Anda di halaman 1dari 4

Revisi

 Data utama untuk bahan pasien


- Seorang anak laki-laki 7 tahun, perawakan tinggi kurus, roman muka sesuai umur,
dandandanan wajar pakaian rapi, perawatan diri bersih terawat, kondisi kulit normal,
penampilan sesuai gender, fisik tampak sehat.
- Seorang anak laki-laki 7 tahun berdasarkan berat badan dan tinggi badan sesuai
dengan usianya, dandanan wajar pakaian rapi, perawatan diri bersih terawat, kondisi
kulit normal, penampilan sesuai gender, fisik tampak sehat.

 Gambaran Klinis
- Hetero Anamnesis (Ibu Pasien)
a) Pasien dibawa oleh ibunya ke Poli JiwaRSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
dengan keluhan: Tidak bisa duduk diam dan belum dapat bicara. ???? Menurut ibu,
anaknya jarang bersikap tenang. Pasien sering berlari kesana-kemari, melompat,
berguling-guling, serta memanjat meja dan kursi, ibu pasien juga mengatakan
anaknya sering mengamuk jika keinginannya tidak dituruti, terkadang pasien
mengamuk tanpa alasan yang jelasbahkan memukul. Pasien sering berganti-ganti
permainan.Saat bermain pasien seperti berada dalam dunianya sendiri. Pasien sulit
disuruh duduk diam walaupun sebentar. Pasien juga sering tidak fokus saat
menjalankan tugas. Perhatian pasien sering teralihkan saat melakukan kegiatannya
sehingga pasien tidak tuntas dalam melaksanakan pekerjaannya.Pasien sudah
dibawa berobat oleh orang tuanya ke dokter spesialis anak dan Neurologi. Pasien
dibawa untuk berobat dengan alasan pasien belum dapat berbicara dan kejang saat
usia 4 tahun. Saat ini, pasien belum bisa mengucapkan kata lain selainn bergumam
“mmm”. Menurut ibu pasien, selain sulit berbicara, orangtua pasien juga
mengeluhkan saat dipanggil, pasien jarang menoleh, hanya menoleh ketika
disentuh saja. Saat ada suara keras seperti petir, pasien juga jarang menunjukkan
respon apapun. Pasien juga dirasakan jarang memahami perintah sederhana yang
diberikan kedua orang tuanya. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri telinga,
keluar cairan dari telinga disangkal, riwayat trauma pada telinga disangkal, riwayat
benda asing pada telinga juga disangkal.
b) Pasien dibawa oleh ibunya ke Poli Jiwa RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
dengan keluhan utama: Belum bisa berbicara. Keluhan tersebut muncul saat usia 1
tahun, saat ini usia pasien sudah 7 tahun akan tetapi belum bisa mengucapkan kata
selain berguma “mmm” dan berteriak – teriak ketika meminta sesuatu, menurut
ibunya pasien pernah mengalami kejang-kejang saat usia 4 tahun dan usia 6 tahun
kejang tidak didahuli oleh demam dan batuk pilek, kejang terakhir terjadi sebanyak
4 kali pada tahun 2018 dan pasien sempat dirawat di rumah sakit dan didiagnosis
epilepsi oleh dokter anak. Pasien rutin kontrol untuk pengobatan epilepsi dipoli
anak RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo dan dikonsulkan ke bagian jiwa karena
belum bisa bicara saat ini.
Selain keluhan belum bisa bicara ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak
dapat bersikap tenang dan sering berlari kesana-kemari, melompat, serta memanjat
meja dan kursi, hal ini terjadi ketika anak mulai dapat berjalan dan berlari hal ini
semakin memburuk ketika usia 7 tahun. Ibu pasien juga mengatakan anaknya
sering mengamuk jika keinginannya tidak dituruti, terkadang pasien mengamuk
tanpa alasan yang jelasbahkan memukul. Pasien sering berganti-ganti
permainan.Saat bermain pasien seperti berada dalam dunianya sendiri. Pasien sulit
disuruh duduk diam walaupun sebentar. Pasien juga sering tidak fokus saat
menjalankan tugas serta tidak dapat memahami dan menuruti perintah sederhana
yang diberikan padanya seperti memasang baju sendiri, makan dan mandi sendiri.
Perhatian pasien sering teralihkan saat melakukan kegiatannya sehingga pasien
tidak tuntas dalam melaksanakan pekerjaanya. Selain belum bisa berbicara,
orangtua pasien juga mengeluhkan saat dipanggil, pasien jarang menoleh, hanya
menoleh ketika disentuh saja dan saat ada suara keras seperti petir, pasien juga
jarang menunjukkan respon apapun. Ibu pasien menyangkal adanya riwayat
benturan di kepala dan telinga.

 STATUS PSKIATRI

Gangguan Wicara dan : Wicara : hanya dapat berguma, SPT APA


Bahasa Bahasa : tidak dimengerti, SEPERTI APA

Gangguan Wicara dan : Wicara : Hanya dapat berguma tidak jelas


Bahasa seperti ‘’MMM’’ dan berteriak teriak
Bahasa : tidak dapat merangkai kata

Gangguan Proses
Berpikir
 Bentuk : Autistik….?? ATAU BELUM BISA DINILAI
 Arus Pikir : Sulit dinilai
 Isi Pikir : Sulit dinilai

Gangguan Proses
Berpikir
 Bentuk : Belum bisa dinilai
 Arus Pikir : Sulit dinilai
 Isi Pikir : Sulit dinilai

Gangguan Sensorium dan


Fungsi Kognitif
 Kesadaran : Apatis, Acuh ???? PENURUNAN
 Konsentrasi KESADARAN…????
 Orientasi : Divided Attention (Terbagi) Tidak Fokus
 Momori/daya ingat :Sulit dinilai
: Sulit dinilai
 Taraf intelegensi
dan Sensorium
Gangguan pengetahuan
dan :Sulit dinilai ATAU BELUM DAPAT DINILAI
Fungsi umum
Kognitif : Kompos Mentis
Fungsi luhur
 Kesadaran Sulit dinilai
: Divided Attention (Terbagi) Tidak Fokus
Pemahaman abstrak
 Konsentrasi : Belum dapat dinilai
Kemampuan
 Orientasi : Sulit
Belum dinilai
dapat dinilai
visuospasial ingat
 Momori/daya Sulit dinilai
: Belum dapat dinilai
 Taraf intelegensi
dan pengetahuan
umum : Belum dapat dinilai
 Fungsi luhur
: Belum dapat dinilai
 Pemahaman abstrak : Belum dapat dinilai
 Kemampuan
visuospasial
Gangguan Mood dan Afek
 Mood
 Afek : anappropriate..MAKSUDNYA….
 Keserasian Mood : hiperaktivitas
dan Afek : Serasi… APPROPPRIATE /
INAPPROPPRIATE

Gangguan Persepsi
 Halusinasi Auditorik : ( - ) TIDAK TULIS (-), ATAU BELUM
 Halusinasi Visual DAPAT DINILAI
 Halusinasi Taktil
:(-)
Gangguan Mood dan Afek : ( - )
 Mood
 Afek : Hipertim
 Keserasian Mood : Hiperaktivitas
dan Afek : APPROPPRIATE

Gangguan Persepsi
 Halusinasi Auditorik : Belum dapat dinilai:
 Halusinasi Visual
 Halusinasi Taktil : Belum Bisa Dinilai
: Belum Bisa Dinilai

Faktor presdisposisi pada kasus ini adalah ‘


1. Teori Psikoanalitik
Teori yang dikemukakan oleh Bruto Bettelheim (1967) menyatakan bahwa
autisme terjadi karena penolakan orangtua terhadap anaknya. Anak menolak
orang tuanya dan mampu merasakan perasaan negatif mereka. Anak tersebut
meyakini bahwa dia tidak memiliki dampak apapun pada dunia sehingga
menciptakan ”benteng kekosongan” untuk melindungi dirinya dari penderitaan
dan kekecewaan.
2. Teori Genetika
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki 3-4 kali beresiko lebih
tinggi dari wanita. Sementara risiko autis jika memiliki saudara kandung yang
juga autis sekitar 3%. Kelainan gen dari pembentuk metalotianin juga
berpengaruh pada kejadian autis. Metalotianin adalah kelompok protein yang
merupakan mekanisme kontrol tubuh terhadap tembaga dan seng. Fungsi
lainnya yaitu perkembangan sel saraf, detoksifikasi logam berat, pematangan
saluran cerna, dan penguat sistem imun. Disfungi metalotianin akan
menyebabkan penurunan produksi asam lambung, ketidakmampuan tubuh
untuk membuang logam berat dan kelainan sistem imun yang sering
ditemukan pada orang autis. Teori ini juga dapat menerangkan penyebab lebih
berisikonya laki-laki dibanding perempuan. Hal ini disebabkan karena sintesis
metalotianin ditingkatkan oleh estrogen dan progesteron.
3. Studi biokimia dan riset neurologis
Pemeriksaan post mortem otak dari beberapa penderita autistik menunjukkan
adanya dua daerah di dalam sistem limbik yang kurang berkembang yaitu
amygdala dan hippocampu. Kedua daerah ini bertanggung jawab atas emosi,
agresi, sensory input, dan belajar. Penelitian ini juga menemukan adanya
defisiensi sel Purkinje di serebelum. Dengan menggunakan MRI, telah
ditemukan dua daerah di serebelum, lobulus VI dan VII yang pada individu
autistik secara nyata lebih kecil daripada orang normal. Satu dari kedua daerah
ini dipahami sebagai pusat yang bertanggung jawab atas perhatian. Dari segi
biokimia jaringan otak, banyak penderita autistik menunjukkan kenaikan dari
serotonin dalam darah dan cairan serebrospinal dibandingkan dengan orang
normal.

Anda mungkin juga menyukai