Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA

LANSIA DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI DI SASANA TRESNA


WERDHA CIRACAS RUANG ANGGREK JAKARTA TIMUR

OLEH:

FIRMAN SYAH MADE

185140028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan di Wisma Dahlia Panti Sosial
Tresna Werda Budi Mulia 1 tahun 2018.

Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program
pendidikan Ners di Universitas Respati Indonesia Jakarta Timur. Selama menyusun tugas ini
kami banyak mengalami berbagai hambatan, namun berkat bimbingan dan pengarahan serta
doa dan semangat dari berbagai pihak akhirnya tugas ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan
ini kami dengan rasa hormat mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. ALLAH subhanahu wa ta’ala atas berkat dan rahmatnya.
2. Keluarga tercinta dan orang terdekat yang sudah memberikan motivasi, do’a serta dukungan
sehingga skripsi ini dapat selesai.
3. Ns. Fajar Susanti, M.Kep, Sp. Kep. Kom selaku koordinator.
4. Ns. Samsuni, M.Kep, Sp. Kep. Kom selaku pembimbing akademik.
5. Ns. Iif fitriah, S.Kep selaku pembimbing akademik.
6. Teman – teman Ners Universitas Respati Indonesia yang telah memberikan motivasi
sehingga skripsi ini dapat selesai.
7. Lansia di wisma Anggrek Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia .

Kami menyadari bahwa dalam menyusun tugas ini masih banyak kekurangan baik pada tekhnik
penulisan maupun materi, mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas di masa
yang akan datang, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i Universitas Respati
Indonesia, khususnya di bidang Ilmu Keperawatan Geriatri.

Jakarta , November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Tujuan ..................................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................... 5

2.1 Konsep Lansia.................................................................................................... 5


2.2 Konsep Penyakit ............................................................................................... 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................ 12

3.1 Data Biografi ..................................................................................................... 12


3.2 Riwayat Keluarga .............................................................................................. 13
3.3 Riwayat Pekerjaan ............................................................................................. 13
3.4 Riwayat Lingkungan Hidup ............................................................................... 13
3.5 Riwayat Rekreasi ............................................................................................... 14
3.6 Sistem Pendukung.............................................................................................. 14
3.7 Deskripsi Kekhususan........................................................................................ 14
3.8 Status Kesahatan ................................................................................................ 14
3.9 Aktivitas Hidup Sehari-hari ............................................................................... 15
3.10 Tinjauan Sistem ............................................................................................... 16
3.11 Status Kognitif/Afektif/Social ......................................................................... 16
3.12 Data Penunjang ................................................................................................ 17
3.13 Analisa Data ..................................................................................................... 19
3.14 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 20
3.15 Intervensi Keperawatan ................................................................................... 20
3.16 Catatan perkembangan ..................................................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 35

1.1 Hasi Itervensi Gout Artritis Dengan Tindakan Non Farmakologi .................... 35
1.2 Pengkajian ..................................................................................................... 36
1.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 37
1.4 Rencana Keperawatan ...................................................................................... 37
1.5 Implementasi Keperawatan .............................................................................. 37
1.6 Evaluasi ..................................................................................................... 37

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 38

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 39


5.2 Saran ..................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 40
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, berdasarkan Undang
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Secara global populasi
lansia diprediksi terus mengalami peningkatan. Populasi lansia di Indonesia diprediksi
meningkat lebih tinggi daripada populasi lansia di dunia setelah tahun 2100 (Pusdatin
Kemenkes, 2016). Individu yang telah lanjut usia juga dapat terlihat dari kulit yang mulai
keriput, rambut yang mulai memutih, berkurangnya fungsi pendengaran dan penglihatan,
melambatnya proses berfikir, dan aktivitas untuk bergerak yang mulai melambat yang
berarti akan membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan berbagai aktivitas
(Wallace, 2008).

Indonesia saat ini masuk ke dalam negara berstruktur penduduk tua (ageing
population) karena memiliki proporsi lanjut usia (Lansia) (60 tahun keatas) yang besar (di
atas 7%). Hal tersebut dapat ditunjukkan dari data Susenas tahun 2015, bahwa jumlah
Lansia sebanyak 21,5 juta jiwa atau sekitar 8,43% dari seluruh penduduk Indonesia pada
tahun 2015. Dari data penduduk tersebut menunjukkan populasi lansia cenderung
meningkat setiap tahunnya, sehingga akan diikuti pula meningkatnya masalah lansia
(BKKBN, 2017). Berdasarkan hasil survey dari Susenas (2013) menyatakan bahwa lansia
yang tinggal didaerah perkotaan sebanyak 9,26% juta orang atau 7,49%.

Meningkatnya jumlah lansia di Indonesia tentu saja akan meningkatkan permasalahan


kesehatan terkait lansia. Berdasarkan data Kemenkes pada tahun 2011, masalah yang
umum terjadi pada lansia adalah hipertensi (4,02%), diabetes mellitus (2,1%), hipertensi,
dyspepsia (2,52%), penyakit jantung iskemik (2,84%), dan penyakit kulit (2,33%). Proses
penuaan menyebabkan penurunan fungsi organ, termasuk kardiovaskuler, dan
menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada usia lanjut. hipertensi adalah keluhan yang
sering ditemukan pada usia lanjut. Pola makan yang tidak teratur dan kurangnya
berolahraga merupakan salah satu dari penyebab hipertensi
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan penyakit
hipertensi di ruang anggrek Panti Sasana Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung
Jakarta Timur.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Teridentitifkasinya kondisi kesehatan lansia dengan masalah hipertensi
1.2.2.2 Teridentifikasinya pengkajian pada pasien dengan hipertensi
1.2.2.3 Teridentifikasinya diagnosis keperawatan pada pasien dengan hipertensi
1.2.2.4 Teridentifikasinya rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi
1.2.2.5 Teridentifikasinya intervensi keperawatan pada pasien dengan hipertensi
1.2.2.6 Teridentifikasinya hasil implementasi (evaluasi tindakan) keperawatan
pada pasien dengan hipertensi

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Puskesmas
Sebagai informasi tentang kegiatan ADL (Activity of Daily Living) lansia yang
mengalami hipertensi sehingga dapat dimanfaatkan pihak Puskesmas, sebagai
pertimbangan dalam intervensi dalam mempertahankan atau memperbaiki status
Kesehatan Lansia di Sasana Tresna Werdha 1 Ciracas.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan pedoman dalam proses belajar-megajar terkait
mengenai ilmu keperawatan gerontik.
1.3.3 Bagi Lansia
Sebagai informasi dalam mempertahankan atau meningkatkan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan lansia, khususnya lansia yang mengalami hipertensi, terutama
pada kegiatan-kegiatan yang tidak memicu meningkatnya masalah hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).
1.1 Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
1.2 WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan
bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
1.3 Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).

2. Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis
menjadi 4 kelompok yaitu :
2.1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2.2. Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
2.3. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
2.4. Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

3. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan
masalah kesehatan lansia adalah:
3.1 Jenis kelamin
Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah
kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan. Misalnya lansia
laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi
osteoporosis.
3.2 Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
3.3 Living arrangement:
misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau
kekuarga lainnya.
3.4 Kondisi kesehatan
3.4.1 Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang
lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
3.4.2 Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
e. Keadaan ekonomi
1).Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau
masih bisa aktif.
2).Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak
atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung
padanya.
3).kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara
pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehinga cukup
beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar dalam kehidupan,
menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi dan kondisi
fisik

4. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan
fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011)

a. Perubahan Fisik
1. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Intergumen:
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit
akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3 .Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut: Jaringan
penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit,
tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur.
4.Kartilago
jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya
kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5. Tulang
berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan
fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur.
1. Otot
perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
2. Sendi
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
3. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan
penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
4. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru,
udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi
torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan
toraks berkurang.
5. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
a). Kehilangan gigi,
b). Indra pengecap menurun,
c). Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d).Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
11. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
12. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

13. Sistem reproduksi


Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

b. Perubahan Kognitif
1). Memory (Daya ingat, Ingatan)
2). IQ (Intellegent Quocient)
3). Kemampuan Belajar (Learning)
4). Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5). Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6). Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7). Kebijaksanaan (Wisdom)
8). Kinerja (Performance)
9). Motivasi

c. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1).Pertama- tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
2). Kesehatan umum
3). Tingkat pendidikan
4). Keturunan (hereditas)
5). Lingkungan
6). Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7). Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8). Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
9). Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.

B. PENGERTIAN HIPERTENSI

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka
kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin,
2007 ).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi
sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa
muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa
bermanfaat ( Gleadle, 2005 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara umum,
hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal
tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke, aneurisma,
gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka
kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140- 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang pertama
menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh darah
ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka yang
kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang
dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam
jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolic
diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya
dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama buat
orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika
angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial (primer)
merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan
karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi
yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya
dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat
berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi,
merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong
terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok
(M.Adib,2009).

D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia
melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang
kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh
beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.
Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan
tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek
kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan
mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari
penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan
pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar
meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan
elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer,
yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh
terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan
kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan
darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan
meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan
tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa
ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi,
2008).

E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah,
sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo,
mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu
: gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung
F. PATHWAYS

Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
Feokromositoma
garam berlebih raga tahun ginjal

Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan Menghasilkan


Tidak mampu
monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan hormon epinefrin
kolesterol membuang
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & sejumlah garam dan norepinefrin
pembuluh darah
arteri dan air di dalam
Peningkatan Meningkatnya besar
Penyempitan tubuh Memacu stress
Merusak lapisan Vasokonstriksi sel darah merah
pembuluh darah volume darah
endotel pembuluh pembuluh Elastisitas
dan sirkulasi Efek konstriksi
darah pembuluh
darah arteri perifer darah menurun Volume darah
Meningkatnya dalam tubuh
viskositas meningkat
Aterosklerosis Tahanan
perifer
meningkat

Jantung bekerja keras


untuk memompa

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban


kerja jantung
Vasokonstriksi Retina Hidung
Suplai O2 ke Retensi Telinga
pembuluh darah Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah
ginjal jantung
otak meningkat Spasme Perdarahan Suara
Sinkope Blood flow arteriole berdenging
Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh darah Diplopia Gangguan jantung
Resiko tinggi meningkat keseimbangan
cidera Respon RAA
Nyeri Resiko tinggi Resiko
kepala Vasokonstriksi cidera penurunan
Resiko terjadi
curah jatung
gangguan
perfusi jaringan
Gangguan rasa Rangsang
serebral
nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium

Oedem

Gangguan
keseimbangan
volume cairan

Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
G. PENATALAKSANAAN

1. Terapi tanpa obat


a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.

b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)


mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium,
dan kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.


e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.

g. Teknik-teknik mengurangi stress


Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.

h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.

2. Terapi dengan obat


a. Penghambat saraf simpatisz
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).

b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).

c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor


Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).

f. Antagonis Reseptor Angiotensin II


Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).

g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah


Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
14. Hipertensi
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000; John,
2003; Sodoyo, 2006).
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan


dengan pekerjaan)
Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian tangisan
yang meledak

2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata),


gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing

1) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan


menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
2) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
3) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
4) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,


diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau alkohol
(Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ; Nathea,


2008) adalah sebagai berikut:

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh


darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
6. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
C. RENCANA TINDAKAN

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi


pembuluh darah.
Intervensi:
a. Observasi tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi
ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat
mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau
gagal jantung kronik).
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler
lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
e. Catat adanya demam umum/tertentu.
Rasional: dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskuler.
f. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat
efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti
hipertensi, diuretik.
Rasional: Menurunkan tekanan darah.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan


antara suplai dan kebutuhan O2.
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter:
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing
atau pingsan.
Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri.
Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada.
Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada
kerja jantung.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan
sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas
dan mencegah kelemahan.
3. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya:
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk.
Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan
yang memperberat kondisi klien.
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Intervensi:
a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
kegemukan.
Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan massa tumbuh.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra
vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk
hipertensi.

c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.


Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka
program sama sekali tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.
Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
menyesuaikan/penyuluhan.
e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan
dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.
Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan
dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan
perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol
perubahan.
f. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol
(daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).
Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting
dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan
diet individual.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Intervensi:
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya:
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan.
Rasional: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
Rasional: Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin merupakan
indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolik.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor)
d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional: keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat
menigkatkan kerjasama dalam regiment terapiutik.
e. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan
seperti: apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?.
Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap
pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,
kebutuhan untuk kontrol dan fokus keluar dapat mengarah pada
kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan
diri/keluarga.
Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Intervensi:
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang
dapat diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola
hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan
teratur) pola hidup penuh stress.
Rasional: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan
sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal
klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan
prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
c. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit
hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui pendkes.
Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses
penyakit hipertensi (Doenges, 2000; Ncithea, 2008).

BAB III

TINJAUAN KASUS I

Tanggal Pengkajian : 7 NOVEMBER 2018

3.1 Data Biografi


Nama : Ny. E
JenisKelamin : Perempuan
Tempat & Tgl lahir : bekasi, 27 april 1940
Umur : 78 tahun
Golongan darah :-
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : 150 cm /40 kg
Penampilan : bersih, tampak kurus
Ciri-ciri fisik : kuli sawo matang, tubuh kurus.
Alamat : Panti Sosial Thesna Werdha Budi Mulia
Telp :-
Orang Yang Dekat Dihubungi :-
Hubungan dengan usila :-
Alamat Asal : bekasi
Telp :-
3.2 Riwayat Keluarga
Genogram

keterangan:
: perempuan : laki-laki. : hubungan darah

: laki-laki : menikah : wanita meninggal

: laki-laki meninggal p : pasien


3.3 Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Ny. E tinggal di panti werdha sehingga tidak bekerja.
Alamat Pekerjaan :-
Berapa Jarak Dari Rumah :-
Alat Transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya : atlet bulu tangkis
Berapa Jarak Dari Rumah : Lupa
Alat Transportasi : Angkot dan berjalan kaki
Sumber- sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan:
NY. E sebelum di panti pendapatannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

3.4 Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe tempat tinggal : Wisma anggrek
Jumlah Kamar :3
Kondisi Tempat Tinggal : Ny. E mengatakan cukup nyaman dengan teman
sekamarnya
Jumlah orang yang tinggal di rumah : Di Ruang anggrek terdapat 32 orang lansia

3.5 Riwayat Rekreasi


Hobi/minat : Ny. E mengatakan hobi mengikuti kegiatan senam dan
mengaji
Keangotaan organisasi : Ny. E mengatakan sering mengikuti senam, dan
pengajian, dan kegiatan lain di panti
Liburan/perjalanan : Ny. E mengatakan hanya di dalam panti tidak pernah
berlibur.
3.6 Sistem Pendukung
Perawat/ bidan/ dokter/ fisioterapi : puskesmas
Jarak dari rumah :-
Rumah sakit :
jarak dari rumah :
puskesmas :
klinik :-
pelayanan kesehatan di rumah :-
makanan yang dihantarkan :-
perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga:
lain-lain:-

3.7 Deskripsi Kekhususan


Kebiasaan ritual :Ibadah
yang lainnya : tidak ada

3.8 Status Kesehatan


Status kesehatan umum selama setahun lalu :
Ny. E mengatakan yang dirasakan sekarang nyeri di punggung dan pinggang
kesehatan umum selama 1 tahun lalu :
Ny. E mengatakan menderita riwayat hipertensi 10 tahun
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:
Ny. E mengatakan hipertensi itu sakit kepala pusing
Obat-obatan :
1. Amlodipine 1x 10 mg
2. Captopril 3x1
3. Vit B.Complek 3x1

Alergi (catatanagendanreaksispesifik)

Makanan : tidak ada


Lingkungan : tidak ada

Penyakit yang diderita : Ny. E mengeluh terkadang terasa pegal pada pundak, lemas,
dan pusing

3.9 Aktivitas Hidup Sehari-hari


Indeks Katz : Ny. E mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah kekamar
kecil, berpakaian dan mandi.
Oksigenasi : Pergerakan Dinding dada simetris, pengembangan paru kanan
dan kiri baik, Frekuensi 20x/menit
Nutrisi : Ny. E mengatakan makan 3x/sehari pada pukul 06.30, 11.30,
dan 16.00
Eliminasi : BAK 5x sehari, BAB frekuensi 2 hari sekali.
Aktivitas : Ny. E mengatakan kadang-kadang mengikuti semua kegiatan yang
dilaksanakan dipanti
Istirahat & tidur : Ny. E mengatakan tidur mulai pukul 20.00 dan bangun pukul
04.00 untuk mengikuti sholat subuh di kamar
Personal hygiene : Ny.E mengatakan mandi 2x sehari
Sexual : Ny. E Masih sukacuri-curipandang
Rekreasi : Ny. E mengatakan tidak pernah rekreasi sejak tinggal dipanti.
Psikologis : Ny. E mengatakan hanya menikmati masatua dengan teman-
teman di Panti

Persepsi
 Konsep diri : Ny. E mengatakan suka dengan seluruh tubuhnya dan Ny. E
merasa puas dengan perannya sebagai perempuan
 Emosi : Ny. E selalu terlihat ceria
Tetapi terdangang tidak lemas
Adaptasi : mengatakan berinteraksi dengan orang-orang
 Mekanisme pertahanan diri :Ny. E sering berinteraksi dengan teman- temannya

3.10 Tinjauan Sistem


Keadaan umum : Baik
Tingkat Kesadaran : compos mentis
Skala koma glascow : 15 (E4 V5 M6 )
Tanda-tanda Vital : tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi : 89 kali/menit
pernapasan : 20 kali/menit, suhu : 36,2oC
Kepala : Rambut pendek, mengenakan kerudung
Mata,hidung : Ny. E mengatakan fungsi mata menurun
Telinga : Fungsi pendengaran baik
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
Dada dan punggung : Punggung tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada lesi.
dada simetris, tidak ada nyeri dada.
Abdomen :Tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada lesi, abdomen supel
Kulit : Kulit keriput, turgor kulit elastis
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada kelainan
Genitalia : Ny. E mengatakan pernah gatal, tetapi sudah sembuh
Sistem Reproduksi : tidak ada kelainan
Sistem imun : tidak ada kelainan
Sistem persyarafan : terjadi penurunan fungsi penglihatan
Sistem pengecapan : Ny. E mengatakan indra pengecapan tidak ada masalah.
Sistem penciuman : tidak ada kelainan
taktil respon : tidak ada kelainan

3.11 Status Kognitif/afektif/social


1. Short Portable Mental Status Quaestionnaire (SPMSQ) : Fungsi intelektual utuh
2. Mini Mental State Exam (MMSE) : Tidak ada gangguan kognitif
3. Inventaris Depresi Beck : Depresi tidak ada atau minimal
4. Penilaian fungsi keseimbangan bergan :-
5. indeks bartel (IB) : Mandiri

3.12 Data Penunjang


AsamUrat : 4. 4mg/dl
GDS : 167

3.13 ANALISA DATA

nonoo No Data Etiologi Masalah

1. DS: Proses penuaan


- Ny. E mengatakan
pegal-pegal pada
Peningkatan
leher : baskuler serebral
P: saat bangun dari
tidur
Q: nyeri terasa berat
R: nyeri dibagian Oksigen dan
leher dan nutrisi

punggung. terganggu Nyeri pada Ny. E

S: skala 5 (skala 1-10)


T:- ± 30 menit
Rangsang saraf
- Nyeri hilang
nyeri
timbul

- Ny. E mengatakan Gangguan rasa


nyaman : nyeri
Nyeri saat beraktifitas
juga.
DO:
- Ny. E terkadang
tampak memegangi
lehernya dan memijat
sendiri.
- Obs ttv : td 150/90
mmhg, n 98x/mnt, s
36.0, rr 20 x/mnt
DS: Ny. E mengatakan Proses Menua
saat beraktifitas cepat
lelah, dan agak sesak.
Penurunan
DO:- Tampak lemas, vasokontriksi
tampat terlihat lelah saat Resiko tinggi
pembuluh darah
abis berjalan
jantung penurunan curah
-obs ttv: jantung pada ny .E
Td : 150/80 mmhg, n Penurunan
98x/mnt, s 36.0 C, rr
elasisitas
24x/mnt
pembuluh darah

resiko tinggi
penurunan curah
jantung
DS: Kurangnya
terpapar informasi
- Klen mengatakan
masalah yang di
Kurang mampu
hadapi
mengingat
- Klein
Defisit Pengetahuan
mengatakan tidak
Defisit tentang (Spesifikasi)
tau tentang
pengetahuan
penyakit darah
tinggi
- Klien
mengatakan
belum begitu
paham tentang
pantangan
makanan
DO:

- Klein tanpak
bertanya tentang
penyakitnya
- Klien tampak
makan
tempe,tahu dan
sayuran yg
berwarna hijau
- Klien bertanya-
tanya tentang
makanan yang
dapat di
komsumsi dan di
hindari
- Klain terlihat
belum
mengetahui
tentang diit yang
tepat untuk
hipertensi

3.14 Diangnosa

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung (SDKI. D.0008)

2. Nyeri (SDKI. D.0077)

3. Kurang pengetahuan (SDKI.D.0111)


3.15 Rencana keperawatan

3.15 IntervensiKeperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi


No. Rasional
Keperawatan (Noc) (Nic)

1. Nyeri pada Ny. E Setelah diberikan intervensi - Kaji tipe/ lokasi nyeri. - Berguna dalam membedakan
keperawatan selama 3x24 Perhatikan intensitas pada ketidaknyamanan.
jam,diharapkan skala nyeri (1-10) - Berguna dalam memantau
Memperlihatkan tingkat nyeri, - Kaji TTV tanda- tanda terjadinya
yang dibuktikan oleh indicator - Berikan informasi infeksi, dan hubungan antara
nyeri hilang atau berkurang ketidaknyamanan yang di tingkat keparahan nyeri
(skala nyeri 0) dengan kriteria antisipasi dan intervensi pasien.
hasil: penghilangan.
- Ajarkan tekhnik relaksasi
- Ekspresi wajah rileks - Mengetahui apa yang
tarik nafas dalam dan berikan
- Ny.E tidak Gelisah atau diharapkan dapat mencegah
massage dan kompres
tenang ansietas.
- Skala nyeri berkurang - berikan kompres air hangat
- mampu mengontrol nyeri pada daerah yang nyeri
nya - Ketika memberikan
- mempertahankan selera penyuluhan mengenai - Meningkatkan relaksasi otot
makan yang baik medikasi, ulangi informasi dan memfokuskan kembali
sesering mungkin perhatian.

- Sirkulasi yang mungkin


melambat sehubungan dengan
tirah baring.

- kompres air hangat digunakan


untuk merileksasikan otot-
otot sehingga mengurangi
rasa nyeri

- Memastikan bahwa pasien


benar-benar memahami
tentang apa yang kita katakan.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan - Observasi tanda- tanda vital - Untuk mengetahui keadaan
Penurunan curah keperawatan selama 3x 24 jam - Monitor toleransi aktivitas umum pasien
jantung di harapkan masalah resiko pasien - Untuk mengurangi beban
penurunan curah jantung - Atur periode latihan dan kerja jantung berlebihan
teratasi , dengan kriteria hasil: istirahat untuk menghindari - untuk memperlancar sirkullasi
kelelahan pasien.
- Ny. E tampak rileks dan
- Anjurkan pasien untuk - Agar tidak menimbulkan
lebih segar
menghindari stres komlikasi yang terjadi
- Ttv dalam batas normal td
- Minimalkan stres lingkungan - Diharapkan dapat
120/80 mmhg, n 80x/ mt, s
- Evaluasi adanya nyeri dada merilekskan tubuh dan
36, rr 20x/mnt
- Berikan jus belimbing pikiran.
- Ny. E dapat mentoleransi
- untuk menegetahui adanya
aktivitas, tidak ada
tanda-tanda sakit jantung
kelelahan.
- terapi konservatif dalam
menurunkan tekanan darah
3 Kurang pengetahuan - Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat mengetahuan - Mempermudah dalam
askep selama 1x24 jam di klien memberikan penjelasan pada
harapkan klein dapat klien
mengerti tentang tekanan - Menjelaskan tentang - Untuk meningkatkan
darah tinggi dengan pengertian,penyebab,tanda pengetahuan dan mengurangi
kriterial hasil: dan gejala,pantangan makan cemas
- Setelah tindakan - Evaluasi tingkat pengetahuan - Agar klien dapat mengerti
keperawatan diharpkan klein tentang hipertensi
masalah keperawatan - Anjurkan pasien megikuti diit - Untuk mencegah terjadinya
kurang pengetahuan dapat yang dianjurkan peningkatan hipertensi
teratasi dengan indikator - Anjurkan pasien rutin untuk - Agar tekana darah pasien
seperti: mengontrol kesehatannya terkontrol
1. Mampu mengetahui
tanda gejala,penyebab
2. Klein dapat Mengenal
makanan yang
dihindari
3. Klein mampu
menjelaskan kembali
apa yang telah
dijelaskan oleh
perawat
3.16 CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan

7 Nov 2018 Nyeri - menanyakan pada Ny. E lokasi nyeri S = Ny. E mengatakan nyeri masih
dan skala nyeri (1-10) terasa, bila bangun tidur kaku, bila
Rs: Ny. E mengatakan nyeri dibawa bejalan terasa pusing dan nyeri
P: saat bangun dari duduk dan tidur terus menerus lebih sering saat bangun
Q: Kaku duduk kurang lebih 30 menit. skala
R: dibagian leher nyeri 4
S: skala 5 (skala 1-10) O = Td: 140/70 mmHg, N:96x/mnt, S
T: - ± 30 menit 36.9, rr 23 x/mnt
- nyeri hilang timbul tampak rileks saat melakukan TND,
mengerti saat diberi penjelasan.
- mengukur tanda-tanda vital A = Masalah belum teratasi
P = Ukur TTV/sore
Ro: TD: : 150/80 mmHg, nadi : 94
Beri kompres dingin setiap hari
kali/menit pernapasan : 24 kali/menit,
sekali
suhu : 36,7oC
Anjurkan TND bila nyeri terasa
- mengajarkan tekhnik relaksasi tarik
nafas dalam
Ro: Ny. E dapat melakukan teknik
nafas dalam yang diajarkan dan tampak
tidak gelisah (rileks).
- memberikan pendidikan mengenai
pengobatan dan diit tentang
hipertensi, Ro: Ny.E tampak
menganggukan kepala dan tampak
mengerti dapat mengulangi makanan
yang harus dikurangi.
- Memberikan kompres air hangat pada
leher pasien. Ro : klien mengatakan
tampak rileks dan enak.
7 Nov 2018 Resiko tinggi - Observasi tanda- tanda vital S = Ny. E mengatakan jika beraktifitas
penurunan masih terasa lelah, pegal dan kadang
Ro: TD: : 150/80 mmHg, nadi : 94
curah jantung juga terjadi sesak
kali/menit pernapasan : 24 kali/menit,
O = Td: 140/70 mmHg, N:96x/mnt, S
suhu : 36,7oC
36.9, rr 23 x/mnt , tampak kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien setelah melakukan aktivitas,
Ro : pasien tampak mengikuti aktivitas A = Masalah belum teratasi
- Atur periode latihan dan istirahat untuk P = Ukur TTv/pagi
menghindari kelelahan
Ro : pasien tampak mengerti akan Anjurkan untuk megurangi aktivitas
pengaturan jadwal pasien yang berat
- Anjurkan pasien untuk menghindari Anjurkan untuk istirahat yang cukup
stres
Ro : pasien tampak mengerti tentang
menghindari stres dan mengurari
pikiran yang tidak perlu
- Minimalkan stres lingkungan
Ro: klien tampak mau mnegikuti
bersih- bersih ruangan
- Evaluasi adanya nyeri dada
Ro : tidak adanya tanda- tanda nyeri
pada dada pasien
- Memberikan pasien jus
belimbing
Ro: klien tampak meminum jus
belimbing dan mengatakn segar.
7 Non 2018 Kurang - Kaji tingkat mengetahuan klien S : klien mengatakan mengerti
pengetahuan Ro : klien tampak tidak bisa menegerti tentang penyakit hipertensi
menjelaskan tentang hipertensi ysng telah dijelaskan
- Menjelaskan tentang O : klien tampak : menjelaskan kembali
pengertian,penyebab,tanda dan apa yang telah dijelaskan oleh perawat,
gejala,pantangan makan tampak mengerti
Ro: klien tampak mau mengikuti
A : masalah keperawtan teratasi
penjelasan perawat
sebagian
- Evaluasi tingkat pengetahuan klein
Ro: klien tampak mampu P: tindakan keperawatan dilanjutkan
memberikan pengertian ulang apa itu
- Kaji ulang pengetahuan tentang
hipertensi
hipertensi
- Anjurkan pasien megikuti diit yang
dianjurkan, Ro : klien tampak mau
mengikuti anjuran perawat
- Anjurkan pasien rutin untuk
mengontrol kesehatannya pada daerah
yang nyeri
Ro : klien mengatakan mau
memeriksakan kesehatannya di klinik
8 Nov 2018 Nyeri - menanyakan pada Ny. E lokasi nyeri S = Ny.E mengatakan nyeri masih terasa
dan skala nyeri (1-10) sedikit, bila bangun tidur leher masih
Ro: Ny. E mengatakan nyeri tegagng sedikit, bila berjalan
P: saat bangun dari duduk dan tidur terkadang pusing sampai ke kepala
Q: pegal- pegal saat bangun tidur kurang lebih 30
R: dibagian leher menit. skala nyeri 3
S: skala (skala 1-10) O = Td: 140/70 mmHg, N:86x/mnt, rr
T: - ± 30 menit 22x/mnt, s 36.7C, tampak rileks saat
- nyeri hilang timbul melakukan TND,. tampak mengerti
- mengukur tanda-tanda vital saat diberi penjelasan.
A = Masalah belum teratasi
Ro: TD: : 140/80 mmHg, nadi : 84
P = Ukur TTv/pagi
kali/menit pernapasan : 24 kali/menit,
Beri kompres hangat setiap hari
suhu : 36,7oC
sekali
- mengulagi kembali tekhnik relaksasi Anjurkan TND bila nyeri terasa
tarik nafas dalam
Ro: Ny. E dapat melakukan ulang
teknik nafas dalam yang diajarkan dan
tampak tidak gelisah (rileks).
- memberikan pendidikan mengenai
pengobatan dan diit tentang
hipertensi, Ro: Ny.E tampak
menganggukan kepala dan tampak
mengerti dapat mengulangi makanan
yang harus dikurangi..
- Memberikan kompres air hangat
pada leher pasien. Ro : klien
mengatakan tampak rileks dan enak.
8 Nov 2018 Resiko - Observasi tanda- tanda vital S = pasien mengatakan : badan masih
gangguan tersa cepat lelah ketika berktivitas, agak
Ro TD: : 140/80 mmHg, nadi : 84
penurunan sesak juga saat aktivitas berlebih, tetapi
kali/menit pernapasan : 24 kali/menit,
curah jantung sudah tidak terlalu di rasakan
suhu : 36,7oC
O = klien tampak : k/u lsedang kes cm,
- Monitor toleransi aktivitas pasien
letih h saat abis senam, tampak sedikit
Ro : pasien tampak mengikuti aktivitas
rileks dengan pengaturan jadwal
di panti yaitu senam
aktivitas, obs ttv td 130/ 80 mmhg, n
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
89x/ mnt, rr 23x/ mnt s 36.
menghindari kelelahan
Ro : pasien tampak mengerti akan A = Masalah teratasi sebagian
pengaturan jadwal pasien, tidak terlalu
P = lanjutkan intervensi
aktivitas berat
- Anjurkan pasien untuk menghindari - Anjurkan latihan periode
stres istirahat,
Ro : pasien mengatakan sudah terasa
- Obs ttv
rileks
- Minimalkan stres lingkungan
Ro: klien tampak mau mnegikuti saran
perawat
- Evaluasi adanya nyeri dada
Ro : tidak adanya tanda- tanda nyeri
pada dada pasien
- Memberikan pasien jus
belimbing
- Ro: klien tampak meminum jus
belimbing dan mengatakn segar

8 Nov 2018 Kurang - mengKaji ulang tingkat mengetahuan S: klien mengatakan sduah mengerti apa
pengetahuan klien itu hipertensi dan penyebab serta tanda
Ro : klien tampak sudah bisa dan gejalanya
menjelaskan tentang hipertensi
O : klien tampak mengerti apa yang
- Menjelaskan ulang tentang
pernah di jelaskan oleh perawat, tampak
pengertian,penyebab,tanda dan
muali menerapkan anjuran yang di
gejala,pantangan makan
berikan oleh perawat.
Ro: klien tampak mau mengikuti
penjelasan perawat A: masalah keperawatan teratasi
- Evaluasi tingkat pengetahuan klein
P tindakan keperawatan di hentikan
Ro: klien tampak mampu
memberikan pengertian ulang apa itu
hipertensi
- Anjurkan pasien megikuti diit yang
dianjurkan, Ro : klien tampak mau
mengikuti anjuran perawat
- Anjurkan pasien rutin untuk
mengontrol kesehatannya pada daerah
yang nyeri
- Ro : klien mengatakan mau
memeriksakan kesehatannya di klinik
nanti

9 Nov 2018 Nyeri - menanyakan pada Ny. E lokasi S = Ny E mengatakan nyeri berkurang
nyeri dan skala nyeri (1-10) setelah dilakukan kompres air hangat
Ro: Ny. E mengatakan nyeri dan melakukan teknik relaksasi
P: saat bangun dari duduk dan tidur dengan skala nyeri 3.
Q: pegal- pegal
O = klien tampak : rileks, tampak
R: dibagian leher
nyaman dengan dilakukan kompres air
S: skala 3 (skala 1-10)
hangat, dan tampak melakukan teknik
T: - ± 30 menit
relaksasi yang sudah diajarkan
- nyeri hilang timbul
- mengukur tanda-tanda vital A = Masalah teratasi sebagian

Ro: TD: : 140/70 mmHg, nadi : 94 P = tindakan keperawatn dilanjutkan


kali/menit pernapasan : 22 kali/menit,
- Obs ttv
suhu : 36,7oC
- Kaji sekala nyeri
- mengulagi kembali tekhnik
relaksasi tarik nafas dalam - Lakukan kembali kompres
Ro: Ny. E dapat melakukan ulang hangat
teknik nafas dalam yang diajarkan dan
- Dan mengajarkan teknik
tampak tidak gelisah (rileks).
relaksasi yang baik
- Memberikan kompres air hangat
pada leher pasien. Ro : klien
mengatakan tampak rileks dan
enak.
9 Nov 2018 Resiko tinggi - Observasi tanda- tanda vital S = klien mengatakan dengan
penurunan melakukan pengaturan jadwal cepat
Ro TD: : 140/70 mmHg, nadi : 94
curah jantung lelahnya berkurang
kali/menit pernapasan : 22 kali/menit,
suhu : 36,7oC O = klien tampak. k/u sedang kes cm,
tampak tidak letih lagi saat beraktivitas,
- Monitor toleransi aktivitas pasien
malkukan aktivitas yang sebisanya saja
Ro : pasien tampak mengikuti aktivitas A = Masalah teratasi sebagian
di panti yaitu senam
P = tindakan keperawatan dilanjutkan
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
Ro : pasien tampak mengerti akan
pengaturan jadwal pasien, tidak terlalu
aktivitas berat
- Anjurkan pasien untuk menghindari
stres
Ro : pasien mengatakan sudah terasa
rileks
- Minimalkan stres lingkungan
Ro: klien tampak mau mnegikuti saran
perawat
- Evaluasi adanya nyeri dada
Ro : tidak adanya tanda- tanda nyeri
pada dada pasien
- Memberikan pasien jus
belimbing
- Ro: klien tampak meminum jus
belimbing dan mengatakn segar
9 Nov 2018 Kurang - -
Pengetahuan
TINJAUAN KASUS II

Tanggal Pengkajian : 7 NOVEMBER 2018

3.16 Data Biografi


Nama : Ny. Er
JenisKelamin : Perempuan
Tempat & Tgl lahir : kuningan , tidak ingat
Umur : - tahun
Golongan darah :-
Pendidikan terakhir : smp
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : 150 cm /80 kg
Penampilan : tampak bersih, dan rabut berwatna putih
Ciri-ciri fisik : kulit sawo matang dan tampak beruban, agak gemuk
Alamat : Panti Sosial Thesna Werdha Budi Mulia
Telp :-
Orang Yang Dekat Dihubungi :-
Hubungan dengan usila :-
Alamat Asal : kuningan
Telp :-
3.17 Riwayat Keluarga
Genogram

keterangan:
: perempuan : laki-laki. : hubungan darah

: laki-laki : menikah : wanita meninggal

: laki-laki meninggal p : pasien


3.18 Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Ny. Er tinggal di panti werdha sehingga tidak bekerja.
Alamat Pekerjaan :-
Berapa Jarak Dari Rumah :-
Alat Transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya : pembantu rumah tangga
Berapa Jarak Dari Rumah : 2 km
Alat Transportasi : Angkot dan berjalan kaki
Sumber- sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan:
NY. E sebelum di panti pendapatannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

3.19 Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe tempat tinggal : Wisma anggrek
Jumlah Kamar : 23
Kondisi Tempat Tinggal : Ny. Er mengatakan cukup nyaman dengan teman
sekamarnya
Jumlah orang yang tinggal di rumah : Di Ruang anggrek terdapat 32 orang lansia

3.20 Riwayat Rekreasi


Hobi/minat : Ny. Er mengatakan hobi mengikuti kegiatan senam dan
mengaji dan memasak di dapur
Keangotaan organisasi : Ny. Er mengatakan sering mengikuti senam, dan
pengajian, dan kegiatan lain di panti
Liburan/perjalanan : Ny. Er mengatakan hanya di dalam panti tidak pernah
berlibur paling hanya membantu memasak.
3.21 Sistem Pendukung
Perawat/ bidan/ dokter/ fisioterapi : puskesmas
Jarak dari rumah :-
Rumah sakit :
jarak dari rumah :
puskesmas :
klinik :-
pelayanan kesehatan di rumah :-
makanan yang dihantarkan :-
perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga:
lain-lain:-

3.22 Deskripsi Kekhususan


Kebiasaan ritual :Ibadah
yang lainnya : tidak ada

3.23 Status Kesehatan


Status kesehatan umum selama setahun lalu :
Ny. Er mengatakan yang dirasakan sekarang nyeri di punggung, susah tidur di malam
hari
kesehatan umum selama 1 tahun lalu :
Ny. Er mengatakan menderita riwayat hipertensi 12 tahun
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:
Ny. Er mengatakan hipertensi itu sakit pusing2, tekanan darah naik di atas 140

Obat-obatan :
4. Amlodipine 1x 10 mg
5. Captopril 3x25mg
6. Vit B.Complek 3x1

Alergi (catatanagendanreaksispesifik)

Makanan : tidak ada


Lingkungan : tidak ada

Penyakit yang diderita : Ny. Er mengeluh terkadang terasa pegal pada pundak, lemas,
dan cepat lelah

3.24 Aktivitas Hidup Sehari-hari


Indeks Katz : Ny. Er mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah
kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
Oksigenasi : Pergerakan Dinding dada simetris, pengembangan paru kanan
dan kiri baik, Frekuensi 24x/menit
Nutrisi : Ny. E mengatakan makan 3x/sehari pada pukul 06.30, 11.30,
dan 16.00
Eliminasi : BAK 5x sehari, BAB frekuensi 1 hari sekali.
Aktivitas : Ny. Er mengatakan kadang-kadang mengikuti semua kegiatan yang
dilaksanakan kegiatan di panti
Istirahat & tidur : Ny. Er mengatakan tidur mulai pukul 01.00 dan bangun pukul
04.00 untuk mengikuti sholat subuh di kamar, setiap istirahat
sering terbangun dan tidak bisa tidur lagi
Personal hygiene : Ny.Er mengatakan mandi 3x sehari
Sexual : Ny. Er
Rekreasi : Ny. Er mengatakan tidak pernah rekreasi sejak tinggal dipanti.
Psikologis : Ny. Er mengatakan hanya menikmati masatua dengan teman-
teman di Panti
Persepsi
 Konsep diri : Ny. Er mengatakan suka dengan seluruh tubuhnya dan Ny.
A merasa puas dengan perannya sebagai perempuan
 Emosi : Ny. Er selalu terlihat ceria
Tetapi terdangang tidak lemas
Adaptasi : mengatakan berinteraksi dengan orang-orang
 Mekanisme pertahanan diri :Ny. Er sering berinteraksi dengan teman- temannya

3.25 Tinjauan Sistem


Keadaan umum : Baik
Tingkat Kesadaran : compos mentis
Skala koma glascow : 15 (E4 V5 M6 )
Tanda-tanda Vital : tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi : 89 kali/menit
pernapasan : 20 kali/menit, suhu : 36,2oC
Kepala : Rambut pendek, mengenakan kerudung
Mata,hidung : Ny. E mengatakan fungsi mata menurun
Telinga : Fungsi pendengaran baik
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
Dada dan punggung : Punggung tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada lesi.
dada simetris, tidak ada nyeri dada.
Abdomen :Tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada lesi, abdomen supel
Kulit : Kulit keriput, turgor kulit elastis
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada kelainan
Genitalia : Ny. Er mengatakan pernah gatal di tangan, tetapi
sudah sembuh
Sistem Reproduksi : tidak ada kelainan
Sistem imun : tidak ada kelainan
Sistem persyarafan : terjadi penurunan fungsi penglihatan
Sistem pengecapan : Ny. Er mengatakan indra pengecapan tidak ada masalah.
Sistem penciuman : tidak ada kelainan
taktil respon : tidak ada kelainan
3.26 Status Kognitif/afektif/social
6. Short Portable Mental Status Quaestionnaire (SPMSQ) : Fungsi intelektual utuh
7. Mini Mental State Exam (MMSE) : Tidak ada gangguan kognitif
8. Inventaris Depresi Beck : Depresi tidak ada atau minimal
9. Penilaian fungsi keseimbangan bergan :-
10. indeks bartel (IB) : Mandiri

3.27 Data Penunjang


GDS : 120

3.28 ANALISA DATA

nonoo No Data Etiologi Masalah

2. DS: Proses penuaan


- Ny. Er mengatakan
pegal-pegal pada
Peningkatan
leher : baskuler serebral
P: pada saat aktivitas
Q: nyeri terasa
tertekan
R: nyeri dibagian Oksigen dan
leher dan nutrisi
Nyeri pada Ny. Er
punggung. terganggu
S: skala 6 (skala 1-10)
T:- ± 15 menit
Rangsang saraf
- Nyeri hilang
nyeri
timbul

- Ny. E mengatakan Gangguan rasa


nyaman : nyeri
Nyeri saat beraktifitas
juga.
DO:
- Ny. E terkadang
tampak memegangi
lehernya dan memijat
sendiri.
- Obs ttv : td 150/90
mmhg, n 89x/mnt, s
36.3, rr 25 x/mnt
DS: Ny. E mengatakan Proses Menua
saat beraktifitas cepat
lelah, dan agak sesak
Penurunan
abis berktivitas.
vasokontriksi
DO:- Tampak lemas, Resiko tinggi
pembuluh darah
tampat terlihat lelah saat
jantung penurunan curah
abis berjalan ke
pengajian jantung pada ny .Er

-obs ttv: Penurunan


elasisitas
Obs ttv : td 150/90
mmhg, n 89x/mnt, s pembuluh darah
36.3, rr 25 x/mnt
resiko tinggi
penurunan curah
jantung
DS: Kurangnya kontol
tidur
- Klen mengatakan
tidur dari jam
Gangguan pola
01.00 wib sampai
tidur
dengan jam 04.00 Gangguan pola tidur
wib, tidur kadang
terbangun dan
tidak bisa tidur
lagi.
DO :
- Klein tanpak
mengantuk da
lelah

3.29 Diangnosa

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung (SDKI. D.0008)

2. Nyeri (SDKI. D.0077)

3. Gangguan pola tidur (SDKI.D.0111)


3.30 Rencana keperawatan

3.15 IntervensiKeperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi


No. Rasional
Keperawatan (Noc) (Nic)

1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan - Observasi tanda- tanda vital


Penurunan curah keperawatan selama 3x 24 jam - Monitor toleransi aktivitas - Untuk mengetahui keadaan
jantung di harapkan masalah resiko pasien umum pasien
penurunan curah jantung - Atur periode latihan dan - Untuk mengurangi beban
teratasi , dengan kriteria hasil: istirahat untuk menghindari kerja jantung berlebihan
kelelahan - untuk memperlancar sirkullasi
- Ny. Er tampak rileks dan
- Anjurkan pasien untuk pasien.
lebih segar
menghindari stres - Agar tidak menimbulkan
- Ttv dalam batas normal td
- Minimalkan stres lingkungan komlikasi yang terjadi
120/80 mmhg, n 80x/ mt, s
- Evaluasi adanya nyeri dada - Diharapkan dapat
36, rr 20x/mnt
Berikan jus belimbing merilekskan tubuh dan
pikiran.
Ny. Er dapat mentoleransi - untuk menegetahui adanya
aktivitas, tidak ada kelelahan. tanda-tanda sakit jantung
terapi konservatif dalam
menurunkan tekanan darah
2. Nyeri Setelah diberikan intervensi - Kaji tipe/ lokasi nyeri. - Berguna dalam membedakan
keperawatan selama 3x24 Perhatikan intensitas ketidaknyamanan.
jam,diharapkan pada skala nyeri (1-10) - Berguna dalam memantau
Memperlihatkan tingkat nyeri, - Kaji TTV tanda- tanda terjadinya
yang dibuktikan oleh indicator - Berikan informasi infeksi, dan hubungan antara
nyeri hilang atau berkurang ketidaknyamanan yang di tingkat keparahan nyeri
(skala nyeri 0) dengan kriteria antisipasi dan intervensi pasien.
hasil: penghilangan.
- Ajarkan tekhnik relaksasi
- Ekspresi wajah rileks - Mengetahui apa yang
tarik nafas dalam dan
- Ny.Er tidak Gelisah diharapkan dapat mencegah
berikan massage dan
atau tenang ansietas.
kompres
- Skala nyeri berkurang
- berikan kompres air
- mampu mengontrol
hangat pada daerah yang
nyeri nya
nyeri
- mempertahankan - Meningkatkan relaksasi otot
- Ketika memberikan
selera makan yang dan memfokuskan kembali
penyuluhan mengenai
baik perhatian.
- medikasi, ulangi
informasi sesering - Sirkulasi yang mungkin
mungkin melambat sehubungan dengan
- tirah baring.

- kompres air hangat digunakan


untuk merileksasikan otot-
otot sehingga mengurangi
rasa nyeri

- Memastikan bahwa pasien


benar-benar memahami
tentang apa yang kita katakan.
-
3 Gangguan pola tidur Setelah diberikan intervensi - Lakukan pengkajian masalah - Memberikan informasi dasar
keperawatan selama 3x24 gangguan tidur klien, dalam menentukan rencana
jam, Ny. Er .dapat istirahat karakteristik dan penyebab keperawatan.
dengan nyaman , dengan kurang tidur - Agar lansia mengetahui
kriteria hasil: - Lakukan persiapan untuk tidur jadwal tidur ysng baik.
malam seperti pada jam 9
4. Ny. Er tampak malam sesuai dengan pola tidur - untuk memperlancar sirkulasi
rileks dan lebih klien. darah dan meningkatkan
segar - Lakukan mandi air hangat kualitas tidur.
5. Ttv dalam batas - Anjurkan makan yang cukup - tempat yang nyaman akan
normal satu jam sebelum tidur meningkatkan kualitas tidur
6. Ny. Er dapat tidur - Rapikan dan bersihkan tempat - untuk merileksasi otot-otot
6-8 jam setiap tidur yang nyaman. yang tegang agar klien dapat
malam - Lakukan masase pada daerah tudur nyenyak
belakang
-

3.16 CATATAN PERKEMBANGAN


No Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan

7 Nov 2018 Nyeri - menanyakan pada Ny. Er lokasi nyeri S = Ny. E mengatakan nyeri masih
dan skala nyeri (1-10) terasa, bila bangun tidur kaku, bila
Rs: Ny. Er mengatakan nyeri dibawa bejalan terasa pusing dan nyeri
P: pada saat aktivitas terus menerus lebih sering saat bangun
Q: nyeri terasa tertekan duduk kurang lebih 15 menit. skala
R: nyeri dibagian leher dan nyeri 3
punggung. O = Td: 150/70 mmHg, N:96x/mnt, S
S: skala 6 (skala 1-10) 36.0, rr 23 x/mnt
T:- ± 15 menit tampak rileks saat melakukan TND,
- Nyeri hilang timbul mengerti saat diberi penjelasan.
- mengukur tanda-tanda vital A = Masalah belum teratasi
P = Ukur TTV
Ro: TD: : 160/70 mmHg, nadi : 95
Beri kompres dingin setiap hari
kali/menit pernapasan : 24 kali/menit,
sekali
suhu : 36,2oC
Anjurkan TND bila nyeri terasa
- mengajarkan tekhnik relaksasi tarik Kompren bagia nyeri dengan air
nafas dalam hangat
Ro: Ny. Er dapat melakukan teknik
nafas dalam yang diajarkan dan tampak
tidak gelisah (rileks).
- memberikan pendidikan mengenai
pengobatan dan diit tentang
hipertensi, Ro: Ny.E tampak
menganggukan kepala dan tampak
mengerti dapat mengulangi makanan
yang harus dikurangi.
- Memberikan kompres air hangat pada
leher pasien. Ro : klien mengatakan
tampak rileks dan enak.
7 Nov 2018 Resiko tinggi - Observasi tanda- tanda vital S = Ny. Er mengatakan jika beraktifitas
penurunan masih terasa lelah, pegal dan kadang
Ro: TD: : 150/70 mmHg, nadi : 94
curah jantung juga terjadi sesak
kali/menit pernapasan : 24 kali/menit,
O = Td: 140/70 mmHg, N:96x/mnt, S
suhu : 36,7oC
36.9, rr 23 x/mnt , tampak kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien setelah melakukan aktivitas,
Ro : pasien tampak mengikuti aktivitas A = Masalah belum teratasi
- Atur periode latihan dan istirahat untuk P = Ukur TTv/pagi
menghindari kelelahan
Ro : pasien tampak mengerti akan Anjurkan untuk megurangi aktivitas
pengaturan jadwal pasien yang berat
- Anjurkan pasien untuk menghindari Anjurkan untuk istirahat yang cukup
stres
Ro : pasien tampak mengerti tentang
menghindari stres dan mengurari
pikiran yang tidak perlu
- Minimalkan stres lingkungan
Ro: klien tampak mau mnegikuti
bersih- bersih ruangan
- Evaluasi adanya nyeri dada
Ro : tidak adanya tanda- tanda nyeri
pada dada pasien
- Memberikan pasien jus
belimbing
Ro: klien tampak meminum jus
belimbing dan mengatakn segar.
7 Non 2018 Gangguan pola - melakukan pengkajian masalah S : klien mengatakan akan mengikuti
tidur gangguan tidur klien, karakteristik dan yang di ajarkan poerawat dan mulai
penyebab kurang tidur terbiasa tidur
Ro: klien mengataka tidak bisa tidur O : klien tampak : mengikuti anjuran
karena memikirkan dirinya sendiri perawat dengan seksama
tidak ada siapa-siapa lagi
A : masalah keperawtan teratasi
- melakukan persiapan untuk tidur
sebagian
malam seperti pada jam 9 malam
sesuai dengan pola tidur klien. P: tindakan keperawatan dilanjutkan
Ro : klien tampak mengerti
- Kaji ulang tentang masalah tidur
- melakukan mandi air hangat
pasien
Ro: klien tampak mau mengikuti
- menganjurkan makan yang cukup satu - Anjurkan makan yang cukup
jam sebelum tidur satu jam sebelum tidur
Ro: klien tampak mau mengikuti
- Anjurkan madi air hangat
anjuran dan mulai melakukannya
- merapikan dan bersihkan tempat tidur
yang nyaman.

8 Nov 2018 Nyeri - menanyakan pada Ny. Er lokasi S = Ny.Er mengatakan nyeri masih
nyeri dan skala nyeri (1-10) terasa sedikit, bila bangun tidur leher
Ro: Ny. Er mengatakan nyeri masih tegagng sedikit, bila berjalan
P: saat bangun dari duduk dan tidur terkadang pusing sampai ke kepala
Q: pegal- pegal saat bangun tidur kurang lebih 30
R: dibagian leher dan punggung menit. skala nyeri 3
S: skala 5 (skala 1-10) O = Td: 140/70 mmHg, N:89x/mnt, rr
T: - ± 30 menit 22x/mnt, s 36.3C, tampak rileks saat
- nyeri hilang timbul melakukan TND,. tampak mengerti
- mengukur tanda-tanda vital saat diberi penjelasan.
A = Masalah belum teratasi
Ro: TD: : 150/80 mmHg, nadi : 89
P = Ukur TTv/pagi
kali/menit pernapasan : 24 kali/menit,
Beri kompres hangat setiap hari
suhu : 36,3oC
sekali
- mengulagi kembali tekhnik relaksasi Anjurkan TND bila nyeri terasa
tarik nafas dalam
Ro: Ny. Er dapat melakukan ulang
teknik nafas dalam yang diajarkan dan
tampak tidak gelisah (rileks).
- memberikan pendidikan mengenai
pengobatan dan diit tentang
hipertensi, Ro: Ny.Er tampak
menganggukan kepala dan tampak
mengerti dapat mengulangi makanan
yang harus dikurangi..
- Memberikan kompres air hangat
pada leher pasien. Ro : klien
mengatakan tampak rileks dan enak.
8 Nov 2018 Resiko - Observasi tanda- tanda vital S = pasien mengatakan : badan masih
gangguan tersa cepat lelah ketika berktivitas, agak
Ro TD: : 150/80 mmHg, nadi : 89
penurunan sesak juga saat aktivitas berlebih, tetapi
kali/menit pernapasan : 24 kali/menit,
curah jantung sudah tidak terlalu di rasakan
suhu : 36,3oC
O = klien tampak : k/u lsedang kes cm,
- Monitor toleransi aktivitas pasien
letih h saat abis senam, tampak sedikit
Ro : pasien tampak mengikuti aktivitas
rileks dengan pengaturan jadwal
di panti yaitu senam dan pengajian
aktivitas, obs ttv td 130/ 80 mmhg, n
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
89x/ mnt, rr 23x/ mnt s 36.
menghindari kelelahan
Ro : pasien tampak mengerti akan A = Masalah teratasi sebagian
pengaturan jadwal pasien, tidak terlalu
P = lanjutkan intervensi
aktivitas berat
- Anjurkan pasien untuk menghindari - Anjurkan latihan periode
stres istirahat,
Ro : pasien mengatakan sudah terasa
- Obs ttv
rileks
- Minimalkan stres lingkungan
Ro: klien tampak mau mnegikuti saran
perawat
- Evaluasi adanya nyeri dada
Ro : tidak adanya tanda- tanda nyeri
pada dada pasien
- Memberikan pasien jus
belimbing
- Ro: klien tampak meminum jus
belimbing dan mengatakn segar

8 Nov 2018 Gangguan pola - Melakukan pengkajian masalah S = Ny.Er mengatakan badannya hangat
tidur gangguan tidur klien, karakteristik dan setelah diberi minyak kayu putih dan
penyebab kurang tidur lebih nyaman.
- Melakukan persiapan untuk tidur
O = Ny.Er tampak beristirahat, tengah
malam seperti pada jam 9 malam
malam bangun untuk mengaji, mandi
sesuai dengan pola tidur klien.
2x/hari, makan sebelum tidur.
- Melakukan mandi air hangat
- Menganjurkan makan yang cukup satu A = Masalah teratasi sebagian
jam sebelum tidur
P = lanjutkan intervensi
- Merapikan dan bersihkan tempat tidur
yang nyaman.
Melakukan masase pada daerah
belakang
9 Nov 2018 Nyeri - menanyakan pada Ny. Er lokasi S = Ny E mengatakan nyeri berkurang
nyeri dan skala nyeri (1-10) setelah dilakukan kompres air hangat
Ro: Ny. Er mengatakan nyeri dan melakukan teknik relaksasi
P: saat bangun dari duduk dan tidur dengan skala nyeri 3.
Q: pegal- pegal
O = klien tampak : rileks, tampak
R: dibagian leher
nyaman dengan dilakukan kompres air
S: skala 4 (skala 1-10)
hangat, dan tampak melakukan teknik
T: - ± 30 menit
relaksasi yang sudah diajarkan
- nyeri hilang timbul
- mengukur tanda-tanda vital A = Masalah teratasi sebagian

Ro: TD: : 140/70 mmHg, nadi : 90 P = tindakan keperawatn dilanjutkan


kali/menit pernapasan : 22 kali/menit,
- Obs ttv
suhu : 36,7oC
- Kaji sekala nyeri
- mengulagi kembali tekhnik
relaksasi tarik nafas dalam - Lakukan kembali kompres
Ro: Ny. Er dapat melakukan ulang hangat
teknik nafas dalam yang diajarkan dan
tampak tidak gelisah (rileks).
- Memberikan kompres air hangat - Dan mengajarkan teknik
pada leher pasien. Ro : klien relaksasi yang baik
mengatakan tampak rileks dan
enak.
9 Nov 2018 Resiko tinggi - Observasi tanda- tanda vital S = klien mengatakan dengan
penurunan melakukan pengaturan jadwal cepat
Ro TD: : 140/70 mmHg, nadi : 94
curah jantung lelahnya berkurang
kali/menit pernapasan : 22 kali/menit,
suhu : 36,7oC O = klien tampak. k/u sedang kes cm,
tampak tidak letih lagi saat beraktivitas,
- Monitor toleransi aktivitas pasien
malkukan aktivitas yang sebisanya saja
Ro : pasien tampak mengikuti aktivitas
di panti yaitu senam A = Masalah teratasi sebagian
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
P = tindakan keperawatan dilanjutkan
menghindari kelelahan
Ro : pasien tampak mengerti akan
pengaturan jadwal pasien, tidak terlalu
aktivitas berat
- Anjurkan pasien untuk menghindari
stres
Ro : pasien mengatakan sudah terasa
rileks
- Minimalkan stres lingkungan
Ro: klien tampak mau mnegikuti saran
perawat
- Evaluasi adanya nyeri dada
Ro : tidak adanya tanda- tanda nyeri
pada dada pasien
- Memberikan pasien jus
belimbing
- Ro: klien tampak meminum jus
belimbing dan mengatakn segar

9 Nov 2018 Gangguan pola - Melakukan persiapan untuk tidur -S = ny Er mengatakan sudah dapat
tidur sesuai dengan pola tidur klien. tidur lumayan namun masih merasa
- Melakukan mandi air hangat nyeri bila berjalan.
- Menganjurkan makan yang cukup satu
O = ny.Er tampak lesu, lemas dan
jam sebelum tidur
mengatuk
Merapikan dan bersihkan tempat tidur
yang nyaman. A = Masalah belum teratasi

P = jelaskan pentingnya istirahat yang


cukup
Anjurkan rapikan tempat tidur setiap
pagi
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Dari data yang telah dikumpulkan selama pengkajian ternyata tidak ditemukan
kesenjangan antara data hasil pengkajian dengan tanda dan gejala yang ada dalam
teoritis. Pada pengkajian secara teoritis dikatakan pada klien dengan hipertensi
mengatakan dari kedua kasus adanya nyeri pada leher dan punggung

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah keperawatan aktual adalah masalah yang diperoleh saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang timbul kemudian.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, dan pasti tentang status
masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan, diagnosa keperawatan
akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang
nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial) (Mubarak, 2009).
Setelah dilakukan pengkajian di wisma Cendrawasih di Sasana Tresna Werdha Ciracas
Jakarta Timur penulis menemukan dua masalah keperawatan yang terdapat pada ny.E
dan ny.Er sesuai yang ada pada teori yaitu Nyeri, resiko gangguan penurunan curah
jantung , kurang pengetahuan dan yang tidak ada dalam teori adalah gangguan pola tidur.

4.3 Rencana Keperawatan

Pada tahap perencanaan, rencana yang terdapat dalam teori belum disusun sesuai
prioritas masalah yang ada, namun pada asuhan keperawatan yang nyata, penulis
membuat rencana sesuai prioritas diagnosa yang muncul berdasarkan yang penulis
dapatkan selama 2 minggu dan dari hasil pengakajian keperawatan. Tidak semua rencana
tindakan penulis masukan kedalam rencana tindakan pada asuhan keperawatan secara
nyata, hal ini karena penulis ingin merencanakan rencana tindakan dengan keadaan klien
saat itu.
Rencana tindakan keperawatan pada proses ini diperoleh kesepakatan dengan ny E dan
ny.Er yang dikelola yang meliputi waktu, tempat, dan penanggung jawab kegiatan yang
akan dilaksanakan. kegiatan yang akan direncanakan untuk mengatasi masalah yang
muncul antara lain : upaya peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan
(penyuluhan) , TAK, dan intervensi mandiri yang diberikan .

4.4 Implementasi Keperawatan.

Tahap implementasi merupakan tahap realita dari rencana tindakan yang telah dibuat
sebelumnya, tidak semua implementasi dapat dilakukan dengan baik, dikarenakan ada
keterbatasan waktu dan masalah- masalah tekhnis lainnya.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Tahap Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai perkembangan pada lansia khususnya pada Ny.E dan ny er yang menderita
hipertensi, untuk mengetahui apakah masalah klien teratasi atau tidak jika masalah belum
teratasi berarti intervensi dilanjutkan atau perlu rencana tindakan yang baru jika masalah
teratasi maka intervensi dihentikan.

Hasil tindakan keperawatan yang dilakukan selama 2 minggu Nyeri berkurang dan
adanya penurunan tekanan darah hal ini menunjukan bahwa masalah Nyeri teratasi dan
intervensi dihentikan, sedangan pada diagnosa gangguan istirahat teratasi sebagian
dikarenakan lingkungan yang terkadang kurang kondusif sehingga harus selalu
pertahankan intervensi yang telah di lakukan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. E dan ny Er di Ruang Anggrek Tresna Werdha
Ciracas Jakarta Timur saya menemukan beberapa masalah kesehatan , antara lain:
hipertensi.

Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah
pendkes remautoid Artritis, diit, Kompres hangat dan relaksasi. Pada dasarnya tindakan
yang telah dilakukan pada Kakek S telah disetujui oleh Kakek S dan petugas ruangan.
Setelah dilakukan kompres hangat dan relaksasi pada Kakek S selama dua minggu
terdapat perubahan dan Kakek S sudah mulai mandiri saat melakukan dan tidak
mengeluh nyeri.

5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka disarankan untuk :
5.2.1 Lansia
Lansia dapat melatih dirinya untuk meningkatkan kemampuan dalam
menganalisis tanda hipertensi, dan setelah mahasiswa tidak praktek diharapkan
lansia tetap melatih apayang di ajarkan.
5.2.2 Mahasiswa
Diharapkan Mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah bekal
tentang konsep keperawatan lansia, sehingga terdapat optimalisasi kinerja dalam
melakukan praktek klinik keperawatan lansia. Mahasiswa diharapkan
mempunyai konsep yang lebih tentang pengorganisasian dengan berbagai
alternatif pendekatan sehingga akan lebih mempermudah pelaksanaan praktek
klinik di masyarakat.
5.2.3 Panti
Diharapkan perawat dan petugas Sasana Tresna Werdha Ciracas dapat
meningkatkan kemampuan dan mengembangkan konsep keperawatan lansia
dengan tindakan Non Farmakologi, Agar dapat mengurangi konsumsi obat-
obatan kimia pada lansia karena obat-obatan kimia yang dkonsumsi terus
menerus dapat menimbulkan efek samping pada lansia tersebut.
Daftar pustaka

Azizah. (2010). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha ilmu

Adib, M. (2009). Cara mudah memahami dan mengenali hipertensi, jantung dan Stroke. Edisi
I. Yogyakarta : CV. Dianloka

Brunner & Suddarth. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilyn E 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta, Penerbit buku kedokteran : EGC

Geadle, J. (2005). Anamnesis dan pemerikasaan fisik. Jakarta : Erlangga

Jhonson, M., et all. 2000. Nursing outcomes claasification (NOC) second Edition. New Jersey
: Upper saddle River.

Mc Closkey, C J., et all. 1996. Nursing intervention Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey : upper saddle River

KEMENKES. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1076/menkes/sk/vii/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.
Jakarta: KEMENKES.

KEMENKES RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Di akses pada Senin
16 Maret 2015 jam 14.49 wib.
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf

Ruhyanudin, F . (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler, Jakarta : Salemba Medika.

Santosa, Budi. 2007. Panduan diagnosa keperawatan nanda 2005-2006. Jakarta : Prima Medika

Saraswati, sylvia .2009. Diet Sehat Buat Penyakit Asam Urat Diabetes Hipertensi & Stroke.
Yogyakarta : A Plus

Wallace, C. (2008). Critical Reading in Language Education.New York: Sage Publication.

Anda mungkin juga menyukai