Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATA KULIAH

PENGAUDITAN I
PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT

Oleh :
I PUTU BAGUS DIVA AISWARYA (1707532024)
MADE BAYU SURYA PRAWITHA (1707532027)
YUSTINA ASNAD HOBROUW (1206305211)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E, M.M., Ak.,CPA


Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M,Si., Ak

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2019

1
A.MEMAHAMI BISNIS KLIEN
Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industry klien dan pengetahuan atas
operasional perusahaan merupakan hal yang penting untuk melakukan audit dengan
memadai. Standar kedua pekerjaan lapangan menyatakan:
“Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji
material dalam laporan keuangan, baik disebabkan karena kesalahan atau kecurangan,
dan untuk merancang sifat waktu dan keluasan prosedur audit yang lebih lanjut”.
Pemahaman atas entitas dan lingkungannya yang diharuskan diperoleh auditor meliputi:
1) Faktor-faktor industry, peraturan dan faktor eksternal lain yang termasuk kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
2) Sifat Entitas, termasuk:
a. Operasinya;
b. Struktur kepemilikan dan tata kelolanya;
c. Jenis investasi yang akan dilakukan dan yang rencananya akan dilakukan oleh
entitas, termasuk investasi dalam entitas bertujuan khusus; dan
d. Cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas tersebut dibiayai
untuk memungkinkan auditor memahami golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan yang diharapkan ada dalam laporan keuangan.
3) Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas, termasuk alasan
perubahannya. Auditor harus mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi entitas
adalah tepat untuk bisnisnya dan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam industry yang relevan
4) Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis terkait yang dapat menimbulkan risiko
kesalahan penyajian material.
5) Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas.

2
Sifat bisnis dan industry klien memengaruhi risiko bisnis klien dan risiko salah saji
material dalam laporan keuangan. Auditor mempertimbangkan beberapa faktor yang
telah meningkatkan pentingnya pemahaman atas bisnis dan industry klien dengan
menggunakan suatu pendekatan system strategis untuk memahami bisnis klien.
Beberapa factor tersebut diantaranya, yaitu :
1. Teknologi informasi menghubungkan klien perusahaan dengan pelanggan dan
pemasok utamanya. Akibatnya, auditor harus memiliki pengetahuan yang lebih
mengenai pelanggan dan pemasok utama dan risiko - risiko terkait.
2. Klien yang telah memperluas usahanya secara global, sering kali melalui modal
ventura dan aliansi strategis.
3. Teknologi informasi yang mempengaruhi proses pengendalian internal klien,
meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu informasi keuangan.
4. Makin pentingnya sumber daya manusia dan aset tak berwujud lainnya telah
meningkatkan kompleksitas akuntansi dan pentingnya penilaian dan estimasi
manajemen.
5. Auditor perlu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis dan industry
klien untuk memberikan jasa yang memiliki nilai – tambah pada kliennya.
6. Penurunan kondisi ekonomi dunia beberapa tahun terakhir ini telah meningkatkan
risiko bisnis perusahaan klien secara signifikan. Auditor perlu memahami sifat
bisnis klien dan memahami dampak penurunan ekonomi terhadap laporan keuangan
klien dan kemampuan untuk melanjutkan usahanya.
7. Banyak klien telah melakukan investasi dalam instrument keuangan yang kompleks
yang mungkin telah menurun nilainya, memerlukan perlakuan akuntansi yang
kompleks, dan seringkali melibatkan pihak lain yang tidak diketahui yang telah
menciptakan risiko keuangan yang tidak diharapkan bagi klien.

Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor diatas dengan menggunakan


pendekatan sistem strategik untuk memahami bisnis klien. Adapun pendekatan untuk
memahami bisnis dan bidang usaha klien adalah sebagai berikut:
1. Bidang Usaha dan Lingkungan Eksternal
2. Operasi dan Proses Bisnis
3. Manajemen dan Tata Kelola Bisnis

3
4. Tujuan dan Strategi
5. Pengukuran dan Kinerja

1. Bidang Usaha dan Lingkungan Eksternal


Terdapat tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik atas bidang
usaha dan lingkungan eksternal klien.
1) Risiko terkait dengan bidang usaha tertentu dapat memengaruhi penilaian
auditor atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dpaat diterima dan bahkan
dapat memengaruhi auditor untuk menolak kontrak kerja dalam bidang usaha
yang lebih berisiko, misalnya bidang usaha asuransi kesehatan dan bidang usaha
simpan pinjam.
2) Beberapa risiko bawaan biasanya umum untuk semua klien di beberapa bidang
usaha tertentu. Kepahaman atas risiko – risiko tersebut dapat membantu auditor
dalam menilai relevansinya dengan klien. Misalnya keusangan persediaan yang
potensial dalam bidang usaha pakaian jadi, risiko bawaan pada penagihan
piutang dagang di bidang usaha pinjaman konsumen, dan risiko bawaan untuk
cadangan kerugian dalam bidang usaha asuransi kerugian.
3) Banyak bidang usaha memiliki ketentuan akuntansi yang khusus di mana
auditor harus memiliki pemahaman dalam hal tersebut untuk mengevaluasi
apakah laporan keuangan klien sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Contohnya, misalnya jika auditor sedang melakukan audit atas suatu di
pemerintahan kota, maka auditor tersebut harus memahami akuntansi
pemerintahan dan ketentuan – ketentuan pengauditannya.
Banyak kasus – kasus tuntutan hukum terhadap auditor yang berasal dari
kegagalan auditor dalam memahami sepenuhnya sifat transaksi dalam bidang usaha
klien. Selain itu, auditor juga harus memahami lingkungan eksternal klien, termasuk
kondisi perekonomian, tingkat kompetisi dan ketentuan – ketentuan dalam peraturan
pemerintah. Untuk menyusun perencanaan audit yang efektif, auditor di semua
perusahaan harus memiliki keahlian untuk menilai risiko lingkungan eksternal.
2. Operasi dan Proses Bisnis

4
Auditor harus memahami factor – factor seperti sumber utama pendapatan,
pelanggan dan pemasok utama, sumber pendanaan, dan informasi mengenai pihak
yang memiliki hubungan istimewa yang dapat mengindikasikan bagian – bagian
yang dapat meningkatkan risiko bisnis klien.
Mengunjungi pabrik dan kantor, sebuah kunjungan ke fasilitas yang dimiliki
klien sangat berguna dalam mendapatkan pemahaman yang lebih baik atas operasi
bisnis klien karena hal ini memberikan kesempatan untuk mengamati kegiatan
operasi secara langsung dan untuk menemui pegawai – pegawai kunci. Dengan
melihat fasilitas fisik, auditor dapat menilai keamanan fisik terhadap aset – aset
klien dan menginterpretasikan data akuntansi yang terkait dengan aset tersebut.
Dengan pengetahuan langsung tersebut, auditor lebih mampu untuk
mengidentifikasikan risiko bawaan. Selain itu, diskusi dengan karyawan non –
akuntansi selama melakukan kunjungan dan sepanjang melaksanakan pengauditan
juga membantu auditor untuk belajar lebih banyak mengenai bisnis klien untuk
membantu dalam menilai risiko bawaan.
Identifikasi pihak – pihak yang memiliki hubungan istimewa. Transaksi
dengan pihak – pihak yang memiliki hubungan istimewa sangat penting bagi auditor
karena prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan transaksi semacam itu
untuk diungkapkan dalam pelaporan keuangan jika nilainya signifikan. Pihak
istimewa didefinisikan di dalam PSA 34 (SA 334) sebagai perusahaan terafiliasi,
pemilik utama atas perusahaan klien, atau pihak lainnya yang memiliki kesepakatan
bisnis dengan klien, dimana satu pihak dapat memengaruhi manajemen atau
kebijakan operasi lainnya.
Transaksi pihak yang memiliki hubungan istimewa merupakan transaksi antara
klien dan suatu pihak yang memiliki hubungan istimewa. Transaksi dengan pihak
yang memiliki hubungan istimewa bukan merupakan transaksi wajar. Sehingga,
terdapat risiko bahwa transaksi tersebut tidak dinilai dengan jumlah yang sama
dengan transaksi yang dilakukan terhadap pihak ketiga yang independen. Sebagian
auditor menilai risiko bawaan yang tinggi untuk pihak istimewa dan transaksi –
transaksi terhadap pihak istimewa, karena adanya ketentuan pengungkapan
akuntansi dan tidak independennya pihak – pihak yang terlibat dalam transaksi
tersebut. karena transaksi dengan pihak istimewa yang material harus diungkapkan,

5
semua pihak yang memiliki hubungan istimewa harus diidentifikasi dan dimasukkan
dalam arsip permanen pada awal kontrak kerja, dengan ini maka akan membantu
auditor dalam mengidentifikasikan transaksi pihak istimewa mana yang belum
diungkapkan ketika para auditor dalam tim audit menjalankan pengauditan.
Cara umum untuk mengidentifikasi pihak yang memiliki hubungan istimewa
termasuk melakukan tanya jawab dengan manajemen , menelaah laporan Bapepam
– LK dan mengamati dengan seksama daftar nama pemilik saham untuk
mengidentifikasi pemegang saham utama.
3. Manajemen dan Tata Kelola Bisnis
Karena manajemen yang menciptakan strategi perusahaan dan proses bisnisnya,
auditor harus menilai filosofis manajemen dan gaya kepemimpinan serta
kemampuannya untuk mengidentifikasi dan menghadapi risiko, karena hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Tata kelola perusahaan termasuk struktur organisasi dan juga aktivitas dewan
direksi dan komite auditnya. Sebuah dewan direksi yang efektif akan membantu
meyakinkan bahwa perusahaan hanya akan mengambil risiko – risiko yang tepat,
sedangkan komite audit melalui pengawasan terhadap pelaporan keuangan, dapat
mengurangi kemungkinan penggunaan teknik akuntansi yang terlalu agresif. Untuk
mendapatkan pemahaman atas system tata kelola klien, auditor harus memahami
akta pendirian perusahaan dan peraturan – peraturannya, serta mempertimbangkan
kode etik perusahaan dan membaca notulensi rapat perusahaan.
Akta Pendirian Perusahaan dan Peraturan – Peraturan. Akta pendirian
perusahaan diberikan oleh pemerintah di daerah di mana perusahaan tersebut
didirikan dan merupakan dokumen legal yang penting untuk mengakui suatu
perusahaan sebagai suatu entitas yang terpisah. Peraturan – peraturan termasuk
kebijakan dan prosedur yang diadopsi oleh para pemegang saham di perusahaan
tersebut. Peraturan ini menjelaskan hal – hal seperti tahun fiscal perusahaan,
frekuensi rapat pemegang saham, metode pemungutan suara untuk memilih
komisaris dan tugas serta tanggung jawab pegawai perusahaan.
Kode Etik. Perusahaan sering kali mengkomunikasikan nilai – nilai yang dianut
serta standar etiknya melalui pernyataan kebijakan dan kode etik. Auditor harus
mendapatkan pengetahuan atas kode etik perusahaan dan memeriksa setiap

6
perubahan dan pengabaian atas kode etik yang akan berdampak pada system tata
kelola dan integritas terkait serta nilai – nilai etika para manajemen seniornya.
Notulensi Rapat. Notulensi rapat perusahaan merupakan catatan resmi atas rapat
yang dilakukan oleh dewan direksi dan pemegang saham. Notulensi rapat tersebut
termasuk pengesahan – pengesahan penting dan ikhtisar topic – topic penting pada
rapat – rapat tersebut dan keputusan – keputusan yang dibuat oleh direksi dan
pemegang saham. Auditor harus membaca notulensi rapat untuk mendapatkan
otoritas. Auditor harus membaca notulensi rapat untuk mendapatkan otoritas dan
informasi lainnya yang relevan dengan pelaksanaan audit. Informasi tersebut juga
harus dimasukkan ke dalam arsip audit dengan cara membuat abstrak dari notulensi
rapat atau dengan mendapatkan sebuah salinan dan bagian – bagian penting lainnya.

4. Tujuan dan Strategi Klien


Strategi merupakan pendekatan yang dilakukan oleh suatu entitas untuk
mencapai tujuan organisasi. Auditor harus memahami tujuan klien terkait dengan :
1) Keandalan laporan keuangan
2) Efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan
3) Kepatuhan dengan hukum dan peraturan.
Sebagai bagian dari pemahaman atas tujuan klien terkait dengan kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan, auditor harus mengenali istilah – istilah dalam
kontrak dan kewajiban hukum lainnya. Auditor harus menelaah dan membuat inti
sari dokumen – dokumen di awal kontrak kerja untuk mendapatkan pandangan yang
lebih baik atas resiko bawaan. Selanjutnya, dokumen – dokumen tersebut dapat
diperiksa lebih seksama sebagai bagian dari pengujian dalam setiap bagian yang
sedang di audit.
5. Pengukuran dan Kinerja
Sistem pengukuran kinerja klien termasuk indikator – indikator kinerja penting
yang digunakan oleh manajemen dalam mengukur setiap kemajuan dalam mencapai
tujuan perusahaan. Indikator – indikator tersebut lebih dari sekedar angka – angka
dalam laporan keuangan, seperti penjualan dan laba bersih, yang dimasukkan dalam
pengukuran – pengukuran yang sesuai dengan tujuan perusahaan.

7
Risiko bawaan dalam salah saji laporan keuangan dapat meningkatkan jika klien
telah menetapkan seperangkat tujuan yang tidak masuk akal atau jika system
pengukuran kinerja memicu pembukuan yang agresif. Pengukuran kinerja termasuk
analisis rasio dan tolak ukur terhadap competitor – competitor utama. Sebagai
bagian dari pemahaman terhadap bisnis klien, auditor harus menjalankan analisis
rasio atau penelaahan atas perhitungan rasio kinerja penting klien.

Tingkat pengetahuan auditor untuk suatu perikatan mencakup pengetahuan umum


tentang ekonomi dan industry yang menjadi tempat beroperasinya entitas, dan
pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas beroperasi. Namun, tingkat
pengetahuan yang dituntut dari auditor biasanya lebih rendah bila dibandingkan dengan
yang dimiliki oleh manajemen.
1) Pemerolehan Pengetahuan
Sebelum menerima suatu perikatan, auditor akan memperoleh pengetahuan
pendahuluan tentang industri dan hak kepemilikan, manajemen dan operasi entitas yang
akan diaudit, dan akan mempertimbangkan apakah tingkat pengetahuan tentang bisnis
memadai untuk melaksanakan audit yang akan diperoleh.
Setelah penerimaan perikatan, informasi lebih lanjut dan lebih rinci akan diperoleh.
Sejauh praktis dilaksanakan, auditor akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan
pada awal dimulainya perikatan. Sepanjang perjalanan pekerjaan audit, informasi
tersebut akan ditentukan dan dimutakhirkan serta informasi lebih banyak akan
diperoleh.
Pemerolehan pengetahuan tentang bisnis yang diperlukan merupakan proses
berkelanjutan dan bersifat kumulatif dalam pengumpulan dan penentuan informasi dan
pengaitan pengetahuan yang diperoleh dengan bukti audit serta informasi di setiap
tahap audit. Sebagai contoh, meskipun informasi dikumpulkan pada tahap perencanaan,
biasanya informasi tersebut diperhalus dan ditambah pada tahap audit berikutnya karena
auditor dan asistennya belajar lebih banyak tentang bisnis.
Untuk perikatan lanjutan, auditor akan memutakhirkan dan melakukan evaluasi
kembali informasi yang dikumpulkan sebelumnya, termasuk informasi dalam kertas
kerja tahun sebelumnya. Auditor juga melaksanakan prosedur yang didesain untuk
mengidentifikasi perubahan signifikan yang telah terjadi sejak audit yang terakhir.

8
Auditor dapat memperoleh pengetahuan tentang industri dan entitas dari berbagai
sumber. Sebagai contoh:
1) Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya.
2) Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi senior)
3) Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan
auditor intern.
4) Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain
yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri.
5) Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas (seperti ahli ekonomi
industri badan pengatur industri, customers, pemasok, dan pesaing).
6) Publikasi yang berkaitan dengan industri (seperti statistik yang diterbitkan oleh
pemerintah survai, teks, jurnal perdagangan, laporan oleh bank, pialang efek,
koran keuangan).
7) Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
8) Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas.
9) Dokumen yang dihasilkan oleh entitas (seperti, notulen rapat, bahan yang
dikirim kepada pemegang saham dan diserahkan kepada badan pengatur, buku-
buku promosi, Iaporan keuangan dan laporan tahunan tahun sebelumnya,
anggaran, laporan manajemen intern, laporan keuangan interim, panduan
kebijakan manajemen, panduan akuntansi dan sistem pengendalian intern, daftar
akun, deskripsi jabatan, rencana pemasaran dan penjualan).

2) Penggunaan Pengetahuan
Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of
reference) yang digunakan oleh auditor untuk melaksanakan pertimbangan profesional.
Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi tersebut secara semestinya
membantu auditor dalam hal-hal sebagai berikut:
a) Penaksiran risiko dan identifikasi masalah.
b) Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.
c) Evaluasi bukti audit
d) Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.

9
Auditor melakukan pertimbangan tentang banyak hal selama pelaksanaan auditnya.
Pengetahuan tentang bisnis sangat penting bagi auditor dalam melakukan pertimbangan
tersebut. Sebagai contoh:
1) Penaksiran risiko bawaan dan risiko pengendalian.
2) Pertimbangan risiko bisnis dan tanggapan manajemen mengenai hal ini.
3) Pengembangan perencanaan audit secara menyeluruh dan program audit.
4) Penentuan tingkat materialitas dan penaksiran apakah tingkat materialitas yang
dipilih masih memadai.
5) Penentuan bukti audit untuk menetapkan memadainya dan validitasnya dengan
asersi laporan keuangan yang bersangkutan.
6) Evaluasi estimasi akuntansi dan representasi manajemen.
7) Identifikasi bidang yang mungkin memerlukan pertimbangan audit khusus dan
keterampilan khusus.
8) Untuk menyadari adanya informasi yang bertentangan (seperti, representasi yang
berlawanan).
9) Untuk menyadari keadaan yang luar biasa (seperti, penggelapan dan
ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, hubungan yang tidak
diharapkan antara data statistik operasi dengan hasil keuangan yang dilaporkan).
10) Pembuatan permintaan keterangan berbasis informasi dan penentuan apakah
jawabannya masuk akal.
11) Pertimbangan tentang memadainya kebijakan akuntansi dan pengungkapan dalam
laporan keuangan.

Auditor harus menjamin bahwa asisten yang ditugasi dalam suatu perikatan audit
memperoleh pengetahuan memadai tentang bisnis untuk memungkinkan mereka
melaksanakan pekerjaan audit yang didelegasikan kepada mereka. Auditor juga perlu
menjamin bahwa para asisten selalu menyadari tambahan informasi dan perlunya
berbagi informasi dengan auditor dan asisten lainnya.
Untuk memanfaatkan secara efektif pengetahuan tentang bisnis, auditor harus
mempertimbangkan bagaimana dampak informasi tersebut terhadap laporan keuangan
secara keseluruhan dan apakah asersi dalam laporan keuangan konsisten dengan
pengetahuan auditor tentang bisnis.

10
B.ANALISIS KEMUNGKINAN KECURANGAN DAN PELANGGARAN
HUKUM
1. Kecurangan
SA Seksi 110 [PSA No.01] Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen,
menyatakan bahwa “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan
kecurangan”. Seksi ini berfokus ke pertimbangan auditor atas kecurangan dalam audit
terhadap laporan keuangan, manajemen bertanggung jawab untuk mencegah dan
medeteksi kecurangan.
Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor
berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji
material dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan
kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah
saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak sengaja. Ada
dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam
pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya
terhadap asset.
a. Salah saji yang timbuk dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji
atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan dapat menyangkut tindakan seperti:
1) Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.

11
2) Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.
3) Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
b. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset (sering kali
disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian asset
entitas berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai Standar Akuntansi Kuangan
di Indonesia. Perlakuan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan
entitas membayar harga barang/uang, pencurian set, atau tindakan yang
menyebabkan entitas membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh
entitas.
Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk
pemalsuan tanda tangan. Kecurangan juga dapat disembunyikan melalui kolusi di antara
menajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu
bahwa pengendalian aktivitas telah didasarkan secara efektif dapat disajikan kepada
auditor.
2. Pelanggaran Hukum
Istilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam SA Seksi 317 berarti pelanggaran
terhadap hukum atau perundang-undangan Republik Indonesia. Pengertian unsur
tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran perorangan yang
dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan
bisnis entitas.
Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya
sebagai hal yang dimiliki pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-
jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh: peraturan perpajakan
memengaruhi accrual dan besarnya jumlah yang diperlukan sebagai beban dalam suatu
periode akuntansi. Semua entitas mungkin dipengaruhi oleh banyak hukum atau
peraturan, termasuk di dalamnya peraturan perdagangan sekuritas, ketenagakerjaan dan
keselamatan kerja, kesehatan, lingkungan hidup, dan peraturan lainnya. Umumnya
hukum dan peraturan tersebut lebih berkaitan dengan aspek operasi daripada aspek
keuangan bersifat tidak langsung.

12
Auditor harus waspada terhadap adanya kemungkinan unsure pelanggaran hukum
telah terjadi. Jika ada informasi spesifik yang menarik perhatian auditor yang
memberikan indikasi tentang adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum
yang mungkin menimbulkan dampak material tidak langsung terhadap laporan
keuangan, maka auditor berkewajiban melaksanakan prosedur audit yang dirancang
secara khusus untuk meyakinkan apakah unsur tindakan pelanggaran hukum telah
dilakukan atau tidak.
Pada umunya, suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia tidak meliputi prosedur audit yang
dirancang secara khusus untuk mendeteksi unsur tindakan pelanggaran hukum. Namun,
prosedur audit yang ditujukan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
memungkinkan pengarahan perhatian auditor tentang kemungkinan adanya unsure
tindakan pelanggaran hukum. Auditor harus meminta keterangan manajemen tentang
kepatuhan klien terhadap hukum dan peraturan.
Jika auditor mengetahui adanya kemungkinan unsure tindakan pelanggaran hukum,
maka ia harus berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi
terjadinya pelanggaran, dan informasi lain yang cukup untuk mengevaluasi dampak
unsur pelanggaran terhadap laporan keuangan. Jika dimungkinkan, auditor harus
memperoleh keterangan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi daripada tingkat
manajemen pelaku unsur tindakan pelanggaran hukum. Jika manajemen tidak berhasil
memberikan informasi dan keterangan yang memuaskan tentang terjadinya atau
tidaknya unsur tindakan pelanggaran hukum, maka auditor harus:
a. Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang
penerapan hukum dan peraturan relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus
mengantisipasi dampaknya terhadap laporan keuangan. Pertemuan konsultasi
dengan penasihat hukum klien harus dengan sepengetahuan dan persetujuan
klien.
b. Menerapkan prosedur tambahan, jika diperlukan, untuk memperoleh pemahaman
lebih baik tentang sifat pelanggaran.
Auditor harus memperkirakan dampak unsur tindakan pelanggaran hukum terhadap
jumlah-jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan, termasuk dampak potensial
yang bersifat moneter, seperti denda dan kerugian. Kerugian bersyarat yang ditimbulkan

13
oleh unsur tindakan pelanggaran hukum harus diungkapkan dan dievaluasi dengan cara
sama dengan yang diterapkan terhadap kerugian bersayarat lain. Contoh kerugian
bersyarat yang mungkin timbul dari unsur pelanggaran hukum antara lain ancaman
pengambilalihan aset, desakan untuk menghentikan operasi, dan tuntutan hukum.
Jika auditor menyimpulkan bahwa unsur tindakan pelanggaran hukum yang telah
dilakukan memiliki dampak material terhadap laporan keuangan, dan pelanggran
tersebut belum dipertanggungjawabkan atau diungkapkan secara memadai, maka
auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak
wajar atas laporan keuangan secara keseluruhan, tergantung pada tingkat materialitas
dampak pelanggaran terhadap laporan keuangan.
Jika auditor dihalangi oleh klien dalam memperoleh bukti yang cukup dan
kompeten guna mengevaluasi apakah unsure tindakan pelanggaran hukum oleh klien
telah atau akan memiliki dampak material terhadap laporan keuangan, maka auditor
biasanya harus menyatakan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Memahami Bisnis Klien”. https://dokumen.tips/documents/memahami-


bisnis-klien.html. Diakses pada 8 April 2019
IAPI. Standar Profesional Akuntan Publik. 31 Maret 2011. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Jusup, Al. Haryono, 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II, Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.
Ribery, F. “Pemahaman Bisnis Klien”.
http://ffirmann.wordpress.com/2010/01/16/pemahaman-atas-bisnis-klien/. Diakses
pada 8 April 2019

14
Wijaya, Ady. “Pemahaman Bisnis Klien”.
https://www.academia.edu/8236946/Memahami_Bisnis_dan_Industri_Klien.
Diakses pada 8 April 2019

15

Anda mungkin juga menyukai