Anda di halaman 1dari 20

PENYAKIT PENYERTA PADA KEHAMILAN DENGAN STATUS

LAHIR BAYI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH


DELANGGU KLATEN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

DINA SEPTIYANI INDRIYASWARI


J 210 171 105

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
PENYAKIT PENYERTA PADA KEHAMILAN DENGAN STATUS
LAHIR BAYI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
DELANGGU KLATEN

Abstrak
Meningkatnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi masih menjadi masalah-
masalah kesehatan yang paling penting di negara berkembang seperti Indonesia. Salah
satu penyebab dari angka kematian ibu dan bayi karena adanya penyakit yang
menyertai selama kehamilan seperti diabetes mellitus, preeklampsia, anemia, asma,
penyakit jantung, penyakit infeksi, dan hepatitis. Penyakit penyerta yang terjadi
selama kehamilan apabila tidak segera ditangani ketika bersalin maka dapat
berpengaruh dan mengancam keselamatan ibu serta bayinya. penelitian ini untuk
mengetahui penyakit penyerta pada kehamilan, jenis tindakan persalinan pada ibu
dengan penyakit penyerta, dan mengetahui status lahir bayi dengan menggunakan
nilai APGAR score. Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan
retrospektif. Peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik total sampling
dengan jumlah 157 responden yang diambil dari melihat data Medical Record (RM)
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten. Penelitian ini menggunakan
teknik pengolahan data central tedency yang berupa nilai mean, median, modus.
sampel umur ibu hamil 20-35 tahun sebesar 67,5%, umur ibu <20 tahun sebesar 3,2%,
dan umur ibu >35 tahun sebesar 29,3%. Sampel gravida pada ibu hamil dengan
penyakit penyerta paling banyak pada multigravida atau hamil lebih dari 1 kali
sebesar 70,7%, sedangkan ibu hamil primigravida sebesar 29,3%. Sampel penyakit
penyerta pada ibu hamil paling banyak Preeklampsia sebesar 81,5%, Anemia sebesar
13,4%, Hepatitis sebesar 4,5%, DM sebesar 0,6%, dan Penyakit Jantung, Asma, serta
TB Paru sebesar 0 %. Sampel tindakan persalinan pada ibu hamil dengan penyakit
penyerta paling banyak melalui tindakan seksio sesarea sebesar 51,6%, spontan
48,4%, dan tindakan vakum ekstraksi 0%. Sampel nilai APGAR score pada bayi yang
dilahirkan terbanyak bayi dalam kondisi normal dengan nilai APGAR score 7-10
sebesar 86,0%, bayi yang mengalami asfiksia sedang sebesar 13,4%, dan bayi dengan
asfiksia berat sebesar 0,6%. peneliti selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian
ini di Pelayanan Kesehatan III, supaya mendapatkan penyakit yang tidak dapat
ditemukan di Pelayanan Kesehatan II.
Kata Kunci : Penyakit Penyerta, Kehamilan, Status Lahir Bayi.

Abstract
Increasing maternal mortality and infant mortality are still the most important health
problems in developing countries like Indonesia. One of the causes of maternal and
infant mortality is the presence of diseases that accompany during pregnancy such as
diabetes mellitus, preeclampsia, anemia, asthma, heart disease, infectious diseases,
and hepatitis. The accompanying disease that occurs during pregnancy if it is not
immediately treated during childbirth can affect and threaten the safety of the mother
and her baby. The purpose of this study was to determine comorbidities in pregnancy,
the type of labor in mothers with co-morbidities, and to know the birth status of
babies using the APGAR score.This study uses descriptive retrospective approach.
The researcher took a sample using total sampling technique with 157 respondents
taken from seeing the Medical Record (RM) data at the Delanggu Klaten PKU
Muhammadiyah Hospital. This study uses central tedency data processing techniques
in the form of mean, median, mode. of this study that the sample age of pregnant

1
women 20-35 years 67.5%, mother age <20 years 3.2%, and maternal age> 35 years
29.3%. Gravida samples in pregnant women with the most comorbidities in
multigravida or more than 1 times pregnant were 70.7%, while primigravida pregnant
women were 29.3%. The most prevalent sample of concomitant diseases in pregnant
women was 81.5%, anemia was 13.4%, hepatitis was 4.5%, diabetes was 0.6%, and
heart disease, asthma and pulmonary TB were 0%. The labor sample in pregnant
women with the most comorbidities through cesarean section was 51.6%, spontaneous
48.4%, and 0% vacuum extraction action. The APGAR score sample for babies born
most babies in normal conditions with an APGAR score of 7-10 score was 86.0%,
infants with moderate asphyxia were 13.4%, and infants with severe asphyxia were
0.6%. the next researchers was able to continue this research in level III health
services in order to get a disease than cannot be found in level II services.
Keywords : Comorbidities, Pregnancy, Infant Birth Status.

1. PENDAHULUAN
Kegawat daruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat
mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran
bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan
yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.
Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat dalam menangani akan
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir (Walyani & Purwoastuti, 2015).
Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan
yang sangat serius di Negara-negara berkembang. Berdasarkan hasil laporan World
Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara berkembang AKI yang
cukup tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan
sebanyak 69.000 jiwa, dan di Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di Negara –
Negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia sebanyak 190 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2017).
Hasil data tersebut, AKI di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan
Negara-negara ASEAN. Tingginya AKI selama tahun 2010-2013 disebabkan oleh
perdarahan saat bersalin, selain itu juga ada 4 penyebab utama dari kematian ibu,
janin, dan bayi baru lahir (BBL) yaitu dapat disebabkan oleh adanya perdarahan saat
bersalin, infeksi sepsis, hipertensi dan preeklampsia atau eklampsia, dan persalinan
macet atau distosia (Walyani & Purwoastuti, 2015).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2012, AKI sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, hal ini memberikan kontribusi

2
sebesar 59% dari kematian bayi. Hasil survei penduduk antar sensus (SUPAS) tahun
2015, bahwa jumlah AKB sebanyak 22,23 per 1.000 jumlah kelahiran hidup, hal ini
sudah sesuai dengan target Millinium Development Goals (MDGs) yaitu sebesar 23
per kelahiran hidup AKB merupakan jumlah kematian bayi dalam rentang usia 0 – 11
bulan pertama kehidupan (Kemenkes, 2017). AKB dapat terjadi disebabkan karena
adanya kehamilan beresiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi di Indonesia pada tahun
2017 seperti umur ibu <18 tahun dan >34 tahun, jarak kelahiran kurang dari 2 tahun,
dan jumlah anak yang terlalu banyak >3 (BKKBN, 2017).
Menurut Data Program Kasga Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 menjelaskan
bahwa, AKI menggambarkan resiko yang dialami ibu dari kehamilan sampai pasca
bersalin yang telah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, status gizi ibu saat
kehamilan, kondisi sosial ekonomi juga dapat menunjang tidaknya kesehatan ibu
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, keadaan kesehatan, adanya komplikasi
selama kehamilan dan persalinan (perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi,
gangguan sistem peredaran darah, gangguan metabolisme, dan lainnya) serta
ketersediaan fasilitas kesehatan. Biasanya angka kematian ibu yang tinggi
dikarenakan kurangnya fasilitas pelayanan yang memadai termasuk pelayanan
prenatal dan postnatal serta keadaan sosial ekonomi ibu yang rendah. Tingginya
kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 602 kasus atau setara dengan
109,65 per 100.000 kelahiran hidup dengan prosentase 63,12 % diakibatkan oleh
kematian maternal waktu nifas, 22,92% pada waktu hamil dan 13,95 pada waktu
bersalin (Dinkes Jateng, 2017).
Data yang diambil dari Seksi Kesga Bidang Kesmas 2015 menyatakan bahwa,
angka kematian ibu ditahun 2015 mengalami penurunan dari tahun 2014 yaitu dari
115,7% menjadi 88,22 %. Angka kematian ini sejumlah 15 ibu yang teridi dari 2
kematian ibu hamil, dan 13 kematian ibu saat nifas. Penyebab kematian ibu antara
lain pendarahan dengan jumlah 5, preeklampsia sejumlah 3, dan 4 kematian ibu yang
disebkan oleh gangguan peredarah darah (jantung, stroke) serta 3 kematian ibu karena
kanker dan ileus. Berbeda dengan data AKI yang mengalami penurunan, AKB
ditahun 2015 mengalami peningakatan dari 11,09% menjadi 12,94%. Terdapat 220
AKB di Kabupaten Klaten, 121 berada dalam usia 0-6 hari (perinatal), 34 berada pada
rentan umur 7-28 hari (neonatal), dan 65 berada dalam rentan 29 hari- 11 bulan.
Peningkatan angka kejadian kematian bayi menurut Millinium Development Goals
(MDGs) di Kabupaten Klaten masih dibawah target. Dari 220 kasus kematian bayi

3
diantaranya paling banyak disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 100, 27 asfiksia sebanyak (Dinkes Klaten, 2016).
Peneliti melakukan penelitian di RS PKU Muhammadiyah Delanggu dengan
alasan karena pertolongan persalinan ibu hamil dengan penyakit penyerta tidak
mungkin dilakukan di Pelayanan Kesehatan (PK) tingkat I seperti di Klinik, Praktik
Bidan Mandiri, ataupun di Puskesmas. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu
merupakan PK tingkat 2 yang dekat dengan masyarakat dan juga semua pelayanan
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) berada pada PK tingkat 2. Berdasarkan
Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di RS PKU Muhammadiyah
Delanggu pada tanggal 1 Agustus 2018 data dari 3 bulan terakhir yaitu Mei sampai
dengan bulan Juli 2018 jumlah ibu hamil sebanyak 1.225 ibu hamil dan sebanyak 37
ibu hamil dengan penyakit penyerta.
Dari penjabaran diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Penyakit Penyerta pada Kehamilan dengan Status Lahir Bayi di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten.
2. METODE
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu
penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati atau observasi secara tidak
langsung maupun secara langsung dengan tujuan untuk menggambarkan suatu
masalah kesehatan berdasarkan distribrusi waktu, tempat, umur, status perkawinan,
pekerjaan, dan lain-lain (Hidayat, 2011). Penelitian ini menggunakan pendekatan
restrospektif atau menggunakan data sekunder yaitu melihat data dari rekam medik.
Penelitian ini populasinya adalah semua ibu hamil dengan penyakit penyerta di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten berdasarkan data rekam medik
pada bulan Agustus 2017 sampai Juli 2018 sebanyak 157 responden dari 4.443 ibu
hamil. Data diambil dengan teknik total sampling, yang mana teknik ini jumlah
sampel sama dengan populasinya yaitu sebanyak 157 responden (Sugiyono, 2015).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Central Tedency
Berdasarkan tabel 4.6, usia ibu dengan penyakit penyerta yang sering muncul pada
nilai modus 2 yaitu usia 25-35 tahun, gravida pada ibu dengan penyakit penyerta
yang sering muncul pada nilai modus 2 yaitu multigravida, penyakit penyerta yang
sering muncul pada nilai modus 1 yaitu preeklampsia, jenis persalinan yang sering

4
muncul pada ibu dengan penyakit penyerta pada nilai modus 2 yaitu seksio sesarea,
dan status lahir bayi yang sering muncul pada modus 3 yaitu bayi dalam keadaan
baik.
3.1.2 Umur
Tabel 1 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan umur pada penelitian
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun 2018

Umur(Th) Jumlah Persentase (%)


< 20 5 3,2
20-35 106 67,5
> 35 46 29,3
Total 157 100,0

3.1.3 Gravida
Tabel 2 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan gravida pada
penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun 2018

Gravida Jumlah Persentase (%)


Primigravida 46 29,3
Multigravida 111 70,7
Total 157 100,0

3.1.4 Penyakit Penyerta


Tabel 3 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan penyakit penyerta
pada penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun 2018

Penyakit Penyakit Jumlah Persentase (%)


Preeklampsia 128 81,5
Diabetes Mellitus 1 0,6
Penyakit Jantung 0 0
TB Paru 0 0
Asma 0 0
Anemia 21 13,4
Hepatitis 7 4,5
Total 157 100,0

5
3.1.5 Jenis Persalinan
Tabel 4 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan jenis persalinan
pada penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten Tahun 2018

Jenis Persalinan Jumlah Persentase (%)


Spontan 76 48,4
Seksio Sesarea 81 51,6
Vakum Ekstraksi 0 0
Total 157 100,0

3.1.6 Status Lahir Bayi


Tabel 5 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan penyakit
penyerta padapenelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten
Tahun 2018

Status Lahir Bayi Jumlah Persentase (%)


Asfiksia Berat (0-3) 1 0,6
Asfiksia Sedang (4-6) 21 13,4
Bayi dalam Keadaan Baik (7-10) 135 86,0
Total 157 100,0

3.2 Pembahasan
3.2.1 Umur
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan umur sampel ibu hamil 20-35 tahun sebesar
67,5 %. Umur ibu dengan kehamilan resiko tinggi kurang dari 20 tahun sebanyak
5 orang dengan prosentase 3,2 % dan kehamilan dengan resiko tinggi umur lebih
dari 35 tahun sebesar 29,3 %.
Umur ibu dalam kehamilan merupakan suatu faktor sosiodemografik
yang dapat mempengaruhi proses kehamilan (Johnson, 2010). Usia lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun merupakan usia yang dapat dikatakan sebagai usia
yang paling baik dalam masa kehamilan, dikarenakan pada usia tersebut sistem
reproduksi pada wanita dapat bekerja secara maksimal (Rohan, 2017). Kehamilan
diusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan suatu kehamilan
yang mempunyai resiko tinggi yang dapat mengalami berbagai masalah penyulit
kehamilan, baik secara psikologis maupun fisiologis karena rahim dan tulang
panggul ibu serta sirkulasi darah belum berkembnag dengan sempurna dan juga
di usia lebih dari 35 tahun ibu akan mengalami penurunan kualitas pada sel telur,

6
penuaan organ, keaadaan rahim ibu mengalami penurunan sehingga dapat
mengalami penyakit hipertensi dan preeklampsia, diabetes persalinan lama,
kelahiran dengan operasi sesarea, serta kematian, selain itu dampak buruk bagi
janin yaitu bayi dapat lahir dengan berat badan lahir rendah, makrosomia,
kelainan kromosom, serta kematian neonatal (Lowdermik, 2013). Hasil penelitian
tercatat bahwa ibu hamil dengan penyakit penyerta paling banyak terjadi diantara
usia 20-35 tahun. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian tahun 2015
dengan sampel 367 wanita hamil, bahwa ibu yang hamil dengan penyakit
penyerta paling banyak diusia 20-35 tahun sebanyak 281 wanita karena usia yang
aman untuk hamil yaitu diusia 20-35 tahun, karena usia tersebut merupakan usia
produktif dan sistem reproduksi wanita dapat bekerja dengan baik (Haryani,
2015). Penelitian lain juga menjelaskan usia kehamilan 20 tahun sampai 35 tahun
merupakan usia reproduksi yang sangat baik dan sehat bagi seorang perempuan
untuk hamil dan melahirkan seorang bayi (Triana, 2014).
Hasil penelitian Nursal tahun 2016, menjelaskan bahwa kelompok umur
beresiko (55,9%) yang artinya ibu yang hamil diusia <20 tahun dan >35 tahun
beresiko tinggi untuk mengalami kejadian penyakit penyerta pada kehamilan
dibandingkan dengan usia 20-35 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia <20 dan
>35 tahun ibu mengalami peningkatan ataupun penurunan fungsi sistem
reproduksi. Usia yang terlalu muda <20 tahun panggul ibu belum siap dan
tumbuh dengan sempurna untuk hamil dan mudah sekali mengalami peningkata
tekanan darah serta mudah untuk mengalami kejang. Usia >35 tahun atau usia
mengalami penurunan sistem reproduksi karena seiring dengan bertambahnya
usia ibu rentan terkena penyakit seperti mudah mengalami peningkatan tekanan
darah. Ibu yang hamil diusia resiko tinggi pemeriksaan antenatal secara teratur
sangat penting dilakukan guna mendeteksi dini dan mencegah kemungkinan
mengalami penyakit yang menyertai selama hamil (Nursal, 2016). Berdasarkan
hasil suatu penelitian usia ibu yang masih muda dan terlalu tua di masa kehamilan
dapat meningkatkan resiko penyakit kronis seperti DM, penyakit jantung,
hipertensi, preeklampsia, serta eklampsia dikarenakan ketika ibu masih remaja
ataupun sudah tua tidak mengkonsumsi nutrisi yang baik, padahal nutrisi yang
dikonsumsi ibu sangat mempengaruhi kondisi janin (Sutan, 2014).

7
3.2.2 Gravida
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel ibu hamil
dengan penyakit penyerta paling banyak pada multigravida sebanyak 70,7%,
dibanding dengan primigravida sebesar 29,3%.
Penelitian ini dukung oleh penelitian tahun 2016 bahwa ibu hamil dengan
komplikasi terbanyak pada multigravida daripada primigravida. Hal ini
dikarenakan pada ibu hamil multigravida atau hamil lebih dari satu kali ibu sudah
pernah terpapar oleh kontrasepsi ,berbeda dengan ibu hamil primigravida belum
pernah menggunakan kontrasepsi. Efek dari penggunaan alat konrasepsi salah
satunya bisa meningkatkan tekanan darah, untuk itu ibu sangat perlu mengikuti
konseling KB (Keluarga Berencana) ke fasilitas pelayanan kesehatan, supaya ibu
dapat mengetahui dan memutuskan menggunakan kontrasepsi yang cocok dalam
mengatur jarak kehamilan dengan demikian ibu dapat menghindari adanya resiko
terjadi komplikasi saat hamil (Nursal, 2016). Penelitian Hasmawati tahun 2014
menjelaskan, bahwa kehamilan primigravida juga sangat penting untuk dilakukan
pengawasan untuk mendapatkan informasi tentang kehamilan dan juga mencegah
adanya tanda bahaya diutamakan dalam memberikan pelayanan antenatal.
Primigravoda tua juga perlu adanya engawasan karena pada kondisi tersebut
sudah mengalami penurunan kesehatan sehingga dapat menyebabkan gangguan
pembuluh darah (Hasmawati, 2014). Penelitian yang lain juga menjelaskan
bahwa ibu yang mengalami komplikasi kehamilan yaitu pada ibu dengan
multigravida sebanyak 39 orang. Ibu yang pernah melahirkan lebih dari 4 kali
atau lebih dapat mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia, perdarahan
kehamilan muda, preeklampsia dan ketuban pecah dini (Ummah, 2016).
Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Suwanti, bahwa ibu
dengan kehamilan kedua atau lebih beresiko kecil mengalami komplikasi
kehamilan dikarenakan primipara atau primigravida terjadi pembentukan
blockingantibodies terhadap antigen yang tidak sempurna akibatnya dapat
menghambat invasi arteri spiralis sehingga mengganggu fungsi plasenta.
Kemudian dapat mengakibatkan sekresi vasodilatorprostasiklin oleh sel endotel
plasenta berkurang sehingga bisa terjadi vasokonstiksi dan sekresi aldosteron
menurun (Suwanti, 2014). Hal ini sama dengan penelitian Denantika,
primigravida lebih beresiko untuk mengalami kejadian penyakit preeklampsia
dikarenakan pada ibu hamil pertama kali bisa terpapar vilus korion. Wanita

8
terdapat mekanisme pembentukan imunologik pembentukan blocking antibody
dari HLA-G (human leukocyte antigen G) terhadap antigen plasenta, yang mana
antigen tersebut belum terbentuk dengan sempurna sehingga bisa menyebabkan
terganggunya proses implantasi trofoblas ke jaringan desidual ibu hamil tersebut.
(Denantika, 2015).
3.2.3 Penyakit Penyerta
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil penelitian diketahui bahwa penyakit penyerta pada
kehamilan paling banyak yaitu Preeklampsia sebesar 81,5%, Anemia (13,4%),
Hepatitis (4,5%), dan terendah penyakit DM (0,6%).
Kehamilan beresiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang dapat
mengancam jiwa janin maupun ibu. Hal tersebut perlunya pendekatan yang lebih
komprehensif terhadap kehamilan beresiko tinggi, terdapat kelompok kategori
berdasarkan ancaman terhadap kesehatan kehamilan seperti biofisik, psikososial,
sosiodemografi, dan lingkungan. Komplikasi kehamilan apabila terjadi selama
persalinan dan kelahiran maka dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal. Deteksi dini pada kehamilan beresiko tinggi sangatlah penting guna
untuk mengetahui serta mencegah masalah-masalah kehamilan, persalinan dan
kelahiran (Lowdermik, 2013).
Selama kehamilan, akan mengalami perubahan sirkulasi yang dipengaruhi
oleh hormonal. Meningkatnya berat badan pada ibu dan adanya jaringan ekstra
yang diperlukan bagi janin untuk tumbuh kembangnya didalam kandungan.
Tekanan darah tersebut akan turun dalam 6 bulan pertama kehamilan, hal ini
terjadi karena penurunan dalam perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh
peregangan otot halus oleh hormon progesteron setelah 24 minggu tekanan darah
akan naik terus menerus. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan pembesaran
uterus dan ukuran konseptus. Kondisi ini akan menyebabkan pengambilan
oksigen dalam darah uterus terlalu banyak pada masa kehamilan, apabila aliran
darah ke plasenta mengalami keterlambatan maka oksigen dan nutrisi yang akan
dialirkan ke janin akan berkurang, sehingga akan memperlambat pertumbuhan
dan perkembangan janin, serta meningkatkan resiko saat menjalani proses
melahirkan (Jumaiza, Elvira, & Panjaitan, 2018).
Preeklampsia dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia
ibu yang tua karena diusia ibu yang tua akan mengalami penurunan fungsi tubuh
adanya proses degenerasi. Proses degenerasi pada sistem reproduki ibu

9
mengakibatkan fungsi tubuh terganggu sehingga mudah untuk terkena penyakit
kehamilan. Pekerjaan juga mempengaruhi kejadian preeklampsia karena
berkaitan dengan aktivitas fisik yang nantinya dapat menimbulkan stres dan
kelelahan sehingga tekanan daah ibu bisa mengalami peningkatan. Ibu
primigravida berpeluang besar mengalami preeklampsia kaena secara imunologik
ketika hamil pertama pembentukan blockingantibodies terhadap antigen tidak
dapat terbentuk dengan sempurna sehingga dapat menimbulkan respon imun yang
rendah sehingga bisa mengalami preeklampsia (Lombo, Wagey, & Mamengko,
2017).
3.2.4 Jenis Persalinan
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel ibu hamil
dengan penyakit penyerta menggunakan jenis persalinan seksio sesarea sebanyak
81 orang dengan prosentase 51,6% ,sedangkan ibu yang lahir dengan persalinan
normal sebanyak 78 orang atau 48,4%.
Persalinan sesarea merupakan suatu persalinan untuk mengeluarkan janin
dengan menginsisi abdomen dan dinding uterus. Faktor resiko dilakukan
persalinan sesarea yaitu faktor ibu, janin, ataupun plasenta yang menutupi jalan
lahir. Faktor ibu untuk dilakukan persalinan sesarea karena terdapat penyakit
penyerta seperti hipertensi, preeklampsia, diabetes, HIV (Human
Immuodeficiency Virus) dengan virus lebih dari 1000, serta panggul ibu sempit,
sedangkan pada faktor janin seperti adanya penyakit, bayi makrosomia, malposisi
dan malpresentasi. Sebagian besar ibu usia diatas 35 tahun 30% dua kali lebih
banyak melahirkan dengan cara sesarea dibandingkan pada ibu diusia remaja
(Green and Wilkinson, 2012).
Berdasarkan penelitian hasil suatu analisa menggunakan chi-square bahwa
responden dengan PEB (Preeklampsia berat) mempunyai peluang lebih besar
melakukan tindakan persalinan seksio sesare dibanding pada responden yang
tidak PEB. Hal tersebut disebabkan karena adanya beberapa faktor gawat janin
seperti plasenta previa, ruptur uteri yang mengancam, partus lama, panggul
sempit distosia, dan indikasi lainnya, selain faktor janin juga terdapat faktor ibu
yang mempengaruhi persalinan sesare seperti adanya penyakit penyerta salah
satunya PEB (Aprina, 2016). Penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian
Hutagalung 2016, bahwa ibu yang bersalin dengan seksio sesarea paling banyak
pada ibu yang tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, mioma uteri,

10
penyakit jantung, dan penyakit infeksi candiloma acimuna. Ibu dengan
preeklampsia harus dilakukan operasi sesare dengan maksud meminimalisir
terjadinya asfiksia neonatorum karena ibu dengan proteinuria dan oedem dapat
menyebabkan terputusnya pasokan oksigen dan zat gizi untuk janin (Hutagalung,
2016).
Penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian oleh Marwiyah 2016, ibu
dengan komplikasi kehamilan paling banyak melahirkan secara spontan karena
menurut responden mereka ingin mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan
dengan keadaan yang memungkinkan responden bersalin. Persalinan spontan
merupakan pengeluaran bayi melalui vagina tanpa menggunakan alat ataupun
obat anestesi. Persalinan tersebut meliputi kala I, kala II, kala III, dan kala IV,
dengan waktu maksiml 18 jam (Marwiyah, 2016). Hasil penelitian lain bahwa
terdapat 105 sampel bayi dengan asfiksia neonatorum persalinan tertinggi yaitu
seksio sesarea sebesar 57,1% bayi, dan 23,8% bayi dengan persalinan spontan,
12,4% bayi dengan ekstraksi vakum (Zainuddin, 2013).
3.2.5 Status Lahir Bayi
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa diketahui bahwa status lahir bayi
paling banyak yaitu bayi dalam keadaan baik sebesar (86,0%), asfiksia sedang
(13,4%) dan asfiksia berat (10,6%).
Asfiksia merupakan suatu kondisi dimana bayi baru lahir dalam keadaan tidak
mampumelakukan pernapasan secara spontan dan teratur setelah dilahirkan,
karena bayi tidak mampu dalam memasukkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuhnya. Gangguan yang terjadi pada bayi disebabkan
adanya penyempitan saluran pernapasan dan terhentinya gangguan sirkulasi
pernapasan pada tubuh bayi (Herawati, 2013).
Hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa asfiksia neonatorum terjadi karena
adanya faktor seperti lilitan tali pusat, hipertensi dalam kehamilan,anemia,
ketuban pecah dini dan paritas (Widiani, 2016). Penelitian ini sama dengan hasil
penelitian Indah, bahwa preeklampsia dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru
lahir karena ketika hamil terjadi perubahan vaskuler. Perubahan tersebut
mengganggu kerja invasi sel-sel trofoblas pada arteri spiralis serta jaringan
matriks sehingga mengakibatkan arteri spiralis relatif akan mengalami
vasokonstriksi akibatnya mengalami kegagalan remodeling arteri spinalis
sehingga aliran darah uteroplasenta mengalami penurunan iskemia plasenta dan

11
hipoksia intra uteri dapat terjadi. Apabila janin mengalami kekurangan oksigen
maka janin berusaha melakukan pernafasan intra uterin sehingga janin melakukan
aspirasi air ketuban dan mekonium dalam paru-paru sehingga dapat menyebabkan
tersumbat bronkus serta janin lahir alveoli tidak berkembang sehingga terjadi
asfiksia (Indah, 2016).
Jenis persalinan seperti seksio sesarea dapat mempengaruhi asfiksia pada bayi
karena faktor dari obat-obatan yang dapat mengganggu proses sirkulasi oksigen
ke otak (Pangemanan, 2016). Penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil
yang disampaikan oleh Rofi’atun, bahwa di RSUD Dr. Moewardi Surakarta kadar
hemoglobin pada ibu hamil bukan merupakan faktor resiko yang dapat
meningkatkan resiko kejadian asfiksia neonatorum (Rofi’atun, 2016). Hal ini
terjadi karena penyebab asfiksia tidak hanya disebabkan oleh anemia atau kadar
Hb yang rendah, namun faktor resiko terjadinya kejadian asfiksia dipengaruhi
adanya suatu penyakit kronis sepeti diabetes, penyakit jantung dan ginjal,
hipertensi, pre eklampsia, plasenta previa dan infeksi intra uteri (Green and
Wilkinson, 2012).
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Sampel umur ibu hamil 20-35 tahun sebesar 67,5%, umur ibu <20 tahun sebesar
3,2%, dan umur ibu >35 tahun sebesar 29,3%.
2) Sampel gravida pada ibu hamil dengan penyakit penyerta paling banyak pada
multigravida atau hamil lebih dari 1 kali sebesar 70,7%, sedangkan ibu hamil
primigravida sebesar 29,3%.
3) Sampel penyakit penyerta pada ibu hamil paling banyak Preeklampsia sebesar
81,5%, Anemia sebesar 13,4%, Hepatitis sebesar 4,5%, DM sebesar 0,6%, dan
Penyakit Jantung, Asma, serta TB Paru sebesar 0 %.
4) Sampel tindakan persalinan pada ibu hamil dengan penyakit penyerta paling
banyak melalui tindakan seksio sesarea sebesar 51,6%, spontan 48,4%, dan
tindakan vakum ekstraksi 0%.
5) Sampel nilai APGAR score pada bayi yang dilahirkan terbanyak bayi dalam
kondisi normal dengan nilai APGAR score 7-10 sebesar 86,0%, bayi yang
mengalami asfiksia sedang sebesar 13,4%, dan bayi dengan asfiksia berat sebesar
0,6%.

12
4.2 Saran
1) Bagi Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil untuk tetap mau melakukan kunjungan ANC minimal 4
kali untuk mengetahui perkembangan kehamilanya selain itu juga tedeksi dini
agar mencegah atau mengatasi penyakit yang diderita ibu hamil.
2) Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya bisa dilakukan di tingkat Pelayanan Kesehatan tingkat ke
III dengan tujuan supaya peneliti selanjutnya bisa memperoleh data penyakit
yang tidak bisa ditemukan di pelayanan kesehatan tingkat II seperti penyakit
jantung, TB, dan penyakit lainnya. Selain itu peneliti selanjutnya juga bisa
menghubungkan atau di crostabekan antara karakteristik responden dengan
penyakit penyerta dan status lahir bayinya.

DAFTAR PUSTAKA

Aprina & Puri, Anita. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Sectio
Caesarea di RSUD DR. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan, 1(VII).
92-93. https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/124
Denantika, Oktaria., Serudji, Joserizal., & Revilla, Gusti. (2015). Hubungan Status Gravida
dan Usia Ibu terhadap Kejadian Preeklampsia di RSUD Dr. M. Djmail Padang Tahun
2012-2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 215.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/224
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016, 3511351 (24), 47–83.
Dinkes Jateng. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 48–49. Retrieved from dinkes jateng
prov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/Profil_2015_fix.pdf
Green, Carol Johnson and Wilkinson, Judith M. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan
Maternal & Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Haryani, Ayu Putri., Maroef, Moch., & Adilla Sri N. (2015). Hubungan Usia Ibu Hamil
Beresiko dengan Kejadian Preeklampsia/Eklampsia Di RSU Haji Surabaya Periode 1
Januari 2013 – 31 Desember 2013. Volume 11 No 1 Juni 2015.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/4192

13
Hasmawati, Dessy. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsi
pada Kehamilan di RSUD Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2012. Jurnal Kesehatan
Andalas 2014 (3). http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/20
Herawati, Rika. (2013). Faktor – Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum
pada Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal
Maternity and Neonatal, 1(2), 75–85.
Hidayat, Aziz Alimul. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Surabaya: Health Books
Publishing.
Hutagalung, Evita Sartika., Hiswani, & Rasmaliah. (2015). Karakteristik Ibu Bersalin dengan
Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2013-2014. Gizi,
Kesehatan Reproduksi dan Epidemologi, 1(4).
https://jurnal.usu.ac.id/gkre/article/view/4208
Indah, Siti Nur & Apriliana, Ety. (2016). Hubungan antara Preeklamsia dalam Kehamilan
dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Majority, 5(5)).
Johnson, Joice Y. (2016). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Jumaiza., Elvira, Deni., & Panjaitan, Arip Ambulan. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Ilmiah
Ilmu Kesehatan ; Wawasan Kesehatan, P-ISSN 2087-4995, E-ISSN 2598-4004, 4(2),
125–137. http://journal.stikes-kapuasraya.ac.id/index.php/JIIK-WK/article/view/76
Lombo, Giovanna E., Wagey, Freddy W., & Mamengko, Linda S. (2017). Karakteristik Ibu
Hamil dengan Preeklampsia Di RSUP Prof Dr. R.D . Kandou Manado. Jurnal
Kedokteran Klinik (JKK), 1(3), 9–15.
Lowdermik, Deitra Leonard., Perry, Shannon E., and Cashion, Kitty. (2013). Keperawatan
Maternitas Ed. 8.Penerjemah: Felicia S &Anesia T. Elsevier: Singapore.
Marwiyah. (2016). Hubungan Penyakit Kehamilan dan Jenis Persalinan dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum Di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang. NurseLine Journal
2(1).
Nursal, Dien Gusta Anggraini., Tamela, Pratiwi., & Fitrayeni. (2016). Faktor Risiko Kejadian
Preeklampsia pada Ibu Hamil di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas p-ISSN 1978-3833 e-ISSN 2442-6725, 10 (1), 40-41.
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/
Pangemanan, Eunike A., Wantania, John J., & Wagey, Freddy W. (2016). Karakteristik
Kehamilan dengan Luaran Asfiksia Saat Lahir di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode Januari – Desember 2014. Jurnal E-Clinc(eCL), 4(1).

14
Profil Dinkes Klaten. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Klaten Tahun 2015. Retrieved
from
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/Profil_Kab_Kota_2015/3310_Jaten
g_Kab_Klaten_2015
Rofi’atun. (2016) Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi Mahasiswa S1 Keperawatan FIK
UMS. http://docplayer.info/33214655-Hubungan-kadar-hemoglobin-ibu-hamil-dengan-
kejadian-asfiksia-neonatorum-di-rsud-dr-moewardi-surakarta.html
Rohan, Hasdianah Hasan. (2017). Buku Kesehatan Reproduksi. Malang: Intimedia
Sugiyono. (2015). Metode Penelitan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alpabeta.
Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika
Sulastri., Maliya, Arina., & Zulaicha, Endang. (2015). Model Pencegahan Anemia pada Ibu
Hamil Untuk Menemukan Perdarahan Post Partum.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/1231/14
Sutan, et al. (2014). Determinant of Low Birth Weight Infants: A Matched Case Control
Study. Open Journal of Preventive Medicine, 4, 91-99. March, 2014.
http://www.scirp.org/journal/ojpm/~http://dx.doi.org/10.4236/ojpm.2014.43.
Suwanti., Wibowo, Edi Prasetyo., & Safitri, Nur Aini. (2014). Hubungan Tekanan Darah dan
Paritas dengan Kejadian Eklampsia di Ruang Bersalin RSUP NTB Tahun 2012. Media
Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787, 8(1). http://www.lpsdimataram.comVolume 8, N
Syalfina, Agustin Dwi. (2017). Analisis Faktor Risiko Komplikasi Kehamilan Trimester III,
60–68.
http://ejurnalp2m.stikesmajapahitmojokerto.ac.id/index.php/publikasi_stikes_majapahit/
article/view/224
Triana, Ani. (2014). Pengaruh Penyakit Penyerta Kehamilan dan Kehamilan Ganda dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal
Kesehatan Komunitas, 2 (5)(4), 193–198.
jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/download/73/59/
Ummah, F. (2015). Kontribusi Faktor Resiko 1 terhadap Komplikasi Kehamilan Di Rumah
Sakit Muhammadiyah Surabaya. Surya, https://jurnal.stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads/2018/04/6.-Kontribusi-Faktor-Risiko-1-terhadap-Komplikasi-
Kehamilan.pdf

15
Widiani, Ayuk., Kurniati, Yuli., & Windiani, Trisna. (2016). Faktor Resiko Ibu dan Bayi
terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di Bali. Public Health and Preventive
Medicine Archive, 4(2). https://media.neliti.com/media/publications/164613-ID-
none.pdf
Wiyati, PS., & Wibowo, B. (2014). Luaran Maternal dan Perinatal pada Hamil dengan
Penyakit Jantung di RSUP Dr . Kariadi Semarang, 21(1), 20–30.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-mog4b9ed3bd3cfull.pdf
Walyani, E. S. & Purwoastuti,Th. E. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
& Neonatal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Zainuddin, Zulkarnain., Wilar, Rocky., & Mantik, Max F.J. (2013). Hubungan Jenis
Persalinan dengan Kejadianasfiksia Neonatorum DI RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado 1. Jurnal E-Clinic (ECL), 1(14).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/3237/2781

16

Anda mungkin juga menyukai