Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaringan pulpa dan periodontium memiliki hubungan embrionik, anatomis,

dan fungsional yang erat. Jaringan pulpa berasal dari papila dental sementara jaringan

periodontal berasal dari folikel dental; keduanya dipisahkan oleh epitel sarung akar

Hertwig (Hertwig’s epithelial root sheath).

Hubungan antara lesi endodontik dan periodontal pertama kali dikemukakan

oleh Simring & Goldberg. Lesi endodontik adalah inflamasi yang diakibatkan oleh

keberadaan agen berbahaya dalam saluran akar gigi. Lesi periodontal merupakan

inflamasi akibat akumulasi plak dan kalkulus pada permukaan gigi. Lesi endodontik

dan periodontal yang muncul serentak pada gigi yang sama disebut lesi endoperio.

Secara anatomis, jaringan periodontal terhubung dengan jaringan pulpa

melalui foramen apikal dan kanal lateral. Faktor etiologi seperti bakteri, jamur, dan

virus, serta faktor resiko seperti trauma, resorpsi akar, perforasi, dan anomali gigi

berperan penting dalam inisiasi dan perkembangan lesi endoperio. Inflamasi pulpa

yang bersamaan dengan inflamasi periodontal dapat menyulitkan prosedur diagnosis,

rencana perawatan dan memperburuk prognosis.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Lesi Endo Perio?
2. Bagaimana jalur penghubung Pulpa dan Periodontal?
3. Bagaimana gejala klinis Lesi Endo Perio?
4. Apa saja klasifikasi Lesi Endo Perio?

1.3. Tujuan Makalah


1. Mengetahui definisi lesi endo perio
2. Mengetahui jalur penghubung pulpa dan periodontal
3. Mengetahui gejala klinis lesi endo perio
4. Mengetahui klasifikasi lesi endo perio

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Lesi Endo Perio
Hubungan antara lesi endodontik dan periodontal pertama kali dikemukakan oleh

Simring & Goldberg. Lesi endodontik adalah inflamasi yang diakibatkan oleh

keberadaan agen berbahaya dalam saluran akar gigi. Lesi periodontal merupakan

inflamasi akibat akumulasi plak dan kalkulus pada permukaan gigi. Lesi endodontik

dan periodontal yang muncul serentak pada gigi yang sama disebut lesi endoperio

2
2.2. Jalur Penghubung Pulpa dan Periodontal

Secara garis besar, terdapat 2 jalur penghubung antara jaringan pulpa dan

periodontal, yaitu jalur anatomis dan jalur non anatomis. Jalur anatomis terbagi

menjadi 3, yaitu foramen apikal, kanal lateral, dan tubulus dentin.

Baik pulpa maupun jaringan periodontal berasal dari jaringan mesenkim yang

kaya pembuluh darah. Pembuluh darah pada jaringan pulpa dan periodontal tetap

terhubung melalui foramen apikal dan kanal lateral hingga perkembangan gigi

selesai. Foramen apikal adalah jalur penghubung langsung antara jaringan pulpa dan

periodontal. Produk inflamasi periodontal dapat mengakibatkan nekrosis pulpa bila

bakteri plak telah mencapai foramen apikal hingga mengganggu suplai darah ke

pulpa. Sebaliknya, bila pulpa mengalami nekrosis, produk bakteri seperti enzim,

metabolit, dan antigen dapat mencapai periodontium melalui foramen apikal, lalu

memicu respon inflamasi. Respon inflamasi periodontal dapat berupa destruksi serat

ligamen periodontal, resorpsi tulang alveolar, dan resorpsi eksternal sementum.

Selain foramen apikal, kanal lateral juga berperan sebagai jalur penghubung

antara saluran akar utama dengan ligamen periodontal. Kanal lateral atau ramifikasi

saluran akar pertama kali ditemukan oleh Preiswerk pada tahun 1901. Ramifikasi

saluran akar adalah semua percabangan pada saluran akar yang menghubungkan

saluran akar utama dengan ligamen periodontal.3 Ramifikasi terjadi karena adanya

pembentukan dentin di sekitar pembuluh darah yang terhubung dengan epitel sarung

akar Hertwig.

3
Ramifikasi atau kanal lateral terdiri dari jaringan konektif dan pembuluh darah

yang menghubungkan sistem sirkulasi jaringan pulpa dan periodontal. Sebagian besar

kanal lateral ditemukan pada area apikal dan furkasi. Kanal lateral lebih banyak

ditemukan pada gigi posterior terutama gigi molar.

Secara radiograf, kanal lateral jarang terlihat sebab sering mengalami obliterasi

atau diameternya kecil (10-250 µm). Kanal lateral terlihat bila telah diisi pasca

perawatan saluran akar. Bila belum diisi, kanal lateral terlihat sebagai pelebaran lokal

periodontal pada permukaan lateral akar atau radiolusensi lateral yang jelas bila telah

mengalami inflamasi.

Pertukaran organisma mikro antara jaringan pulpa dan periodontal juga dapat terjadi
melalui tubulus dentin yang terekspos ke lingkungan eksternal akibat hilangnya
lapisan sementum. Pada area servikal, pada setiap 1 mm2 permukaan akar terdapat
15.000 tubulus dentin. Peradangan pada periodontal, tahap skeling, penghalusan akar,
terapi bedah, dan groove developmental dapat mengakibatkan tereksposnya tubulus
dentin yang mengakibatkan terhubungnya jaringan pulpa dengan lingkungan
eksternal yang pada tahap awal ditandai oleh hipersensitif dentin.

2.3. Gejala Klinis

Gejala klinis dari lesi endo-perio ini seperti hipersensitif terhadap panas, sakit

pada perkusi, dan secara radiografi dapat dilihat adanya pelebaran membran

periodontal. Pada gambaran radiografi juga dapat dilihat adanya radiolusensi pada

daerah furkasi. Pada lesi endo-perio ini kemungkinan juga didapatkan kegoyangan

gigi

2.4. Klasifikasi Lesi Endo Perio

4
A. Klasifikasi menurut Cohen & Burn dan Simon
1) Lesi Endodontik Primer
Eksaserbasi akut dari lesi apikal kronis pada gigi dengan pulpa nekrosis dapat

menyebar ke koronal melalui membran periodontium ke sulkus gingiva. Lesi

endodontic dapat mengakibatkan resorbsi tulang secara apical dan lateral dan

merusak perlekatan gigi dengan jaringan periodontal.

Diagnosa klinis:

 Terasa nyeri
 Sensitive terhadap perkusi
 Peningkatan mobilitas gigi
 Pembengkakan marginal gingiva yang mirp dengan abses periodontal
 Terbentuknya traktus sinus sepanjang ruang periodontal yang

mengakibatkan pembukaan traktus ke sulkus gingiva dan poket periodontal

yang dapat ditelusuri dengan probe

Perawatan : perawatan saluran akar

2) Lesi Endodontik Primer dan Periodontik Sekunder


Jika lesi endodontic tidak dirawat, biasanya patosis akan berlanjut, menyebabkan

destruksi periapikal tulang alveolar dan dan berkembang ke area

interradikuler/furkasi menyebabkan kerusakan jarigan keras dan lunak. Lesi ini

juga dapat terjadi ketika sisa bahan supuratif lesi endodontic primer tidak

5
terdrainase dengan baik, akibat perfokasi akar selama terapi saluran akar atau

adanya fraktur akar pada gigi yang dirawat endodontik atau yang direstorasi

dengan mahkota pasak. Pembentukan plak di margin gingiva di daerah sinus

traktus menginduksi periodontitis.

Diagnosa klinis:

 Penumpukan plak dan kalkulus


 Abses periodontal yang menyebabkan rasa sakit
 Pembentukan eksudat nanah
 Pembengkakan
 Pembentukan poket
 Kegoyangan gigi
 Pulpa nekrosis

Perawatan : terapi endodontic dan terapi periodontal

3) Lesi Periodontal Primer


Dimulai dari proses periodontitis kronis yang berkembang dari sulkus gingiva

lalu bermigrasi ke apeks sebagai hasil dari penumpukan plak dan kalkulus yang

menghasilkan inflamasi menyebabkan kehilangan tulang alveolar di

sekelililingnya dan jaringan lunak penyokong periodontal. Menyebabkan

6
kehilangan perlekatan dan pembentukan abses periodontal selama fase akut

destruksi -

Diagnosa klinis :

 Kegoyangan gigi
 Tes pulpa positif
 Pembentukan poket
 Akumulasi plak dan kalkulus

Perawatan : perawatan periodontal

4) Lesi Periodontal Primer dan Lesi Endodontik Sekunder


Masih diperdebatkan apakah periodontitis progresif mempunyai efek terhadap

vitalitas pulpa. Jaringan pulpa mempunyai pertahanan yang baik, selama suplai

darah melalui apikal masih utuh. Dari segi klinis, penyakit periodontium yang

berhubungan dengan plak jarang menimbulkan perubahan patologis pada

jaringan pulpa. Kerusakan jaringan pulpa dapat terjadi bila poket periodontal

sudah mencapai foramen apical atau pulpa terekspos akibat kanal lateral atau

tubulus dentin. Prognosis bergantung pada perawatan periodontal yang diikuti

oleh perawatan endodontic

7
5) Lesi Kombinasi
Penyakit pulpa dan periodontal mungkin teradi secara independen atau terjadi

secara beriringan pada gigi yang sama. Lesi ini juga bisa terjadi bila lesi

endodontik berkembang ke koronal, serta berhubungan dengan poket yang

terinfeksi, yang meluas ke apical. Prognosis lesi ini tergantung perluasan

kerusakan yang disebabkan oleh penyakit periodontal

BAB III
PEMBAHASAN

8
KASUS
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan

keluhan gigi graham kanan bawah terasa sakit dan bengkak. Dari anamnesis pada

gigi tersebut telah dilakukan perawatan saluran akar 1 tahun yang lalu. Pemeriksaan

gigi intra oral gigi 36 terdapat tambalan inlay dan fistula bagian bukal, pocket bukal

3 mm dan distal 4 mm. Gambaran radiografis terlampir, serta adanya tulang

berbentuk craters.

Pertanyaan :
1. Apakah diagnosis kasus diatas ?
2. Apakah rencana perawatan yang sesuai untuk kasus diatas?

3.1. Prosedur diagnosa

3.1.1. Anamnesa

Nama :-

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Keluhan utama : Gigi geraham kanan bawah terasa sakit dan bengkak

9
Keluhan tambahan : Gigi tersebut telah dilakukan perawatan saluran akar 1 tahun

yang lalu

3.1.2. Pemeriksaan Objektif

3.1.2.1. Intra Oral

 gigi 36 terdapat tambalan inlay


 gigi 36 terdapat fistula bagian bukal, pocket bukal 3 mm dan distal 4

mm

3.1.2.2. Ektra oral

Tidak ada

3.2. Identifikasi Masalah

a. Diagnosa

Diagnosis dari kasus ini adalah Gigi 36 nekrosis pulpa disertai dengan bone

loss (lesi endodontik primer dengan keterlibatan lesi periodontal sekunder).

Kelas ini memiliki 2 jalur patogenesis, yaitu jalur patogenesis local dan

patogenesis distribusi unilateral. Jalur patogenesis lokal meliputi rarefaksi periodontal

akibat inflamasi pulpa. Faktor etiologi inflamasi pulpa dapat bersifat developmental

(misal: dens invaginatus) atau non developmental (misal: karies). Keterlibatan perio

dapat bersifat tertutup (tidak ada komunikasi dengan rongga mulut) atau terbuka

(terdapat komunikasi berupa fistula atau sinus tract ) dengan atau tanpa akumulasi

10
plak dan kalkulus. Jalur patogenesis distribusi unilateral; Kelly dan Ellinger

menemukan kemungkinan transmisi iritan mikroba dari gigi dengan pulpa nekrosis ke

ligament periodontal gigi tetangga sehingga terbentuk rarefaksi dan sinus tract.

Penemuan ini menunjukkan makna menelusuri sinus tractatau fistula sebelum

perawatan untuk menentukan etiologi. Jalur unilateral juga meliputi pasien dengan

sisi non fungsional sebab nyeri kronis akibat gigi dengan kelainan pulpoperiapikal.

Bila gigi dengan kelainan pulpoperiapikal dibiarkan, terjadi akumulasi plak dan

kalkulus diikuti kehilangan perlekatan periodontal pada gigi tersebut, gigi tetangga

dan antagonis pada sisi non fungsional yang sama.Perawatan endodontik sebaiknya

dilakukan lebih dulu sebelum perawatan periodontal. Namun, jika plak dan

kalkulusnya sangat banyak, debridement periodontal dilakukan lebih dulu untuk

memfasilitasi perawatan endodontik.

b. Rencana Perawatan

Perawatan lesi endo-perio ini bisa dirawat dengan non bedah. Perawatan non

bedah meliputi perawatan endodontik dan perawatan periodontal sederhana seperti

scaling dan root planning. Perawatan Endodontik pada lesi ini meliputi pembersihan

saluran akar yang baik, dressing saluran akar dan obturasi yang sempurna.

Perawatan non bedah

Sebelumnya pasien dirujuk ke bagian Periodonsia untuk dilakukan

pembersihan karang gigi. Pada kunjungan pertama, pasien menandatangani informed

11
consent terlebih dahulu sebelum dimulai perawatan. Sisa tumpatan lama dibuka

menggunakan bur bulat kecil, kemudian akses dibuat dengan bur Endoaccess

(Dentsply) sampai mencapai ruang pulpa. Pembukaan atap ruang pulpa diteruskan

dengan bur Endo Z bur (Dentsply) sampai akses masuk ke orifis melebar dan terbuka

sempurna dilanjutkan dengan irigasi dengan NaOCl 2,5% sebanyak 2,5 ml.

Pada kunjungan kedua, jika pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit. Dan

pada pemeriksaan objektif juga terlihat tes perkusi negatif, tes palpasi negatif,

mobilitas negatif, dan tumpatan sementara masih baik. Tumpatan sementara dibuka

menggunakan diamond bur bulat, saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5% larutan

EDTA (Smear clear, Sybron) dan digenangi larutan klorhexidin 2% (Bisco) selama +

1 menit kemudian dikeringkan dengan paper point. Teknik pengisian dengan teknik

single cone. Pasien diminta untuk kontrol satu bulan kemudian, untuk observasi

tulang alveolar bagian akar distal gigi 36 sebelum ditumpat permanen.

Kunjungan ketiga, jika pasien tidak mengeluhkan rasa sakit. Pada pemeriksaan

objektif tes perkusi negatif, tes palpasi negatif, mobilitas negatif, tumpatan sementara

masih baik. Selanjutnya pasien melakukan foto radiografis dan terlihat penyembuhan

jaringan periodontal Pasien diminta untuk kontrol satu bulan lagi untuk observasi

tulang alveolar bagian akar distal gigi 36 sebelum ditumpat permanen.

Kunjungan keempat, jika pasien tidak mengeluhkan rasa sakit. Pada pemeriksaan

objektif tes perkusi negatif, tes palpasi negatif, mobilitas negatif, tumpatan sementara

masih baik kemudian dilakukan pengambilan foto radiograf untuk observasi kondisi

12
tulang alveolar gigi 36. Restorasi akhir dilakukan menggunakan resin komposit

packable P60 (3M). Setelah penumpatan resin komposit selesai,dilakukan

pemeriksaan oklusi dan artikulasi menggunakan articulating paper. Penyelesaian

restorasi resin komposit menggunakan finishing diamond bur, dipoles dengan

polishing disk (optidisc, Kerr) dan polishing brush (optishine, Kerr).

Jika perawatan non bedah tidak mengarah ke arah kesembuhan, maka dilakukan

pemeriksaan ulang bila perlu lakukan perawatan bedah sebagai berikut:

1. Dilakukan rontgen foto untuk melihat posisi atau keadaan lesi


2. Dilakukan anastesi lokal
3. Lapangan kerja diisolasi dan disterilkan dengan topikal anti septik
4. Pembuatan flap. Bentuk flap tergantung pada besar, letak lesi dan gigi

yang dirawat
5. Flap dibuka dengan periostel elevator dan ditahan dengan tissue

refraktor
6. Pembuatan tulang alveolar yang menutupi lesi dengan bar yang tajam
7. Pengambilang jaringan lesi dengan alat kuret
8. Daerah operasi dibersihkan dan flap ditutup kembali
9. Flap dijahit, tergantung bentuk flap. (interrupted suture atau

sirkumferensial suture)
10. Interuksi pada pasien dan kontrol selama 24 jam. Jahitan dapat dibuka

setelah 5-7 hari


11. Dilakukan kontrol secara bertahap dengan mengadakan rontgen foto

untuk melihat pertumbuhan pada daerah lesi

c. Prognosis

Prognosis dari kasus ini adalah baik karena sisa jaringan gigi masih banyak, saluran

akar terlihat jelas, dan pasien kooperatif.

13
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hubungan antara lesi endodontik dan periodontal pertama kali dikemukakan

oleh Simring & Goldberg. Lesi endodontik adalah inflamasi yang diakibatkan oleh

keberadaan agen berbahaya dalam saluran akar gigi. Lesi periodontal merupakan

inflamasi akibat akumulasi plak dan kalkulus pada permukaan gigi. Lesi endodontik

dan periodontal yang muncul serentak pada gigi yang sama disebut lesi endoperio.

14
Pada kasus endo-perio dapat diselesaikan dengan perawatan endodotik non

bedah. Bahan dressing saluran akar menggunakan campuran Ca(OH) dan gliserin

dalam waktu 3 bulan dapat terjadi penyembuhan. Observasi secara radiologis

diperlukan sampai lesi periapikal tampak mengecil untuk melihat kepastian

penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gopal S, kumar KP, Shetty KP, Jindal V, Saritha M. Interrelationship of endodontic -

periodontal lesions - an overview. Indian J Dent Sci 2011;3(2): 55-9

2. Simring M, Goldberg M. The pulpal pocket approach: retrograde periodontitis. J

Periodontol 1964; 35: 22-48

3. Zehnder M, Gold S, Hasselgren G. Pathologic interaction in pulpal and periodontal

tissues. J Clin Periodontol 2002; 29: 663-71

4. Sunitha R, Emmadi P, Namasivayam A, Thyegarajan R, Rajaraman V. The

periodontal – endodontic continuum: A review. J Conserv Dent 2008;11(2):54-62

5. Solomon C, Chalafin H, Kellert M. The endodontic periodontal lesion: a rational

approach to treatment. J Am Dent Assoc 1995; 126:473-9

6. Mhairi R. The pathogenesis and treatment of endo-perio lesions. CPD Dent

2001;2:95-9

15
7. Peeran SW, Thiruneervannan M, Abdalla KA, Mugrabi MH. Endo-perio lesions. Int J

Sci Technol Res 2013; 2(5): 268-74

8. Kerezoudis N, Siskos G, Tsatsas V. Bilateral buccal radicular groove in maxillary

incisors: case report.

Int Endod J 2003; 36(12): 898-906

9. Ahmed HMA. Different perspectives in understanding the pulp and periodontal

intercommunications with a new proposed classification for endo-perio lesions. ENDO

(Lond Engl) 2012; 6(2):87–104

16

Anda mungkin juga menyukai