Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan tidak pernah terlepas dari bagian lingkungan hidup yang wajib dilestarikan
dan dikembangkan agar tetap dapat menjadi sumber penunjang hidup bagi manusia dan
mahluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Dewasa ini, kejahatan lingkungan sering terjadi disekeliling lingkungan kita, namun semua
itu tanpa kita sadari. Misalnya saja pada pertambangan, pertambangan merupakan usaha
untuk menggali berbagai potensi-potensi yang terkandung dalam perut bumi.
Negara menguasai secara penuh semua kekayaan yang terkandung didalam bumi dan
dipergunakan sebaik – baiknya untuk kemakmuran rakyat. Akan tetapi kenyataanya rakyat
melakukan kegiatan pertambangan dengan tidak memperhatikan aspek –aspek yang penting
didalamnya, seperti tidak memperhatikan akibat yang di timbulkan atau pengaruh dengan
adanya pertambangan tersebut (pertambangan liar), namun tidak menutup kemungkinan
juga dilakukan oleh perusahaan tambang yang telah memiliki izin resmi.
Maka dari itu, diperlukan pengetahuan mengenai komponen ekosistem dari lingkungan
yang ingin ditambang untuk memberi kesadaran dalam menambang tanpa merusak
komponen ekosistem didalam lingkungan tersebut. Secara umum ekosistem di bumi ini dibagi
ke dalam dua kategori, yaitu kategori daratan dan perairan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Dimana lingkungan dengan potensi pertambangan?
2. Apa saja komponen ekosistem dalam lingkungan pertambangan?
3. Apa manfaat yang diberi oleh lingkungan beserta ekosistemnya?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengenal lingkungan lingkungan dengan potensi pertambangan.
2. Mengetahui informasi komponen ekosistem dalam lingkungan pertambangan.
3. Mengetahui manfaat manfaat dari sebuah lingkungan beserta ekosistemnya
BAB 2
PEMBAHASAN

Bumi adalah planet di tata surya yang sangat luar biasa. Hanya di Bumi lah makhluk hidup
bisa hidup. Tidak hanya makhluk hidup saja, namun Bumi juga memiliki lingkungan dan
komponen- komponen di dalamnya. Makhluk hidup yang ada di bumi saling berinteraksi
dengan lingkungannya dan membentuk suatu hubungan timbal balik, inilah yang disebut
dengan ekosistem. Ada banyak sekali jenis ekosistem yang akan kita temui di Bumi. Secara
umum ekosistem di Bumi ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori daratan dan
perairan. Berikut ini adalah lingkungan-lingkungan dengan potensi untuk ditambang beserta
ekosistemnya:

1. Hutan
Seperti halnya ekosistem yang lainnya yang disesuaikan dengan namanya, ekosistem
hutan merupakan ekosistem yang cakupan wilayahnya adalah berupa hutan Seperti yang kita
ketahui bersama bahwasannya ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang berupa hubungan timbal balik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
ekosistem hutan ini merupakan hubungan antara kumpulan beberapa populasi (baik itu
populasi binatang maupun tumbuh- tumbuhan) yang hidup di permukaan tanah dan berada
di pada suatu kawasan hutan. Ekosistem hutan ini membentuk suatu kesatuan ekosistem
yang berada dalam keseimbangan yang bersifat dinamis dan mengadakan interaksi baik
langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya antara satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan. Ekosistem hutan ini termasuk dalam kategori ekosistem daratan. Ekosistem hutan
ini juga masuk ke dalam kategori ekosistem alamiah dan dijuluki sebagai “paru- paru Bumi”.
Hal ini karena hutan memegang peranan yang sangat penting untuk dapat mengatur dan
menjaga kesehatann Bumi. Bahkan hutan juga dijadikan sebagai parameter untuk melihat
apakan Bumi mengalami sakit ataukah tidak.
Karena ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya,
maka setiap ekosistem mempunyai komponen masing- masing. Ekosistem hutan juga
memiliki komponen- komponen yang menyusun ekosistem hutan itu sendiri. Komponen yang
terdapat dalam ekosistem hutan ini selain meliputi komponen biotik dan juga abiotik, juga
dilihat lagi dari segi makanan. Dari segi makanan, komponen ini dibedakan menjadi 2 macam
yakni komponen autotrof dan heterotrof. Komponen autotrof merupakan komponen yang
mampu menyediakan makanan sendiri, sedangkan komponen heterotrof merupakan
komponen yang selalau memanfaatkan bahan organik sebegai makanannya. Untuk
mengetahui lebih lengkap, berikut ini merupakan komponen yang ada di dalam ekosistem
hutan.
Komponen biotik. Komponen biotik atau komponen yang berupa makhluk hidup yang ada
di ekosistem hutan ini banyak sekali jenisnya, yakni tumbuhan, binatang, serta organisme-
organisme lainnya.
Komponen abiotik. Selain komponen yang hidup, ada pula komponen yang tidak hidup.
Meskipun tidak hidup namun keberadaan komponen ini bisa mempengaruhi komponen-
komponen lain yang ada di ekosistem tersebut. Berikut merupakan komponen abiotik atau
komponen yang tidak hidup di ekosistem hutan, yaitu suhu, cahaya matahari (baca: bagian-
bagian matahari), air, iklim, tanah, angin, batu, dan lain sebagainya.
Komponen Autotrof. Kata “autotrof” ini berasal dari 2 kata, yaitu “autros” yang
mempunyai arti sendiri, dan juga “tropikhos” yang mempunyai arti menyediakan makanan.
Sehingga komponen autotrof yang terdapat dalam ekosistem hutan ini merupakan komponen
yang mampu menyediakan atau mensisntesis makanannya sendiri. Dalam membuat
makanannya sendiri, komponen ini menggunakan bahan- bahan anorganik. Kemudian
dengan bantuan dari klorofil dan juga energi dari sinar matahari, bahan- bahan anorganik
tersebut diubah menjadi bahan- bahan makanan organik. Dengan demikian, organisme yang
termasuk ke dalam golongan autotrof ini pada umumnya adalah mereka yang memiliki zat
hijau daun atau korofil. Pengikatan yang dilakukan oleh energi sinar matahari dan sistesis
bahan organik menjadi bahan anorganik kompleks ini hanya bisa dilakukan oleh komponene
autrotrof saja. Contoh komponene autotrof yang ada di ekosistem hutan adalah pohon dan
rumput- rumputan.
Komponen Heterotrofik. Kata “heterotrofik” ini berasal dari dua kata, yaitu “hetero”yang
berarti berbeda, lain, mauooun tidak seragam dan “tropikhos” mempunyai arti menyediakan
makanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komponene heterotrofik ini merupakan
komponen atau organisme yang dalam hidupnya selalu memanfaatkan bahan oirganik
sebagai bahan makanannya. Bahan organik yang digunakan untuk membuat makanan
tersebut telah disediakan oleh organisme atau makhluk lainnya. Dapat dikatakan pula
komponen heterotrofik ini mendapatkan bahan makanannya dari komponen autotrof.
Sebagian dari anggota komponen heterotrofik ini akan menguraikan bahan organik kompleks
ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana yang nantinya akan digunakan sebagai
bahan baku untuk membuat makanan komponen autotrof. Contoh komponen heterotrof
yang ada dalam ekosistem hutan diantaranya adalah binatang, jamur, dan juga jasad renik.
Hutan merupakan kekayaan alam yang bersifat alamiah. Hutan ini ada karena bentukan
alam, namun juga bisa dibuat oleh manusia. Hutan ini ada di berbagai wilayah di setiap sudut
Bumi, oleh karena hutan ini mempunyai fungsi yang sangat banyak. Ada banyak sekali jenis
hutan di Bumi ini. Apabila kita mencermatinya saru per satu, maka kita akan dapat
menemukan jenis- jenis hutan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Karena
banyaknya jenis hutan ini, maka para ilmuwan mengelompokkannnya berdasarkan kategori-
kategori tertentu. Kita akan membahas mengenai jenis- jenis hutan tersebut yang dilihat dari
beberapa kategori, seperti berdasarkan letak geografisnya, sifat musimnya, ketinggian
tempatnya, kondisi tanahnya, dan juga dominasi pepohonannya. Secara umum, berikut
merupakan jenis- jenis hutan:
a. Berdasarkan letak geografisnya
Letak geografis suatu benda merupakan kedudukan suatu benda di bentang alamnya.
Letak geografis hutan ini bisa dilihat dari dimana letak hutan itu. Letak geografis ini bisa dilihat
dari iklim yang berada di suatu wilayah letak hutan itu berada, bisa juga dilihat dari batasan
atau kanan kiri dari hutan tersebut, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan alam.
Berdasarkan letak geografisnya, hutan ini dibedakan menjadi 3 macam, yakni:
1) Hutan tropis, yaitu hutan yang letaknya berada di wilayah atau daerah
khatulistiwa. Hutan ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
 Terletak di wilayah yang mempunyai iklim tropis (baca: iklim di Indonesia)
 Pohon- pohon di hutan ini biasanya berukuran tinggi dan mencapai beberapa
meter
 Daun- daun pohon di hutan ini sangat lebat, saking lebatnya hingga terkadang
menghalangi cahaya matahari yang masuk dan membuat tanah di bawahnya
lembab
 Tumbuhan yang hidup di hutan ini terdiri dari berbagai jenis
 Mendapatkan curah hujan yang sangat cukup sepanjang tahun
2) Hutan temperate, yaitu hutan yang berada di wilayah yang mempunyai 4 musim.
Hutan ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
 Terletak di wilayang yang mempunyai 4 musim, yakni musim panas, musim
gugur, musim semi, dan musim semi
 Biasanya wilayah tersebut mempunyai iklim sub tropis
 Mendapatkan curah hujan yang tidak sebanyak hutan tropis
3) Hutan boreal, yaitu hutan yang terletak di daerah lingkaran kutub- kutub Bumi.
Karena letak hutan ini yang berada di wilayah lingkaran kutub Bumi, maka wilayah
hutan ini akan ditutupi oleh es atau salju. Hutan ini juga disebut sebagai bioma
taiga. Beberapa ciri yang dimiliki oleh hutan ini adalah sebagai berikut:
 Terletak di antara daerah yang memiliki iklim sub tropis dengan daerah iklim
kutub atau iklim dingin
 Terdapat perbedaan variasi suhu yang sangat mencolok, yakni antara musim
panas dan juga musim dingin
 Pertumbuhan tanaman terjadi ketika musim panas, yakni selama 3 hingga 6
bulan
 Ditumbuhi flora atau tumbuhan yang bersifat homogen atau berseragam
 Tumbuhan yang dominan tumbuh disana adalah tumbuhan yang memiliki
daun runcing seperti jaru (tumbuhan konifer), yang tampak selalu hijau
sepanjang tahunnya
 Dihuni oleh berbagai fauna khas, yakni srigala, burung, beruang hitam,
moosem ajak, dan lynx.

b. Berdasarkan Sifat Musimnya


Musim merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam hutan. Hal ini karena
musim tersebut akan menentukan kondisi dalam hutan itu. Berdasarkan sifat yang dimiliki
musimnya, hutan dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1) Hutan Hujan (baca: ciri- ciri hutan hujan tropis), yaitu hutan yang memiliki curah
hujan yang tinggi. Hujan yang menyirami hutan ini bersifat rutin dan sepanjang
tahun. Hutan ini memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
 Tingkat curah hujan yang dimiliki sangat tinggi, yakni antara 200 hingga 450
cm/ tahun
 Mendapatkan penyinaran matahari sepanjang tahun
 Suhu yang berada di sekitar lingkungan antara 21 hingga 30 derajat Celcius
 Pepohonan yang berada di hutan ini tumbuh tinggi menjulang hingga
mencapai 55 m, dan membentuk tudung atau kanopi.
 Terdapat beberapa tanaman rambat seperti rotan dan anggrek yang
menempel di pepohonan untuk mendapatkan sinar matahari.
 Dihuni beberapa fauna yang hidup di sekitar kanopi pohon, seperti macan
tutul, jaguar, babi hutan, serta beberapa serangga.
2) Hutan selalu hijau atau evergreen forest, yakni hutan yang selalu terlihat jikau
sepanjang tahun. Hutan yang demikian ini biasanya memiliki vegetasi tumbuhan
yang tahan terhadap air yang sedikit.
3) Hutan musim atau hutan gugur (deciduous forest), adalah hutan yang ditumbuhi
oleh berbagai macam tanaman yang menggugurkan daunnya ketika musim gugur
tiba. Hutan gugur ini merupakan hutan yang berada di wilayah yang mempunyai 4
musim. Agar lebih jelas mengenal jenis hutan ini, berikut adalah ciri- ciri dari hutan
gugur:
 Curah hujan merata di sepanjang tahunnya, yakni sekitar 75 hingga 100 cm/
tahun
 Tumbuhan yang hidup di hutan ini didominasi oleh tumbuhan berdaun yang
lebar
 Terdapat di daerah yang mempunyai empat musim, yaitu musim dingin,
musim semi, musim panas, dan musim gugur
 Apabila musim dingin tiba, maka air di hutan ini akan membeku
 Ketika musim dingin, tumbuhan tidak melakukan fotosistesis karena air tidak
dapat diserap dengan baik
 Binatang yang berada di hutan ini adalah binatang yang melakukan hibernasi
ketika musim dingin
 Selain hewan yang melakukan hibernasi pada musim dingin, beberapa hewan
lagi akan membentuk jaringan lebak di bawah kulitnya, dan ada pula yang
bermigrasi ke tempat lain
 Berada di wilayah yang mempunyai iklim sub tropis, yaitu yang terletak di 23,5ᵒ
garis lintang utara/ lintang selatan
 Ketika musim panas tiba, maka radiasi sinar matahari, curah hujan, dan
kelembaban akan meninggi
 Sebaliknya, radiasi sinsr matahari, curah hujan, dan tingkat kelembaban akan
turun apabila musim dingin tiba
 Ketika musim dingin tiba, daun- daun di pohon akan berubah menjadi merah
atau coklat karena tumbuhan tidak melakukan fotosintesis (tidak dapat
menyerap air)
 Tanda musim panas tiba adalah salju atau es (baca: hujan es) mulai mencair
4) Hutan Sabana atau savannah forest, adalah hutan yang terletak di kawasan yang
memiliki musim kemarau panjang. Hutan sabana ini adalah wilayah padang
rumput yang diselingi oleh beberapa pohon. Untuk mengenal lebih dalam
mengenai hutan sabana ini, mari kita lihat beberapa ciri atau karakteristik yang
dimiliki oleh hutan sabana ini:
 Curah hujan di hutan ini adalah antara 90 – 150 cm/ tahun
 Musim kemarau berlangsung lebih lama di hutan ini
 Berupa padang rumput yang diselingi oleh beberapa pohon
 Flora yang hidup di hutan ini seperti tumbuhan gerbang, rumput, Acacia,
Aucalyptus
 Fauna yang hidup di hutan ini seperti gajah, macan tutul, kijang, zebra, singa,
kuda, dan beberapa jenis serangga

c. Berdasarkan ketinggian tempatnya


Hutan juga dibedakan atas dasar ketinggian tempat dimana hutan itu berada. Ketinggian
tempat merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi kedaaan hutan tersebut. Berikut
adalah pembagian jenis hutan berdasarkan ketinggian tempatnya:
1) Hutan pantai (baca: manfaat pantai) atau beach forest, adalah hutan yang berada
di wilayah pantai atau berdekatang dengan pantai. Hutan ini mempunyai
ketinggian yang sama dengan ketinggian pantai. Biasanya, hutan pantai ini terdiri
atas pohon- pohon kelapa atau cemara.
2) Hutan dataran rendah atau lowland forest, adalah hutan yang berada di wilayah
dataran rendah.
3) Hutan pegunungan bawah atau submountain forest, adalah hutan yang hutan
yang ada di wilayah pegunungan bagian bawah.
4) Hutan pegunungan atas atau mountain forest, adalah hutan yang etrletak di
wilayah pegunungan.
5) Hutan kabut atau mist forest.
6) Hutan elfin atau alpine forest.

d. Berdasarkan Kondisi Tanah


Kondisi tanah juga termasuk salah satu hal yang membedakan ekosistem hutan.
berdasarkan kondisis tanah, ekosistem hutan dibedakan menjadi:
1) Hutan tanah kapur atau limestone forest, adalah jenis hutan yang memiliki jenis
tanah berupa tanah kapur atau tanah gamping. Tanah kapur bukan merupakan
tanah yang mudah ditumbuhi pepohonan. Maka dari itu jenis pepohonan yang
tumbuh di hutan kapur ini merupakan pepohonan tertentu. Biasanya jenis pohon
yang dapat bertahan di tanah kapur adalah pohon jati.
2) Hutan rawa gambut atau peat swamp- forest, adalah jenis hutan yang tanahnya
berupa rawa gambut. Hutan ini mempunyai ciri- ciri khusus yang hanya dapat kita
temui pada hutan ini. Untuk mengenal lebih jauh mengenai hutan ini, baca ciri- ciri
hutan rawa gambut.
3) Hutan rawa air- tawar atau hutan rawa yang dikenal sebagai freshwater swamp-
forest.
4) Hutan kerangas atau hutan health forest.

e. Berdasarkan Pepohonan yang Mendominasi


Pepohonan yang ada di dalam suatu hutan merupakan komponen utama. Jenis hutan juga
dapat dilihat dari pepohonan yang tumbuh mendominasi dalam hutan tersebut. Berdasarkan
pepohonan yang mendominasi, jenis hutan ini contohnya adalah:
1) Hutan pinus (pine forest)
2) Hutan jati
3) Hutan ekaliptus
4) Hutan dipterokarpa, dan lain sebagainya.

2. Laut
Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan menutupi
lebih dari 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61 persen belahan bumi
utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumiIndonesia sebagai Negara kepulauan
terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi
yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di beberapa tempat,
terutama di kawasan barat menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata yang hampir
seragam, tetapi di tempat lain terutama kawasan timur menunjukkan bentuk-bentuk yang
lebih majemuk, tidak teratur dan rumit.
A. Karakteristik Ekosistem Laut
Ekosistem laut atau disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem yang terdapat di
perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol,
dan ekosistem pasang surut.
Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.
a. Memiliki salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi.
b. NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
c. Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.
d. Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman.

Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang menembus air, ekosistem air laut dibagi
menjadi beberapa zona (daerah), yaitu sebagai berikut :
a. Zona fotik, merupakan daerah yang dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman air
< 200 m. Organisme yang mampu berfotosintesis banyak terdapat di zona fotik.
b. Zona twilight, merupakan daerah dengan kedalaman air 200 m – 2.000 m. Cahaya
matahari remang-remang sehingga tidak efektif untuk fotosintesis.
c. Zona afotik, merupakan daerah yang tidak dapat ditembus cahaya matahari sehingga
selalu gelap. Kedalaman air > 2.000 m.
Pembagian zona ekosistem air laut dimulai dari pantai hingga ketengah laut yaitu sebagai
berikut :
a. Zona litoral (pasang surut), merupakan daerah yang terendam saat terjadi pasang dan
seperti daratan saat air laut surut. Zona ini berbatasan dengan daratan dan banyak
dihuni kelompok hewan, seperti bintang laut, bulu babi, udang, kepiting, dan cacing
laut.
b. Zona neritik, merupakan daerah laut dangkal < 200m. Zona ini dapat ditembus cahaya
matahari dan banyak dihuni genggang laut dan ikan.
c. Zona batial, memiliki kedalaman air 200 m – 2.000 m dan keadaannya remang-
remang. Di zona ini tidak ada produsen, melainkan dihuni oleh nekton (organisme
yang aktif berenang), misalnya ikan.
d. Zona absial, merupakan daerah palung laut yang keadaannya gelap. Kedalaman air di
zona abisal > 2.000 m. Zona ini dihuni oleh hawan predator, detritivor (pemakan sisa
oerganisme), dan pengurai.

Berikut ini macam-macam ekosistem air laut.


a. Ekosistem laut dalam
Ekosistem laut dalam terdapat di laut dalam atau palung laut yang gelap karena tidak
dapat ditembus oleh cahaya matahari. Pada ekosistem laut dalam tidak ditemukan produsen.
Organisme yang dominan yaitu, predator dan ikan yang pada penutup kulitnya mengandung
fosfor sehingga dapat bercahaya ditempat yang gelap.
b. Ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang terdapat dilaut yang dangkal dengan air yang jernih.
Organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain hewan terumbu karang (coelenterate),
hewan spons (porifera), mollusca(kerang, siput), bintang laut, ikan, dan ganggang. Ekosistem
terumbu karang di Indonesia yang cukup terkenal di antaranya Taman Nasional Bawah Laut
Bunaken.
c. Ekosistem estuari
Ekosistem estuari terdapat di daerah percampuran air laut dengan air sungai. Salinitas air
di estuari lebih rendah daripada air laut, tetapi lebih tinggi daripada air tawar, yaitu sekitar 5
– 25 ppm. Di daerah estuari dapat ditemukan tipe ekosistem yang khas, yaitu padang lamun
(seagrass) dan hutan mangrove.

 Padang lamun, merupakan habitat pantai yang biasanya ditumbuhi seagrass.


Tumbuhan ini memiliki rizom dan serabut akar, batang, daun, bunga, bahkan ada yang
berbuah. Seagrass berbeda dengan alga karena mempunyai sistem reproduksi dan
pertumbuhan yang khas. Seagrass tumbuh menyebar membentuk padang rumput di
dalam air dengan perpanjangan rizom. Jenis hewan di padang lamun, antara lain
duyung (Dugong dugon), bulu babi (Tripneustes gratilla), kepiting renang (Portunus
pelagicus), udang, dan penyu.
 Ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan mangrove terdapat di daerah tropis
hingga subtropis. Ekosistem ini di dominasi oleh tanaman bakau (Rhizophora sp.), kayu
api (Avicennia sp.), dan bogem (Bruguiera sp.). Tumbuhan bakau memiliki akar yang
kuat dan rapat untuk bertahan di lingkungan berlumpur yang mudah goyah oleh
hempasan air laut. Akar napasnya berfungsi untuk mengambil oksigen langsung dari
udara. Tumbuhan bakau memiliki buah dengan biji vivipari yang sudah berkecambah
dan berakar panjang saat masih di dalam buah sehingga langsung tumbuh ketika jatuh
ke lumpur. Hewan-hewan yang hidup di ekosistem ini antara lain burung, buaya, ikan,
biawak, kerang, siput, kepiting, dan udang. Hutan mangrove banyak terdapat di pesisir
pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Papua, Bali, dan Sumbawa.

d. Ekosistem pantai pasir


Ekosistem pantai pasir terdiri atas hamparan pasir yang selalu terkena deburan ombak air
laut. Di tempat ini angin bertiup kencang dan cahaya matahari bersinar kuat pada siang hari.
Vegetasi atau tumbuhan yang dominan adalah formasi pes-caprae dan formasi barringtonia.
Formasi pes-caprae terdiri atas tanaman dan Spinifex littoreus. Formasi barringtonia terdiri
atas perudu dan pohon misalnya Barringtonia asiatica, Terminalia catappa, Erythrina, Hibiscus
tiliaceus, dan Hernandia. Hewan yang hidup di pantai pasir, misalnya kepiting dan burung.
Pantai pasir antara lain terdapat di Bali, Lombok, Papua, Bengkulu, dan Batul (Yogyakarta)
e. Ekosistem pantai batu
Sesuai dengan namanya, ekosistem pantai batu memiliki banyak bongkahan batu besar
maupun kecil. Organisme dominan di sini, yaitu ganggang cokelat, ganggang merah, siput,
kerang, kepiting,dan burung. Ekosistem ini banyak terdapat di pantai selatan Jawa, pantai
barat Sumatera, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku.
B. Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut
Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4,
yaitu:
1. Produsen
terdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya
2. Konsumen
terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di dalam ekosistem
laut.
3. Zooplaokton
terdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah.
Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan daerah gelap
sepanjang masa.Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada
produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut
dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.
C. Pemanfaatan Ekosistem Laut
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas,namun keadaan laut di negara kita
sangat kurang terjaga sehingga banyak ancaman sengketa mengenai batas wilayah perairan
laut Indonesia dengan negara-negara tetangga. Laut merupakan bagian dari samudera.
Lautan adalah laut yang sangat luas. Laut merupakan kumpulan air asin dalam jumlah yang
sangat banyak dan menggenangi yang membagi daratan atas benua atau pulau. Air
merupakan sumber utama yang dibutuhkan setiap makhluk hidup.Air memiliki peranan yang
sangat kuat di dalam kehidupan.Keadaan negara Indonesia yang terletak atau dikelilingi
lautan ini mendatangkan manfaat yang besar bagi warga yang hidup atau tinggal di dalamnya.
Di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan.
Berikut akan diuraikan beberapa manfaat laut bagi kehidupan manusia,yaitu:
1. Laut sebagai sumber makanan
Dikatakan laut sebagai sumber makanan,karena makanan yang biasa kita makan berasal
dari laut,seperti ikan,rumput laut,garam,dsb.Ikan banyak dijumpai di daerah pertemuan arus
panas dan dingin seperti yang terdapat di Jepang,Selat Malaka,New Foundlandbank.
2. Untuk mengontrol iklim dunia
Tanpa peranan laut,maka hampir keseluruhan planet Bumi ini akan menjadi terlalu dingin
bagi manusia untuk hidup,karena laut memiliki peranan penting dalam mengontrol iklim
dunia dengan memindahkan panas dari daerah ekuator menuju daerah kutub.Hampir 60%
penduduk hidup atau tinggal di daerah sekitar pantai.Bumi ditutupi oleh air yaitu sekitar 70%
dikelilingi oleh air. Air laut bergerak secara terus-menerus mengelilingi Bumi dalam satuan
sabuk aliran yang sangat besar yang disebut dengan “Global Conveyor Belt” bergerak dari
permukaan ke dalam samudera dan kembali lagi ke permukaan. Angin, temperatur dan
salinitas(kadar garam air laut) air laut mengontrol sabuk aliran global.Sabuk aliran ini yang
kemudian memindahkan energi panas yang dipancarkan oleh Matahari ke Bumi. Angin laut
membawa uap yang merupkaan sumber untuk turunnya hujan didaratan ataupun lautan.Arus
laut panas dapat memperbaiki keadaan iklim di daerah-daerah yang didatangi arus
tersebut,sebab dengan datang nya arus panas ke arus dingin akan menyebabkan pertemuan
kedua arus sehingga menjadikan atau membentuk arus baru. Lautan berperan menangkap
karbon dioksida (CO2) dari atmosfer dalam jumlah yang sangat besar.Sekitar ¼ CO2 tersebut
diserap dan disimpan dilautan.CO2 yang tersimpan di dlaam laut hingga berabad-abad
mampu mengurangi pemanasan global atau bahasa keren nya ”Global Warming”.. Laut
memilik peranna yang sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup.Manusia sebagai makhluk
yang paling tinggi derajat nya dan memiliki akal pikiran maka sudah seharusnya menjaga laut
dan tetap melestarikaknnya,bukan malah merusak nya(mengambil keuntungan nya saja
tanpa memikirkan akibat nya di masa yanga kan datang). Jika ekosistem laut berkurang maka
kemampuan laut untuk menyerap CO2 akan berkurang pula,maksud dari berkurang nya
ekosistem lauta seperti rusaknya terumbu karang dan hutan bakau.Kerusakan hutan bakau
semakin marak terjadi karena banyak masyarakat yang mengalihkan fungsi lahan.Dan
kerusakan terumbu karang seperti eksploitasi terumbu karang tanpa ada penanaman nya
kembali.
3. Laut sebagai tempat rekreasi dan Hiburan
Selain digunakan untuk iklim dunia dan sumber makanan,laut juga dapat dijadikan salah
satu pilihan untuk dijadikan tempat berwisata/rekreasi.Misalnya,
a. Jika airnya jernih maka dapat digunakan untuk tempat pemandian
b. Dapat dijadikan objek tourisme jika memiliki teluk-teluk yang indah
c. Dapat dijadikan tempat menyelam,jika laut itu memiliki terumbu karang yang
indah dan makhluk laut yang ada di sekitar terumbu karang itu.
4. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak,Angin,Pasang Surut,dsb
5. Tempat Budidaya Ikan,Kerang Mutiara,Rumput Laut,dsb
Laut juga berperan di dalam mata pencaharian manusia,laut dijadikan tempat budidaya
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama bagi orang-orang yang tinggal di daerah
pantai atau laut.
6. Laut sebagai tempat barang tambang
Di Laut dangkal sekitar Asia Tenggara telah terbukti banyak ditemukan barang tambang
serta minyak bumi.Saat ini kita tinggal menikmati hasil dari pengendapan makhluk-makhluk
laut yang telah mati jutaan tahun yang lalu yang kita kenal dengan nama”minyak bumi”. Di
laut pinggiran daerah Continental Self banyak terdapat endapan mineral yang sangat berguna
bagi industri,seperti yang terdapat di Bangka dan Belitung.
7. Sebagai Objek Riset Penelitian
Laut sering digunakan sebagai tempat dan alat bantu untuk penelitian yang terkait
tentang morfologi dasar laut,gerakan air laut,salinitas air laut,proses-proses yang terjadi
didalam laut,bagaimana kehidupan di dalam laut serta manfaat laut bagi manusia,terutama
penduduk sekitar.
8. Laut sebagai Sumber Air Minum
Jika kita berfikir sesaat,pasti yang terlintas di benak kita “bagaimana mungkin air laut
dapat diminum,sementara rasanya asin”.Memang benar,air laut tidak bisa diminum secara
langsung.Air laut dapat diminnum jika telah melalui sebuah proses yang disebut dengan
“DESALINASI”.
9. Laut sebagai Jalur Transportasi
Sebelum ada jalan darat dan udara,maka laut lah yang berperan penting dalam proses
transportasi.Laut merupakan jalur transportasi yang baik dan mudah sebab tidak perlu
membuad jalan seperti jalur transportasi darat.
10. Manfaat Laut bagi penduduk lokal
Peranan laut bagi penduduk lokal sangat lah besar.Karena selain sebagai mata
pencaharian mereka ,laut juga merupakan bagian yang tak terlepas dari tanggungjawab
mereka sebagai nelayan untuk dikelola dan di pelihara dengan penuh rasa
tanggungjawab.Awalnya penduduk lokal mengartikan laut sebagai salah satu bagian saja dari
wilayah negara kita yang diciptakan oleh sang pencipta,namun setelah mereka merasakan
fungsi yang begitu besar dari laut itu maka penduudk lokal menempatkan laut itu sebagai
lahan dan sumber kehidupan bagi mereka untuk melanjutkan dan mempertahankan
kehidupan dalam rangka menuju kepada kehidupan yang sejahtera dan lebih baik.Fungsi laut
bagi kehidupa pneduduk lokal yaitu: Berfungsi sebagai kekayaan alam yang perlu
dijaga,dikelola dan dilestarikan.
Laut sebagai lahan mereka menggantungkan hidup an meneruskan hidup(sebagai tempat
mata pencaharian). Laut berfungsi sebagai sarana bagi penduduk lokal untuk
mengembangkan keterampilan mereka di bidang perikanan.

3. Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatsan dengan ekosistem darat, laut dan daerah pasang
surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang
hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat pada substrat yang
keras (leksono, 2007).
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan pantai (shore).
Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti
pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi
perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan
adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis
pantai. Daerah lautan adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut
pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai
adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan
dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat
dibedakan sebagai berikut :
a. Formasi Pes-caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes-caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin;
tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius
(rumput angin), Vigna sp, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi
ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens
(babakoan).
b. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia,
Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka
kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi
tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil
oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang
termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika
tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra,
Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus (Leksono, 2007)
Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem darat
dan laut, dimana batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah yang tergenang air dan
maupun tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut, seperti : pasang
surut, percikan gelombang, angin laut dan interusi garam, sedangkan batas ke laut adalah
daerah - daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di
daratan seperti : aliran air tawar (river run off and surface run off), sedimentasi, pencemaran
dan lainnya (Dahuri, 2003).
Menurut Nybakken (2001) di lihat dari struktur tanah dan bahan penyusunnya, pantai
intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh batuan induk yang
keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum tersusun oleh
bebatuan. Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai berpasir dan pantai berlumpur
yang hampir tandus. Dari semua pantai, pantai ini memiliki berbagai organisme dengan
keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Pantai berbatu
menyediakan habitat untuk tumbuhan dan hewan. Habitat ini berperan sebagai substrat,
tempat mencari makan, tempat persembunyian serta tempat berinteraksinya berbagai
macam organisme khususnya yang memiliki hubungan rantai makanan. Daerah intertidal
khususnya pantai berbatu meruapakan zona yang penting untuk manusia dan organisme lain.
Daerah ini banyak dihuni hewan coelenterata, molusca, crustaceae dan tumbuhannya adalah
alga bersel tunggal, alga hijau, dan alga merah.
b. Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana struktur fisik
habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir, gelombang, dan pasang surut
air laut. Pantai berpasir merupakan salah satu jenis pantai yang dinamis karena
kemampuannya untuk menyerap energy gelombang. Energy gelombang ini dikeluarkan
melalui pergerakan airnya yang membawa pasir pantai ke luar wilayah pantai pada saat
gelombang besar dan membawanya kembali ke wilayah pantai pada saat gelombang dalam
keadaan tenang. Pantai berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai
aktivitas rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik. Organisme
tentu saja tidak tampak karena faktor-faktor lingkungan yang beraksi di pantai ini membentuk
kondisi dimana seluruh organisme mengubur dirinya dalam substrat. Adapun kelompok
makhluk hidup yang mendiami habitat ekosistem pantai berpasir terdiri dari kelompok
invertebrate dan makrofauna bentik.
c. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan ombak,
keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan mengakumulasi lebih banyak
bahan organik sehingga menjadi “berlumpur”. Pantai berlumpur memiliki substrat yang
sangat halus dengan diameter kurang dari 0.002 mm. Pantai berlumpur tidak dapat
berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya
terbatas pada daerah intertidal yang benar-benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut
terbuka. Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel
sedimen yang butirannya halus. Pantai berlumpur berada di berbagai tempat, sebagian di
teluk yang tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai berlumpur cenderung
untuk mengakumulasikan bahan organik, yang berarti bahwa tersedia cukup banyak makanan
yang potensial untuk organisme penghuni pantai, tetapi berlimpahnya partikel organik yang
halus yang mengendap di daratan lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat
permukaan alat pernapasan.

4. Gunung
Gunung merupakan bentang alam berupa daratan yang menjulang, memiliki sifat abiotik
dan biotik yang spesifik. Gunung-gunung di Indonesia sebagian besar terbentuk dari hasil
aktivitas vulkanik. Ketinggian gunungnya mulai dari 500 m hingga 4000 m di atas permukaan
laut. Sedangkan pegunungan merupakan suatu jalur memanjang yang berhubungan antara
puncak yang satu dengan puncak lainnya (Syamsuri, 2014: 57).
Oleh karena lingkungan berubah dengan ketinggian di daerah-daerah pegunungan, biota
juga berubah menurut ketinggian. Lereng gunung mengandung berbagai zona biotik dalam
daerah yang lebih sempit. Zona-zona ini berulang pada ketinggian yang sama pada tiap-tiap
gunung atau meliputi daerah yang luas. Kita dapat menganggap zona-zona ini sebagai bioma
yang tidak bersambungan dan dihubungkan dengan bioma di daerah sekitarnya. Oleh karena
itu, daerah pegunungan lebih baik dianggap sebagai perkecualian pola-pola bioma (Syamsuri,
2014: 60).
Banyak ahli ekologi tidak memasukkan pegunungan sebagai suatu ekosistem, hal ini
disebabkan pegunungan yang ditemukan tidak cocok dengan definisi karena karakteristik
iklim dan kehidupan tanaman dan hewan yang begitu beragam berdasarkan ketinggiannya.
Komponen abiotik seperti suhu dan curah hujan berubah seiring dengan bertambahnya
ketinggian. Variasi ini menyebabkan banyak komunitas yang terdapat di pegunungan (Biggs,
2008: 72).

A. Zona Pembagian Daerah Pegunungan


Pegunungan terluas dan tertinggi terdapat di pegunungan Himalaya, di daerah Tibet.
Pegunungan terpanjang yang rentangannya sepanjang pesisir barat Amerika dari Alaska di
utara hingga Chile di selatan adalah Pegunungan Andes. Pegunungan lainnya terdapat di
Eropa (Alpine, Pyrenees), Asia (Kaukasus, Urals), Papua Nugini, Selandia Baru, dan Afrika
Timur (Smith, 2014)
Pegunungan memiliki keanekaragaman habitat berserak yang mana terdapat hewan
dan tumbuhan yang dapat ditemukan. Pada ketinggian yang lebih tinggi, kondisi lingkungan
pada umumnya memiliki vegetasi tumbuhan alpine. Pada dataran yang lebih rendah, biasanya
ditutupi oleh hutan montana. Pada level yang lebih rendah, lahan bertipe dataran rendah dan
memiliki vegetasi seperti savanna, gurun, atau tundra (Smith, 2014).
Pembagian daerah pegunungan berdasarkan ketinggian dan vegetasinya antara lain:
1. Hutan dataran rendah (0-1.200 m dpl)
2. Hutan Pegunungan Bagian Bawah (1.200-2.100m dpl)
3. Hutan Pegunungan Bagian Atas (2.100-3.000 m dpl)
4. Hutan subalpin (>3.000 m dpl)
5. Hutan Alpin (>4.000 m dpl)
B. Komponen Ekosistem Pegunungan
Pegunungan mempengaruhi jumlah sinar matahari yang mencapai sebuah daerah dan
berdampak pula pada suhu dan curah hujan. Perbedaan komponen abiotik ini menyebabkan
adanya distribusi spesies. Hal ini salah satu alasan komunitas biologi pada pegunungan mirip
dengan ketinggian terendah, tetapi jauh dari ekuator (Campbell, 2008: 1158).
Pola bioma pada pegunungan yang berbeda dengan beberapa bioma darat yang lain.
Pada komponen abiotiknya sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu di gunung sangat rendah, radiasi ultraviolet dari sinar matahari tinggi dibandingkan
radiasi inframerah, memiliki kerapatan oksigen yang rendah. Fluktuasi suhu harian antara
150-200oC. Arus angin ke arah gunung pada siang hari disebabkan oleh panasnya udara di
dataran rendah dan akan menyebabkan pengembangan udara dan naik. Dengan
pengembangan dan naiknya udara sebagai akibat tekanan yang lebih rendah, maka suhu akan
turun. Inilah sebab utama bertambahnya ketinggian, suhu udara makin turun (Syamsuri,
2014: 60).
Suhu akan turun seiring dengan naiknya ketinggian sekitat 0,5-0,6oC setiap 100 meter. Pada
pegunungan di daerah equator, tidak memiliki musim dingin dan musim panas karena
suhunya rendah pada ketinggian yang sangat tinggi (Smith, 2014).
2. Kelembaban Nisbi
Presentase kejenuhan suatu massa udara akan bertambah dengan menurunnya suhu.
Oleh karena itu, titik embun pada ketinggian yang berbeda tergantung kepada laju perubahan
penurunan suhu dan kandungan uap air di dalam udara semula. Hutan-hutan yang terdapat
pada ketinggian yang tinggi memiliki kelembaban nisbi yang sangat tinggi, terlebih di malah
hari di mana suhu menurun. Dengan demikian, titik embun sering dilewati sehingga air
mengembun di atas daun-daun, Tetapi pada masa-masa kering pada ketinggian di atas lapisa
awan, kelembaban nisbi dapat menjadi lebih rendah dari pada siang hari. PPeningkatan
kejenuhan air menyebabkan suhu jadi rendah. Hutan yang terletak di tempat-tempat tinggi
memiliki kelembaban yang relatiftinggi di saat malam hari dan sering tmenjadi embun.
Tingkan kelembabannya mulai dari angka 86%-96% (Syamsuri, 2014: 61).
3. Awan
Pada bulan-bulan kering dimana uap air dalam udara kurang, umumnya terbent suatu
gelang awan sekeliling gunung dan hal ini biasanya terjadi pada ketinggian kira-kira 2.000 m.
Pada bulan-bulan yang paling basah, lereng dan puncak gunung diselubungi awan sampai
berhari-hari. Awan terjadi dari embun yang bergerak naik ke atmosfer, ditangkap oleh debu
dan partikel-partikel mikro lainnya. Selama berbulan-bulan basah, lereng-lereng gunung dan
bukit diselimuti oleh awan. Sebaliknya, di bulan-bulan keting, lereng-lereng relatif bersih dari
penutupan awan (Syamsuri. 2014: 61).
4. Curah Hujan
Curah hujan di atas lereng gunung sampai ketinggian 2.000 m umumnya lebih banyak
daripada di dataran rendah di sekitarnya. Di dalam lapisan awan yang menutupi lereng
gunung, pengukuran curah hujan tidak begitu berguna secara ekologik, karena tumbuhan
akan langsung menggunakan tetes-tetes air yang terdapat di dalam udara. Air hujan yang
terjadi di gunung relatif sering dan curah hujan lebih tinggi dibandingkan di wilayah bentang
alam lain. Di puncak gunung lebih sering terjadi hujan dibandingkan di lereng-lereng gunung
(Syamsuri, 2014: 61).
Relief gunung menyebabkan alur angin bergerak menuju ke atas, menyebabkan curah
hujan yang tinggi pada bagian yang lebuh tinggi, sedangkan pada bagian lereng menjadi lebih
hangat dan relatif kurang lembab, mengurangi curah hujan dan menyebabkan iklim lebih
kering (Smith, 2014).
Udara bergerak dari laut dan bertemu dengan gunung, lalu bergerak ke atas mendingin
pada ketinggian yang tinggi dan turun dengan jumlah yang banyak sebagai hujan. Pada bagian
lereng, ada sedikit curah hujan. Sebagai hasilnya, terdapat gurun (Campbell, 2008: 1158).
5. Embun Beku
Pemantulan panas dari bumi terjadi baik di siang hari maupun di malam hari, tetapi pada
malam hari tidak diimbngi penyinaran dari matahari. Dengan menjadi dinginnya permukaan
tumbuh-tumbuhan, tanah, batu, dan lapisan udara tipis di sekelilingnya turut menjadi dingin.
Udara dingin lebih berat daripada udara panas, dan jika tidak ada angin yang mengalirkan
udara dingin ini maka udara dingin semakin dingin. Karena kehilangan panas bumi terhalang
oleh debu, kabut, dan awan, suhu terendah akan tercapai pada malam hari yang cerah dan
kering. Pendinginan maksimum terjadi pada permukaan yang tidak menghantarkan panas
seperti ranting atau rumput mati dan tanah pasir kering, sedangkan pada permukaan yang
menghantarkan panas seperti batu-batuan dan air dan vegetasi yang hidup, pendinginan
hanya sedikit. Embun beku besar kemungkinan terjadi pada malam hari yang tenang, kering,
dan cerah di lembah-lembah dasar. Tempat-tempat seperti ini dinamakan kantong-kantong
embun beku dan terjadi pada danau-danau kecil yang telah mengalami distrofil (danau mati),
atau di tempat yang dahulunya bekas sungai es (Syamsuri, 2014: 61).
6. Tanah
Kandungan mineral dan hara di dalam tanah semakin berkurang seiring dengan tingkat
ketinggian tempat. Air hujan yang terjadi di bukit dan gunung membawa mineral dan hara ke
daratan yang lebih rendah. Hal ini mempengaruhi proses pembentukan batuan dan tanah.
Variasi jenis-jenis tanah mengakibatkan variasi yang tumbuh di atasnya (Syamsuri, 2014: 63).
C. Fungsi dan Peranan Pegunungan
Keutamaan gunung berapi merupakan pasak raksasa dari bumi yang akar dari
gunung berapi tersebut 10– 15 kali lipat dari ketinggianya. Gunung juga berfungsi sebagai
pasak untuk meminimalkan guncangan litosfer ketika bergerak. Walaupun banyak korban
nyawa dan materi namun meletusnya gunung berapi juga membawa segi positif bagi
sebagian orang bahkan untuk seluruh bumi. Bencana geologis lainnya, seperti gempa bumi
dan tsunami. merupakan proses Planet Bumi mencari keseimbangan baru untuk
mempertahankan tekanan dan temperaturnya. Tujuan penting proses ini adalah untuk
melindungi miliaran manusia dari kepunahan, sampai waktu yang telah ditentukan oleh-
Nya.
Fungsi yang lain dari gunung berapi adalah sebagai berikut :
a. Bertindak sebagai stabilizer.
b. Merawat lapisan atmosfernya dalam jangka panjang.
c. Bertindak sebagai jangkar atau rem gerakan lempeng bumi.
d. Penyubur makhluk tanah. Bertindak sebagai tandon air di Planet Bumi.
e. Membentuk rona baru di Planet Bumi,
f. Mendinginkan (langit) atmosfer bumi dari kenaikan temperatur atmosfer bumi
akibat peningkatan suhu matahari

Anda mungkin juga menyukai