PENYEBAB MASTITIS
Salah satu kesuksesan pengobatan mastitis pada sapi perah yaitu melalui
penggunaan antibiotik secara tepat. Penggunaan antibiotik secara tidak rasional
dan tidak sesuai prosedur menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Tujuan
penelitian ini adalah menguji sensitivitas beberapa bakteri yang diisolasi dari susu
sapi yang menderita mastitis klinis terhadap berbagai antibiotik. Bakteri-bakteri
yang terisolasi dan teridentifikasi yaitu Yersinia sp., Escherichia coli,
Pseudomonas sp., Pseudomonas diminuta, Enterobacter aerogenes, Alcaligenes
sp., Serratia sp., Staphylococcus aureus, S. epidermidis, dan Bacillus sp.. Bakteri
S. aureus, Pseudomonas sp., E. aerogenes, dan E. coli diuji sensitivitasnya
terhadap antibiotik ampisilin, karbenisilin, sefalotin, eritromisin, gentamisin,
tetrasiklin, dan trimetoprim dengan metode disk diffusion test Kirby-Bauer.
Berdasarkan hasil uji sensitivitas, semua bakteri yang diuji telah menjadi bakteri
yang multiresisten. Escherichia coli resisten terhadap semua antibiotik yang diuji;
S. aureus dan E. aerogenes masih sensitif terhadap gentamisin, tetrasiklin, dan
trimetoprim; sedangkan Pseudomonas sp. hanya sensitif terhadap gentamisin.
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
karya ilmiah ini adalah Uji Sensitivitas Antibiotik Beberapa Bakteri Penyebab
Mastitis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu drh Titiek Sunartatie, MS dan ibu
drh Dordia Anindita Rotinsulu, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
menolong, membantu, dan membimbing penulis dalam mengerjakan tugas akhir
ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Dr drh Risa Tiuria, MS
PhD selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama
empat tahun menempuh pendidikan sarjana. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada bapak Ismet dan ibu Esih selaku laboran Laboratorium
Mikrobiologi yang telah membantu selama penelitian. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Pemerintah Provinsi NTT yang telah memberikan
beasiswa kepada penulis.
Ungkapan terima kasih dan rasa syukur penulis sampaikan kepada kedua
orang tua tercinta, ayahanda Yonatan Djari dan ibunda Mariana Manno, saudara
kandung Ma Wele, Ina Tutu, Ina Para, Ina Lede, Ina Mega, nona Ilen, Ama Bryan,
dan Ama Verjil, serta Ibu angkat tercinta Orpa Djari yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-
teman dari BUD NTT, Omda Gamanusratim, PA Oikumene, Komisi Pelayanan
Anak PMK IPB, dan teman-teman angkatan 50 FKH IPB, serta teman-teman yang
tidak sempat disebutkan.
Penulis menyadari penulisan karya ilmiah ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih atas kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Antibiotik 2
Resistensi Antibiotik 4
Uji Sensitivitas Antibiotik 6
Mastitis 6
METODE 7
Lokasi dan Waktu Penelitian 7
Bahan 8
Alat 8
Prosedur Penelitian 8
Analisis Data 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Bakteri yang Teridentifikasi dari Sampel 12
Uji Sensitivitas Antibiotik 15
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 26
RIWAYAT HIDUP 29
DAFTAR TABEL
1 Standar diameter zona hambat menurut CLSI (2012) 11
2 Hasil identifikasi bakteri 13
3 Hasil uji sensitivitas beberapa bakteri penyebab mastitis terhadap
berbagai antibiotik 15
DAFTAR GAMBAR
1 Bakteri resisten antibiotik 5
2 Uji sensitivitas antibiotik metode cakram Kirby-Bauer 6
3 Uji identifikasi bakteri Gram negatif 9
4 Uji identifikasi bakteri Gram positif 10
5 Hasil pewarnaan Gram: (a) bakteri Gram negatif, (b) bakteri Gram
positif 12
6 Hasil uji sensitivitas antibiotik (metode cakram Kirby-Bauer) 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengamatan ciri koloni bakteri pada media agar (Mac Conkey
agar dan blood agar) dan morfologi bakteri 26
2 Hasil uji biokimiawi bakteri Gram negatif 27
3 Hasil identifikasi bakteri Gram positif 28
4 Diameter zona hambat dari bakteri yang diuji dengan tiga kali
pengulangan 28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Antibiotik
Ampisilin
Ampisilin merupakan antibiotik golongan penisilin I yang digunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri Gram positif dan Gram negatif (Akbar et al. 2016).
Ampisilin memiliki mekanisme yang sama dengan penghancuran dinding
peptidoglikan. Ampisilin mampu berpenetrasi pada dinding sel bakteri Gram
positif dan Gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada
ampisilin, yang membuatnya mampu menembus membran terluar pada bakteri
Gram negatif. Ampisilin bekerja menghambat enzim betalaktamase yang paling
aktif. Aktivitas dari ampisilin dapat berupa bakterisida atau bakteriostatik
tergantung strainnya dan diperantarai oleh ikatan penicillin binding protein
(Jawetz et al. 2001).
3
Karbenisilin
Karbenisilin merupakan antibiotik penisilin semisintetis yang termasuk
golongan betalaktam. Karbenisilin memiliki mekanisme kerja yaitu menghambat
sintesis dinding sel, dan secara in vitro memiliki aktivitas yang luas (Papich
2016). Karbenisilin dapat digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi
Staphylococcus, Escherichia, Proteus, Salmonella, Enterobacter, Citrobacter,
Pseudomonas, Serratia, Clostridium, Peptococcus, Peptostreptococcus,
Bacteroides, dan Fusobacterium. Aktivitas antibakteri karbenisilin terjadi melalui
penghambatan tahap akhir sintesis dinding sel bakteri yang rentan, yaitu dengan
menginaktivasi enzim transpeptidase dengan pembukaan cincin betalaktam.
Inaktivasi enzim ini mencegah pembentukan ikatan silang dari dua rantai
peptidoglikan linier, yang menghambat tahap ketiga dan terakhir dari sintesis
dinding sel bakteri. Lisis sel dimediasi oleh salah satu enzim autolitik seperti
autolisin (Drugbank 2005a)
Sefalotin
Sefalotin merupakan sefalosporin generasi pertama semisintetik yang
memiliki spektrum aktivitas yang luas dan bersifat bakterisida (Drugbank 2005b).
Mekanisme kerja sefalotin yaitu mengikat dan menginaktivasi protein pengikat
penisilin (PBP) yang terletak di membran dalam dinding sel bakteri. PBPs
berperan dalam tahap akhir perakitan dinding sel bakteri, dan dalam pembentukan
kembali dinding sel selama pembelahan sel. Inaktivasi PBP mengganggu ikatan
silang rantai peptidoglikan yang diperlukan untuk kekuatan dan kekakuan dinding
sel bakteri. Hal ini menyebabkan dinding sel bakteri menjadi rapuh dan lisis (NCI
2017).
Eritromisin
Eritromisin merupakan antibiotik yang termasuk dalam golongan makrolida,
yang bekerja menghambat sintesis protein. Secara in vitro eritromisin efektif
terhadap Mycoplasma, bakteri kokus Gram positif (Staphylococcus dan
Streptococcus), Neisseria, beberapa strain Haemophilus, Corynebacterium,
Listeria, Pasteurella multocida, Brucella, Rickettsiae, dan Treponema. Proteus,
Pseudomonas, dan E. coli cenderung resisten terhadap antibiotik ini. Mekanisme
kerja eritromisin dan makrolida lainnya yaitu melalui pengikatan subunit 50S
ribosom secara reversibel, sehingga menyebabkan terhalangnya reaksi
transpeptidasi atau translokasi, sintesis protein terhambat, dan akibatnya
pertumbuhan sel bakteri terhambat. Penggunaan antibiotik ini di bidang
kedokteran hewan antara lain untuk menangani mastitis klinis dan subklinis,
pengobatan terhadap infeksi bakteri yang sensitif dengan antibiotik ini (pada sapi,
domba, babi, dan unggas) dan untuk menangani Mycoplasma pada unggas (EMA
2000).
Gentamisin
Gentamisin merupakan prototipe golongan aminoglikosida. Aktivitas
gentamisin adalah bakterisida, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding sel
bakteri dan mengikat diri pada ribosom (partikel kecil dalam protoplasma sel yang
kaya akan RNA dan tempat terjadinya sintesis protein) di dalam sel. Proses
translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesis protein dikacaukan.
4
Trimetoprim
Trimetoprim adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik, berspektrum
luas, dan biasa digunakan pada infeksi saluran urinari (Pace & Serpell 2015).
Trimetoprim bekerja menghambat sintesis asam tetrahidrofolat, yang secara
fisiologis merupakan bentuk aktif asam folat dan kofaktor yang diperlukan dalam
sintesis timidin, purin, dan DNA bakteri. Antibiotik ini merupakan bentuk analog
struktural pteridin dari asam dihidrofolat, yang secara kompetitif menghambat
dihidrofolat reduktase, sehingga menghambat asam dihidrofolat menjadi asam
tetrahidrofolat (Masters et al. 2003). Meski tersedia dalam bentuk sediaan tunggal,
trimetoprim hampir selalu digunakan dalam bentuk kombinasi dengan
sulfametaksazol untuk menghasilkan efek sinergis. Trimetoprim dapat digunakan
untuk mengobati infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh E. coli, P. mirabilis,
K. pneumoniae, Enterobacter sp., dan Staphylococcus koagulase-negatif.
Antibiotik ini bersifat bakterisida bila dikombinasikan dengan sulfonamida
(Kester et al. 2012).
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas pertama yang efektif
melawan bakteri Gram positif, Gram negatif, Mycobacterium, Rickettsia,
Spirochaeta, dan Chlamydia (Kee & Hayes 1996). Antibiotik ini bekerja
menghambat sintesis protein. Mekanisme kerjanya adalah berikatan dengan
subunit 30S rRibosom sehingga menghambat ikatan aminoasil tRNA pada sisi A
rRibosom dan mengganggu ikatan peptida. Ada tiga mekanisme resistensi
tetrasiklin yaitu: (1) peningkatan efluks tetrasiklin oleh transpor aktif pompa
protein; (2) bakteri resisten memproteksi ribosom yang memproduksi protein-
protein tertentu, yang dapat menghambat tetrasiklin berikatan dengan tRNA
aminoasil; dan (3) inaktivasi tetrasiklin secara enzimatik. Gen efluks ditemukan
baik pada bakteri Gram positif maupun Gram negatif, biasanya bakteri ini menjadi
bakteri yang multiresisten (Chopra & Roberts 2001).
Resistensi Antibiotik
subklinis yang terjadi pada saat laktasi. Mastitis klinis selalu diikuti tanda klinis,
baik berupa pembengkakan, pengerasan ambing, rasa sakit, panas, serta
kemerahan, bahkan sampai terjadi penurunan fungsi ambing. Namun demikian,
kedua jenis mastitis baik subklinis maupun klinis dapat menyebabkan penurunan
produksi dan kualitas susu (Nurhayati & Martindah 2015). Perubahan yang
kelihatan dalam susu meliputi perubahan warna, terdapat gumpalan, dan
peningkatan leukosit dalam jumlah besar (Surjowardojo et al. 2008).
Perubahan fisik susu meliputi warna, bau, rasa, dan konsistensi. Warna
yang biasanya putih kekuningan berubah menjadi putih pucat atau kebiruan. Rasa
susu berubah menjadi getir atau asin. Bau yang harum dari susu dalam keadaan
radang ambing menjadi asam. Konsistensi yang biasanya cair dengan emulsi yang
merata berubah menjadi pecah, lebih cair, dan kadang disertai dengan jonjot atau
endapan fibrin dan gumpalan protein yang lain. Apabila dipanasi atau diuji dengan
uji alkohol 72 % susu dapat segera menggumpal atau pecah (Subronto 2008).
Mastitis menyebabkan berbagai masalah sebagai berikut: (1) sangat
infeksius karena sangat mudah menular dari satu sapi ke sapi yang lainnya; (2)
pengobatan mastitis yang disebabkan oleh beberapa jenis bakteri tertentu tidak
efektif lagi karena membentuk mikroabses sehingga mempersulit antibiotik untuk
mencapai daerah terinfeksi, dan sebagian besar sudah resisten terhadap beberapa
jenis antibiotik umum; (3) peningkatan jumlah sel somatis, serta penurunan
kualitas dan produksi susu secara signifikan; dan (4) masalah yang berhubungan
dengan keadaan masyarakat, yaitu beberapa bakteri bisa menghasilkan
enterotoksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia (Sugiri & Anri 2010).
Berbagai jenis bakteri telah diketahui sebagai agen penyebab mastitis
antara lain adalah Streptococcus agalactiae, S. dysgalactiae, S. uberis, S.
zooepidemicus, S. aureus, E. coli, E. aerogenes, dan P. aeruginosa. Dalam
keadaan tertentu dijumpai pula penyebab mastitis oleh Mycoplasma sp., Nocardia
asteroides, dan Candida sp. (Ditjennak Keswan 2014).
Antibiotik yang telah terbukti berguna untuk pengobatan mastitis meliputi
penisilin (benzilpenisilin G, prokain penisilin G, benzatin penisilin, kloksasilin,
ampisilin, hetasilin), sefalosporin, eritromisin, neomisin, novobiosin,
oksitetrasiklin, dan streptomisin atau dihidrostreptomisin. Obat-obat kombinasi
yang dipakai meliputi prokain penisilin dengan novobiosin, prokain penisilin
dengan dihidrostreptomisin, dan prokain penisilin dengan furaltadon (Subronto
2008).
METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel susu mastitis (dari dua ekor
sapi), isolat bakteri hasil isolasi dan identifikasi dari sampel, antibiotik (ampisilin,
karbenisilin, sefalotin, eritromisin, gentamisin, tetrasiklin, dan trimetoprim), satu
set pewarnaan Gram, satu set pewarnaan Ziehl Neelsen, reagen katalase (larutan
3 % H2O2), blood agar (BA), Mac Conkey agar (MCA), mannitol salt agar
(MSA), trypticase soy agar (TSA), triple sugar iron agar (TSIA), media untuk
uji indol, media untuk uji urea, media untuk uji sitrat, media dan reagen untuk uji
methyl red dan Voges-Proskauer (MR-VP), media untuk uji fermentasi
karbohidrat, Mueller Hinton agar (MHA), akuades steril, reagen Ehrlich, standar
McFarland 1, kapas, dan cotton swab steril.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, mistar, gelas objek, mikroskop,
ose, tabung eppendorf, spatula, cawan petri, tabung reaksi, pipet volumetrik, korek
api, pembakar bunsen, spidol permanen, dan inkubator.
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah susu sapi yang menderita mastitis klinis.
Susu diambil secara aseptis dan ditampung dalam tabung yang sudah disterilkan,
kemudian dimasukkan ke dalam cooler box. Sampel diambil dari wilayah Kebon
Pedes dan Kunak, lalu dikirim dalam rantai dingin ke laboratorium.
Uji oksidase
Uji biokimia
Batang Kokus
Uji katalase
Aerob Anaerob
(+) (-)
Micrococcaceae Streptococcaceae
(+) (-) non- (lanjut uji glukosa
Bacillus spp. Bacillus spp. mikroaerofilik)
Pewarnaan Ziehl
Neelsen
(-) Micrococcus (+)
spp. Staphylococcus
spp.
Tidak tahan asam: Tahan asam:
Listeria Mycobacterium
Erisipelotrix
Uji MSA
Corynebacterium
koagulase
Lactobacillus
Analisis Data
mastitis yang diisolasi dari sampel. Menurut UMCVM (2014) E. coli dapat
ditemukan di berbagai bahan organik, alas kandang, dan feses. Sapi terinfeksi
melalui kontak langsung dengan reservoir di lingkungan atau saat pemerahan.
Bakteri lingkungan lainnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
Pseudomonas sp. dan P.diminuta. Berdasarkan penelitian Banerjee et al. (2017)
terhadap 371 sampel dari susu sapi yang menderita mastitis, ditemukan 6.5 %
penyebabnya adalah Pseudomonas. Bakteri ini diketahui tumbuh dan berkembang
di dalam air atau lingkungan yang lembab dan basah. Selain itu, bakteri ini juga
dapat ditemukan di alas kandang yang basah, feses, dan urin. Sumber infeksi
utama Pseudomonas adalah air yang digunakan untuk mencuci ambing dan mesin
pemerah yang terkontaminasi. Sapi juga dapat terinfeksi saat rebahan pada alas
kandang yang kotor dan basah sesaat setelah pemerahan, karena otot sfingter
puting masih dalam keadaan terbuka (Suwito et al. 2013; Swartz & Petersson-
Wolfe 2016).
Bakteri lain yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah E. aerogenes.
Bakteri ini merupakan salah satu bakteri koliform yang sering dijumpai dalam
peternakan sebagai patogen penyebab mastitis. Menurut Harada et al. (2017)
sumber infeksi E. aerogenes dapat berasal dari air, limbah, dan tanah. Selain itu,
bakteri ini juga dapat ditemukan di dalam saluran pencernaan mamalia, sehingga
kemungkinan feses dapat menjadi sumber infeksi. Tingkat kejadian mastitis yang
disebabkan oleh bakteri ini dapat mencapai 12.5 % (Perez et al. 2015).
Hasil identifikasi juga menunjukkan bahwa Yersinia sp. dapat menyebabkan
mastitis. Hal yang sama pernah dilaporkan oleh Marimuthu et al. (2014) dengan
tingkat prevalensi mastitis pada sapi perah yang disebabkan oleh Yersinia sp.
sebesar 5 %. Menurut Darwish et al. (2015) pada umumnya bakteri Yersinia sp.
bersifat nonpatogen, akan tetapi salah satu spesies dari genus Yersinia pernah
dilaporkan sebagai penyebab mastitis yaitu Y. pseudotuberculosis. Sumber infeksi
bakteri Yersinia sp. sangat bervariasi. Infeksi Yersinia dapat berasal dari burung,
rodensia, sayuran, limbah, dan air (Guern et al. 2016).
Hasil isolasi juga menunjukkan adanya bakteri Serratia sp. dalam sampel.
Penelitian Kateete et al. (2013) terhadap 84 sampel yang diambil dari susu
mastitis menunjukkan 2 % kasus mastitis disebabkan oleh Serratia sp.. Sumber
infeksi Serratia sp. dapat berasal dari tanah, material yang berasal dari tumbuhan,
dan pakan. Oleh karena itu, sapi yang digembalakan atau yang dikandangkan pada
kandang yang beralaskan bahan organik memiliki resiko yang tinggi untuk
terinfeksi oleh bakteri ini. Selain itu, Serratia sp. juga dapat ditemukan dalam
traktus digestivus berbagai hewan (Abdullah et al. 2017; Petersson-Wolfe et al.
2011). Awal terjadinya infeksi adalah melalui mesin pemerah yang terkontaminasi
oleh bakteri ini (Abdullah et al. 2017).
Dari 23 isolat terdapat satu isolat yang teridentifikasi sebagai bakteri
Alcaligenes sp.. Menurut Fadhilah (2017) Alcaligenes sp. merupakan bakteri
pembusuk pangan asal hewan yang disimpan dalam suhu dingin serta penyebab
pembusukan pangan yang kaya protein. Mikroorganisme ini normal ditemukan di
air dan tanah, tetapi juga memiliki habitat normal pada saluran pencernaan
beberapa hewan serta sebagai mikroorganisme oportunis pada kasus infeksi
tertentu.
Penularan mikroorgnisme patogen mastitis dapat terjadi dari satu puting ke
puting lainnya pada satu ambing atau antar sapi pada saat pemerahan secara
16
betalaktam sehigga cincin akan terbuka (inaktif). Enzim betalaktamase ini efektif
dalam menghambat penisilin, sefalosporin, dan monobaktam. Kedua, sebagian
kecil betalaktamase mengandung gugus logam yang disebut mettalo-
betalaktamase. Enzim betalaktamase jenis ini efektif pada pensisilin, sefalosporin,
dan karbapenem.
Salah satu kemungkinan penyebab tingginya tingkat resistensi S. aureus
terhadap antibiotik penisilin dikarenakan adanya galur methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA). MRSA merupakan galur multiresisten yaitu
bakteri ini resisten terhadap semua golongan betalaktam, dan terhadap lebih dari
dua antimikroba nonbetalaktam. Resistensi MRSA terhadap antimikroba golongan
betalaktam disebabkan bakteri ini memiliki protein mutan penicillin-binding
protein 2a (PBP2a atau PBP 2′) yang disandi oleh gen mecA. PBP merupakan
suatu kelompok enzim pada membran sel S. aureus yang mengkatalisis reaksi
transpeptidasi guna pembentukan anyaman (cross-linkage) rantai peptidoglikan.
Afinitas PBP2a terhadap antimikroba golongan betalaktam sangat rendah
sehingga MRSA tetap hidup meskipun terpapar antimikroba tersebut dalam
konsentrasi tinggi (Yuwono 2010).
Simpulan
Bakteri yang teridentifikasi dari sampel susu sapi mastitis klinis adalah
Yersinia sp., E. coli, Pseudomonas sp., P. diminuta, E. aerogenes, Alcaligenes sp.,
Serratia sp., S. aureus, S. epidermidis, dan Bacillus sp.. Berdasarkan hasil uji
sensitivitas terhadap beberapa antibiotik, semua bakteri yang diuji telah menjadi
bakteri yang multiresisten. Bakteri E. coli telah resisten terhadap semua antibiotik
yang diuji yaitu ampisilin, karbenisilin, sefalotin, eritromisin, gentamisin,
tetrasiklin, dan trimetoprim, tetapi S. aureus dan E. aerogenes masih sensitif
terhadap gentamisin, tetrasiklin, dan trimetoprim, sedangkan Pseudomonas sp.
hanya sensitif terhadap gentamisin.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah AH, Nadhom BN, Al-Ammiri HH. 2017. Isolation and identification of
Serratia marcescens from bovine mastitis infections in Iraq and their
susceptibility to antibiotics. Journal of Entomology and Zoology Studies. 5
(2): 489-492.
Abera M, Elias B, Aragaw K, Denberga Y, Amenu K, Sheferaw D. 2012. Major
causes of mastitis and associated risk factor in smallholder dairy farms in
Shashemene, Southern Ethiopia African Journal of Agricultural Research. 7
(24): 3513-3518.
Akbar MRV, Budiarti LY, Edyson. 2016. Perbandingan efektivitas antibakteri
antara ekstrak metanol kulit batang katsuri dengan ampisilin terhadap
Staphylococcus aureus. Berkala Kedokteran. 12(1): 1-9.
Amin LZ. 2014. Pemilihan antibiotik yang rasional. Medicinus [Internet].
[diunduh 2017 Feb 11]; 27(3): 40-45. Tersedia pada:
http://cme.medicinus.co/file.php/1/MEDICAL_REVIEW_Pemilihan_Antibi
otik_yang_Rasional.pdf.
Arif A, Mirdhatillah S, Purwantyastuti, Sudrajat SE. 2014. Farmakologi. Jakarta
(ID): FKUI.
Auer S, Wojna A, Hell M. 2010. Oral treatment options for ambulatory patients
with urinary tract infections caused by extended-spectrum-β-lactamase-
producing Escherichia coli. Antimicrob Agents Chemother. 54 (9): 4006-
4008).
Banerjee S, Batabyal K, Joardar SN, Isore DP, Dey S, Samanta I, Samanta TK,
Murmu S. 2017. Detection and characterization of pathogenic Pseudomonas
aeruginosa from bovine subclinical mastitis in West Bengal, India.
Veterinary World [Internet]. [diunduh 2017 Nov 08]; 10 (7): 738-742.
Tersedia pada: www.veterinaryworld.org/Vol.10/July-2017/4.pdf.
Barbeur EK, Kassabian TJ, Shaib H, Kassaify Z, Iyer A, Azhar E, Harakeh S,
Kumosani T. 2015. The significance of Escherichia coli-induced mastitis in
cows associated with the presence of virulence genes and wide range-
resistance to twenty antimicrobials. Intern J Appl Res Vet Med. 13 (1): 51-
63.
Bergey DH. Breed RS. 1994. Identification flow chart Bergey’s manual of
determiniative bacteriology [Internet]. [diunduh 2017 Mei 13]. Tersedia
pada: http://mysite.science.uottawa.ca/jbasso/microlab/IDFlowcharts.pdf.
Beyene GF. 2016. Antimicrobial susceptibility of Staphylococcus aureus in cow
milk, Afar Etiopia. International Journal of Modern Chemistry and Applied
Science. 3 (1): 280-283.
Bjork S. 2013. Clinical and subclinical mastitis in dairy cattle in Kampala,
Uganda. Uganda: Sveriges Iantbruksuniversitet.
Bouari C, Nadas GC, Chirila F, Rapuntean S, Catoi C, Tabaran FA, Gal A,
Taulescu M, Fit NI. 2016. Prevalence and antimicrobial susceptibility
profiles of pathogen isolated from bovine mastitis milk in Transylvania,
Romania. 73 (2): 329-333.
Brolund A, Sundqvist M, Kahlmeter G, Grape M. 2010. Molecular
characterisation of trimethoprim resistance in Escherichia coli and
21
Kode
No Ciri koloni Morfologi bakteri
Isolat
1 1A1 MCA Bulat, sedang, halus, tepi rata, permukaan cembung, mengkilat, translusen, dan merah muda kokoid, bergerombol, merah
2 1A2 MCA Bulat, sedang, halus, tepi rata, permukaan cembung, mengkilat, translusen, dan jingga kokoid, tunggal, merah
Bentuk seperti kerang, sedang, halus, tepi rata, permukaan cembung, mengkilat, translusen, dan
3 1A3 MCA kokoid, tunggal, berpasangan, merah
pucat
4 1A4 MCA Bulat, besar, permukaan rata dan berbutir, tepi rata, translusen, dan putih Batang, tunggal, merah
5 1A1 BA Bulat, kecil, halus, tepi rata, mengkilat, translusen, kuning, dan hemolisis β Kokoid, bergerombol, berantai, merah
6 1A2 BA Bulat, kecil, halus, tepi rata, mengkilat, translusen, putih, dan tidak menghemolisis darah Kokoid, bergerombol, merah
7 1A3 BA Bulat, besar, halus, tepi tidak rata, tidak mengkilat, translusen, dan hemolisis β Batang, bergerombol, berspora, biru
8 1B1 MCA Bulat, kecil, halus, mengkilat, tepi rata, permukaan cembung, translusen, dan jingga Kokoid, bergerombol, berantai, merah
9 1B2 MCA Bulat, sedang, halus, tepi rata, permukaan cembung, mengkilat, translusen, dan merah muda Kokoid, bergerombol, merah
10 1B3 MCA Bulat, besar, permukaan rata dan berbutir, tepi rata, tidak mengkilat, opaque, dan putih. Kokoid, tunggal, merah
Bulat, sedang, tepi rata, permukaan halus dan cembung, mengkilat, translusen, putih, dan tidak
11 1B1 BA Kokoid, bergerombol merah
menghemolisis darah
Bulat, sedang, tepi rata, permukaan halus dan cembung, mengkilat, translusen, kuning, dan tidak
12 1B2 BA Kokoid, bergerombol merah
menghemolisis darah
13 1B3 BA Bulat, besar, tepi tidak rata, permukaan rata, translusen, mengkilat, dan hemolisis β Batang, berantai, tunggal, ungu
14 1C1 MCA Bulat, kecil, tepi rata, permukaan halus dan cembung, mengkilat, translusen, dan jingga Kokoid, bergerombol, merah
15 1C2 MCA Bulat, kecil, tepi rata, permukaan halus dan cembung, mengkilat, translusen, dan pucat Kokoid, bergerombol, merah
Bulat, sedang, tepi rata, permukaan halus dan cembung, mengkilat, translusen, putih, dan tidak
16 1C1 BA Kokoid, bergerombol, merah
menghemolisis darah
Bulat, sedang, tepi rata, permukaan halus dan cembung, mengkilat, translusen, kuning, dan tidak
17 1C2 BA Bulat, bergerombol, ungu
menghemolisis darah
18 1C3 BA Bulat, besar, tepi tidak rata, permukaan rata, translusen, mengkilat, dan hemolisis β Kokoid, bergerombol, merah
19 2A1 MCA Bulat, sedang, tepi tidak rata, mengkilat, permukaan halus dan cembung, translusen, dan merah muda Kokoid, tunggal, merah
20 2A2 MCA Oval, sedang, tepi rata, permukaan halus dan cembung, mengkilat, translusen, dan pucat Kokoid, tunggal,merah
21 2A1 BA Bulat, besar, permukaan rata, mengkilat, translusen, dan hemolisis α Batang, berantai, berspora, biru
22 2A2 BA Bulat, kecil, tepi rata, mengkilat, permukaan halus dan cembung, opaque, dan berwarna putih Batang, tunggal, merah
Keterangan: MCA: Mac Conkey agar
BA: Blood agar
26
Lampiran 2 Hasil uji biokimiawi bakteri Gram negatif
Kode
No Oksidase Motilitas Indol TSIA Urea Sitrat Glu Lak Mn Ml Suk VP MR Bakteri
isolat
1 1A1 MCA - M - A/A,-,- + - +/- -/- -/- +/- +/- + + Yersinia spp
2 1A2 MCA - M - N/N,-,- - - -/- -/- -/- -/- -/- - - Pseudomonas spp
3 1A3 MCA - M - A/A,-,- + D -/- -/- -/- D -/- - + Yersinia spp
4 1A4 MCA - M - A/A,-,- - D D -/- -/- -/- -/- - D Pseudomonas diminuta
5 1A1 BA + M - A/A,-,- - D +/- -/- +/- +/- -/- + + Yersinia spp
6 1A2 BA - NM - N/N,-,- - - -/- D -/- D -/- - + Pseudomonas spp
7 1B1 MCA - M - A/A,+,- D + +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ + + Enterobacter aerogenes
8 1B2 MCA - M - N/N,-,- - + -/- -/- -/- -/- -/- - + Alkaligenes spp
9 1B3 MCA - M - A/A,-,- + - +/- -/- D +/- -/- - - Yersinia spp
10 1B1 BA - M - A/A,+,- + + +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ + - Enterobacter aerogenes
11 1B2 BA + M - A/A,-,- - - D -/- -/- D +/- - + Serratia spp
12 1C1 MCA - M - A/A,-,- + - +/- +/- +/- +/- +/- - + Serratia spp
13 1C2 MCA - M - A/A,-,- + - -/- -/- -/- -/- -/- - - Pseudomonas spp
14 1C1 BA - M - A/A,-,- + - D -/- -/- -/- -/- - + Yersinia spp
15 1C3 BA - M - N/N,-,- - D -/- -/- -/- -/- -/- - - Pseudomonas spp
16 2A1 MCA + M + A/A,+,- D D +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ Escherichia coli
17 2A2 MCA + M - N/N,-,- D + -/- -/- -/- -/- -/- Pseudomonas spp
18 2A2 BA + M - N/N,-,- D + -/- -/- -/- -/- -/- Pseudomonas spp
Keterangan: - : negatif A/A,+,- : asam/asam, ada gas, tidak terbentuk H2S
+ : positif A/A,-,- : asam/asam, tidak terbentuk gas, tidak terbentuk H2S
D : dubius N/N,-,- : netral/netral, tidak terbentuk gas, tidak terbentuk H2S
M : motil +/+ : terjadi fermantasi karbohidrat/ada gas
NM : nonmotil +/- : terjadi fermentasi karbohidrat/tidak ada gas
MCA : Mac Conkey agar -/- : tidak terjadi fermentasi karbohidrat/ tidak ada gas
BA : blood agar
27
Lampiran 3 hasil identifikasi bakteri Gram positif
Lampiran 4 Diameter zona hambat dari bakteri yang diuji dengan tiga pengulangan
28
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sabu pada tanggal 21 Juli 1994 dari ibu Mariana
Manno dan ayah Yonatan Djari. Penulis adalah anak ketiga dari enam bersaudara.
Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) di SD
GMIT Bebae selama enam tahun. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SMPN 1 Sabu Timur selama tiga tahun. Setelah itu, penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Sabu Timur dan lulus pada tahun 2012. Pada
tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Beasiswa Utusan Daerah dan mengikuti Program Prauniversitas (PPU)
selama satu tahun. Setelah mengikuti PPU, penulis diterima di Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Selama perkuliahan, penulis aktif di
UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB sebagai pengajar responsi mata kuliah
Landasan Matematika dan Kimia (2013), serta menjadi wakil koordinator bidang
pelayanan Komisi Pelayanan Anak (2014-2015). Pada tahun 2016, penulis aktif
sebagai pengajar di Organisasi Sanggar Juara. Selain itu, penulis juga aktif di
berbagai kepanitiaan.