Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

Gejala klinis yang bisa ditemukan pada pasien dengan pneumotoraks yaitu

sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan

mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-

pendek, dengan mulut terbuka, nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien.

Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih

nyeri pada gerak pernapasan, batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.

Pada kasus pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas 3 jam

sebelumnya yang muncul mendadak dan terus menerus serta dirasa semakin

memberat, batuk berdahak yang disertai darah 3 hari yang lalu.

Pasien dengan pneumotoraks < 15% hemitoraks dapat normal pada

pemeriksaan fisik. Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada

berkurang, batuk-batuk, sianosis serta iktus kordis tergeser ke arah yang sehat.

Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar, fremitus melemah,

trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke arah

yang sehat. Perkusi, mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.

Auskultasi, mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.

Pasien dicurigai tension pneumotoraks apabila hipotensi, takikardi > 135x/menit dan

sianosis. Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan peningkatan denyut nadi

(128x/menit) dan nafas (33x/menit) gerakan dada yang asimetris, hipersonor pada

perkusi dada kanan, dan menurunnya bunyi nafas pada paru kanan untuk auskultasi,

tidak didapatkan sianosis pada pasien.


Gambaran radiologis foto toraks pada pneumotoraks berupa bayangan udara

dalam rongga pleura yang memberikan gambaran bayangan radiolusen yang tanpa

struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis

radioopaque tipis berasal dari pleura viseralis. Jika pneumotoraks luas, akan

menekan paru kearah hilus sehingga paru kolaps dan mendorong kearah kontralateral

serta didapatkan pelebaran sela iga. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan adanya

gambaran bayangan radiolusen tanpa struktur jaringan paru dengan adanya pleural

line pada rongga paru dextra.

Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan

udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi.

Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap

penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis

dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator. Istirahat total

untuk menghindari kerja paru yang berat. Pemberian antibiotik profilaksis setelah

setelah tindakan bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi

komplikasi, seperti emfisema. Pada pasien diberikan tatalaksana bed rest total, dan

direncanakan pemasangan WSD, ketika diruangan diberikan terapi antibiotik, dan

terapi simptomatik, pasien diperbolehkan pulang setelah 3 hari perawatan dan

kontrol ke poli paru.

Anda mungkin juga menyukai