Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM 9

ILMU FISIOLOGI TERNAK


“ R E S PI RAS I ”

Oleh :
Ahmad Rifais
1307105016
A3

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
PRAKTIKUM 9
RESPIRASI

A. Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui cara-cara mengukur suhu rektal dan menghitung frekuensi
pernafasan pada sapi
B. Dasar Teori
Fisiologi ternak meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan, tingkah laku
berbaring, urinasi serta defekasi. Pengetahuan tentang fisiologi sapi sangat penting karena
menentukan keberhasilan dari usaha peternakan sapi perah disamping faktor genetik dan
pakan (Anderson, 1970). Penampilan ternak dipengaruhi oleh lingkungan, peralatan dan
fasilitas penanganan ternak yang berakibat pada perubahan fisiologis dan tingkah laku ternak
(Akoso, 2008).
Lingkungan yang panas akan menyebabkan peningkatan frekuensi pernafasan yang
dapat digunakan untuk menandai adanya cekaman panas. Kisaran suhu antara 18 – 20 0C,
sapi akan bernafas 20 kali tiap menit dan sebaliknya pada suhu 35 0C frekuensi nafas
meningkat 115 kali per menit (Akoso, 2008). Lain halnya dengan pendapat Frandson (1992),
yang menyatakan bahwa frekuensi nafas dalam kondisi normal adalah berkisar antara 30 - 40
kali per menit.
Peningkatan frekuensi nafas sangat efisien untuk membuang panas tubuh yang terlalu
tinggi. Tingginya frekuensi nafas sangat berkaitan dengan pola makan dan ruminasi yang
berakibat pada turunnya efisiensi penampilan produksi (Frandson, 1992). Frekuensi
pernafasan setiap menit untuk jenis hewan tidak sama. Pada sapi dewasa berkisar antara 12 -
16 kali per menit, sedangkan pada sapi muda antara 27 - 37 kali per menit (Akoso, 2008).
Pengukuran suhu tubuh dilakukan dengan termometer klinik yang dimasukkan ke
dalam rektum pada kedalaman tertentu dan harus menempel pada dinding mukosa dari
rektum (Dukes, 1955). Suhu rektal tidak mewakili rata-rata suhu tubuh tetapi pengukuran
pada bagian rektum lebih baik daripada pengukuran pada bagian tubuh lainnya. Kisaran suhu
rektal yang normal adalah 36º - 39,1ºC (Anderson, 1970).
Sapi – sapi yang sedang bekerja, sapi yang tiduran pada malam hari suhu tubuhnya
relatif tinggi. Suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkungan, jenis kelamin, dan kondisi
ternak (Dukes, 1955). Kandang beratap rumbia menyebabkan respons suhu rektal lebih
rendah dibandingkan dengan sapi yang ada di dalam kandang beratap genteng dan seng pada
pengamatan siang, malam, dan rataan harian. Kandang beratap genteng menyebabkan suhu
rektal ternak lebih rendah dibandingkan ternak beratap seng pada pengamatan siang dan
rataan harian, namun pada pengamatan malam hari tidak berbeda (Anderson, l970).
C. Alat –alat dan Bahan
a). Alat Praktikum
• Termometer Medikal/Klinis biasa
• Jam/Stopwacth
• Tabel Pencatat Data
• Alat Tulis
b). Bahan Praktikum
• Sapi Bali
• Pakan (Daun Mangga)

D. Prosedur Kerja
Pengamatan fisiologi ternak sapi dilakukan dengan mengukur frekuensi pernafasan
dan suhu rektal. Interval pengukuran dilakukan setiap lima jam sekali.
Suhu Rektal
1. Termometer dinolkan terlebih dahulu dengan cara menghentakkan kebawah termometer
tersebut dengan relatif cukup keras (awas! pada saat menghentakkan termometer tersebut
kebawah termometer harus dipegang kuat-kuat agar tidak jatuh/pecah. Setelah dinolkan,
jangan dipegang ujung putihnya alat).
2. Tenangkan/Jinakkan sapi dengan cara memegang tali hidung-dielus pada bagian leher-
punggung-pinggul.
3. Angkat pangkal ekor bagian bawah dengan tangan kiri, kemudian sentuhkan termometer
medikal/klinis biasa pada anus/dubur sapi. Apabila sapi diam/tenang, kemudian dorong
pelan-pelan termometer seirama dengan kontraksi/membukanya anus/dubur sapi, terus
dorong sampai pada kedalaman 4-9cm, tunggu selama 3 menit.
4. Setelah 3 menit termometer dicabut/dikeluarkan (awas! jangan dipegang ujung putihnya
alat tsb), kemudian dibaca angka skala suhu rektal yang ditunjukkan oleh air raksa pada alat
tersebut
5. Catat data suhu rektal tersebut pada lembar pencatat data yang telah disediakan.
6. Ulangi langkah tersebut di atas dua kali lagi untuk mendapatkan 3 kali data pengukuran
agar data yang diperoleh valid.
7. Bersihkan termometer dengan air dan kapas
Frekuensi Pernafasan
Pengukuran frekuensi pernafasan dilakukan dengan mengamati gerak kembang
kempis dengan menempelkan tangan praktikan di atas hidung sapi perah, setiap tarikan dan
hembusan nafas dihitung satu kali pernafasan. Pengukuran dilakukan selama satu menit.
1. Tenangkan/Jinakkan sapi dengan cara memegang tali hidung-dielus pada bagian kepala-
leher.
2. Tangan kanan memegang tali hidung sapi yang dekat dengan hidung, kemudian
telapak/punggung tangan merasakan hembusan nafas sapi sambil memperhatikan gerakan
rongga dada sapi sebagai kroscek adanya pernafasan.
3. Setelah dirasakan ada hembusan nafas sapi, kemudian mulai menghitung frekuensi
pernafasan sapi selama 1 menit.
4. Catat data frekuensi respirasi pada lembar pencatat data yang telah disediakan.
5. Ulangi langkah tersebut di atas dua kali lagi untuk mendapatkan 3 kali data pengukuran
agar data yang diperoleh valid.Pembahasan.
E. Pembahasan
1. Suhu dan Pernafasan Pagi Hari Pada Ternak Sapi Bali :
Suhu Sapi 1 :
 37,1
 37.2
 37.3
Suhu Sapi 2 :
 37,5
 37,5
 37,5
Pernafasan :
 4/15 Detik (Sapi 1)
 5/15 Detik (Sapi 2)
2. Suhu dan Pernafasan Siang Hari Pada Ternak Sapi Bali :
Suhu Sapi 1 :
 38,6
 38,6
 38,6
Suhu Sapi 2 :
 38,6
 38,6
 38,6
Pernafasan :
 5/15 Detik (Sapi 1)
 5/15 Detik (Sapi 2)
3. Suhu dan Pernafasan Sore Hari Pada Ternak Sapi Bali :
Suhu Sapi 1 :
 38,6
 38,7
 38,7
Suhu Sapi 2 :
 39,1
 39,2
 39,2
Pernafasan :
 4/15 Detik (Sapi 1)
 5/15 Detik (Sapi 2)

F. Kesimpulan

Dari hasil praktikum tentang respirasi dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran
suhu rektal dan frekuensi respirasi pada sapi I didapat hasil rata-rata sebesar 37.2 oC pada
pagi hari, 38.6 oC pada siang hari, 38.7 oC pada sore hari dan frekuensi pernafasan didapat
yaitu sebesar 16 kali/menit pada pagi hari, 20 kali/menit pada siang hari, 16 kali/menit pada
siang hari. Sedangkan pada sapi II didapat hasil rata-rata sebesar 37.5 oC pada pagi hari, 38.6
o
C, 39.2 oC pada sore hari, dan hasil yang didapat pada pengukuran frekuensi respirasi pada
sapi II sebesar 20 kali/menit pada pagi hari, siang hari, dan sore hari. Pada sapi I didapat 37-
38 oC dan pada sapi II sebesar 37-39 oC, sehingga hasil praktikum mengukur suhu rektal yang
didapat masih tergolong normal, karena suhu normal pada sapi dewasa adalah 36-39.1 oC.
sedang pada penghitungan frekuensi respirasi pada sapi I kisaran nilai sebesar 16-20
kali/menit dan sapi II sebesar 20 kali/menit, sehingga masih tergolong normal karena
frekuensi respirasi normal pada sapi dewasa adalah 15-30 kali/menit.

Anda mungkin juga menyukai