Anda di halaman 1dari 35

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM KERJA BATU

3.1. Pengertian Praktikum Kerja Batu


Praktikum adalah kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar mahasiswa
mendapat kesempatan untuk menguji dan mengaplikasikan teori atau
penyelidikan dan pembuktian ilmiah mata kuliah atau bagian mata kuliah
tertentu.

Praktikum Kerja Batu adalah kegiatan menguji dan mengaplikasikan teori


atau penyelidikan dan pembuktian dari teori kerja batu yang sebelumnnya
telah di peroleh, dalam hal ini kegiatan yang akan diaplikasikan dan dianalisa
berdasarkan teori yang sudah di peroleh adalah :

 Pasangan bata ½ bata denga belokan


 Plasteran dinding
 Pemasangan ubin
 Pemasangan super bata dan rooster

Di samping itu, dalam praktikum kerja batu mahasiswa juga dituntut unutk
mampu menganalisa masalah dalam kerja batu yang telah di laksanakan
seperti terjadinya retak pada plasteran, tidak tegak dan datar pasangan ½ bata
dan lain lain, serta mampu memberi solusi pada masalah yang terjadi pada
masonry.

51
3.2. Pasangan Dinding Bata ½ Batu dengan Belokan

Setelah mengenal berbagai jenis ikatan batu bata, maka untuk


pekerjaan yang pertama kita menerapkan pasangan dinding ikatan ½ bata
dengan tebal pasangan sama dengan lebar batu bata ukuran biasa. Teknik
perletakan bata dan spesi harus tepat dan disertai pemasangan belokan
pada pasangan dinding sebagai bentuk penilaian untuk kesikuan sudut
dalam ikatan.
3.2.1. Tujuan

1.) Mahasiswa dapat memasang dinding batu bata dengan teknik


yang benar.
2.) Mahasiswa dapat mengukur ketegakan dan kedataran pasangan
dengan waterpass.
3.) Mahasiswa dapat membuat sudut siku di lapangan
menggunakan alat sederhana.
4.) Mahasiswa dapat membuat konstruksi sambungan sudut siku
dengan benar.
5.) Mahasiswa dapat memasang bata pada sudut pertemuan
dinding dengan tegak dan datar.

3.2.2. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Sendok spesi Batu bata

Waterpass Pasir

Meteran Kapur

Gerobak dorong Air

Line bobbyn

Tongkat ukur

Ember

Kotak spesi

Sekop

Cangkul

52
Ayakan pasir

3.2.3. Perhitungan Bahan

64
cm

Pasangan dinding ½ batu dengan belokan

53
Luas pasangan bata = Luas depan + Luas kiri + Luas kanan
= (170 cm x 64 cm) + (33 cm x 64 cm) +
(33 cm x 64 cm)
= (10880 + 2112 + 2112) cm2
= 15104 cm2 = 1.5104 m2
Volume pas. bata = 1.5104 m2 x 0.1 m = 0.151 m3
Komposisi adukan = 1 kapur : 4 pasir
Kapur = 0.55 x 1 = 0.55
Pasir = 0.675 x 16 = 10.8 +
Jumlah = 11.35
 Bata yang dibutuhkan : 68 buah/m2 x 1.5104 m2

= 102.7072 ≈ 103 buah


0.35
 Kapur yang dibutuhkan : x 1 x 0.151 m3 = 0.00456
11.35
m3
= 4.656
liter
0.35
 Pasir yang dibutuhkan : x 4 x 0.151 m3 = 0.0186 m3
11.35
= 18.6 liter

54
3.2.4. Langkah Kerja

1. Sediakan semua peralatan dan bahan yang diperlukan dalam


pekerjaan ini dan tempatkan dengan teratur agar memudahkan
pekerjaan, bata harus direndam terlebih dahulu sebelum disusun.

60-70 cm

Bata Bata

Kotak spesi

2. Buat adukan spesi berupa campuran pasir dan kapur dengan


perbandingan 4 pasir : ¼ kapur. Aduk campuran dan tambahkan air
secara bertahap sedikit demi sedikit hingga campuran menjadi
homogen.

3. Ambil satu sendok spesi dan sebuah bata, pasang melintang dengan
jarak 15-20 cm, dari ujung pasangan bata yang akan dibangun, lalu
datarkan waterpass kearah panjang dan lebarnya.

4. Pada ujung yang satu lagi, pasang bata yang lain dengan cara
meletakkan bata di atas spesi dengan posisi melintang juga, bata
jangan ditekan terlebih dahulu.

5. Ambil tongkat ukur letakkan di atas kedua bata itu dengan posisi
berdiri kearah lebarnya dan letakkan waterpass di atasnya, pastikan
kedua bata datar dengan posisi nivo berada di tengah, jika belum

55
datar maka bata kedua tadi dapat diturunkan atau dinaikkan sampai
nivo waterpass tepat berada di tengah.

6. Ambil line bobbyn dan cantolkan pada kedua bata itu dengan
benang yang regang.

7. Letakan batu bata ukuran biasa tanpa spesi membentuk letter U


sebanyak 10 buah sesuai dengan kelurusan benang, sebagai
perkiraan kesikuan sudut belokan pasangan bata. Tandai posisi
awal bata dan kepala pasangan sebagai acuan untuk memulai
pekerjaan.

8. Letakkan bata di atas spesi yang sudah disebarkan di atas lantai


kerja, dengan sisi bata yang panjang sejajar dengan benang yang
menyamakan kedataran bata dan benang, lalu bata itu kita tekan ke
bawah hingga datar.

9. Kemudian ambil sebuah bata letakkan di atas spesi tadi dengan


posisi sisi memanjang bata sejajar dengan benang.

56
10. Pemasangan bata berikutnya, letakkan spesi rapat pada bata
pertama tadi, dan perletakan batanya dalam posisi miring ke depan,
dorong bata ke depan lalu benamkan bata hingga sejajar benang.

20
cm

11. Pertemuan antara bata pertama dan bata kedua harus dibatasi oleh
siar setebal 1-1.5 cm.

20 1
cm cm

12. Untuk pemasangan bata selanjutnya, caranya sama dengan bata


kedua tadi.

13. Siar tegak dari lapisan kedua harus tepat di tengah bata lapisan
pertama, maka pemasangan bata pada lapisan kedua dimulai
dengan bata ½ bt.

14. Lapisan kedua dimulai dengan bata ½ bt, dan sisinya dibuat tegak
lurus memakai waterpass, sisi waterpass harus menempel dengan
rapat pada sisi bata lapisan pertama dan kedua.

57
15. Selanjutnya ukur kedataran permukaan bata lapisan kedua itu
dengan waterpass, cek juga ketegakan bidang depannya dengan
waterpass.

Waterpass

16. Pasang bata ½ bt pada ujung satunya lagi seperti sebelumnya,


letakan tongkat ukur di atas permukaan kedua bata itu dan cek
kedatarannya dengan waterpass, pastikan kedua bata tersebut sudah
datar.

17. Kemudian cantolkan line bobbyn sebagai pedoman kedataran


sewaktu kita melakukan pemasangan bata lapisan kedua
selanjutnya.

18. Untuk pemasangan bata pada lapisan ketiga, kelima, dan


seterusnya sama dengan pemasangan bata pada lapisan pertama.

58
Sedangkan untuk lapisan keempat, keenam, dan seterusnya sama
dengan pemasangan bata pada lapisan kedua.

Lapisan ke-1, 3, 5, dst pasangan dinding ½ batu

Lapisan ke-2, 4, 6, dst pasangan dinding ½ batu

59
Tampak depan pasangan dinding ½ batu

Tampak samping kanan Tampak samping kiri

60
3.1. Plesteran Dinding

Sebagaimana yang kita pelajari dahulu, bahwa untuk memplester


dinding bata ada teknik dan cara-cara tertentu dalam pelaksanaannya.

Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah:

- Bidang dinding sebelum plesteran dipasang harus bersih.


- Adukan yang dipakai harus benar-benar homogen.
- Lapis pertama, lapis kedua dan finishing maksimum tebalnya 1 ½ – 2 cm.
- Plesteran harus rata permukaannya dan tegak lurus.

3.3.1 Tujuan:
a. Mahasiswa mengerti tentang tata cara pekerjaan plesteran dinding
dengan cara yang baik dan benar.
b. Mahasiswa mampu mempraktikkan pekerjaan plesteran dinding
dengan baik dan benar.
c. Mahasiswa mengetahui fungsi dari plesteran dinding.
d. Mahasiswa mengetahui teknik pekerjaan plesteran dinding yang
baik dan benar sehingga fungsi plesteran sebagai penguat ikatan
bata dapat berfungsi dengan baik.
e. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesalahan
pekerja dalam pembuatan plesteran dinding dan mengetahui
bagaimana solusi terbaiknya.
3.3.2 Alat dan Bahan:
Alat Bahan
Waterpass Pasir
Meteran Kapur
Sendok spesi Air
Kotak spesi
Ember
Cangkul

61
Benang
Paku
Ruskam
Straight edge
Potongan papan 5 x 3 cm dengan tebal
3mm

3.3.3 Kebutuhan Bahan

1. Pasir : 2 ember @ 15 liter = ± 30 liter


2. Kapur : ¼ dari pasir
3. Air : secukupnya

Berdasarkan perhitungan
Volume plesteran = 1 x 1,5104 m2 x 0.015 m = 0,023 m3
Komposisi adukan = 1 kapur : 4 pasir

62
Kapur: 0,55 x 1 = 0,55
Pasir: 0,675 x 4 = 2,7 +
Jumlah = 3,25
1
Kapur: 3,25 x 1 x 0,023 m3 = 0,007 m3 = 7,077 liter
1
Pasir: x 4 x 0,023 m3 = 0,028 m3 = 28,308 liter
3,25

3.3.4 Langkah Kerja:


1. Sebelum melakukan pekerjaan plesteran dinding, cek terlebih dahulu
kondisi pasangan bata, apabila terdapat kotoran yang menempel bersihkan
permukaan batu bata.
2. Persiapkan bahan-bahan seperti pasir, kapur dan air juga peralatan yang
diperlukan dalam pekerjaan plesteran seperti waterpass, kotak sepesi,
sendok spesi, paku, benang, ruskam dan straight edge.

3. Siram dengan air secukupnya pada permukaan yang akan diplester.

63
4. Untuk lapisan pertama (slorry coat) adukan dibuat sedikit encer.
5. Pasang paku pada keempat sudut bidang dinding, dengan jarak tepi atas
dan pinggir ± 10 cm, dan ± 5 cm dari bawah.

6. Pasang benang dari satu paku ke paku yang lainnya dengan arah vertikal
dan horizontal, untuk mengetahui ketebalan plesteran yang sesungguhnya
antara yang tebal dan yang tipis gunakan waterpass batang.

64
7. Ambil adukan untuk lapisan pertama dengan sendok spesi lalu kita
lontarkan (kemprotkan) kepermukaan dinding dimulai dari bawah bidang
pasangan terus sampai ke atas, sampai semua permukaan bata tertutup.

8. Siapkan papan dengan ukuran 3x5 cm dan tebal ± 3 mm untuk dipasang di


plesteran sebagai tanda terlebih dahulu.

9. Buat plesteran di bagian atas dan bawah ditempel papan pada permukaan
plesteran sebagai titik dengan permukaan pas sedatar benang. Buat 3 titik
atas dan bawah untuk lebih mudah dalam pembuatan kepala plesteran.

65
10. Setelah titik-titik itu kering, buat plesteran memanjang sebagai kepala
plesteran dipinggir kanan, kiri, dan tengah. Dan untuk pelontaran adukan
dimulai dari bawah dan berakhir di atas. Ratakan dengan ruskam dan
tebal kepala harus sama ketiganya.

66
11. Setelah kepala plesteran tadi agak kering, lanjutkan memplester bagian
yang masih kosong.
12. Setelah bidang itu penuh. Ratakan dengan straight edge, caranya ditempel
ke bagian plesteran dan ditarik ke atas. Iris bagian adukan yang masih
terlihat belum rata dengan menggunakan straight edge.

13. Setelah semua bidang penuh dan rata, maka untuk menghaluskan
permukaan kita gosok dengan ruskam, dan cara menggosokannya dengan
arah melingkar, perciklah dengan sedikit air jika plesteran terlalu kering.

67
14. Ukur kedataran dan ketegakan plesteran dengan menggunakan waterpass
batang.

15. Apabila kita akan meninggalkan perkerjaan, maka semua peralatan dan
lokasi pekerjaan harus dibersihkan.

68
3.4. Pemasangan Ubin Dinding
Pemasangan ubin dinding lebih sulit bila dibandingkan dengan
pemasangan ubin lantai, karena pada pemasangan ubin dinding dituntut
untuk memiliki permukaan dinding yang rata dan tegak lurus juga siar
yang rapi. Kesulitan dalam pekerjaan ini terletak pada pemasangan ubin
pada permukaan yang tegak, sehingga memungkinkan ubin bisa terlepas
dan jatuh dari bidang pekerjaan lebih besar.

3.4.1. Tujuan:
a. Mahasiswa mengerti tentang tata cara pemasangan ubin dinding dengan
cara yang baik dan benar.
b. Mahasiswa dapat mempraktikkan pemasangan ubin dinding dengan baik
dan benar.
c. Mahasiswa mengetahui teknik pekerjaan pemasangan ubin dinding yang
baik dan benar sehingga ubin terpasang rapi dan rata.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesalahan pekerja
dalam pemasangan ubin dinding dan mengetahui bagaimana solusi
terbaiknya.

3.4.2. Alat dan Bahan


Alat Bahan
Waterpass Kapur
Skrap spesi Air
Palu karet Ubin dinding 5 x 5 cm
Ember
Benang
Paku (2 mm dan 4 mm)
Palu
Siku

69
Kain Lap

3.4.3. Kebutuhan bahan


1. Kapur : 1/3 ember (ember @ 15 liter)
2. Air : secukupya (sampai kapur membentuk pasta)
3. Ubin : 20 buah
Berdasarkan perhitungan
Luas: 52 cm x 41 cm = 2132 cm 2
Volume acian = 2132 cm 2 x 0,005 cm= 10,66 cm 3= 1,066 x 10 -3 m3
= 0,001 m 3
2132 𝑐𝑚2
Jumlah ubin: = 21,32= 21 buah
10𝑐𝑚 𝑥10 𝑐𝑚
1
Kapur: x 1,066 x 10 -3 m3 = 1,938 x 10 -3 m3 = 0,0019 m 3 =
0,55

1,938 liter

70
3.4.4. Langkah Kerja:
1. Persiapkan bahan-bahan seperti kapur, air dan ubin dinding juga
peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ubin dinding seperti
waterpass, skrap sepesi, palu karet, ember, benang, paku, siku dan kain
lap.

2. Buat pasta kapur yang akan digunakan dengan mencampurkan kapur


dan air dalam ember.
3. Rendam ubin yang akan digunakan, dan siram dinding kerja
secukupnya.
4. Lakukan pengecekan kondisi plesteran dengan menggunakan
waterpass, jika masih terdapat bagian yang cembung/cekung maka
tebal pasta kapur disesuaikan dengan ketegakan permukaan.

5. Sebagai pedoman dalam pemasangan ubin dinding, pasangkan paku


dengan benang yang berjarak ± 1 cm dari permukaan dinding atau

71
sesuai dengan ketebalan plesteran, kurang dari 10 cm dari samping,
dan kurang 5 cm dari bawah. Pasangkan juga paku dan benang 10 cm
dari samping dan tepi atas.

6. Periksa ketegakan dan kerataan benang menggunakan waterpass


batang.
7. Periksa kesikuan benang menggunakan siku.

8. Gunakan skrap spesi untuk mengambil pasta kapur, kemudian letakan


ubin pada dinding kerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat
dengan cara dimiringkan ke atas.

72
9. Pasang ubin pada ujung pertemuan kedua benang bagian bawah
terlebih dahulu sebagai pedoman kemudian tahan keramik dengan
paku berukuran 4 mm tepat dibawahnya, dengan dipasang agak
miring.

10. Pasang paku yang berukuran 2 mm diatas ubin yang telah dipasang.
Kemudian tambahkan pasta kapur untuk pemasangan ubin di atasnya.

73
11. Pemasangan ubin dilakukan dengan membentuk huruf L yaitu jalur
pemasangan ubin pertama adalah arah tegak dan jalur yang kedua
adalah kesamping dengan patokan jalur ubin yang tegak tadi sehingga
terbentuk siar yang tegak lurus dan sejajar. Ukur kedataran dan
kerataan permukaan ubin menggunakan waterpass batang.

12. Agar seluruh permukaan ubin rata, gunakan palu karet dengan cara
mengetuk ubin yang belum rata.

74
13. Lakukan cara kerja tersebut berulang-ulang dalam pemasangan ubin
sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.
14. Setelah ubin selesai di pasang, cabut semua paku dan benang yang
ada lalu isi pasta kapur yang kosong dengan cara mengoleskannya.
15. Setelah selesai bersihkan hasil kerja menggunakan lap basah.
16. Rapikan kembali peralatan yang telah digunakan dan bersihkan
kembali lokasi kerja.

75
3.5. Pasangan ½ Bata Super Berlubang dan Rooster
Super bata mempunyai permukaan yang halus, sehingga pada
pemakaiannya tidak memerlukan plesteran lagi. Superbata memiliki
keunggulan yaitu dapat mengurangi berat sendiri, sebagai peredam
suara serta tahan terhadap gaya geser dikarenakan lubang-lubang yang
terdapat di super bata dapat memberi ikatan kuat antara mortar dan
superbata

3.5.1. Tujuan
a. Mahasiswa mengerti tentang tata cara pemasangan super bata dan
bata rooster dengan lubang persegi
b. Mahasiswa mampu mempraktikkan pemasangan super bata dan
bata rooster serta memakai jointer pada setiap siarnya
c. Mahasiswa mengetahui teknik pekerjaan pemasangan super bata
dan bata rooster yang baik dan benar sehingga mendapatkan hasil
yang datar,tegak, dan rapih.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah pada hasil pekerjaan
pemasangan super bata dan bata rooster,serta mampu
menyelesaikan masalah tersebut.
3.5.2. Alat & Bahan

Alat Bahan
Waterpass Kapur
Sendok spesi Air
Ember Batu Bata Rooster
Line bobbyn Super Bata
Benang Pasir
Jointer
Siku
Sekop dan cangkul

76
Mesin pemotong batu bata
Kotak spesi

3.5.3. Kebutuhan Bahan

46 cm

64 cm

1. Super Bata : 26 bata utuh 30 bata


: 8 bata setengah
Total 32 bata
: 2 bata potongan 45 derajat.
: 1 bata potongan trapesium
2. Bata Rooster : 7 bata
3. Air : secukupnya
4. Pasir : 4 ember
5. Kapur : 1/16 pasir (untuk pasir bekas)
Berdasarkan perhitungan

a. Super Bata
Luas : ( 165.5 cm * 35 cm ) – ( 22 cm * 23.3 cm )
= 5279.9 cm2 = 0.527 m2
Volume : 0.527 m2 * 0.12 m = 0.063 m3
Komposisi : 1 kapur / 4 pasir

77
- Kapur : 0.55 * 1 = 0.55
- Pasir : 0.675 * 4 = 2.7
Jumlah = 3.25
Bata : 68 buah/m2 * 0.527 m2 = 35.836 = 36 bata
Kapur : 0.35 / 3.25 * 1 * 0.063 m3 = 6.784 * 10-3 m3 = 7.784 liter
Pasir :0.35 / 3.25 * 4 * 0.063 m3 = 0.027 m3 = 27 liter

b. Rooster
Luas : 13.5 cm * 165.5 cm = 2234.25 cm2 = 0.223 m2
Volume : 0.223 m2 * 0.12 m = 0.026 m3
Komposisi : 1 kapur / 4 pasir

Bata : 34 buah/m2 * 0.223 m2 = 7.5 = 7-8 buah


Kapur : 0.35 / 3.25 * 1 * 0.026 m3 = 2.8 * 10-3 m3 = 2.8 liter
Pasir : 0.35 / 3.25 *4 * 0.026 m3 = 0.0112 m3 = 11.2 liter

3.5.4. Langkah Kerja


1. Siapkan Peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Ukur panjang pasangan dengan menggunakan meteran untuk
mendapat titik tengah pasangan.

170

Ubin

Tampak Depan

3. Tandai tengah-tengah panjang batu bata sebagai titik tengah


untuk permulaan pemasangan bata super

78
Bata lokal
Bata Super

Ubin Plasteran
4. Atur perletakan 7 buah bata super untuk memperkirakan
ketebalan siar (1 cm – 1.5 cm) yang sama serta pemasangan
bata super yang simetris (lakukan langkah ini untuk setiap
baris baru)

Tampak Atas

A cm A cm
Tampak Atas

79
5. Buatlah adukan untuk memasang batu super pertama
(lakukan langkah ini untuk setiap baris baru)
6.

Tampak Depan

7. Ukur kerataan dan kedataran bata super pertama dengan


menggunakan waterpass. Selanjutnya beri adukan pada ujung
yang lain, lalu pasangkan bata supernya, sehingga kedua bata
super bisa diukur dengan menggunakan tongkat ukur yang
diletakkan waterpass diatasnya.

80
Bata Super ( ½ bata )

Tonkat Ukur

Tampak Depan

8. Jika sudah merata, pasangkan line bobbyn sebagai patokan


untuk kedataran bata super.

Tampak Atas
A cm A cm

81
Tampak Depan

9. Buatlah adukan untuk super bata pada baris ke dua dan


seterusnya,dengan siar yang sama besar (1 cm -1.5 cm )

10. Setelah pemasangan 2 lapis, siar dirapihkan menggunakan


jointer.

Jointer

11. Untuk lapis ketiga dan seterusnya intruksi pemasangan masih


sama, hanya perbedaan pasangan batu bata yang memakai
bata ½ . Pada lapisan 2-4 dibuat berlubang pada bagian
tengah pasangan. Untuk memahami setiap lapisnya, lihat
gambar berikut

82
5

83
12. Pemasangan bata rooster sama seperti bata biasa. Berikut pasangan
ikatan ½ dengan belokan serta kombinasi dengan pekerjaan
plesteran, ubin dinding, bata super dan bata rooster

Bata Rosster

Bata Super

Plasteran

Ubin

84
3.6. Total Kebutuhan Bahan

Dari perhitungan ke empat job kerja batu yang telah di laksanakan, dapat
di simpulkan kebutuhan bahan secara keseluruhan sebagai berikut.

Hasil dari pemasangan super bata dan rooster

Jenis bahan
Jenis
No Kapur
3 3
Pekerjaan Batu (m ) Bata (bh) Ubin (bh) 3 Pasir (m )
(m )
1 Pasangan - 103 - 0.004656 0.0186
Bata
2 Plesteran - - - 0.007 0.028
3 Ubin - - 21 0.01938 -
4 Super bata - 36 - 0.006784 0.027
5 Rooster - 7 - 0.0028 0.0112
Jumlah - 144 21 0.04062 0.0848

85

Anda mungkin juga menyukai