Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan nilai adalah salah satu bentuk pendidikan yang mengutamakan


penamanan nilai-nilai dasar kehidupan dalam diri seorang peserta didik.
Pendidikan nilai ini kemudian menjadi salah satu perhatian lembaga pendidikan
calon imam Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko.
Sebagai lembaga pendidikan calon imam, Seminari menyadari akan pentingnya
pendidikan nilai bagi calon imam untuk menanamkan nilai-nilai kristiani dalam
kehidupan. Dasar pendidikan dan pembinaan calon imam tertuang dalam
Dokumen Konsili Vatikan II, yakni dekrit Optatam Totius atau dekrit Pembinaan
Imam. Penulis merasa perlu untuk meninjau sejauh mana penyelenggaraan
pendidikan nilai di Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-
Mataloko telah berjalan seturut dekrit Optatam Totius. Tujuannya adalah agar
pendidikan nilai sungguh memberikan sumbangan bagi perkembangan calon
imam. Dalam bagian pendahuluan ini, penulis akan memaparkan latar belakang
penulisan tesis ini, rumusan masalah yang diangkat, lalu tujuan penulisan,
manfaat penulisan, hipotesis atau asumsi dasar penulis, dan metode penulisan
serta ruang lingkup penelitian. Ulasan tentang sistematika penulisan akan
menutup bagian pendahuluan ini.

1.1..............................................................LATAR BELAKANG PENULISAN

Perkembangan seorang manusia ditandai dengan perubahan-perubahan


dalam diri yang mengarah kepada kemajuan kepribadiannya.1 Pada dasarnya
setiap pribadi manusia memiliki satu tubuh, satu jiwa yang menyatu dengan tubuh
guna membentuk diri, self sebagai satu kepribadian yang unik dan berbeda satu
dengan yang lainnya.2 Usaha menuju pada perkembangan seseorang dapat
1W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (Jakarta: Gramedia, 1984), p. 15.

2Emil H. Tambunan, Kepribadian Seutuhnya Terobosan Mencapai Hidup Berdaya Guna dan
Sukses (Bandung: Indonesia Publishing House, 2006), p. 71.

1
diwujudnyatakan lewat pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan salah satu
wadah untuk membentuk dan mengarahkan seseorang menuju kepada perubahan
dan perkembangan.3 Pendidikan berupaya untuk mengembangkan potensi anak
atau peserta didik ke arah pencapaian kedewasaan. Kedewasaan yang
dimaksudkan di sini adalah kemandirian, tanggung jawab, dan berkembangnya
potensi diri menjadi pribadi yang kreatif, produktif, inovatif, dengan dilandasi
nilai-nilkai utama kehidupan seperti niliai kerohanian, intelektual, dan sosial. 4
Hal ini ditegaskan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang pendidikan Nasional
Bab II Pasal 4 yang menjelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian matang dan
mandiri serta memiliki tanggung jawab. 5
Manusia adalah makhluk yang menilai a valuing animal, yang bertindak
oleh kebaikan tertentu yang hendak diwujudkan. Pemilikan nilai menentukan
pengembangan diri sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. 6 Nilai-nilai
universal mengajarkan penghargaan dan penghormatan terhadap tiap-tiap manusia
sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat.7 Nilai-nilai utama kehidupan
menjadi landasan bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya dalam kehidupan
memasyarakat. Untuk mencapai pendewasaan diri yang matang dan integral
seorang anak harus memiliki landasan nilai yang kokoh. Pendidikan nilai menjadi
akar yang sejak dini harus ditanam dalam diri seseorang. Proses internalisasi nilai
berarti seseorang menanamkan dalam dirinya dengan seperangkat tata nilai yang
menopang seseorang dalam membentuk kepribadiannya. Dengan dasar

3Nazil Shaleh Ahmad, Pendidikan dan Masyarakat (Yogyakarta: Sabda Media, 2011), p. 54.

4Sofyan S. Wilis, Psikologi Pendidikan (Bandung: CV. Alfabet: 2012), p. 23.

5Ibid., p. 26.

6Frans Ceunfin (ed.), Hak-Hak Asasi Manusia Pendasaran dalam Filsafat Hukum dan Filsafat
Politik. (Maumere: Ledalero, 2007), p. xiv.

7Diane Tillman, Living Values: An Educational Program (Jakarta: Grasindo, 2004), p. ix.

2
pendidikan nilai yang kokoh seseorang diharapkan mampu berdiri tegak dan
mampu menghadapi realitas kehidupan. 8
Lingkungan pendidikan di sekolah amat memengaruhi seluruh proses
perkembangan seseorang. Dalam lingkungan tersebut seseorang bersosialisasi
sesuai dengan nilai, norma dan tuntutan masyarakat menuju pada pertumbuhan
dan pekembangan pribadi yang utuh dan integral.9 Lingkungan pendidikan yang
tepat dapat membantu seseorang untuk mengembangkan jati diri dengan segala
potensi diri, membentuk seseorang dengan mental dan sikap positif.10
Salah satu lembaga pendidikan yang amat memperhatikan pentingnya
pendidikan nilai bagi para peserta didiknya adalah lembaga pendidikan calon
imam Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko. Sebagai
lembaga yang mendidik calon-calon imam, kesadaran akan pentingnya pendidikan
nilai bagi perkembangan seorang calon imam tumbuh dari kenyataan bahwa
perkembangan calon imam tidak hanya berorientasi pada aspek intelektual tetapi
juga seluruh aspek lain yang turut membentuk seorang menjadi pribadi yang
matang dan utuh. Perhatian akan pentingnya nilai membawa seminari untuk
mengembangkan pola pendidikan nilai dengan mengutamakan lima nilai yang
lebih dikenal dengan lima S yakni: sanitas, socialitas, scientia, sapientia,
sanctitas. Kelima nilai tersebut merupakan dasar untuk menopang perkembangan
calon imam.
Lembaga pendidikan calon imam Seminari Menengah St. Yohanes
Berkhmans Todabelu-Mataloko adalah lembaga pendidikan calon imam milik
Keuskupan Agung Ende yang pada awal mulanya berdiri di Sikka, Maumere pada
tahun 1927, lalu pada tahun 1929, dipindahkan ke Mataloko-Ngada dengan nama
resmi Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu, sesuai nama kedua suku, Toda
dan Belu, pemberi tanah, tempat Seminari berdiri hingga saat ini. Santu Yohanes
Berkhmans dipilih oleh para pendiri sebagai pelindung Seminari, karena Santu

8J. Darminta, Praksis Pendidikan Nilai (Yogyakarta: Kanisius, 2006), p. 10.

9Kartini Kartono (Peyunting), Kepribadian Siapakah Saya (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), p. 16.

10Kartini Kartono, Menemukan Kembali Jati Diri Lewat Jalur Pendidikan (Bandung: CV. Mandar
Maju,1989), p. 11.

3
Yohanes Berkhmans adalah teladan dan pelindung kaum muda, khususnya kaum
muda yang bercita-cita menjadi imam.11
Seminari menengah dalam dunia Gereja Katolik adalah satu sarana
institusional yang didirikan oleh para uskup sesuai himbauan Konsili, khusus
untuk memupuk tunas-tunas panggilan, dengan pelbagai kriteria dan persyaratan
dasar serta himbauan-himbauan kontekstual dan visioner seperti yang diutarakan
oleh konsili. Landasan dasar pendirian Seminari adalah untuk menyikapi seruan
Konsili Vatikan II yang menegaskan pentingnya pembinaan dan pendampingan
bagi para calon imam. Dokumen Optatam Totius12 artikel 2 menjelaskan
pemikiran dasar tentang pedoman pembinaan para calon imam, di mana para
uskup dihimbau untuk mendirikan Seminari Menengah dan Seminari Tinggi
sebagai wadah pembinaan bagi para calon imam. Dekrit Optatam Totius menjadi
landasan dasar dalam pembinaan dan pendampingan para calon-calon imam. 13
Pedoman Umum Pembinaan Calon Imam di Indonesia, baik bagian
Seminari Tinggi maupun bagian Seminari Menengah, yang dikeluarkan oleh
Konferensi Wali Gereja (KWI) telah lama hadir di tengah kegiatan pembinaan
para calon imam di Seminari-seminari. Namun, yang dikeluarkan oleh KWI itu
adalah suatu pedoman pembinaan umum. Dokumen Konsili Vatikan II Optatam
Totius yang ciri dan sifat hakikinya menuntut persiapan-persiapan yang serius
selama masa pembinaan –, menghimbau setiap Seminari Tinggi dan Seminari

11Dalam rangka merayakan pesta intan 75 tahun Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans
Todabelu-Mataloko 15 September 2004, para staf pembina Seminari telah menyusun dan
menerbitkan sebuah pedoman pembinanan khusus bagi para calon imam Seminari Mataloko ini,
dengan judul Pedoman Pembinaan Calon Imam Seminari Menengah Santu Yohanes Berkhmans
Todabelu-Mataloko. Bdk. Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko,
Pedoman Pembinaan Calon Imam Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-
Mataloko (Bajawa: Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko, 2004), pp.
23-24.

12Optatam Totius atau dekrit tentang pembinaan iman adalah salah satu dekrit dari Konsili
Vatikan II. Dokumen ini disetujui oleh para uskup dalam sebuah sidang pemungutan suara 2.318
berbanding 3, dan diresmikan oleh Paus Paulus VI pada tanggal 28 Oktober 1965.
hhtp:/id.m.wikipedia.org/wiki/Optatam Totius, diakses pada tanggal 20 September 2018.

13Konsili Vatikan II, “Optatam Totius, Dekrit Tentang Pembinaan Imam,” dalam R. Hardawiryana
(penerj.), Dokumen Konsili Vatikan II (Jakarta: Obor, 1993), p. 269. Untuk penulisan selanjutnya
akan disingkat OT dan diikuti dengan nomor artikelnya.

4
Menengah di masing-masing Keuskupan agar menyusun sebuah pedoman
pembinaan khusus untuk Seminarinya masing-masing.14
Kesadaran akan pentingnya pembinaan dan pendidikan bagi calon imam
tumbuh dari kenyataan bahwa dalam tugas seorang imam tidaklah mudah sebagai
saksi Kristus yang berusaha untuk melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Oleh
sebab itu untuk menjadi imam, para calon imam mesti dibina sejak dari
lingkungan keluarga lalu di Seminari Menengah dan berlanjut pada Seminari
Tinggi. Dalam proses pembinaan yang lama dan panjang itu, seluruh pendidikan
para calon imam bertujuan supaya seturut teladan Yesus Kristus Guru, Imam dan
Gembala, mereka dibina untuk menjadi gembala-gembala jiwa yang sejati. 15
Dokumen Konsili Vatikan II Lumen Gentium artikel 20 menekankan bahwa
pembinaan dan pendidikan yang lama dan panjang ini dimaksudkan agar para
calon dapat menjadi imam-iman yang matang secara rohani dan jasmani, 16 yang
terungkap dalam keutamaan-keutamaan seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan
terhadap janji, sopan santun dalam perilaku, kesederhanaan dalam berbicara yang
disertai cinta kasih, kemampuan dalam mengambil keputusan, cara menilai
peristiwa serta orang-orang dengan saksama dan memiliki sifat kejiwaan yang
stabil.17
Pendidikan nilai menjadi satu aspek penting dalam pendidikan dan
pembinaan para calon imam sejak berada di Seminari Menengah. Sejak dini
seorang calon imam harus memiliki dasar yang kuat dalam mengelolah nilai-nilai
kehidupan sebagai bagian integral dalam pembentukan diri. Nilai-nilai kehidupan
yang menunjang pembentukan kepribadian perlu didalami, diasa, dan
dikembangkan menjadi dasar pijakan bagi seorang calon imam dalam mengelolah,
membina dan mematangkan diri. Maka dengan itu penerapan pendidikan nilai
dalam sebuah lembaga pendidikan amat penting dan bersifat urgen.

14OT 4.

15Ibid.

16Konsili Vatikan II, “Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja,” dalam R.
Hardawiryana (penerj.), Dokumen Konsili Vatikan II (Jakarta: Obor, 1993), pp. 92-93. Untuk
penulisan selanjutnya akan disingkat LG dan diikuti dengan nomor artikelnya.

17OT 11.

5
Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko merupakan
lembaga pendidikan calon imam yang sungguh memperhatikan pembinaan bagi
para calon imamnya. Pola-pola pendampingan dan pembinaan yang
dikembangkan memiliki arah dan tujuan untuk membentuk para calon imam yang
memiliki kematangan secara rohani dan jasmani. Pola pembinaan yang telah dan
sedang dilaksanakan adalah pembinaan lewat pendidikan nilai. Seminari
menyadari bahwa pendidikan nilai amat penting bagi perkembangan dan
pembentukan kepribadian calon. ......... Di lain pihak Seminari tidak lagi hidup dan
berjalan dalam suatu kondisi murni seminari. Dituntut oleh keadaan, Seminaripun
turut masuk ke dalam dan menerima serta menyesuaikan diri dengan pelbagai
perubahannya serta dampak positif maupun negatif. Strategi-strategi dan kiat-kiat
baru telah diusahakan agar Seminari dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan tersebut, sambil tetap mempertahankan ciri-ciri dan tuntutan khas
Seminari, sehingga pendidikan di Seminari tetap berada dalam jalurnya, yakni
konsisten dangan visi dan misi otentiknya (sesuai kehendak Kristus dan Gereja-
Nya). 18
Hal ini kemudian mendorong penulis untuk meninjau secara lebih dalam
pendidikan nilai bagi perkembangan calon imam Seminari Menengah St. Yohanes
Berkhmans Todabelu-Mataloko. dalam terang Dekrit Optatam Totius. Penulis
ingin meneropong sejauh mana pendidikan nilai telah dijalankan seturut dekrit
pembinaan imam, Optatam Totius. Penulis melihat bahwa pendidikan nilai harus
berjalan sesuai dengan yang digariskan dalam Optatam Totius sebagai dokumen
resmi yang membahas pembinaan bagi calon imam. Penulis kemudian
merumuskannya dengan judul “MENEROPONG PENDIDIKAN NILAI BAGI
CALON IMAM DI LEMBAGA PENDIDIKAN SEMINARI MENENGAH ST.
YOHANES BERKHMANS TODABELU-MATALOKO DALAM TERANG
DEKRIT OPTATAM TOTIUS”.

1.2...........................................................................PERUMUSAN MASALAH

18Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko, Pedoman Pembinaan…, Op.


Cit., p. 10.

6
Masalah utama yang hendak dikemukakan oleh penulis dalam tulisan ini
adalah apakah penyelenggaraan pendidikan nilai bagi calon imam pada lembaga
pendidikan calon imam Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-
Mataloko telah dijalankan seturut kaidah-kaidah pembinaan dalam dekrit
Optatam Totius. Berdasarkan masalah utama di atas, penulis akan mengemukakan
rincian pokok permasalahan dengan merumuskannya dalam pertanyaan-
pertanyaan berikut:
1. Apa yang dimaksudkan dengan pendidikan nilai?
2. Bagaimana proses pendidikan nilai bagi calon imam?
3. Nilai-nilai mana saja yang ditanamkan dalam diri calon imam?
4. Apa isi dekrit Optatam Totius?
5. Apakah penyelenggaraan pendidikan nilai di Seminari telah berjalan
sesuai dengan kaidah-kaidah pembinaan dalam Optatam Totius?

1.3..................................................................................TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Tujuan Umum

Tulisan ini bertujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk


memperoleh gelar magister (S2) Teologi Kontekstual pada Sekolah Tinggi Filsafat
Katolik Ledalero.

1.3.2 Tujuan Khusus

Beberapa Tujuan khusus penulisan tesis ini yaitu:


1.. .Untuk menggali arti dari pendidikan nilai bagi perkembangan calon
imam.
2..Untuk meninjau kembali sejauh mana pendidikan nilai telah berjalan
sesuai kaidah pembinaan dalam dekrit Optatam Totius sehingga
bermanfaat bagi perkembangan calon imam.
3.........Untuk menemukan peran sentral para pendidik dan pendamping
dalam mendampingi para calon imam lewat pendidikan nilai.
4.. Untuk menemukan kelemahan dan solusi bagi proses pendampingan
calon imam.

1.4 MANFAAT PENULISAN

7
Penulisan tesis berguna bagi setiap pihak yang menaruh perhatian besar bagi
pendidikan secara umum dan pendidikan para calon imam di lembaga pendidikan
Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko secara khusus.
Selain itu penulisan tesis ini bermanfaat pula bagi beberapa pihak terkait
diantaranya, pertama, bagi lembaga pendidikan calon imam Seminari Menengah
St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko, agar menyadari betapa pentingnya
pendidikan nilai bagi perkembangan calon imamnya. Kedua, bagi para calon
imam agar sungguh menyadari dan menghayati nilai-nilai dasar pendidikan nilai
yang membantu para calon imam untuk mengembangkan dirinya menuju pribadi
yang matang dan integral. Ketiga, untuk para pembina dan para guru agar
sungguh memiliki integritas untuk mendampingi para calon imam sebagai bagian
utama dan tak terpisahkan dari tugas sebagai formator. Keempat, bagi penulis
sendiri agar menghayati materi dasar pendidikan nilai untuk membantu penulis
sendiri sebagai calon imam dalam mengembangkan diri penulis.

1.5...........................................................................................ASUMSI DASAR

Adapun asumsi dasar dari penelitian ini adalah pertama, pendidikan nilai
bagi calon imam telah berjalan seturut kaidah-kaidah pembinaan imam dalam
dekrit Optatam Totius. Kedua, pendidikan nilai sungguh bermanfaat bagi calon
imam untuk mengembangkan kepribadiannya.

1.6.................................................................................METODE PENULISAN

1.6.1.............................................................................................Sumber Data

Dalam penelitian dan penulisan tesis ini, penulis menggunakan beberapa


sumber data yakni data primer dan data sekunder, data primer diperoleh melalui
penelitian lapangan yakni, pertama dengan mengali informasi lewat para pembina
di asrama dan para guru sebagai pendidik di sekolah. Selain itu, penulis juga
menggali informasi dari para calon imam sendiri sebagai subjek pendampingan.
Sementara itu, data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan
dengan membaca berbagai literature yang relavan dengan tema yakni seputar
pendidikan nilai, pedoman pendampingan calon imam berdasarkan dekrit

8
Optatam Totius serta beberapa sumber pelengkap seperti artikel ilmiah, karya tulis
dan informasi internet.

1.6.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dijalankan adalah sebagai berikut:


1. penulis menyiapkan tema penelitian lapangan dan mendalaminya
dengan membuat studi kepustakaan lewat dokumen-dokumen, buku-
buku dan beberapa sumber informasi lainnya.
2. melakukan kegiatan penelitian lapangan dengan terlebih dahulu
menghubungi pihak-pihak terkait untuk dijadikan sebagai subjek
penelitian.
3. melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang sudah dihubungi
untuk mendapatkan informasi penting.
4. mencari informasi dan data tertulis di sejumlah pihak tentang lembaga
pendidikan calon imam Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans
Todabelu-Mataloko.
5. penulis juga menyertakan hasil observasi partisipatoris karena penulis
pernah menjadi peserta didik dan formator di lembaga bersangkutan.

1.6.3 Instrumen Pengumpulan Data

1.6.3.1 Wawancara

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara untuk


menggali informasi secara lebih mendalam. Wawancara dilakukan kepada
informan kunci seperti para siswa, para formator (para pembina di asrama maupun
para guru). Fokus utama wawancara adalah tentang proses pendidikan nilai bagi
calon imam terutama menyangkut metode, nilai-nilai yang ditanamkan bagi calon
imam, kegiatan-kegiatan demi penanaman nilai, kesulitan dan hambatan.
Wawancara yang dilakukan oleh penulis berlangung dari tanggal 8-16 Januari
2019. Wawancara ini dibagi dalam tiga kelompok yakni wawancara kepada para
seminaris, para guru dan para pembina di asrama. Wawancara kepada para siswa
dilakukan lewat wawancara pribadi dan berkelompok. Pertanyaan wawancara
yang ditujukan kepada siswa disusun secara tertulis. Pertanyaan ini dibagikan
kepada 40 orang siswa dengan perincian: 8 responden dari kelas X, 14 responden

9
dari XI, 18 responden dari kelas XII. Penulis juga mewawancarai 13 orang guru
yang terdiri dari para pendamping di asrama dan para guru awam di sekolah.

1.6.3.2 Observasi Partisipatoris

Peneliti juga menggunakan metode observasi partisipatoris dalam


mengumpukan data. Melalui observasi partisipatoris, penulis terjun langsung ke
lapangan dan berada bersama para siswa dan para pendidik. Tujuannya adalah
untuk mengalamai situasi hidup di sekolah (kelas) maupun di asrama. Penulis
berpendapat bahwa dengan mengalami secara langsung bersama para siswa dan
para pendidik, penulis akan memperoleh sejumlah informasi yang mendukung
penelitian penulis.
1.7................................................................RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup dan batasan studi membantu penulis agar fokus pada tema
yang ditetapkan. Oleh karena itu tulisan ini terbatas pada pendidikan nilai bagi
calon imam Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko.
Secara terperinci batasan tema ini adalah:
1. Subjek Penelitian: para siswa, dan formator Seminari Menengah St.
Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko.
2. Lokasi Penelitian: di Lembaga Pendidikan Calon Imam Seminari
Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko, Kecamatan
Golewa, Kabupaten Ngada.
3. Sasaran Penelitian: meneropong pendidikan nilai bagi calon imam
Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko dalam
terang Dekrit Optatam Totius.

1.8........................................................................SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar, tulisan ini akan dibagi dalam enam bab, dengan sub
pokok yang digunakan penulis untuk mempermudah proses penyusunan dan demi
keteraturan penulisan. Garis besar tulisan ini antara lain:
Bab pertama berbicara tentang pendahuluan. Pada bab ini, penulis
menjelaskan latar belakang penulisan, masalah yang diangkat oleh penulis, tujuan
penulisan yakni tujuan umum dan tujuan khusus serta manfaat penulisan. Pada
bab pertama ini, penulis juga menjabarkan asumsi dasar, metodelogi yang

10
digunakan penulis, yang mencakup sumber data, prosedur pengumpulan data,
instrument pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Pada bagian akhir
bab pendahuluan ini, penulis menjabarkan ruang lingkup penelitian serta
sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis.
Pada bab kedua penulis akan memperkenalkan lembaga pendidikan calon
imam Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko.
Perkenalan awal adalah sejarah awal berdirinya Seminari, perkembangan
Seminari, hingga pada data-data sekolah terkini dan peraturan baik di tingkat
sekolah maupun di tingkat asrama.
Selanjutnya dalam bab ketiga, penulis akan memberikan gambaran umum
tentang gagasan pembinaan calon imam dalam dekrit Optatam Totius. Penulis
akan mengupas kaidah-kaidah pembinaan yang menjadi perhatian bagi lembaga
pendidikan calon imam demi keberhasilan pendidikan calon-calon imam.
Pada bab keempat, penulis menguraikan tentang pendidikan nilai di
lembaga pendidikan calon imam Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans
Todabelu-Mataloko. Pada mulanya penulis akan melihat secara umum tentang
pendidikan nilai dan selanjutnya penulis akan mendeskripsikan pendidikan nilai di
Seminari dengan melihat visi misi, ruang lingkup dan model pendidikan nilai di
Seminari. Penulis juga menyertakan hasil penelitian tentang nilai-nilai utama yang
ditanamkan bagi calon imam.
Kemudian dalam bab kelima penulis akan meneropong sejauh mana
pendidikan nilai telah dijalankan seturut gagasan pembinaan calon imam dalam
terang dekrit Optatam Totius.
Sedangkan bab keenam merupakan bab penutup dari tulisan ini. Pada bagian
akhir tulisan ini, penulis menjelaskan kesimpulan umum, serta menyertakan
beberapa rekomendasi bagi bagi para formator, para seminaris, para orangtua
seminaris Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu-Mataloko, dan
bagi pimpinan Gereja Lokal, serta bagi para pastor paroki, pastor tekan dan umat
paroki.

11

Anda mungkin juga menyukai