BAB I
PENDAHULUAN
Protein merupakan komponen yang banyak terdapat pada sel hewan dan
tumbuhan. Kandungan protein bervariasi dalam bahan pangan baik dalam jumlah
maupun jenisnya. Protein merupakan sumber gizi utama yaitu asam amino. Protein
penyerap lemak dan pembentuk buih (Andarwulan dkk, 2011). . Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta
fosfor. Keistimewaan lain dari protein ini adalah strukturnya yang mengandung
Indonesia diolah menjadi tahu. Tahu memiliki warna asli putih, tekstur kompak akan
tetapi tetap lembut dan lunak. Prinsip Pembuatan tahu umumnya merupakan
ekstraksi protein kacang kedelai dengan air kemudian digumpalkan dengan bahan
Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila
2
bereaksi dengan asam (cuka). Penggumpalan protein oleh asam cuka akan
berlangsung secara cepat dan serentak di seluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga
sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan terperangkap
memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air
1.2.1 Untuk mengetahui pengendapan dan denaturasi yang berkaitan dengan protein
albumin.
1.2.2 Untuk mengetahui prinsip pengukuran kadar protein pada tahu dengan metode
biuret.
1.3.1 Dapat mengetahui pengendapan dan denaturasi yang berkaitan dengan protein
albumin.
1.3.2 Dapat mengetahui prinsip pengukuran kadar protein pada tahu dengan metode
biuret.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tahu
Tahu juga dikenal sebagai makanan rakyat karena har- Gambar 1. Tahu
ganya yang murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat dapat dibuat bermacam-
macam produk turunan, antara lain tahu goreng, tahu isi, stik tahu dan sebagainya
Indonesia diolah menjadi tahu. Tahu memiliki warna asli putih, tekstur kompak akan
tetapi tetap lembut dan lunak. Prinsip Pembuatan tahu umumnya merupakan
ekstraksi protein kacang kedelai dengan air kemudian digumpalkan dengan bahan
menggumpal bila bereaksi dengan asam (cuka). Penggumpalan protein oleh asam
cuka akan berlangsung secara cepat dan serentak di seluruh bagian cairan sari
kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan
2.2 Biuret
yang ditandai dengan adanya perubahan warna. Jika suatu sampel yang diuji
mengandung lebih dari 2 ikatan peptida maka akan muncul warna ungu. Warna ini
Menurut Plummer (1978), selain penggunaan uji biuret, cara yang dapat
digunakan untuk deteksi protein dalam organisme ialah menggunakan uji ninhidrin.
Ninhidrin merupakan reagen pengoksidasi yang cukup kuat. Ninhidrin akan bereaksi
5
dengan semua asam amino pada pH 4-8 sehingga terbentuk senyawa berwarna ungu.
Reaksi ini merupakan reaksi yang sangat sensitif dan sesuai untuk penentuan asam
amino secara kualitatif. Sehingga reagen ini dapat digunakan untuk mendeteksi ada
ini ialah Diazanium sulfat. Nama lainnya adalah: Gambar 3. Ammonium Sulfat
protein melalui pengendapan selektif; Ammonium sulfat sangat larut dalam air dan
dapat membuat larutan sangat pekat, yang dapat membuat protein mengalami “salt
kompleks. Ammonium sulfat juga tercantum sebagai bahan racikan untuk banyak
vaksin Amerika Serikat setiap Pusat untuk Pengawasan Penyakit (Ansar, 2014).
6
2.4 HCl
dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin
Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh
alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga
oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam rangka
Asam klorida umumnya dibuat dari larutan garam NaCl yang dielektrolisa.
Elektrolisa NaCl menghasilkan larutan NaOH (soda api), gas Cl2 (gas klorin), dan
gas H2 (gas hidrogen). Gas Cl2 dan H2 selanjutnya disatukan untuk sintesa gas HCl.
Gas HCl yang terbentuk selanjutnya dimasukkan ke dalam air murni, dan larut
sebagai larutan asam klorida. HCl juga dihasilkan dari proses pembuatan senyawa
sodium sulfat (Na2SO4). Sodium sulfat dibuat menggunakan bahan aram (NaCl) dan
larutan asam sulfat pekat (H2SO4). Kristal garam bereaksi dengan larutan H2SO4,
menghasilkan kristal Na2SO4 dan gas HCl. Selanjutnya gas HCl disuling dan masuk
2.5 Protein
tinggi. Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting perananya bagi
semua organisme. Protein juga berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel
makhluk hidup dan virus. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Keistimewaan lain dari protein ini
(Sudarmaji, 1989).
Protein merupakan komponen yang banyak terdapat pada sel hewan dan
tumbuhan. Kandungan protein bervariasi dalam bahan pangan baik dalam jumlah
maupun jenisnya. Protein merupakan sumber gizi utama yaitu asam amino. Protein
Protein dibangun dari asam amino yang bergabung melalui ikatan peptida
antara karboksil dan amino (atau imino dalam kasus prolin) kelompok asam amino
berikutnya. Rantai polipeptida ini dilipat menjadi struktur tiga dimensi untuk
membentuk protein. Struktur primer atau urutan asam amino dalam protein adalah
pra-ditentukan dalam kode genetik. Dua puluh asam amino alami yang disebut asam
(Anonim, 2012).
9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Protein pada Sampel Tahu” dilaksanakan pada Sabtu, 6 april 2019, pukul 13.00
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi gelas kimia 250 mL batang
pengaduk, pipet gondok 5 mL, pipet volum 25 mL, tabung sentrifugasi, filler, pipet
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu tahu, HCl, reagen biuret, aquades, dan
ammonium sulfat.
selama 20 menit pada suhu 80oC. untuk tabung terakhir 2 mL filtrat ditambahkan 2
Tabung 1 dan 2 pada perlakuan uji denaturasi protein di atas di analisis kadar
proteinnya.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pemanasan dan penambahan asam kuat. Denaturasi adalah perubahan bentuk protein
melalui beberapa bentuk tekanan sedemikian rupa sehingga tidak akan lagi dapat
menjalankan fungsi selular, dimana tekanan ini dapat terjadi dengan menerapkan
panas, asam atau basa. Perlakuan 1 menghasilkan larutan yang agak keruh begitupun
dengan larutan 2. Hal ini dikarenakan protein dalam filtrat telah terdenaturasi
garam, dimana garam yang dipakai dalam percobaan ini adalah ammonium sulfat.
Pengendapan dengan garam dapat terjadi karena garam dapat berikatan dengan
protein karena kemampuan ion garam untuk terhidrasi. Larutan yang telah
12
Perlakuan yang dilakukan bertujuan untuk uji kuantitatif yang mana untuk
mengetahui kadar protein, namun sebelumnya dilakukan uji kualitatif protein yang
pengujiannya menggunakan biuret untuk memberi warna yang nantinya dapat dilihat
apakah filtrat mengandung protein dari warna yang dihasilkan. Indikator yang
menunjukkan adanya protein yaitu terjadi perubahan warna menjadi ungu. Hasil
pengamatan terlihat bahwa filtrat tetap berwarna biru. Hasil tersebut menunjukkan
adanya protein yang sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Absorbansi
0.3
y = 0,052x - 0,041
0.25 R² = 0,987
0.2
Absorbansi
0.15
Absorbansi
0.1 Linear (Absorbansi)
0.05
0
0 2 4 6 8
Konsentrasi
Absorbansi adalah rasio logaritmik dari radiasi yang dipaparkan ke suatu bahan
memperlihatkan bahwa besar absorbansi berbanding lurus dengan kadar protein atau
dengan kata lain semakin besar absorbansi maka semakin besar pula kadar protein
yang dikandungnya. Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa garis pada kurva tidak
linear. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya sedikit kesalahan dalam
dikarenakan kesalahan praktikan yang tidak menimbang sampel uji. Namun, jika
dilihat dari data absorbansi, maka banyak protein yang terdapat pada tabung 1 lebih
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Sifat dari protein yaitu mengalami pengendapan saat ada penambahan garam
pada larutan dan dapat mengalami denaturasi saat melalui beberapa bentuk
5.1.2 Prinsip pengukuran kadar protein pada tahu dengan metode biuret yaitu
5.1.3 Kadar protein pada tahu dari tabung 1 lebih banyak dibandingkan yang
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan dalam percobaan ini yaitu sebaiknya perlakuan
dalam praktikum ini diperhatikan secara teliti agar tidak adanya kesalahan-kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Scientific Opinion on Dietary Reference Values for protein1 EFSA
Panel on Dietetic Products, Nutrition and Allergies (NDA). EFSA Journal.
10(2).
Andarwulan, Nuri. Feri Kusnandar, Dian Herawati. 2011. Analisa Pangan. Jakarta:
PT. Dian Rakyat.
Bestekin. 2019. Asam Klorida HCl. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Lhokseumawe Vol. 2 (1).
Mandle, A.K., Pranita j., Shailendra K.S. 2012. Protein Strukture Prediction Using
Suport Vektor Machine. International Journal Of Computing. Vol. 3(1).
Nanda, Lisa. 2016. Pembuatan Tahu dari Kacang Kedelai dengan Menggunakan
Bahan Penggumpal Ie Kuloh Sira. Jurnal Reaksi. Vol. 14 (1)
Putri, Adela. 2000. Proses Pembuatan Ammonium Sulfat. Jurnal Teknik Kimia. Vol.
1.
Saragusti. 2012. Larutan Asam Klorida (HCl) dalam Pembahasan Kimia. Jurnal
Kimia. Vol 3(1).
Sarwono, B dan Pieter Y.S. (2001). Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman 2, 4 – 6, 15, 17.
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.