ANTROPOLOGI
Dosen :
A Muiz Aziz
Disusun oleh :
Shiva Widiaty (2015-66-050)
FAKULTAS FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
a. Religi/Agama
Hampir semua orang Sunda beragama Islam hanya sebagian kecil yang tidak beragama
Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Banten. Tetapi ada juga yang
beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha. Praktek-praktek sinkritisme dan mistik masih
dilakukan namun pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara
keseimbangan alam semesta.
Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan
keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong-royong). Hal
yang menarik dalam kepercayaan Sunda adalah lakon pantun Lutung Kasarung yang
merupakan salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang tunggal
(Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam untuk memelihara
kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata). Ini mungkin bisa menjadi jembatan
untuk mengkomunikasikan kabar baik kepada mereka. Terdapat juga adanya upacara-upacara
yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah,
menanam padi, dan lain-lain.
Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya pada masyarakat sunda masih dipelihara dan
dihormati. Dalam daur hidup manusia dikenal upacara – upaara yang bersifat ritualadat
seperti : upacara adat masa kehamilan sering disebut 7 bulanan atau Babarit, masa kelahiran,
masa anak – anak, perkawinan, kematian, dll.
Demikian juga dalam kegiatan pertanian dan keagamaan dikenal upacara adat yang
unik dan menarik. Itu semua ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur dan mohon
kesejahtraan dan keselamatan lahir batin dunia dan akhirat. Beberapa kegiatan upacara adat
di jawa barat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
c. Bahasa
Bahasa sunda mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu bahasa untuk membedakan
golongan usia dan status sosial antara lain, yaitu :
1. Bahasa sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua,
orang yang dituakan atau disegani.
2. Bahasa sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun
status sosialnya.
3. Bahasa sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada
orang yang status sosialnya lebih rendah.
Namun demikian di Serang dan di Cilegon, lebih lazim menggunakan bahasa
Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh teknik pendatang dari suku jawa.
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda. Namun kini
telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan
bahasa tersebut dalam bertutur kata. Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota
Bandung dan Bogor, dimana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.
Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek
Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya
membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak
ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga.
Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat
istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda. Dalam suku Sunda dikenal adanya
pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan.
Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal.
Yaitu anak, incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg,
kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara
piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti
keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal
pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama
dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun
galur/garis keturunan. Dalam sistem kekerabatan ada nama-nama angkatan dalam arti
hubungan kekerabatan, dalam hal ini orang Sunda mengenal 7 istilah kekerabatan yang dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Keatas
1. Kolot
2. Embah (Aki dan Nini)
3. Buyut
4. Bao
5. Janggawareng
6. Udeg-udeg
7. Kakait Siwur
Kebawah
1. Anak
2. Incu
3. Buyut
4. Bao
5. Janggawareng
6. Udeg-udeg
7. Kakait Siwur
1. JAIPONGAN
Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Tari Jaipong
sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau
pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari Jaipong ini dibawakan
dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan
beragam alat musik seperti Kendang, Go'ong, Saron, Kacapi, dsb. Ciri khas dari Tari Jaipong
ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling
menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan
atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara
hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
2. WAYANG GOLEK
Tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah
pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara
merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam
menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek
diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada
acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu
pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga
pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan
kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Cerita wayang yang populer saat ini banyak
diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-
tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada
‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan,
seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang
selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton.
Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat
menarik.
3. DEGUNG
Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasanya dimainkan pada acara hajatan.
Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar.
Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang,
goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan
musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat
tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada
setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.
4. CALUNG
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Calung, calung ini adalah kesenian
yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah dipotong dan dibentuk
sedemikian rupa dengan pemukul/pentungan kecil sehingga menghasilkan nada-nada yang
khas. Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau lebih. Calung ini
biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian sunda atau pengiring dalam lawakan.
5. SISINGAAN
Sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini
ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang ditunggangi
oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan
terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.
6. KACAPI SULING
Kacapi suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat
musik tradisional yang hanya menggunakan Kacapi dan Suling. Kacapi suling ini biasanya
digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda yang pada umumnya nyanyian atau lagunya
dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden.
1. Surabi
2. Bala – bala
3. Leupeut
4. Peuyeum
6. Ranginang
7. Hucap
8. Karedok
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari makalah ini saya dapat menarik kesimpulan bahwa suku sunda ini adalah suku
yang memang sangat kental dengan unsur budayanya, selain itu juga suku sunda terkenal
dengan kuliner dan hasil budaya yang memang masih disimpan baik di dalam suku sunda
tersebut.
Saya sebagai seorang yang terlahir di dalam adat suku sunda sendiri pun merasa bangga
dengan suku yang memang melekat pada dalam diri saya, karena yang saya tahu adalah suku
sunda itu juga memiliki sifat yang ramah yang bisa saling menghargai walaupun kepada
orang-orang yang belum di kenalnya, mereka juga sangat bersifat baik dalam bahasa
sundanya itu adalah “someaah hade ka semah”. Dan itu lah yang menjadikan saya, dan
mungkin seluruh masyarakat yang terlahir di dalam suku sunda bangga terhadap sukunya
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Koentjaraningrat . Pengantar Ilmu Antropologi.Edisi Revisi Rineka Cipta.Jakarta.2009.
Wiranata,I Gede A.B. Hukum Adat Indonesia : Perkembangannya dari Masa ke masa.
Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.2003
Internet :
http://indoculture.wordpress.com/2008/08/13/adat-perkawinan-sunda/
http://kultivar.blogspot.com/2008/02/sistem-kekerabatan-dan-perkawinan.html
http://sakola-sukron.blogspot.com/2007/10/kekerabatan-urang-sunda.html
http://sidaus.wordpress.com/2008/05/28/pembagian-harta-warisan/
http://www.kasundaan.org/id/index.php?option=com_content&view=article&id=53&Itemid=82
http://www.forumbebas.com/thread-22622.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda
http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
https://mahjiajie.wordpress.com/2011/07/23/makalah-tentang-suku-sunda/