SISTEM PENCERNAAN
OLEH
KELOMPOK VI
Nama :
o Wiwin Faubun
o Reksi Kakisina
o Jean Wiratraur
o Natalia Lilimwelat
o Sherly Patty
o Yolanda Sahusilawane
A. Konsep Medis
a. Pengertian
Kata “Hemoroid” berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘haem’ : darah, rhoos’ : mengalir.
Jadi semua pendarahan yang ada di anus disebut hemoroid.
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan
hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis
a. Hemoroid Dalam/Interna
Pada wasir dalam terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh selaput
lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti
wasir luar. Gejala wasir dalam adalah suka ada darah yang keluar dari anus saat bab /
buang air besar. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar
bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
2) Grade 2, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.
3) Grade 3, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan bantuan
tangan.
4) Grade 4, terjadi tonjolan rektum disertai dengan bekuan darah dan tonjolan ini
menutupi muara anus.
b. Hemoroid Luar/Eksterna
Wasir luar merupakan varises di bawah otot yang umumnya berhubungan dengan
kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir anus yang
terasa sakit dan gatal.
Gambar:
c.Etiologi
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organik.
Kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :
Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya hemoroid
yaitu :
- Adanya tomur intra abdpomen.
- Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan hormonal.
- Mengedan sewaktu partus
Hal-Hal / Faktor Pemicu Yang Menyebabkan atau Penyebab Wasir / Ambeien / Hemoroid
antara lain :
b. Diare menahun
d. Hederitas
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan
akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
e. Patofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir dengan
lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui
vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena balik terus
terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian
struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter
anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter
anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena
sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari
otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya
pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam feces,
jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan
anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
f. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan
dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.
Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan
sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam
anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
g. Pengobatan
2) Kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan suppositoria.
3) Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau
pruritus dan nyeri anus yang tidak dapat diatasi.
N. PENCEGAHAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
Ny.R, Umur 50 tahun , masuk RS dr. Soeselo Slawi tanggal 8 oktober 2011, saat di IGD klien
mengeluh berak darah, mual, lemes, nyeri anus saat BAB, nyerinya seperti ditusuk-tusuk
dengan skala 6. Namun saat dilakukan pengkajian di ruangan, klien mengatakan sudah tidak
mual lagi. Tapi pasien mengalami susah BAB dan lemas, klien belum BAB selama 2 hari.
1. Keluhan utama
Klien masuk RS dr. Soeselo Slawi tanggal 8 oktober 2011, saat di IGD klien mengeluh
berak darah, mual, lemes, Namun saat dilakukan pengkajian di ruangan, klien
mengatakan sudah tidak mual lagi. Tapi pasien mengalami susah BAB dan lemas, klien
belum BAB selama 2 hari.
S : Severity/Scale : klien menyebutkan skala 6 saat di tanya skala nyeri dari 1-10
Klien pernah dirawat di RS sebelumnya, dengan diagnosa KLL, 10 tahun yang lalu. Klien tidak
memiliki alergi dan tidak suka minum kopi.
C. PEMERIKSAAN FISIK
c. Tanda-tanda vital
TD : 130/80
N: 88x/ menit
S : 36°C, RR : 24x/menit
Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
2. Mata
Fungsi dan bentuk normal, tanpa menggunakan alat bantu penglihatan, sclera anikterik,
konjungtiva anemis
3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut
b. Leher
Bentuk dada simetris, paru bergerak cepat, dan bunyi paru ronchi, irama an regular,
frekuensi 18x/menit
d. Jantung
e. Abdomen
f. Ginjal
h. Musculoskeletal
Ekstermitas atas normal, pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 TPM, ekstermitas bawah
normal, tidak ada nyeri tekan.
i. Integument
. Turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan, warna sawo matang
j. Anus
Anus kemerahan
1. Pola Persepsi
Klien mengatakan sehat itu penting, untuk menjaga agar tetap sehat klien makan 3x sehari.
Bila sakit biasanya klien hanya membeli obat warung.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk dan minum 5-6 gelas
sehari, tanpa ada pantangan makanan
Selama dirawat makan 3x sehari habis ½ porsi yang disediakan dengan sayur dan lauk.
Minum 5-6 gelas sehari
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi keras, warn adan bau
khas, ada darahnya. BAK 5 – 8x/ hari
Selama sakit klien mengatakan selama di RS BAB 2 hari 1x dengan konsistensi keras,campur
darah, baunya khas, BAK 5-8x sehari .
Sebelum sakit klien tidur malam 7-8 sehari dari jam 21.00 – 08.00 WIB tanpa ada gangguan.
Selama sakit klien tidur malam tidak ada gangguan, siang juga sama.
5. Pola aktivitas
Sebelum sakit, klien adalah ibu rumah tangga dan selalu membantu pekerjaan suaminya di
sawah.
Selama dirawat/ sakit klien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasanya
karena lemas, aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat.
6. Pola kognitif
Klien tidak mengalami gangguan fungsi panca indra dan tidak mengalami gangguan pola
pokir serta orientasi.
7. Konsep diri
Klien dengan keluarganya menyatakan setelah klien dilakukan tindakan keperawatan dan
pengobatan, berharap akan segera sembuh dan segera pulang ke rumah dan berkumpul
dengan keluarganya kembali.
8. Peran hubungan
Klien adalah seorang ibu rumah tangga yang kegiatan kesehariannya membantu suami di
sawah, selama sakit klien merasa diperhatikan oleh anak-anaknya karena selama sakit
mereka bergantian untuk menunggu dan menjaganya.
Klien beragama islam yang taat beribadah dan selama dirawat klien hanya bisa berdo’a
untuk kesembuhannya.
Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
Dx
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Konstipasi Setelah dilakukan 1.Berikan dan 1.Mencegah dehidrasi
tindakan anjurkan minum secara oral.
berhubungan
keperawatan kurang lebih 2
dengan selama 2 x 24 jam liter/hari.
diharapkan 2.Berikan posisi
pembesaran
konstipasi teratasi. semi fowler pada 2.Meningkatkan
vena KH: tempat tidur. usaha evakuasi feses.
hemoroidalis. a.Pola BAB normal 3.Anjurkan
mengkonsumsi 3.Makanan tinggi
(1-2x/minggu).
makana tinggi serat dapar
b.Konsistensi feses serat. melancarkan proses
lunak. 4.Auskultasi bunyi defekasi.
c.Warna feses usus.
kuning. 4.Bunyi usus secara
5.Hindari makanan umum meningkat
d.Klien tidak takut yang membentuk pada diare dan
untuk BAB. gas. menurun pada
e.Tidak ada nyeri 6.Kurangi / batasi konstipasi.
pada saat BAB. makana seperti 5.Menurnnkan distres
produk susu. gastrik dan distensi
7.Berikan laktasif abdomen.
sesuai program
dokter. 6.Makanan ini
diketahui sebagai
penyebab konstipasi.
7.Membantu
melancarkan proses
defekasi.
2. Nyeri Setelah dilakukan 1.Berikan Posisi 1.Minimalkan
berhubungan tindakan yang nyaman. stimulasi/meningkatkan
keperawatan relaksasi.
dengan adanya
selama 3 x 24 jam 2.Meminimalkan
hemoroid pada diharapkan nyeri 2.Berikan bantalan
tekanan di bawah
teratasi. dibawah bokong
daerah anal. bokong/meningkatkan
KH: saat duduk.
relaksasi.
a.Wajah pasien 3.Observasi tanda-
tampak meringis. 3.Untuk menentukan
tanda vital.
b.Skala nyeri intervensi selanjutnya.
4.Ajarkan teknik
berkurang 0-3 atau untuk menguranyi 4.Pengalihan perhatian
hilang. rasa nyeri seperti melalui kegiatan-
c.Klien dapat membaca, menarik kegiatan.
istirahat tidur. nafas panjang,
d.TTV Normal menonton TV, dll.
TD: 100/80 mmHg 5.Berikan kompres
dingin pada daerah 5.Meningkatkan
anus 3-4 jam relaksasi.
dilanjutkan dengan
redam duduk
hangat 3-4 x/hari.
6.Menurunkan
6.Berikan
ketidaknyamanan fisik.
lingkungan yang
tenang.
7.Kolaborasi 7.Mengurangi nyeri dan
dengan dokter menurunkan rangsang
untuk pemberian saraf simpatis dan
analgesik, pelunak untuk mengangkat
feses dan dilakukan hemoroid.
hemoroidectomi.
Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.
Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website
http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.