Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

G2P1A0 dengan Kehamilan Ektopik Terganggu dan Syok Hipovolemik

Disusun oleh :
Bayan Basalamah
030.14.028

Pembimbing :
dr. Aji Pramudito, Sp.OG, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RSUD KARDINAH TEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 29 APRIL – 13 JULI 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik (KE) merupakan kehamilan di tempat yang luar biasa,


dapat terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium, atau rongga perut, tetapi
dapat juga terjadi di dalam rahim yaitu cervix, pars interstitialis tuba atau dalam
tanduk rudimenter Rahim. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di dalam tuba.

Kehamilan ektopik merupakan penyebab 10% morbiditas dan mortalitas


pada ibu meningkat. Insidennya meningkat dalam 20 tahun terakhir. Di New
york dalam 4 tahun terdapat 2.38% kehamilan dengan ektopik, 2.07 di California,
dan 2.43% di Linois, resiko meningkat pada wanita kulit hitam dibandingkan
dengan wanita kulit putih. KE berulang pada 25% pasien. Hanya 50% yang dapat
hamil normal lagi.

Sebagian besar kehamilan ektopik penyebabnya tidak diketahui, terdapat


berbagai faktor yang mempengerahi yaitu lumen tuba yang sempit,
(endosalpingitis, hypoplasia uteri, operasi plastik tuba), dinding tuba (perlekatan
perituba, dengan distorsi, lekukan tuba, tumor menekan dinding tuba), faktor lain
berupa migrasi ovum, fertilisasi invitro.

Penelitian Cunningham tahun 2001: berdasarkan data dari Badan


Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2003 terdapat satu dari 250 (0,04%)
kelahiran di dunia menderita kehamilan ektopik, dengan jenis ke-hamilan ektopik
adalah kehamilan tuba fallopi, yang sebagian besar (80%) dialami oleh wanita
pada usia 35 tahun keatas serta dilaporkan bahwa 60 % dialami oleh wanita
dengan paritas pertama dan kedua. Insiden kehamilan ektopik meningkat pada
semua wanita terutama pada mereka yang berumur 20 sampai 40 tahun dengan
umur rata-rata 30 tahun. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba
falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium
(indung telur), rongga abdomen (perut),atau serviks (leher rahim).

2
BAB II
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Usia : 33tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Asemtiga RT/RW 09/04 Tegal, Jawa Tengah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Waktu Pemeriksaan : 12 Juni 2019, pukul 05.00 WIB

2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 12 April 2019 Jam 05.00
WIB di ruang observasi VK - Mawar RSUD Kardinah Tegal.
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian kanan bawah sejak 11 Juni
2019 jam 22.00
Keluhan tambahan
Pasien mengeluhkan telat haid sejak bulan April, keluar darah flek
bewarna coklat yang hilang timbul sejak pertengahan bulan Mei, dan sejak
tanggal 12 Juni 2019 jam 01.00 perut terasa keras.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 12 Juni
2019 pukul 01.55 WIB dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah
sejak jam 22.00. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak membaik dengan
istirahat.Pasien juga mengeluhkan perut sangat keras. Awalnya pasien
tidak mengalami menstruasi sejak bulan April, lalu pada awal bulan mei
pasien mengeluh sering nyeri perut bagian kanan bawah yang hilang

3
timbul diikuti dengan keluarnya flek bewarna kecoklatan yang berupa
gumpalan yang hilang timbul. Selain itu pasien juga mengeluhkan badan
terasa lemas sejak hari itu dan tidak nafsu makan terutama malam hari
karena perut terasa begah dan mual. Penurunan nafsu makan pasien
dirasakan semenjak tanggal 11 Juni 2019 pagi. Terdapat nyeri pada saat
buang air besar. Hari pertama haid terakhir pasien tanggal 20-04-2019.
Pasien saat ini masih menyusui anak pertamanya. Pasien mengakui
terakhir berhubungan seksual 2 minggu SMRS
Riwayat Penyakit dahulu
Pasien tidak pernah memiliki keluhan serupa sebelumnya. terdapat
diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol. Riwayat hipertensi, hepatitis,
penyakit paru, penyakit jantung disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal. Riwayat diabetes
mellitus, hipertensi, hepatitis, penyakit paru, penyakit jantung disangkal.

Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 12 tahun, lama menstruasi 4-5 hari dan
tidak teratur. Pasien mengatakan sering dalam beberapa bulan pasien tidak
mengalami menstruasi Jumlah darah selama menstruasi sekitar 50 cc dan
pasien mengganti pembalut 1-2 kali sehari, tidak terdapat disminorhea.
Riwayat Pernikahan
Pasien mengatakan ini adalah pernikahan yang pertama. Pasien
menikah tahun 2015 saat berusia 29 tahun.
Riwayat Kehamilan
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang kedua bagi pasien.
Pasien memiliki satu orang anak. Pasien baru mengalami kehamilan
setelah pernikahan tahun ke 3
Anak pertama: spontan, hidup, perempuan, BBL 3100 gram dan saat
ini berusia 8 bulan lahir di Rumah Sakit Siaga Medika tanggal 11 Oktober

4
2018. Saat ini pasien masih menyusui namun pasien mengeluh ASInya
berkurang akhir akhir ini
Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak ada riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
Riwayat Kebiasaan
Pasien makan 3 kali sehari, Pagi, Siang, dan Malamhari pasien
mengkonsumsi nasi + lauk (ayam/ikan/telur) + sayur. Pasien mengaku
sering mengkonsumsi makanan berlemak dan makananolahan. Pasien
tidak mengkonsumsi alkohol, serta tidak merokok.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Biaya pengobatan dari
BPJS. Biaya hidup dari penghasilan suami. Pasien tinggal serumah dengan
suami beserta anak pasien.
Riwayat Dirawat dan Operasi
Tidak pernah menjalankan operasi
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 90/50 mmHg
Nadi : 126 x/menit
Suhu : 34,3 C
Pernapasan : 36 x/menit
Status Generalisata
1. Kepala
Normosefali, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam dan
distribusi merata, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
2. Leher

5
Tidak edema dan tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran tiroid
maupun kelenjar getah bening.
3. Thoraks
 Jantung
a) Inspeksi :Iktus kordis tidak terlihat
b) Palpasi :Iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavikularis sinistra
c) Perkusi :
 Batas atas jantung ICS III parasternalis sinistra
 Batas kanan jantung ICS III sampai V linea
parastenalis dekstra
 Batas kiri jantung ICS V linea axilaris anterior
sinistra
 Auskultasi : BJ I & BJ II regular, tidak terdengar
murmur dan gallop
 Paru-paru
a) Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, gerak dinding
dada simetris kanan dan kiri, tidak tampak retraksi dinding
dada.
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan, gerak
napas simetris kanan dan kiri
c) Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
d) Auskultasi : Suara napas vesikuler dikedua lapang paru,
tidak didapatkan rhonki dan wheezing di kedua lapang
paru.

4. Abdomen
 Inspeksi : Perut datar
 Auskultasi : Bising usus 3x/menitt
 Perkusi : Tidak dilakukan

6
 Palpasi : Nyeri tekan abdomen pada region inginal dextra
dan media, defence muscular (+).
5. Genitalia
 Jenis kelamin perempuan dalam batas normal
 Vaginal Touche : Pembukaan tidak ada, Terdapat nyeri goyang
pada portio, perdarahan pervaginam tidak ada
6. Ekstremitas atas dan bawah
 Inspeksi : Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk
tulang, tidak sianosis, tidak edema pada ekstremitas bawah.
 Palpasi : Akral dingin dan tidak ada oedem pada keempat
ekstremitas, capillary refill time >2 detik
7. Kulit
Warna kuning langsat, tampak pucat, tidak tampak ikterik, tidak
sianosis.
4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 12 April 2019:

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Darah Rutin
Eritrosit 2,8 juta/uL 4.1 – 5.1
Hemoglobin 8,1 g/dL 11.2 – 15.7
Hematokrit 22,7 % 37 – 47
Trombosit 441 ribu/uL 150 – 521
RDW 19,4 % 11.5 -14.5
MCV 81,1 u 80-96
MCH 28,9 Pcq 28-33
MCHC 25,7 g/dL 33-36
Leukosit 28,4 ribu/uL 4,4-11,3
Netrofil 83.1 50-70
Limfosit 11,6 25-40

7
Monosit 4,9 2-8
Eosinofil 0 2-4
Basofil 0,1 0-1
SERUM Imunologi
HBsAg Negatif
HIV 3 Test
HIV (Rapid Test) Non Reaktif
Tes Kehamilan Positif
GDS 331

5. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 12 Juni
2019 pukul 01.55 WIB dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah
sejak jam 22.00. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak membaik dengan
istirahat.Pasien juga mengeluhkan perut sangat keras. Awalnya pasien
tidak mengalami menstruasi sejak bulan April, lalu pada awal bulan mei
pasien mengeluh sering nyeri perut bagian kanan bawah yang hilang
timbul diikuti dengan keluarnya flek bewarna kecoklatan yang berupa
gumpalan yang hilang timbul. Selain itu pasien juga mengeluhkan badan
terasa lemas sejak hari itu dan tidak nafsu makan terutama malam hari
karena perut terasa begah dan mual. Penurunan nafsu makan pasien
dirasakan semenjak tanggal 11 Juni 2019 pagi. Terdapat nyeri pada saat
buang air besar. Hari pertama haid terakhir pasien tanggal 20-04-2019,
terdapat iregularitas menstruasi, pasien saat ini masih menyusui, dan
pasien baru dikaruniai anak setelah usia penikahan ke 3 tahun.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien compos mentis


dengan Tekanan darah 90/50 mmHg, Nadi 126 x/menit, Suhu 34,3 C,
Pernapasan 36 x/menit.Konjuntiva anemis dan kulit tampak pucat. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan perut tampak datar dengan nyeritekan
pada abdomen bagian inguinal dextra dan media serta defence muscular

8
(+). Pada pemeriksaan vaginal toucher tidak didapatkan pembukaan dan
terdapat nyeri goyang pada portio. Pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan darah rutin didapatkan GDS 331, haemoglobin 8,1 mg/dL,
hematokrit 22,7%, eritrosit 2,8 juta/uL, dan Leukosit 28,4 ribu/uL.
6. Diagnosis
Diagnosis Kerja :G2P1A0 hamil 8 minggu dengan Kehamilan
Ektopik Terganggu dan Syok Hipovolemik

7. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
1. IVFD RL Loading 2 IV line
2. Pasang O2 5L/menit
3. Cefotaxime 1Gr
Non medikamentosa :
1. Bed rest total
2. Edukasi kepada pasien perihal keluhan, diagnosis dan
tatalaksana
3. Pasang Folley Cathether

Tindakan Operatif:

1. Laparotomi cito

8. Prognosis
Prognosis Ibu :
Ad Vitam : Dubia ad Malam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Malam
Prognosis Janin :
Ad Vitam : Malam

9
Ad Functionam : Malam
Ad Sanationam : Malam

9. Follow up

FOLLOW TANGGAL

UP H1: 13 Juni 2019 H2: 14 Juni 2019 H3: 15 Juni 2019


06.00 06.00 06.00
S Nyeri pada luka Nyeri pada luka Nyeri pada luka
operasi. Sudah flatus operasi. Sudah BAB. operasi. Perdarahan
namun belum BAB. Perdarahan pervaginam (-), flek
Perdarahan pervaginam (-), flek (- (-).
pervaginam (-), flek ). BAK dan BAB
(-). BAK dan BAB dalam dalam batas normal.
BAK dalam batas batas normal.
normal.
O Compos mentis Compos mentis Compos mentis
T = 36,6oC T = 36,1oC T = 36,5oC
TD = 120/80 mmHg TD = 130/80 mmHg TD = 120/70
HR = 90x/menit HR = 86x/menit mmHg
RR = 20x/menit RR = 20x/menit HR = 89x/menit
SpO2 = 99% SpO2 = 99% RR = 20x/menit
Drain ±400cc Status generalis: dbn SpO2 = 99%
Status generalis: dbn Status generalis:
Status lokalis: dbn
Status lokalis: Terpasang Verband,
Terpasang Verband, Tidak ada perembesan Status lokalis:
Tidak ada pada luka operasi Terpasang Verband,
perembesan pada Tidak ada
luka operasi Status obstetri perembesan pada
TFU tidak teraba luka operasi
Status obstetri
TFU tidak teraba Tidak terdapat Status obstetri
perdarahan TFU tidak teraba
Tidak terdapat pervaginam
perdarahan Tidak terdapat
pervaginam perdarahan
pervaginam
A P2A0 Post P2A0 Post P2A0 Post
Salpingektomy hari Salpingektomy hari ke Salpingektomy hari

10
ke 1 atas indikasi 2 atas indikasi KET ke 3 atas indikasi
KET KET
P -Observasi keadaan -Observasi keadaan -Observasi keadaan
umum dan tanda vital umum dan tanda vital umum dan tanda
-IVFD RL 20tpm -IVFD RL 20tpm vital
- Transfusi PRC 2 -IVFD RL 20tpm
Kolf
- Asam Mefenamat
3x500 Mg

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan suatu kehamilan yang


pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri dimana kehamilan tersebut mengalami proses
pengakhiran (abortus)

3.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embryo ke


endometrium diantaranya

1. Faktor Tuba

a. Inflammasi ataupun infeksi pada tuba menyebabkan adanya


penyempitan atau oklusi pada lumen tuba

b. Kelainan anatomis dari tuba sendiri seperti hypoplasia dan bentuk


saluran tuba yang berkelok kelok panjang dapat menyebabkan
fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik

c. Kelainan kongenital seperti divertikel saluran tuba

d. Endometriosis tuba

e. Neoplasma disekitar tuba, seperti mioma uteri ataupun tumor


ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk tuba

2. Faktor Abnormalitas dari Zigot

Terjadi apabila zigot tumbuh terlalu cepat atau tumbuh


dengan ukuran yang besar, maka zigot akan tersendat dalam
perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di
saluran tuba.

12
3. Faktor Ovarium

Terjadi apabila ovarium memproduksi Ovum dan ditangkap


oleh tuba yang kontralateral, dapat membutuhkan proses khus atau
waktu yang lebih panjang sehingga memungkinkan untuk terjadinya
kehamilan ektopik

4. Faktor Hormonal

Progesteron dapat menyebabkan gerakan tuba melambat,


sehingga wanita yang mengonsumsi pil KB yang mengandung
progesterone dan terjadi pembuahan akan memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik

4. Faktor Usia Maternal

Berdasarkan penelitian yang sudah ada, risiko terjadinya


kehamilan ektopik meningkan seiring dengan berjalannya usia,
dimana wanita berusia 27-32 memiliki 3,9x risiko lebih besar
untuk terjadinya kehamilan ektopik, wanita usia 33-38 tahun
mempunyai 4,3x risiko lebih besar untuk terjadinya kehamilan
ektopik, sedangkan wanita usia >38 mempunyai 9x risiko lebih
besar

3.1.4 Penegakan Diagnosis(7,8)


1. Anamnesis
- Amenorrhea atau terlambat haid
- Gejala –gejala dari akut abdomen, yang disebabkan oleh perdarahan
intraperitoneal dan hypovolemia pada sirkulasi.
- Nyeri perut yang biasanya unilateral dan biasanyua khas untuk
kehamilan tuba
- Perdarahan atau spotting per vaginam yang terjadi pada sebagian
kasus, yaitu 2-3 minggu setelah terlambat haid yang terjadi setelah
adanya nyeri perut bagian bawah.

13
- Gejala yang tidak spesifik, seperti mual sampai muntah, rasa tegang
pada payudara, dan kadang – kadang kesulitan untuk buang air besar
2. Pemeriksaan fisik
- Tanda – tanda shock: Hipotensi, takikardi, pucat dengan akral dingin
- Akut abdomen: perut tegang seperti papan (Defence muscular)
terutama bagian bawah, nyeri spontan, nyeri ketok, dan nyeri lepas
dinding perut
- Ginekologik: Serviks teraba lunak dengan nyeri goyang uterus normal
atau sedikit membesar, kadang – kadang uterus sulit dievaluasi karena
pasien kesakitan dan kavum douglasi menonjol
3. Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasonografi: Dijumpai kantong kehamilan (Gestational sac) diluar
kavum uteri disertai/tanpa adanya genangan cairan (darah) di kavum
douglassi untuk KET
- Pemeriksaan laboratorium: kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan,
dilatasi, dan kuretase (dijumpai tanda dari Arias-Stella)
- Pemeriksaan Kuldosintesis: ditemukan adanya darah cair di kavum
douglasi, dengan karatkeristik Hallo – sign.
- Pemeriksaan Laparoscopy jika diperlukan

3.1.5 Tatalaksana(7,8)
1. Koreksi Syok dengan pemberian cairan alkaloid
2. Koreksi Anemia dengan melakukan transfusi darah
3. Laparotomi harus segera dilakukan jika diagnosis sudah tegak
- Salpingektomi untuk kehamilan tuba
- Oofrektomi atau salpingo-oofrektomi untuk kehamilan kornu
- Pada kehamilan kornu yang usianya lebih dari 35 tahun dapat
dilakukan histerektomi, atau fundektomi bila usia masih muda,
atau hanya insisi dan reparasi bila kerusakan pada kornu kecil.
- Kehamilan Abdominal dilakukan laparotomy lalu produk kehamilan
diambil seluruhnya jika kehamilan tersebut kecil, Tetapi pada kehamilan

14
abdominal lanjut, tali pusat dipotong sedekat mungkin dengan plasenta
dan plasenta ditinggalkan secara utuh dalam rongga abdomen lalu dinding
abdomen ditutup dan dilakukan pemasangan drain.

3.1.6 Komplikasi
- Syok Irreversible
- Perlekatan
- Obstruksi usus

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan suatu kehamilan yang


pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri dimana kehamilan tersebut mengalami proses
pengakhiran (abortus). Berdasarkan teori dan penelitian yang sudah ada, seiring
dengan berjalannya usia, resiko untuk terjadinya kehamilan ektopik lebih besar
pada usia 27-32 tahun memiliki resiko 2,9x lebih besar, usia 33-38 memiliki 4,3x
resiko lebih besar dan usia >38 memiliki 9x resiko lebih besar. Pada kasus ini
pasien sedang berusia 33 tahun sehingga dapar disimpulkan Pasien memiliki 4,3x
resiko lebih besar untuk terjadinya kehamilan ektopik.

Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) adalah 20 April 2019 sehingga dapat
disimpulkan pasien tidak mengalami menstruasi atau Amenorea selama kurang
lebih 1 bulan.

Pada Awal bulan Mei, pasien sering mengalami nyeri perut kanan bawah
yang dirasakan hilang timbul. Sedangkan pada pertengahan bulan Mei pasien
mengeluh keluarnya flek bewarna coklat yang hilang timbul. Pada pemeriksaan
dalam (vaginal toucher) didapatkan hasil portio lunak dan terdapat nyeri goyang
portio, Dapat disimpulkan pada pasien ini terdapat nyeri perut unilateral diikuti
dengan adanya perdarahan atau spotting pervaginam yang terjadi setelah
amenorea.

Pasien mengeluh adanya lemas. Kelainan yang ditemukan pada


pemeriksaan fisik berupa konjungtiva anemis, sedangkan pemeriksaan penunjang
menunjukkan hemoglobin, dan eritrosit yang berada di bawah nilai rujukan, serta
MCH dan MCHC dalam batas yang normal. Dapat disimpulkan bahwa kondisi
ibu disertai dengan adanya anemia normositik normokrom.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien compos mentis dengan


Tekanan darah 90/50 mmHg, Nadi 126 x/menit, Suhu 34,3 C, Pernapasan 36

16
x/menit, yang mana pada keadaan ini dapat disimpulkan bahwa sudah terjadi
syok hipovolemik pada pasien ini

Pasien mengeluh adanya nyeri yang berat perut bagian kanan bawah serta
pasien juga mengeluhkan adanya rasa keras pada perut. Kelainan yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik adalah berupa nyeri tekan abdomen pada region inguinal
dextra dan media serta defence muscular didapatkan positif. Dapat disimpulkan
bahwa pada kondisi pasien ini disertai dengan gejala akut abdomen.

Terjadinya anemia, gejala akut abdomen, dan syok hipovolemik ini


sendiri sudah menandakan bahwa sudah terjadinya ruptur dan perdarahan
pada kasus ini

Keluhan utama yang didapat adalah nyeri perut unilateral pada perut kanan
bawah yang hebat. Sebelumnya diikuti dengan dengan adanya terdapat setelah
amenorea. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya syok hipovolemik serta
gejala akut abdomen dan pada pemeriksaan vaginal toucher juga didapatkan nyeri
goyang portio. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya anemia
normositik normokrom dan test kehamilan positif. Ditunjang dengan hasil
pemeriksaan USG yang menyatakan adanya kehamilan pada bagian Tuba.
Diagnosis banding seperti abortus imminens dan abortus inkomplit dapat
disingkirkan karena pada abortus perdarahan yang terjadi berwarna lebih
kemerahan segar , rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah median, serta pada
abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di belakang uterus, serta tidak
terdapat nyeri goyang portio. Selain itu, diagnosis kehamilan disertai apendisitis
akut juga dapat disingkirkan karena pada apendisitis tidak ditemukan nyeri pada
gerakan servix uteri seperti yang ditemukan pada pasien. Nyeri perut bagian
bawah pada apendisitis terletak pada titik Mcburney. Dapat disipulkan bahwa
kehamilan ektopik terganggu sudah terkonfirmasi.

Penanganan kasus KET, hal – hal yang harus diperhatikan adalah kondisi
penderita saat itu, lokasi kehamilan ektopik dan kondisi anatomic organ pelvis.
Salpingektomi dapat dilakukan atas indikasi:

17
a. Kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok

b. kondisi tuba buruk, terdapat jaringan parut yang tinggi resikonya akan
kehamilan ektopik berulang

c. Penderita tidak ingin mempunyai anak lagi

Berdasarkan rekomendasi tersebut yang disesuailkan dengan kondisi


pasien pada saat itu maka pasien dilakukan Salpingektomi

Setelah tindakan operatif diberikan antibiotik cefotaxime 1gr untuk


profilaksis dan diberikan analgetik berupa asam mefenamat 3x500mg untuk
mengontrol nyeri pasien.

Berdasarkan proses fisiologisnya implantasi intra uterin yang berhasis


adalah yang melibatkan hormone – hormone yang membutuhkan proses
sinkronisasi antara embryo yang berkembang dan endometrium uterus yang
berdiferensiasi. Fertilisasi terjadi di dalam ampula tuba falopii pada 28 – 48 jam
pertama ovulasi. Untuk mencapai ovum spermatozoa harus melewati korona
radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona pellusida (suatu bentuk glikoprotein
ekstra seluler) Ovum yang sudah terfertilisasi (zygot) akan mengalami
pembelahan sel menjadi sel berinti 12- 16 (Morulla) dan bermigrasi melalui tuba
falopii menuju kavum uteri melalui pergerakan getaran silia. Setelah 48-72 jam
setelah fertilisasi morulla masuk kedalam cavum uteri dan menjadi blastocyst
dengan adanya suatu bentuk yang bagian luarnya adalah trofoblast dan dibagian
dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell berkembang menjadi janin
dan trofoblast akan berkembang menjadi plasenta

Implantasi intrauterine terjadi ketika pada endomrtrium uterus mampu


untuk menerima reaksi yang terjadi padafase mid luteal pada fase menstruasi.
Diluar waktu tersebut, endometriumnya resisten terhadap implantasi embryo.
Differensiasi seluler pada endometrium melibatkan munculnya epitel protrusi
apikal, edema dari stroma endotel dan proliferasi vaskuler. Pada tingkat
molekuler, terjadi perubahan ekspresi pola endometrial dari molekul sel adhesi,
sitokin, gen HOX, dan faktor pertumbuhan dimana perubahan tersebut

18
diregulasikan oleh kebanyakan hormone reproduktif yang bersifat steroid seperti
estrogen dan progesterone. Implantasi dari embryo dengan menempelnya embryo
ke epitel luminal, memasuki stroma dari endometrium dan dibahwah pengaruh
hormone estrogen dan progesterone sel stroma mengelilingi embryo yang sudah
ber implantasi yang sedang mengalami transformasi dimana proses tersebut
dinamakan desidualisasi yang menjadi syarat terjadinya implantasi.

Hormon reproduktif yang bersifat steroid berperan dalam reseptor


intraseluler untuk meregulasi ekspresi gen. Reseptor dari estrogen dan
progesterone berada di nucleus sel. Ikatan ligand menyebabkan terjadinya
dimerisasi dan pengikatan kompleks reseptor steroid pada elemen hormone yang
bersifat respondif pada DNA yang menghasilkan aktivasi transkripsional pada
gen. Sepertihalnya pada endometrium, morfologi tuba falopii juga mengalami
perubahan siklikal dibawah pengaruh estrogen dan progesterone tinggi sel epitel
meningkat pada fase proliferative dan mencapai tinggi yang maksimal dan
aktivitas sekretorik yang maksimal pada fase ovulasi. Selanjutnya pada fase luteal
sel epitel dan sel sektretorik tingginya mulai berkurang dan terdapat desiliasi
parsial (kehilangan sebagian sila). Tuba falopii juga mempunyai epitel protrusi
apical. Estrogen akan menstimulasi terjadinya hipertrofi sel epitel, sekresi dan
siliogenesis, sedangkan tingginya kadar progesterone menyebabkan terjadinya
atrofi, desilisasi dan adanya epitel protrusi apical. Selain proliferasi sel epitel,
progesterone dan estrogen juga mengontrol pergerakan silia serta kontraksi dari
otot polos tuba yang mana penting untuk jalannya embryo melalui tuba fallopii
serta meregulasi mukosa limfoid tuba dan sel myeloid. Berdasarkan teori tersebut
hal ini lah yang diduga menjadi pemicu kehamilan ektopik pada pasien ini, yaitu
ketidakseimbangan hormone reproduktif dimana pasien ini mempunyai riwayat
irregularitas pada menstruasinya. Epitel dari tuba falopii yang sedang
mengandung kehamilan ektopik sendiri akan menunjukan adanya reduksi dari
silia dalam epitel tersebut jika dibandingkan dengan kehamilan intrauterine.
Dimana dapat disimpulan pada pasien ini kemungkinan terdapat peningkatan
jumlah kadar progesterone. Hal tersebut menandakan bahwa terdapatnya
ketidakseimbangan hormone reproduktif pada pasien ini. Selain itu pada pasien ini

19
didapatkan hasil tes gula darah sewaktu 331 yang dimana jauh diatas dari nilai
rujukan dan riwayat diabetes melitus. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan
oleh terjadinya Insulin Resistance yang mana dapat menyebabkan adanya dari
adanya ketidakseimbangan hormone pada pasien ini.

Didalam mukosa tuba fallopii sel leukosit CD45+ dan CD 68+ (yang
diduga sebagai makrofag), dan CD11c+ mengalami peningatan yang signifikan
pada wanita dengan kehamilan ektopik. Teori tersebut menjelaskan mengapa
dalam pasien ini juga terdapat peningkatan leukosit yang mencapai 28.400.

Dalam kasus ini pasien mengaku ASI semakin lama jumlahnya semakin
sedikit dimana saat ini pasien juga sudah mulai terjadi menstruasi pada ketika
pasien 5 bulan setelah melahirkan yang dimana menstruasi pada ibu yang
menyusui secara ekslusif umumnya terjadi menstruasi 7-8 bulan setelah
melahirkan. Diduga ketidak seimbangan hormone yang mana peningkatan
progesterone dan estrogen menyebabkan berkurangnya reseptor prolaktin yang
mana terjadi karena estrogen mensuppresi pembentukan reseptor prolaktin dan
dimana progesterone akan bertindak sebagai inhibitor kompetitif prolaktin.

Pada pasien ini kehamilan pada tuba yang sudah terjadinya ruptur lebih
tepatnya terletak pada tuba fallopii dextra pars ampullaris. Hal ini didukung oleh
teori yang menjelaskan tentang pergerakan silia pada usia kehamilan 6-7 minggu
seharusnya embryo berada pada bagian isthmus, pada usia kehamilan 8-12
minggu embryo seharusnya berada pada bagian ampulla dan bagian infundibulum
bias mencapai 4 bulan. Karena secara histologist bagian isthmus mempunyai
dinding lebih tebal sehingga diameternya lebih kecil(2mm), ampula mempunyai
dinding yang cenderung tipis sehingga memiliki diameter lebih besar (6mm),
sedangkan bagian infudibulum berbentuk seperti terompet sehingga memilki
diameter yang paling besar.

Berdasarkan hasil anamnesis juga didapatkan bahwa pada pasien ini sudah
menikah 4 tahun namun baru mengalami kehamilan pada trahun ke 3 pernikahan

20
yang mana dapat disimpulkan pada pasien ini mengalami infertile yang dapat
juga kemungkinan disebabkan oleh ketidakseimbangan hormone reproduktif

DAFTAR PUSTAKA

1. Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. Buku Saku Obsetri dan


Ginekologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;2012.
2. Hariadi R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya: Himpunan
Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2009.
3. Cunningham M.D, et all. Williams Obstetrics. 23nd ed:McGraw- Hill;
2018
4. Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta :
EGC;2009.
5. Oxorn Harry, dkk. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan
(Human Labor and Birth). Yogyakarta:YEM;2010.
6. Nugroho, Taufan. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta: Nuha Medika;2010.
7. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia:Panduan pengelolaan
Persalinan Preterm Indonesia;2011.
8. Prawirhadjo S. Persalinan Preterm dalam ilmu kebidanan.Jakarta: PT Bina
Sarwono Prawirhadjo. 2010
9. Iams J.D.Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine.5th
ed.Saunders;2004

21

Anda mungkin juga menyukai