Anda di halaman 1dari 13

BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Rugas Pribawa


Nama Wahana : RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas - Kalteng
Topik : Ilmu Kedokteran Jiwa / Depresi Sedang dengan Gejala Somatik
Tanggal kasus : 29 Desember 2018
Nama Pasien : An. Hafizonur No. RM : 137103 / 7Tahun
Tanggal Persentasi :26/01/2019 Nama Pendamping : dr. Erni Indrawati
Tempat Persentasi : Komite Medik/Aula RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Obyektif Persentasi :ASD, Susp Retardasi Mental dan GPPH
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnositik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Dewasa  Lansia
Deskripsi
Anak laki-laki usia 7 tahun, perawakan tinggi kurus, dandan rapi dan
bersih,tampakhiperaktif. Alamat Jl. Bangun Harjo RT 6 Kapuas, Pasien diantar oleh
orangtuanya (Ibu) Berobat kepoli jiwa.

Tujuan
Mengetahui tanda dan gejala GPPH dan bagaimana cara mendiagnosis serta penanganan
awal.

Bahan Bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus Audit


Cara Membahas  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email Pos
Data utama untuk bahan pasien
Seorang anak laki-laki 7 tahun berdasarkan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan
usianya, dandanan wajar pakaian rapi, perawatan diri bersih terawat, kondisi kulit normal,
penampilan sesuai gender, fisik tampak sehat.

1. Gambaran Klinis
Hetero Anamnesis (Ibu Pasien)
Pasien dibawa oleh ibunya ke Poli Jiwa RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo dengan
keluhan utama: Belum bisa berbicara. Keluhan tersebut muncul saat usia 1 tahun, saat ini usia
pasien sudah 7 tahun akan tetapi belum bisa mengucapkan kata selain berguma “mmm” dan
berteriak – teriak ketika meminta sesuatu, menurut ibunya pasien pernah mengalami kejang-
kejang saat usia 4 tahun dan usia 6 tahun kejang tidak didahuli oleh demam dan batuk pilek,
kejang terakhir terjadi sebanyak 4 kali pada tahun 2018 dan pasien sempat dirawat di rumah sakit
dan didiagnosis epilepsi oleh dokter anak. Pasien rutin kontrol untuk pengobatan epilepsi dipoli
anak RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo dan dikonsulkan ke bagian jiwa karena belum bisa
bicara saat ini.
Selain keluhan belum bisa bicara ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak dapat bersikap
tenang dan sering berlari kesana-kemari, melompat, serta memanjat meja dan kursi, hal ini terjadi
ketika anak mulai dapat berjalan dan berlari hal ini semakin memburuk ketika usia 7 tahun. Ibu
pasien juga mengatakan anaknya sering mengamuk jika keinginannya tidak dituruti, terkadang
pasien mengamuk tanpa alasan yang jelasbahkan memukul. Pasien sering berganti-ganti
permainan.Saat bermain pasien seperti berada dalam dunianya sendiri. Pasien sulit disuruh duduk
diam walaupun sebentar. Pasien juga sering tidak fokus saat menjalankan tugas serta tidak dapat
memahami dan menuruti perintah sederhana yang diberikan padanya seperti memasang baju
sendiri, makan dan mandi sendiri. Perhatian pasien sering teralihkan saat melakukan kegiatannya
sehingga pasien tidak tuntas dalam melaksanakan pekerjaanya. Selain belum bisa berbicara,
1 | ILMU KEDOKTERAN JIWA
orangtua pasien juga mengeluhkan saat dipanggil, pasien jarang menoleh, hanya menoleh ketika
disentuh saja dan saat ada suara keras seperti petir, pasien juga jarang menunjukkan respon
apapun. Ibu pasien menyangkal adanya riwayat benturan di kepala dan telinga.
2. Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan orang tua bilang (ibu pasien) tahun 2011-2012 terapi dengan dr. Sp.KJ
dibanjarmasin dikatakan hanya dilakukan di hipnoterapi setelah itu dikatakan sembuh dalam artian
keluhan pasien membaik tidak sering mengurung diri dikamar suka jalan keluar rumah dan sudah
bias tersenyum tidak sedih seperti biasanya.

3. Riwayat Kesehatan /Penyakit

 Riw. Alergi (-)


 Riw. Penyakit jantung (-)
 Riw. Pengguanaan obatan tertentu / NAPZA (-)
 Riw. Penggunaan alkohol (-)
 Riw. Merokok (-)
 Riw. Gangguan psikiatrik (-)
4. Riwayat Penyakit di Keluarga

Keterangan :

= Pasien

=Tinggal Satu Rumah sampai sekarang

=Meninggal Dunia

5. Riwayat Penyakit Dahulu


Anak tidak pernah menderita sakit keras sebelumnya yang menyebabkan harus sampai dirawat
dirumah sakit. Anak juga tidak pernah sakit rutin yang mengganggu aktivitasnya sehari hari.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga baik dari keluarga ayah maupun ibu yang menderita keluhan yang
serupa, mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, atau mengalami gangguan mental
lainnya.

2 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


7. Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal
Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilan di bidan sebanyak 8x hingga bayi lahir. ibu juga
mengaku sudah mendapatkan suntikan TT saat kehamilan sebanyak 1x. Ibu mengaku jarang
menderita sakit selama kehamilan, tidak ada riwayat perdarahan selama kehamilan, tidak ada
riwayat trauma saat kehamilan, riwayat minum jamu jamuan dan obat tanpa resep diangkal oleh
ibu. Obat yang diminum ibu selama masa kehamilan adalah vitamin dan obat penambah darah.
Kesan : Riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik.
8. Riwayat Persalinan
Anak laki laki lahir dari ibu G1P1A0, hamil aterm minggu lahir spontan di klinik bidan , langsung
menangis, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 48 cm, lingkat kepala saat lahir ibu lupa,
lingkar dada saat lahir ibu lupa, tidak ada kelainan bawan.
Kesan : Neonatus aterm, lahir normal pervaginam.
9. Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Ibu membawa anaknya ke Posyandu secara rutin dan mendapat imunisasi dasar lengkap
10. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
 Pertumbuhan
- Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 48 cm
- Berat badan sekarang 18 kg, tinggi badan 96 cm
11. Perkembangan
- Senyum : 5 bulan
- Miring : ibu lupa
- Tengkurap : 5 bulan
- Merangkak : ibu lupa
- Duduk : 9 bulan
- Berdiri : 12 bulan
- Berjalan : 14 bulan
- Berlari : 19 bulan
12. Riwayat Pendidikan
- Tk
Saat ini anak berusi 7 tahunbulan, anak tidak diikutkan dengan pendidikan anak usia dini, TK,
SD dan kelompok lainnya.
Kesan : Pertumbuhan sesuai umur, perkembangan terlambat
13. Riwayat Makan dan Minum Anak
- Diberikan ASI saja dari lahir sampai umur 6 bulan, kemudian dilanjtukan dengan ASI dan
susu formula sampai usia 1,5 tahun. Selanjutnya dilanjutkan susu formula saja.
- Mulai usia 6 bulan diberikan makanan tambahan berupa bubur susu milna.
- Mulai usia 10 bulan, anak diberikan nasi lunak dengan lauk lunak/cacah.
- Mulai usia 1 tahun, anak diberi makanan padat, seperti makanan keluarga 3 x sehari

14. Riwayat Imunisasi


Ibu Pasien mengatakan imunisasi lengkap
15. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dan menanggung 1 orang istri dan 1 orang
anak. Gaji sebulan Rp 2.500.000., Biaya pengobatan ditanggung BPJS PBI Kelas III
Kesan : keadan sosial ekonomi cukup

16. Lain – lain


Penilaian CHAT (Checklist for Autism in Toddlers) dengan 20 pertanyaan dimana hasil YA

3 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


11 dan TIDAK 9, untuk pertanyaan 5 dan 12 Ya dan 2 Tidak.

 Untuk semua pertanyaan kecuali 2, 5, dan 12, respon “TIDAK” mengindikasikan risiko
ASD;untuk pertanyaan 2,5, dan 12, “YA” mengindikasikan risiko ASD.
 Algoritme berikut ini memaksimalkanpsikometrik M-CHAT-R:
1. RISIKO RENDAH: Skor total 0-2; jika anak lebih muda dari 24 bulan, lakukan skrining
lagi setelahulang tahun kedua. Tidak ada tindakan lanjutan yang diperlukan, kecuali
surveilansuntuk mengindikasikan risiko ASD
2. RISIKO MEDIUM: Skor total 3-7; lakukan Follow-up (M-CHAT-R/F tahap kedua) untuk
mendapatinformasi tambahan tentang respon berisiko. Skrining positif jika skor M-CHAT-
R/F2 atau lebih. Tindakan yang diperlukan: adalah rujuk anak untuk evaluasi
diagnostikdan evaluasi eligibilitas untuk intervensi awal. Skrining negatif jika skor M-
CHATR/F 0-1. Tidak ada tindakan lanjutan yang diperlukan, kecuali surveilans
untukmengindikasikan risiko ASD. Anak harus diskrining ulang saat datang kembali.
3. RISIKO TINGGI: Skor total 8-20; Follow-up dapat tidak dilakukan dan pasien dirujuk
segera untukevaluasi diagnostik dan evaluasi eligibilitas untuk intervensi awal.

17. Daftar Pustaka

 Hadisukanto G, Elvira D Sylvia. 2010. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta ; Badan Penerbitan FKUI;
230 - 233
 Maslin R dr. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ – III dan DSM – V. Jakarta;
FK – ADMA JAYA.
 Kaplan, Harold, dkk. 2010. Kaplan-saddock, Sinopsis Psikiatri. Jakarta : Binarupa Aksara
Publisher.
 Maramis WF. Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi II. Surabaya. Airlangga
University Press.
 Tjandrasari SA. 2014. Karya Tulis Akhir. Hubungan Antara penurunan derajat depresi dengan
aktivitas penyakit pada lupus eritematosus sistemik hasil terapi kombinasi kortikosteroid dan
fluoxetine di klinik reumatologi RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.

18. Hasil Pembelajaran

 Pembelajaran mengenai anamnesis psikiatrik yang lebih rinci dan terarah


 Pembelajaran cara menulis status dan pemeriksaan psikiatri
 Mengetahui tanda dan gejala ASD
 Mengetahui bagaimana cara mendiagnosis pasien ASD
 Penanganan awal pasien ASD.

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. Subjektif  Pasien mengaalami gangguan perkembangan berupa keterlambatan bicara


 Pasien mengalami gangguan fokus dan hiperaktif
 Riwayat Kejang

2. Objektif Keadaan Umum : Compos Mentis, Tampakhiperaktif.

PEMERIKSAAN FISIK

4 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


Vital Sign :
Nadi : 82 X/menit
Respi : 24 X/menit
Suhu : 36 ℃
Kepala
 Mata : CA -/-, SI -/-, RC +/+, pupil isokor +/+
 Hidung : PCH (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat
Thoraks
 Pumo : SV +/+, Wh -/-, Rh -/-, retraksi (-)
 Cor : BJ I – II (N), regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : Datar
 Auskultasi : BU (+) N
 Palpasi : Supel, NT (-), Pembesara organ (-)
 Perkusi : Timpani
Ektremitas : Akral hangat +/+, Edema -/-, CRT < 2”/<2”

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL / PSIKIATRIK

Gangguan Penampilan
 Gambaran Umum Penampilan Fisik :
Postur Tubuh : endomorfik (piknis) Kurus
Roman Muka : Sesuai Umur
Dandanan : Wajar
Pakaian : Rapi
Perawatan Diri : Bersih Terawat
Kondisi Kulit : Normal
Penampilan Gender : Sesuai Gender
 Prilaku dan : hiperaktivitas, stereotipik dan agresi
aktivitas motorik

 Sikap Terhadap : Tidak Koperatif


Pemeriksa

Gangguan Wicara dan : Wicara : Hanya dapat berguma tidak jelas


Bahasa seperti ‘’MMM’’ dan berteriak teriak
Bahasa : tidak dapat merangkai kata

Gangguan Proses
Berpikir
 Bentuk : Belum bisa dinilai
 Arus Pikir : Belum bisa dinilai
 Isi Pikir : Belum bisa dinilai

5 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


Gangguan Sensorium dan
Fungsi Kognitif : Kompos Mentis
 Kesadaran : Divided Attention (Terbagi) Tidak Fokus
 Konsentrasi : Belum dapat dinilai
 Orientasi : Belum dapat dinilai
 Momori/daya ingat : Belum dapat dinilai
 Taraf intelegensi
dan pengetahuan
umum : Belum dapat dinilai
 Fungsi luhur
: Belum dapat dinilai
 Pemahaman abstrak : Belum dapat dinilai
 Kemampuan
visuospasial

Gangguan Mood dan


Afek
 Mood : Hipertim
 Afek : Hiperaktivitas
 Keserasian Mood : APPROPPRIATE
dan Afek

Gangguan Persepsi
 Halusinasi : Belum dapat dinilai:
Auditorik
 Halusinasi Visual : Belum Bisa Dinilai
 Halusinasi Taktil : Belum Bisa Dinilai

Tilikan : Sulit dinilai

3. Assessment Autisme merupakan salah satu kelompok gangguan pada anak yang ditandai
dengan munculnya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
komunikasi, ketertarikan pada interaksi sosial, dan perilakunya.
Pada pasien ini terdapat keterlambatan bicara serta ganggua prilaku berupa
hiperaktivitas dan gangguan dalam pemusatan perhatian dan interaksi sosial yang
kurang hal ini masuk dalam kriteria diagnosis dari PPDGJ III dan DSM-IV.
 Kriteria diagnosis autis dapat ditegakkan menurut PPDGJ III di
Indonesia yaitu :
1. Biasanya tidak ada riwayat perkembangan abnormal yang jelas, tetapi jika
dijumpai, abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun.
2. Selalu dijumpai hendaya kualitatif dalam interaksi sosialnya. Ini
berbentuk tidak adanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosio emosional
yang tampak bagai kurangnya respon terhadap emosi orang lain dan/atau
kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial; buruk dalam
menggunakan isyarat social dan lemah dalam integrasi perilaku sosial,
emosional dan komunikatif; dan khususnya, kurangnya respon timbal
balik sosial emosional.

6 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


3. Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Ini
berbentuk kurangnya penggunaan sosial dari kemampuan bahasa yang
ada; hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi sosial; buruknya
keserasian dan kurangnya interaksi timbal balik dalam percakapan;
buruknya fleksibilitas dalam bahasa ekspresif dan relatif kurang dalam
kreativitas dan fantasi dalam proses pikir; kurangnya respons emosional
terhadap ungkapan verbal dan nonverbal orang lain; hendaya dalam
menggunakan variasi irama atau tekanan modulasi komunikatif; dan
kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau mengartikan komunikasi
lisan.
4. Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan yang
terbatas, pengulangan dan stereotipik. Ini berbentuk kecendrungan untuk
bersikap kaku dan rutin dalam aspek kehidupan sehari-hari; ini biasanya
berlaku untuk kegiatan baru atau kebiasaan sehari-hari yang rutin dan
pola bermain. Terutama sekali dalam masa kanak, terdapat kelekatan
yang aneh terhadap benda yang tak lembut. Anak dapat memaksa suatu
kegiatan rutin seperti upacara dari kegiatan yang sebetulnya tidak perlu;
dapat menjadi preokupasi yang stereotipik dengan perhatian pada tanggal,
rute atau jadwal; sering terdapat stereotipik motorik; sering menunjukkan
perhatian yang khusus terhadap unsur sampingan dari benda (seperti bau
dan rasa); dan terdapat penolakan terhadap perubahan dari rutinitas atau
dalam tata ruang dari lingkungan pribadi (seperti perpindahan dari hiasan
dalam rumah).
5. Anak autisme sering menunjukkan beberapa masalah yang tak khas
seperti ketakutan/fobia, gangguan tidur dan makan, mengadat
(terpertantrum) dan agresivitas. Mencederai diri sendiri (seperti menggigit
tangan) sering kali terjadi, khususnya jika terkait dengan retardasi mental.
Kebanyakan individu dengan autis kurang dalam spontanitas, inisiatif dan
kreativitas dalam mengatur waktu luang dan mempunyai kesulitan dalam
melaksanakan konsep untuk menuliskan sesuatu dalam pekerjaan
(meskipun tugas mereka tetap dilaksanakan baik).
Abnormalitas perkembangan harus tampak dalam usia 3 tahun untuk
dapat menegakkan diagnosis, tetapi sindrom ini dapat didiagnosis pada
semua usia.
1. Menurut DSM IVkriteria diagnosis gangguan autisme adalah:
A. Sejumlah enam hal atau lebih dari 1, 2, dan 3, paling sedikit dua dari
1 dan satu masing-masing dari 2 dan 3:
1. Secara kualitatif terdapat hendaya dalam interaksi social sebagai
manifestasi paling sedikit dua dari yang berikut:
a. Hendaya di dalam perilaku non verbal seperti pandangan
mata ke mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, dan gerak
terhadap rutinitas dalam interaksi social.
b. Kegagalan dalam membentuk hubungan pertemanan sesuai
tingkat perkembangannya.
c. Kurang kespontanan dalalm membagi kesenangan, daya pikat
atau pencapaian akan orang lain, seperti kurang
memperlihatkan, mengatakan atau menunjukkan objek yang
menarik.
d. Kurang sosialisasi atau emosi yang labil.
2. Secara fluktuatif terdapat hendaya dalam komunikasi sebagai

7 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


menifestasi paling sedikit satu dari yang berikut:
a. Keterlambatan atau berkurangnya perkembangan berbicara
(tidak menyertai usaha mengimbangi cara
komunikasialternatif seperti gerak isyarat atau gerak meniru-
niru)
b. Individu berbicara secara adekuat, hendaya dalam menilai
atau meneruskan oembicaraan orang lain.
c. Menggunakan kata berulang kali dan stereotip dan kata-kata
aneh.
d. Kurang memvariasikan gerakan spontan yang seolah-olah
atau pura-pura bermain seuai tingkat perkembangan.
3. Tingkah laku berulang dan terbatas, tertarik dan aktif sebagai
manifestasi paling sedikit satu dari yang berikut:
a. Keasyikan yang meliputi satu atau lebih stereotip atau
kelainan dalam intensitas maupun focus perhatian akan
sesuatu yang terbatas.
b. Ketaatan terhadap hal-hal tertentu tampak kaku, rutinitas atau
ritual pun tidak fungsional.
c. Gerakan stereotip dan berulang misalnya memukul, memutar
arah jari dan tangannya serta meruwetkan gerakan seluruh
tubuhnya.
d. Keasyikan terhadap bagian-bagian objek yang stereotip.
B. Keterlambatan atau kelainan fungsi paling sedikit satu dari yang
berikut ini dengan serangan sebelum sampai usia 3 tahun :
1. Interaksi sosial
2. Bahasa yang dipergunakan dalam komunikasi sosial
3. Permainan simbol atau imaginatif.
C. Gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan Rett atau gangguan
disintegrasi masa anak.
Penatalaksanaan
Tujuan dari terapi pada gangguan autistik adalah untuk:1,5
 Mengurangi masalah perilaku
 Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama
dalam penguasaan bahasa
 Mampu bersosialisasi dan beradaptasi di lingkungan sosialnya.1,5
Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang
menyeluruh dan bersifat individual, dimana pendidikan khusus dan terapi wicara
merupakan komponen yang penting. Namun yang tidak boleh dilupakan adalah
bahwa masing-masih individu anak adalah unik, sehingga jangan beranggapan
satu metode berhasil untuk satu anak berarti metode tersebut akan berhasil pula
untuk anak yang lain. Akan lebih bijaksana bila metodenya lah yang disesuaikan
untuk si anak, bukan anak yang harus menyesuaikan diri untuk metode terapi
tertentu.
Suatu tim kerja terpadu yang terdiri dari: tenaga pendidik, tenaga medis
(psikiater, dokter anak), psikolog, ahli terapi wicara, terapi okupasi, pkerjaan
social dan perawat, sangat diperlukan agar dapat mendeteksi dini, dan member
penanganan yang sesuai dan tepat waktu. Semakin dini terdeteksi dan mendapat
penanganan yang tepat akan dapat mencapai hasil yang optimal.1
Farmakologi
Pada sekelompok anak autistic dengan gejala-gejala seperti

8 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


tempertantrums, agresivitas, melukai diri sendiri, hiperaktivitas, dan streotipi,
pemberian obat-obatan yang sesuai dapat merupakan salah satu bagian dari
program terapi yang komprehensif. Juga sering dipakai untuk mengobati kondisi
yang terkait seperti depresi, cemas, perilaku obsesif kompulsif, membantu
mencegah self-injuy dan perilaku lain yang menimbulkan masalah.
Menempatkan anak ke level fungsional dimana anak memperoleh
manfaat dari terapi yang lain.
Obat-obat yang digunakan antara lain:
 Anti psikotik- memblok reseptor dopamine
 SSRI- merupakan selektif serotonin reuptake inhibitor
 Methylphenidate- merupakan hiperaktivitas, inatensi
 Naltrexone- antagonis opioida
 Clomipramine – anti depresan
 Clonidine –merupakan aktivitas noradrenergic.1
Walaupun tidak ada obat yang ditemukan spesifik untuk gangguan
autistic, psikofarmakoterapi adalah tambahan yang berguna bagi program terapi
menyeluruh.
Non Farmakologi
Dengan modifikasi perilaku yang spesifik, yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan anak, diharapkan dapat membantu anak autistic dalam mempelajari
perilaku yang diharapkan dan membuang perilaku yang bermasalah.
Dalam suatu penelitian dikatakan dengan terapi yang intensif selama 1-2
tahun anak-anak yang masih amat muda ini dapat berhasil meningkatkan IQ dan
fungsi adaptasinya lebih tinggi disbanding dengan kelompok anak yang tidak
memperoleh terapi yang intensif. Pada akhir dari terapi sekitar 42% dapat masuk
kesekolah umum.
Beberapa jenis terapi perilaku yang banyak digunakan :
 Metode ABA (Applied Bebavioral Analysis): terapi dilakukan dengan
memberikan positive reinforcement bila anak menuruti perintah terapis.
Disini anak diarahkan untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan
dan menggantikannya dengan perilaku yang lebih bias diterima.
 Metode option: lebih child centered, dimana terapis selalu mengikuti
perilaku anak. Yang ditekankan disini adalah “acceptance” and “love”.
Orang tua justru harus berusaha untuk masuk kedalam dunia anak
tersebut.
 Metode floor time. Ini sejanis terapi bermain yang dilakukan pada anak.1
Terapi khusus:
Termasuk terapi wicara, terapi okupasi, sensori integrasi dan fisioterapi.
Dari satu penelitian pada anak autistik didapatkan hasil: 9% tidak dapat bicara,
dengan intervensi yang sesuai ada harapan anak autistik dapat belajar bicara.
Pada pasien ini diberikan gabungan dari beberapa golongan obat yaitu
 Risperidon (Anti psikotik- memblok reseptor dopamine)
 Fluoxetin (SSRI- merupakan selektif serotonin reuptake inhibitor)
 Clobazam (antikonvulsan)

9 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik
dan sosial.
Reterdasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan
fisik lainnya.
Hendaya perilaku adaptif selalu ada, tetapi dalam lingkungan sosial terlindung
dimana sarana pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin tidak tampak sama
sekali pada penyandang retardasi mental ringan.
Pedoman Diagnostik
 Tingkat kecerdasan (inteligensia) bukan satu-satunya karakteristik,
melainkan harus sinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan
spesifik yang berbeda.
Meskipun ada kecenderungan umum bahwa semua ketrampilan ini
akan berkembang ke tingkat yang sama pada setiap individu, namun
dapat terjadi suatu ketimpangan yang besar, khususnya pada
penyandang retardasi mental.
Orang tersebut mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu
bidang tertentu (misalnya bahasa), atau mungkin mempunyai suatu
area ketrampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnya tugas visuo-
spasial sederhana) yang berlawanan dengan latar belakang adanya
retardasi mental berat. Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada saat
menentukan kategori diagnosis.
 Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi
yang tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adptif (yang dinilai
dalam kaitan dengan latar belakang budayanya), dan hasil tes
psikometrik.
 Untuk diagnosis yang pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan
yang mengakibatkan berkurangnya kemapuan adaptasi terhadap
tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari.
 Gangguan jiwa dan fisik yang menyerta retardasi mental, mempunyai
pengaruh besar pada gambaran klinis dan penggunaan dari semua
ketrampilannya.

 Penilaian diagnostik adalah terhadap ”kemampuan umum” global


ability) bukan terhadap suatu area tertentu yang spesifik dari hendaya
atau ketrampilan.

1. RETARDASI MENTAL RINGAN

Pedoman Diagnostik

 Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50


sampai 69 menunjukan retardasi mental ringan.

 Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada


berbagai tingkat, dan masalah kemampuan berbicara yang
mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat menetap sampai
dewasa. Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan

10 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


bahasa tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara
untuk keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh
dalam merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis dan
ketrampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak
lambat daripada normal. Kesulitan utama biasanya tampak dalam
pekerjaan sekolah yang bersifat akademik, dan banyak masalah
khusus dalam membaca dan menulis.

 Etologi organik hanya dapat didefinisikan pada sebagian kecil


penderita.

 Keadaan lain yang menyertai seperti autisme, gangguan


perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas
fisik dapat ditemukan dalam berbagai proporsi. Bila terdapat
gangguan demikian, maka harus diberi kode diagnosis tersendiri.

2. RETARDASI MENTAL SEDANG

Pedoman Diagnostik

 IQ biasanya berada dalam rentang 35 sampai 49.

 Umumnya ada profil kesenjangan (discrepancy) dari kemampuan,


beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam ketrampilan
visuo-spasial dari pada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa,
sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan
interaksi sosial dan percakapan sederhana. Tingkat perkembangan
bahasa bervariasi: ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana,
sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk
kebutuhan dasar mereka.

 Suatu etologi organik dapat di-identifikasi pada kebanyakan


penyandang retardasi mental sedang.

 Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasive lainnya


terdapat pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai pengaruh besar
pada gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan yang dibutuhkan.
Epilepsi, disabilitas neurologik dan fisik juga lazim ditemukan
meskipun kebanyakan penyandang retardasi mental sedang mampu
berjalan tanpa bantuan. Kadang-kadang didapatkan gangguan jiwa
lain, tetapi karena tingkat perkembangan bahasanya yang terbatas
sehingga sulit menegakkan diagnosis dan harus tergantung dari
informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya. Setiap
gangguan penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri.

3. RETARDASI MENTAL BERAT

Pedoman Diagnostik

 IQ biasanya berada dalam rentang 20 sampai 34

11 | ILMU KEDOKTERAN JIWA


 Pada umumnya mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal :

- gambaran klinis,

- terdapatnya etiologi organik, dan

- kondisi yang menyertainya,

- tingkat prestasi yang rendah,

 Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan


motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya,
menunjukan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan
yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.

4. RETARDASI MENTAL SANGAT BERAT

Pedoman Diagnostik

 IQ biasanya dibawah 20.

 Pemahaman dan penggunaan bahasa terbats, paling banter mengerti


perintah dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokan
mungkin dapat dicapainya, dan dengan pengawasan dan petunjuk
yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas
praktis dan rumah tangga.

 Suatu etilogi organic dapat di-identifikasi pada sebagian besar kasus.

 Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang
mempengaruhi mobilitas, seperti epilepsy dan hendaya daya lihat dan
daya dengar. Sering ada gangguan perkembangan pervasive dalam
bentuk sangat berat khususnya autisme yang tidak khas (atypical
autism), terutama pada penderita yang dapat bergerak.

5. RETARDASI MENTAL LAINNYA

 Kategori ini hanya diunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan
karena adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu tuli, dan
penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.

6. RETARDASI MENTAL YTT

 Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup
untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.

1. Plan Psikoterapi
 KIE orang tua penyakit ini terdapat gangguan perkembangan fungsi otak
yang tidak bisa langsung sembuh, harus ada beberapa tahapan-tahapan
lainnya, pasien dan orang tua harus sabar dan jangan putus obat tanpa
12 | ILMU KEDOKTERAN JIWA
seizing dokter.
 Terapi supportif individu dan keluarga.
Psikofarmaka
 Fluoxetin tablet 5 mg
Risperidon 0,3 mg
Clobazam 2 mg
m.f pulveres da in Caps dtd No VII
ƪ 1 dd Caps 1
 Kontrol seminggu atau sehari sebelum obat habis

2. Diagnosis  Aksis I :ASD


 Aksis II : Susp Retardasi Mental
 Aksis III : Tidak ada diagnosa
 Aksis IV : Tidak ada diagnosa
 Aksis V : GAF= 50-41 (gejala berat<serious>, disbilitas berat

3. Konsultasi Konsultasi Ke dokter spesialis kedokteran jiwa untuk tes IQ


4. Rujukan Rujuk dokter THT untuk Tes BERA (Brainsten Evoked Response Audiometry)

5. Kontrol Kontrol setiap minggu atau satu hari sebelum habis obat untuk melihat
perkembangan anak

13 | ILMU KEDOKTERAN JIWA

Anda mungkin juga menyukai