Tujuan
Mengetahui tanda dan gejala GPPH dan bagaimana cara mendiagnosis serta penanganan
awal.
1. Gambaran Klinis
Hetero Anamnesis (Ibu Pasien)
Pasien dibawa oleh ibunya ke Poli Jiwa RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo dengan
keluhan utama: Belum bisa berbicara. Keluhan tersebut muncul saat usia 1 tahun, saat ini usia
pasien sudah 7 tahun akan tetapi belum bisa mengucapkan kata selain berguma “mmm” dan
berteriak – teriak ketika meminta sesuatu, menurut ibunya pasien pernah mengalami kejang-
kejang saat usia 4 tahun dan usia 6 tahun kejang tidak didahuli oleh demam dan batuk pilek,
kejang terakhir terjadi sebanyak 4 kali pada tahun 2018 dan pasien sempat dirawat di rumah sakit
dan didiagnosis epilepsi oleh dokter anak. Pasien rutin kontrol untuk pengobatan epilepsi dipoli
anak RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo dan dikonsulkan ke bagian jiwa karena belum bisa
bicara saat ini.
Selain keluhan belum bisa bicara ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak dapat bersikap
tenang dan sering berlari kesana-kemari, melompat, serta memanjat meja dan kursi, hal ini terjadi
ketika anak mulai dapat berjalan dan berlari hal ini semakin memburuk ketika usia 7 tahun. Ibu
pasien juga mengatakan anaknya sering mengamuk jika keinginannya tidak dituruti, terkadang
pasien mengamuk tanpa alasan yang jelasbahkan memukul. Pasien sering berganti-ganti
permainan.Saat bermain pasien seperti berada dalam dunianya sendiri. Pasien sulit disuruh duduk
diam walaupun sebentar. Pasien juga sering tidak fokus saat menjalankan tugas serta tidak dapat
memahami dan menuruti perintah sederhana yang diberikan padanya seperti memasang baju
sendiri, makan dan mandi sendiri. Perhatian pasien sering teralihkan saat melakukan kegiatannya
sehingga pasien tidak tuntas dalam melaksanakan pekerjaanya. Selain belum bisa berbicara,
1 | ILMU KEDOKTERAN JIWA
orangtua pasien juga mengeluhkan saat dipanggil, pasien jarang menoleh, hanya menoleh ketika
disentuh saja dan saat ada suara keras seperti petir, pasien juga jarang menunjukkan respon
apapun. Ibu pasien menyangkal adanya riwayat benturan di kepala dan telinga.
2. Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan orang tua bilang (ibu pasien) tahun 2011-2012 terapi dengan dr. Sp.KJ
dibanjarmasin dikatakan hanya dilakukan di hipnoterapi setelah itu dikatakan sembuh dalam artian
keluhan pasien membaik tidak sering mengurung diri dikamar suka jalan keluar rumah dan sudah
bias tersenyum tidak sedih seperti biasanya.
Keterangan :
= Pasien
=Meninggal Dunia
Untuk semua pertanyaan kecuali 2, 5, dan 12, respon “TIDAK” mengindikasikan risiko
ASD;untuk pertanyaan 2,5, dan 12, “YA” mengindikasikan risiko ASD.
Algoritme berikut ini memaksimalkanpsikometrik M-CHAT-R:
1. RISIKO RENDAH: Skor total 0-2; jika anak lebih muda dari 24 bulan, lakukan skrining
lagi setelahulang tahun kedua. Tidak ada tindakan lanjutan yang diperlukan, kecuali
surveilansuntuk mengindikasikan risiko ASD
2. RISIKO MEDIUM: Skor total 3-7; lakukan Follow-up (M-CHAT-R/F tahap kedua) untuk
mendapatinformasi tambahan tentang respon berisiko. Skrining positif jika skor M-CHAT-
R/F2 atau lebih. Tindakan yang diperlukan: adalah rujuk anak untuk evaluasi
diagnostikdan evaluasi eligibilitas untuk intervensi awal. Skrining negatif jika skor M-
CHATR/F 0-1. Tidak ada tindakan lanjutan yang diperlukan, kecuali surveilans
untukmengindikasikan risiko ASD. Anak harus diskrining ulang saat datang kembali.
3. RISIKO TINGGI: Skor total 8-20; Follow-up dapat tidak dilakukan dan pasien dirujuk
segera untukevaluasi diagnostik dan evaluasi eligibilitas untuk intervensi awal.
Hadisukanto G, Elvira D Sylvia. 2010. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta ; Badan Penerbitan FKUI;
230 - 233
Maslin R dr. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ – III dan DSM – V. Jakarta;
FK – ADMA JAYA.
Kaplan, Harold, dkk. 2010. Kaplan-saddock, Sinopsis Psikiatri. Jakarta : Binarupa Aksara
Publisher.
Maramis WF. Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi II. Surabaya. Airlangga
University Press.
Tjandrasari SA. 2014. Karya Tulis Akhir. Hubungan Antara penurunan derajat depresi dengan
aktivitas penyakit pada lupus eritematosus sistemik hasil terapi kombinasi kortikosteroid dan
fluoxetine di klinik reumatologi RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
PEMERIKSAAN FISIK
Gangguan Penampilan
Gambaran Umum Penampilan Fisik :
Postur Tubuh : endomorfik (piknis) Kurus
Roman Muka : Sesuai Umur
Dandanan : Wajar
Pakaian : Rapi
Perawatan Diri : Bersih Terawat
Kondisi Kulit : Normal
Penampilan Gender : Sesuai Gender
Prilaku dan : hiperaktivitas, stereotipik dan agresi
aktivitas motorik
Gangguan Proses
Berpikir
Bentuk : Belum bisa dinilai
Arus Pikir : Belum bisa dinilai
Isi Pikir : Belum bisa dinilai
Gangguan Persepsi
Halusinasi : Belum dapat dinilai:
Auditorik
Halusinasi Visual : Belum Bisa Dinilai
Halusinasi Taktil : Belum Bisa Dinilai
3. Assessment Autisme merupakan salah satu kelompok gangguan pada anak yang ditandai
dengan munculnya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
komunikasi, ketertarikan pada interaksi sosial, dan perilakunya.
Pada pasien ini terdapat keterlambatan bicara serta ganggua prilaku berupa
hiperaktivitas dan gangguan dalam pemusatan perhatian dan interaksi sosial yang
kurang hal ini masuk dalam kriteria diagnosis dari PPDGJ III dan DSM-IV.
Kriteria diagnosis autis dapat ditegakkan menurut PPDGJ III di
Indonesia yaitu :
1. Biasanya tidak ada riwayat perkembangan abnormal yang jelas, tetapi jika
dijumpai, abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun.
2. Selalu dijumpai hendaya kualitatif dalam interaksi sosialnya. Ini
berbentuk tidak adanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosio emosional
yang tampak bagai kurangnya respon terhadap emosi orang lain dan/atau
kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial; buruk dalam
menggunakan isyarat social dan lemah dalam integrasi perilaku sosial,
emosional dan komunikatif; dan khususnya, kurangnya respon timbal
balik sosial emosional.
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
- gambaran klinis,
Pedoman Diagnostik
Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang
mempengaruhi mobilitas, seperti epilepsy dan hendaya daya lihat dan
daya dengar. Sering ada gangguan perkembangan pervasive dalam
bentuk sangat berat khususnya autisme yang tidak khas (atypical
autism), terutama pada penderita yang dapat bergerak.
Kategori ini hanya diunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan
karena adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu tuli, dan
penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup
untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.
1. Plan Psikoterapi
KIE orang tua penyakit ini terdapat gangguan perkembangan fungsi otak
yang tidak bisa langsung sembuh, harus ada beberapa tahapan-tahapan
lainnya, pasien dan orang tua harus sabar dan jangan putus obat tanpa
12 | ILMU KEDOKTERAN JIWA
seizing dokter.
Terapi supportif individu dan keluarga.
Psikofarmaka
Fluoxetin tablet 5 mg
Risperidon 0,3 mg
Clobazam 2 mg
m.f pulveres da in Caps dtd No VII
ƪ 1 dd Caps 1
Kontrol seminggu atau sehari sebelum obat habis
5. Kontrol Kontrol setiap minggu atau satu hari sebelum habis obat untuk melihat
perkembangan anak