = diameter poros ( mm )

Institut Teknologi Indonesia 17


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

BAB III
PERHITUNGAN

8. Macam, pemakaian, beban, perlakuan


START panas dari roda
Tegangan lentur yang diizinkan meurut
macam roda WB (kg/mm2)
Faktor tambahan untuk tegangan menurut
pemakaian roda m
1. Beban statis pada suatu gandar W (kg)
Jarak telapak roda g (mm)
Jarak bantalan radial j (mm)
Tinggi titik berat H (mm) 9. Diameter tumpuan roda ds (mm)
Kecepatan kerja maksimal. V (km/h)
Jari – jari telapak roda r (mm)

10. Tegangan lentur pada tumpuan roda di sebelah


dalam naf b (kg/mm2)
2. Momen pada tumpuan roda karena beban statis M1 (kg/mm)

11. Faktor keamanan kelelahan n


3. Beban tambahan karena getaran
vertikal = 
Beban statis
Beban horizontal
Beban statis pada satu gandar = L

12. n : 1
4. Momen pada tumpuan roda karena gaya
vertikal tambahan M2 (kg.mm)

5. Jarak dari tengah bantalan ke


ujung luar naf roda a (mm) 13. Diameter tumpuan roda ds (mm)
Panjang naf roda l (mm) Bahan poros
Perlakuan panas

6. Beban horizontal P (kg)


Beban pada bantalan karena beban horizontal Qo (kg)
Beban pada telapak roda karena beban horizontal Ro (kg)
STOP

7. Momen lentur pada naf tumpuan roda sebelah dalam


karena beban horizontal M3

END

Institut Teknologi Indonesia 18


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

( Contoh 1.3 Dikutip dari buku “ Dasar perancangan dan pemilihan elemen mesin”
hal. 16-17 ) Gandar dari sebuah kendaraan rel seperti di perlihatkan dalam gambar
1.5 ,mendapatkan beban statis sebesar 12000 ( kg ) .Tentukan diameter gandar pada
dudukan roda.Kecepatan maksimum dianggap sebesar 100 ( km/h ),dan bahan
gandar diambil dari JIS E4502 Kelas 3 .

Gambar 3.1 Gambar untuk poros .


( Penyelesaian )
1) W = 12000 ( kg ). g = 1120 ( mm ). J = 1930 ( mm )
h = 970 ( mm ). v = 100 ( km/h ). r = 430 ( mm )
1930−1120
2) M1 = 𝑥 1200 = 2,43 x 106 = 2,430.000 ( kg.mm )
4
3) Xv = 0,4.xl = 0,3
4) M2 = 0,4 x 2.43 x 106 = 972,000 = 9,72 x 105
5) a = 345 ( mm ) . l = 128 ( mm )
6) P = xl.W = 0,3 x 12000 = 3600 ( kg )
970
Qo = 3600 𝑥 = = 1809 ( kg )
1930
( h+r ) 970+430
Ro = P = = 3600 x = ( ) = 4500 ( kg )
g 1120

Pr + Qo ( a + l ) - Ro ( a + l ) – ( J-g ) h
7) M3 = 3600 x 430 + 1809 ( 345 + 120 ) – 4500 ( 345 +128 ) – ( 1930 -1120
) / 2 = 2,097.657 ( kg.mm )

Institut Teknologi Indonesia 19


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

8) wb = 11 ( kg/mm2 )
m=1
10,2 x 1 ( 2,43+0,972+2,097 ) 𝑥 10
9) ds = ( ) 1/3
11
10,2 𝑥 ( 𝑚+𝑚2+𝑚3
ds = ( ) 1/3
σwb

= 172,11  175 ( mm )
10,2 x 1 x ( 2,43+0,972+2,097 ) 𝑥 10
10) b =
( 175 )3

= 10,46 ( kg / mm2 )
11) n = 11 / 10,46 =1,05 baik
12) Ditentukan ds = 165 ( mm ) , kelas 3

Institut Teknologi Indonesia 20


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

BAB IV
PENUTUP

4.1 kesimpulan
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear).Poros bisa
menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang
bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.Berfungsi untuk
meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.

4.2 saran
Sebagai mahasiswa teknik mesin otomotif, sudah tidakk asing dengan
perencanaan elemen mesin, salah satu bidang keilmuan teknik mesin yang
penting untuk di pelajari dan di pahami. seperti perencaan poros, masuk dalam
perencanaan elemen mesin. Buku dan berbagai sumber informasi tentang
perencanaan elemen mesin sangat di butuhkan dan tentunya akan sangat
bermanfaat untuk kita semua , terlebih jika sudah terjun di dunia kerja secara
langsung. Untuk itu semoga semakin banyak informasi ilmu bidang teknik
mesin otomotif, kita dapat lebih memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar
dengan sebaik-baiknya.

Institut Teknologi Indonesia 21


REKO WINDARTO 0121703011
PERENCANAAN POROS

Daftar Pustaka

 https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd
=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj45c_ezNrJAhUPCo4KHdKXD5YQj
hwIBQ&url=http%3A%2F%2Fmateripakiman.blogspot.com%2F2014%2
F05%2Fmateri-kelas-
xitkr.html&bvm=bv.109910813,d.c2E&psig=AFQjCNGYWAQK_0BRB
7kQYlswt2Yll98JfA&ust=1450156636703817

 http://www.wordpress.com

 http://PENGERTIAN.PERANCANGAN

 http://Makalah.Poros_Elemen-MesinI_Kuliah

Institut Teknologi Indonesia 22

Anda mungkin juga menyukai