FASIES BATUGAMPING
Pola fasies yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Wilson
(1975). Dasar pembagian fasies ini memperhatikan beberapa faktor antara lain:
litologi, hubungan stratigrafi, paleontologi, struktur organik dan sedimentasi, variasi
warna, tekstur dan partikel dalam mikrofasies, observasi diagenetik, dan analisisi
mineralogi dan geokimia. Berikut adalah pola fasies yang diusulkan Wilson (1975)
yang digambarkan posisinya pada Gambar 4.1:
1. Basin Facies
2. Shelf Facies
35
5. Winnowed platform edge sands
Pola ideal ini dihasilkan dari kombinasi pengaruh lereng, umur geologi, kuat
arus gelombang, iklim, influx material terigen dan lainnya. Oleh karena itu, dalam
satu pola pengendapan karbonat dapat tidak mengandung lengkap kesembilan fasies
tersebut.
36
4.2. Fasies Batugamping, Asosiasi Fasies, dan Distribusi Fasies di Daerah
Penelitian
Gambar 4. 2. Empat asosiasi fasies yang terdapat pada daerah penelitian. Asosiasi
Fasies Paparan Sirkulasi Terbatas-Pembatas Tepi Paparan (Oligosen Awal) berada
pada kotak kuning. Asosiasi fasies yang kedua adalah Paparan Sirkulasi Terbuka
(Oligosen Awal-Akhir) berada pada kotak berwarna merah. Asosiasi Fasies
Foreslope-Toe of Slope (Miosen Awal-Tengah) berada pada kotak warna biru.
Asosiasi Fasies Paparan terletak pada kotak warna hijau muda.
37
Asosiasi fasies yang berikutnya adalah Asosiasi Fasies Foreslope-Toe of
Slope (Miosen Awal-Tengah). Asosiasi Fasies yang terakhir adalah Paparan Dalam
(Miosen Tengah-Pliosen). Perubahan dari lingkungan pengendapan karbonat dangkal
ke dalam menandakan adanya fase backstepping pada paparan karbonat. Dua
Asosiasi fasies terakhir ini berada di utara dan selatan daerah penelitian, terpisah oleh
struktur lipatan dan sesar naik yang berada di tengah daerah penelitian. Kedua
asoasiasi fasies ini merupakan bagian yang dalam dari pola fasies yang berkembang
di umur Miosen dengan daerah Teluk Sumbang dan Batu Putih yang berada barat
laut daerah penelitian (~8-12 km) sebagai daerah paparan karbonat. Pada saat Miosen
Tengah kedua daerah itu merupakan daerah paparan karbonat dengan kompleks
patch reef (Wilson dan Evans, 2002).
Fasies ini diendapkan dilingkungan laut dangkal, dengan sirkulasi air laut
yang terbatas dan terbuka. Asosiasi fasies ini terdiri dari fasies Floatstone Moluska
dan Packstone-Grainstone Bioklastik Kuarsa. Kedua litofasies ini ditemukan menjari
dengan batupasir arenit, yang diduga diendapkan di daerah yang teragitasi,
dapatberada di bawah kolom air yang dangkal, dengan pengaruh gelombang laut
kuat, sirkulasi baik, dan menjadi batas atau penghalang sirkulasi air laut untuk
pengendapan fasies Packstone Kuarsa Miliolid yang memiliki foram miliolid
sebanyak 15% dari total 30% fragmen skeletal. Daerah yang teragitasi tersebut dapat
berupa spit, tidal bar, atau yang lain yang menjadi penghalang arus laut yang datang
sehingga membentuk daerah dengan sirkulasi laut yang terbatas (restricted) yang
tersingkap di daerah penelitian. Fasies pada lingkungan yang terbatas diduga tidak
tersingkap di daerah penelitian. Umur asosiasi fasies ini berdasarkan analisis
foraminifera besar pada sayatan AR-P-131 adalah Td (Oligosen Awal) (Lampiran
A).
38
Pada sayatan tipis dapat diidentifikasi biota lain berupa alga merah, alga
hijau, foraminifera kecil, foraminifera besar, echinoid, dan sponge. Biota-biota ini
dilingkupi oleh mikrit akibat proses diagenesis awal. Pelet hadir sebagai butiran non
skeletal berukuran 0.2-1 mm, berbentuk membundar. Butiran kuarsa berukuran
sedang-halus berbentuk menyudut hadir dalam jumlah 10-20%. Butiran-butiran
tersebut tertanam dalam masa dasar lumpur karbonatan yang terubah sebagian
menjadi mikrospar. Semen berupa sparry kalsit yang mengisi rongga cangkang dan
mengikat antar butiran. Pemilahan pada fasies ini buruk-sedang, kemas terbuka,
porositas berkembang adalah moldic, vuggy, dan fractured. Fasies ini tersingkap di
stasiun pengamatan D-24, D-25, P-134, P-142.
C
A
39
echinoid, moluska, dan Halimeda sp. yang melimpah mengindikasikan daerah
pengendapan adalah di backreef. Perlapisan dengan batupasir arenit (clean
sandstnone) dan detritus kuarsa menyudut yang melimpah di litofasies ini
mengindikasikan adanya arus laut yang kuat yang membawa endapan darat ke
litofasies ini. Berdasarkan bukti-bukti di atas pengendapan litofasies ini diinterpretasi
berada di bagian pembatas di suatu daerah transisi, yang dapat berupa spit, bar,
ataupun tidal bar.
Fasies ini ditemukan di singkapan D-25, D-27, P-131, P-136, P-142, dan N-
108 (Lampiran D-2). Analisis sayatan tipis yang dilakukan pada singkapan D-25, P-
131, dan N-108 (Lampiran A) menunjukkan kandungnan biota pada litofasies ini
adalah foraminifera besar, moluska (gastrpoda dan pelecypoda), foraminifera kecil
(dominan bentik dan miliolid), alga merah dan alga hijau dengan kondisi utuh sampai
pecah.
Alga hijau yang terlihat pada sayatan tipis fasies ini merupakan Halimeda sp.
yaitu alga bertipe dasycladacean yang hidup pada air dengan temperatur hangat,
salinitas beragam, dengan kedalaman 3-5 m di bawah muka air (Grinsburg dkk.,
1995 dalam Wilson, 1975). Kandungan fosil tidak jauh berbeda dengan fasies
sebelumnya, analisis paleontologi pada fasies ini menunjukkan umur Oligosen Awal
dengan ditemukannya foraminifera besar Numulites sp dan Lepidocyclina sp.
Lingkungan pengendapan untuk fasies ini dapat berupa bar, tidal bar, atau coastal
spit, yang menjadi penahan arus laut sebelum sampai ke darat.
40
A C
Butiran terdiri dari butiran skeletal berupa foram kecil, alga hijau, cangkang
moluska. Butiran detritus sekitar 20% terdiri dari kuarsa dan k-feldspar berbentuk
menyudut tanggung dengan ukuran 0,1-0,2 mm. Matriks terdiri dari lumpur karbonat
sebagian terubah menjadi mikrit. Semen sparry kalsit. Porositas 5% berupa porositas
interpartikel dan intrapartikel. Pemilahan baik. Mudsupported. Kemas terbuka.
Fosil terdiri dari 20%, hadir sebagai butiran skeletal berupa cangkang
moluska, alga merah, foram kecil. kondisi utuh sampai pecah. Ukuran. Tersemenkan
oleh mikrospary kalsit. Mineral opak (5%) hadir sebagai butiran detritus. berbentuk
anhedral, ukuran ~0.05 mm, terubah menjadi oksida besi. Kuarsa 15%, hadir sebagai
butiran detritus. Membundar sampai menyudut tanggung. Ukuran ~0,05mm. K-
Feldspar2%, hadir sebagai butiran detritus, menyudut tanggung. Ukuran 0,02-0,05
mm. Semen 5%, terdiri dari sparry kalsit dan mikrospar, hasil ubahan dari mikrit.
Semen mengisi pori-pori dan menyemenkan fosil. Matriks 50%, lumpur karbonatan,
mulai terekrestalisasi menjadi mikrit. Porositas 5%, terdiri dari porositas interpartikel
41
dan intrapartikel. Kandungan foraminifera miliolid di fasies ini dominan daripada
biota yang lain yang dapat berasosiasi dengan daerah laguna.
42
4.2.2.1. Rudstone Koral
A C
B D
43
terbuka, clast-supported, point-long contact, sangat kompak, sangat keras, dan
porositas buruk.
Lingkungan pengendapan fasies ini berada di bagian luar proximal patch reef.
Koral yang diproduksi berada di tengah-tengah patch reef karena pengaruh arus
dapat tertransport di bagian terluar dari patch reef tersebut, terakumulasi membentuk
fasies Rudstone Terumbu. Fasies Framestone tidak ditemukan di daerah penelitian
yang bisa disebabkan tertutup oleh vegetasi atau sudah tererosi.
Fasies ini tersingkap di kaki bukit yang berada di tengah daerah penelitian.
Fasies ini memiliki pecahan mudstone sebagai fragmen penyusun utamanya,
berwarna putih, ukurannya sebesar 1-10 cm, menyudut. Butir lain berupa
foraminifera besar dan alga merah dengan ukuran yang lebih kecil. Fasies ini
memiliki kemas tertutup-terbuka, kontak antar butiran suture, point-long contact, dan
floating, clastsupported, sangat kompak dan keras, dan porositas buruk.Matriks
berupa mikrit dan sparry kalsit. Beberapa singkapan menunjukkan kenampakan
berlapis dengan ketebalan sekitar 50-70 cm, sementara disingkapan lain nampak
masif.
44
A C
B D
Litologi fasies ini berwarna putih, pada umumnya berlapis dengan variasi
ukuran butir. Butiran penyusun utama terdiri dari pecahan mudstone dan
batulempung, berukuran 2-5 cm. Berbentuk membulat tanggung. Allcohem berupa
foraminifera besar. Matriks berupa pasir karbonatan, pemilahan sedang, kemas
tertutup, point-long contact, clast supported. Membentuk pola normal graded
45
bedding, porositas baik-sedang. Butir terigen lainnya berupa kuarsa menyudut
berukuran sedang-kasar.
A B
46
4.2.2.4. Grainstone Bioklastik
A C
Biota-biota yang hadir membutuhkan oksigen dan cahaya matahari yang baik
untuk dapat tumbuh dan berkembang. Pengendapan fasies ini diduga pada kedalaman
yang sedang, antara 20-150 m. Umur pada fasies ini diketahui pada analisis
47
foraminifera besar, diketahui umur Td-Te4 (Oligosen Awal-Oligosen Akhir)
(Lampiran A).
Asosiasi fasies ini terdiri dari dua fasies yaitu Gradded Bedding Rudstone
Litoklas dan Perselingan Grainstone-Napal. Fasies ini diduga diendapkan pada
48
lingkungan foreslope hingga toe of slope (Gambar 4.2). Struktur sedimen yang
berkembang adalah gradded bedding dan perlapisan flysch. Mekanisme pengendapan
fasies ini diinterpretasi merupakan turbidit di lingkungan foreslope hingga toe of
slope dari suatu paparan karbonat.
49
Gambar 4. 11. (Atas) Singkapan Gradded Bedding Rudstone Litoklast dengan tebal
~20m. (Bawah) Kontak grainstone dengan paralel bedding grainstone-napal
(ditunjukkan dengan anak panah).
50
4.2.3.2. Fasies Perselingan Grainstone-Napal
Analisis umur untuk fasies ini sekitar Miosen Awal dengan hadirnya
foraminifera Spiroclypeus spp. dan Lepidocylina spp. Hadirnya Spiroclypeus dan
Cylcocypeus menandakan fasies ini diendapkan di lingkungan forereef. Analisis
umur yang dilakukan pada napal di bagian atasnya menghasilkan umur Miosen Awal
hingga Tengah dan lingkungan pengendapan diketahui mulai dari middle shelf
hingga outer shelf (Lampiran A).
51
Pengambilan sampel berdasarkan biota pada fasies ini dilakukan dengan hati-hati
karena fragmen pada fasies ini adalah rombakan (reworked) dari daerah lain yang
lebih dangkal. Biota-biota dan fragmen lainnya ditemukan dengan kondisi pecah-
pecah. Fasies ini bersama kedua fasies sebelumnya diendapakan di bagian slope
environment dengan mekanisme turbidit. Kenampakan di lapangan pada litofasies ini
berwarna lebih cokelat, sortasi buruk hingga sedang, dan acak, tidak menunjukkan
suatu orientasi butir.
A B
Gambar 4. 13. (A) sayatan tipis pada AR-Q-154 menunjukkan biota yang pecah-
pecah tersortasi buruk dan terlingkupi oleh semen lingkungan pengendapan
sebelumnya (kuning cokelat). (B) Sayatan tipis pada AR-E-40 foraminifera besar
yang tersusun acak dan terlingkupi oleh semen atau matriks sebelumnya. (C)
singkapan AR-E-40, batugamping pada fasies ini memiliki warna yang lebih cokelat.
52
4.2.4. Asosiasi Fasies Paparan Dalam
Gambar 4. 14. (Atas) Sayatan tipis P1 pada singkapan AR-J-76 (Bawah) Singkapan
napal-grainstone foraminifera planktonik yang saling berlapis.
Kenampakan lapangan pada fasies ini berlapis dengan napal dengan ketebalan
lapisan 10 cm. Ketebalan napal dua kali hingga tiga kali lebih tebal daripada tebal
grainstone (Gambar 4.12). Butiran terdiri dari foraminifera plangkonik, ukuran 0,02-
0,04 mm. Matriks 5% berupa lumpur karbonat, sebagian kecil terubah menjadi
mikrospar. Fosil hadir sebagai butiran skeletal berupa foraminifera planktonik,
53
kondisi utuh, tersementasi oleh mikrit. Semen sparry kalsit berbentuk blocky, isopach
yang mengisi pori dan fosil.. Porositas interpartikel dan intrapartikel.
54