Anda di halaman 1dari 3

Mengatur dan Mengawasi Bank

Terkait dengan tugas mengatur dan mengawasi bank, tampaknya pembuat undang-undang ingin
memisahkan antara tugas mengatur dan mengawasi dipisahkan. Dengan kata lain tugas mengatur bank
diberikan kepada Bank Indonesia. Sedangkan tugas mengawasi bank diberikan kepada lembaga yang
khusus dibentuk untuk itu. Bahkan pendirian lembaga pengawas jasa keuangan tersebut secara limitatif
telah ditegaskan dalam undang-undang Bank Indonesia harus sudah didirikan paling lambat pada akhir
tahun 2010. Hal ini dengan tegas dijabarkan dalam Pasal 34 UUBI:

------

Sekalipun sedikit agak terlambat, namun menjelang akhir tahun 2011 tepatnya pada tanggal 22
November 2011 melalui Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2011 Nomor 111
diundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Dalam Pasal 1
angka 1 dijelaskan : Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak Iain, yang mempunya fungsi, tugas dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
ini.

(1) Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh iembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang
independen, dan dibentuk dengan undang-undang.

(2) Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan dilaksanakan
selambat-lambatnya 31 Desember 2010.

Dalam penjelasan Pasal 34 Ayat (1) dikemukakan: Lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan
dibentuk melakukan pengawasan terhadap Bank dan perusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan
lainnya yang meliputi asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan,
serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Lembaga ini bersifat
independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan
berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Dalam melakukan tugasnya lembaga ini (supervisory board) melakukan koordinasi dan kerjasama
dengan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang akan diatur dalam undang-undang pembentukan
lembaga pengawasan dimaksud. Lembaga pengawasan ini dapat mengeluarkan ketentuan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan Bank dengan koordinasi dengan Bank Indonesia dan
meminta penjelasan dari Bank Indonesia keterangan dan data makro yang diperlukan. Selanjutnya
dalam Ayat (2) dikemukakan:
Pengalihan fungsi pengawasan bank dari Bank Indonesia kepada lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan dilakukan secara bertahap setelah dipenuhinya syarat-syarat yang meliputi infrastruktur,
anggaran, personalia, struktur organisasi, sistem informasi, sistem dokumentasi, dan berbagai peraturan
pelaksanaan berupa perangkat hukum serta dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Dari ketentuan di atas terlihat bahwa di masa yang akan datang, pengawasan terhadap lembaga
keuangan Bank, yang dalam penjelasan Pasal 34 UU BI digunakan istilah Bank dan Perusahaan-
perusahaan jasa keuangan lainnya, diberikan kepada lembaga yang independen. Hal ini tentu cukup
menarik dengan adanya pemisahan antara otoritas pemberi izin dengan pengawasan. Artinya izin untuk
mendirikan Bank tetap ada di Bank Indonesia, sementara itu pengawasan terhadap operasional atau
kegiatan Bank sebagai Lembaga Keuangan diberikan kepada lembaga independen yang segera akan
dibentuk sesuai dengan perintah UU BI. Dengan model ini tentunya diharapkan dengan diberikannya
status independen dalam pengawasan, maka berbagai ketentuan tentang pelaksanaan izin operasional
yang telah diberikan dapat lebih ditingkatkan pengawasannya. Adanya pengawasan yang independen ini
diharapkan kemungkinan terjadinya berbagai pelanggaran dapat dideteksi sedini mungkin, sehingga
kemungkinan terjadinya Bank gagal dapat ditekan sekecil mungkin.

Penjabaran lebih lanjut dalam rangka menjalankan tugas mengatur Bank, dalam Pasal 25 UU BI
dikemukakan: Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat
prinsip kehati-hatian. Selanjutnya dalam Pasal 26 dikemukakan, Bank Indonesia berwenang :

a. memberikan dan mencabut izin usaha Bank; b. memberikan izin pembukaan, penutupan, dan
pemindahan kantor Bank;

c. memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan Bank;

d. memberikan izin kepada Bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia dilakukan baik langsung dan tidak langsung, yakni:

(1) Bank Indonesia mewajibkan Bank untuk menyampaikan laporan, keterangan, dan penjelasan sesuai
dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(2) Apabila diperlukan, kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan pula terhadap
perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, dan pihak terafiliasi dari Bank.

(3) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap Bank, baik secara berkala maupun setiap waktu
apabila diperlukan.
(4) Apabila diperlukan, pemeriksaan dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak,
pihak terkait, pihak terafiliasi, dan debitor Bank.

(5) Bank Indonesia dapat memerintahkan Bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh
kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia terhadap suatu transaksi patut
diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan.

(6) Apabila dari hasil pemeriksaan tidak diperoleh bukti yang cukup, Bank Indonesia pada hari itu juga
mencabut perintah penghentian transaksi.

Dalam hal keadaan suatu Bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan kelangsungan usaha
Bank yang bersangkutan dan/atau membahayakan sistem perbankan atau tetjadi kesulitan perbankan
yang membahayakan perekonomian nasional, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana
diatur dalam undang-undang tentang perbankan yang berlaku.

------

Lihat pasal 37 dan 37 A Undang-Undang Perbankan

Anda mungkin juga menyukai