PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sosial, dan ekonomi (Okatiranti, 2015). Penurunan yang terjadi pada lansia secara
yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran. Salah satu sistem tubuh
yang mengalami kemunduran adalah sistem kognitif atau intelektual yang sering
seluruh dunia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 47,5 juta dan sebanyak 22
juta jiwa diantaranya berada di asia (Kemenkes, 2018). Data dari Alzheimer’s
dependent akan meningkat dari 101 juta menjadi 277 juta dalam 2050, hampir
tiga kali lipat. Hampir setengahnya hidup dengan penyakit Alzheimer atau jenis
demensia lainnya, yang secara cepat akan menjadi krisis kesehatan global
(Aminuddin, 2015). Menurut Badan Pusat Statistik (2015), proyeksi jumlah lanjut
usia (60 tahun) di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 207.930.000
jiwa, dan pada tahun 2035 diperkiran mencapai 481.987.000 jiwa. Peningkatan
terjadinya penurunan fungsi kognitif lansia. Lansia berusia 65 tahun ke atas sekitar
Association, 2017). Data penduduk lansia di Provinsi Jawa Timur pada tahun
2016 dengan usia 65 tahun ke atas sebesar 4.640.440 jiwa (Badan Pusat
Statistik, 2016). Data Penduduk lansia di Surabaya pada tahun 2015 yaitu sebesar
2.848.583 jiwa dengan jumlah lansia usia 60 tahun ke atas sebesar 219.164 jiwa
Perempuan dan hampir seluruhnya 82% memiliki rentang usia >65 tahun.
Berdasarkan data yang diambil pada 29 April 2019 dari 31 pasien didapatkan 26%
berpikir (kognitif) berkaitan dengan aktivitas fisik, dimana aktivitas fisik erat
kaitannya dengan sistem muskloskeletal. Pada dasarnya, setiap gerakan fisik yang
maka rangsangan kepada otak juga berkurang. Karena otak memiliki sifat
plastisitas dimana bila terus diberikan rangsangan, fungsinya akan tetap terjaga
dan sebaliknya bila rangsangan tersebut kurang atau tidak ada, proses plastisitas
tidak terjadi dan otak akan mengalami penurunan struktur dan fungsinya
dan sosial ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistik (Padila, 2013).
Di dalam ilmu keperawatan gerontik ada tiga terapi modalitas yang sesuai
dilakukan untuk para lansia yaitu terapi modalitas fisik, terapi modalitas
psikososial dan terapi modalitas spiritual. Salah satu jenis terapi modalitas fisik
untuk fungsi kognitif pada lansia yaitu terapi kognitif yang bertujuan agar daya
macam latihan yang dapat meningkatkan potensi kerja otak, yakni meningkatkan
kebugaran secara umum dan melakukan senam otak (brain gym). Senam otak
bagian-bagian otak dan merupakan metode atau program latihan untuk melatih
otak kanan dan otak kiri, sehingga dapat melatih otak dan sel saraf yang
pentingnya seperti olahraga tubuh, tidak hanya tubuh yang butuh latihan tetapi
otak juga memerlukan latihan untuk menjaga kualitas kesehatan otak, yaitu salah
satunya untuk mencegah adanya gangguan intelegensi dan daya ingat. Dengan
demikian, senam otak bisa meningkatkan kesehatan lansia sehingga kualitas hidup
fungsi kognitif. Frekuensi pemberian senam otak sebanyak 4 kali dalam dua
minggu dengan durasi waktu tiap pertemuan 15–20 menit. Post test dilakukan
B. Batasan Masalah
hambatan komunikasi verbal, resiko jatuh, dan defisit perawatan diri maka
C. Rumusan Masalah
Mojopahit Mojokerto?”
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Mojokerto
Mojokerto.
Mojopahit Mojokerto
e. Mengevaluasi hasil dari implementasi senam otak (brain gym) Pada Pasien
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
khususnya dalam penerapan senam otak (brain gym) pada pasien demensia
dengan masalah keperawatan konfusi kronik dan dapat digunakan untuk pedoman
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
keperawatan pada pasien demensia dengan penerapan senam otak (brain gym)
Sebagai salah satu wacana dan tambahan informasi tentang salah satu
tindakan mandiri perawat dalam penerapan senam otak (brain gym) untuk