Anda di halaman 1dari 93

Makalah Analsisis Laporan Keuangan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


PT VALE INDONESIA Tbk

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK IV

HENDRIK YULIUS WETO


FACHRUNNISA
WIDYASTUTI
KAMRIDA GUSTIYANTI
AYU FADLIAH TAMRIN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI MANAJERIAL


JURUSAN AKUNTANSI
PLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 1


laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi para pengguna
laporan keuangan mengenai kondisi keuangan suatu organisasi yang menjadi
pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Mekanisme penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan telah diatur
dalam sebuah standar yang disebut Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) atau di Indonesia disebut sebagai Standar Akuntan Keuangan (SAK).
Tujuan laporan keuangan dianalisa untuk mengetahui apa arti dari angka-
angka yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut sehingga bermanfaat bagi
para penggunanya. Selain itu, dengan menganalisis laporan keuangan dapat
diketahui prestasi keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dan hasil analisis
tersebut dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Sehubung hal ini, dalam laporan kami menggunakan data Laporan
Keuangan PT Vale Indonesia Tbk yaitu Tahun 2012 dan Tahun 2013 yang dimana
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas,
serta beberapa dari catatan atas laporan keuangan.
Dari data laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk kami akan dilakukan
beberapa analisis yaitu analisis bisnis, analisis likuiditas, analisis solvabilitas,
analisis profitabilitas, analisis arus kas, analisis risiko serta analisis kebangkrutan
PT Vale Indonesia Tbk.

KATA PENGANTAR

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 2


Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ”Analisis Laporan Keuangan pada PT Vale Indonesia Tbk” dimana
sebagai tugas kuliah dari Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan di bawah
bimbingan Dr. Bahri, S.E., M.Si.

Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari kerja sama dan ketekunan penulis
untuk mengumpulkan sumber informasi yang terkait Analisis Laporan Keuangan
dan mealakukan analisis secara teoritis berdasarkan laporan keuangan PT Vale
Indonesia Tbk.

Terima kasih kepada pihak dosen yang telah memberikan bimbingan kepada
penulis dalam memberikan pemahaman mengenai pembuatan makalah yang baik.
Terima kasih pula sebanyak-banyanya kepada teman-teman yang memberikan
dukungan dan motivasi sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan
semoga makalah ini dapat dikembangkan menjadi lebih luas lagi dan mengoreksi
setiap kesalahan yang ada sesuai dengan teori akuntansi yang berlaku secara
umum, maupun dengan munculnya teori baru dalam lingkungan akuntansi yang
ada di indonesia maupun yang berlaku secara global.

Makassar, 22 Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................ i

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 3


RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB II ANALISIS BISNIS
BAB III ANALISIS LIKUIDITAS
BAB IV ANALISIS SOLVABILITAS
BAB V ANALISIS PROFITABILITAS
BAB VI ANALISIS ARUS KAS
BAB VII ANALISIS RISIKO
BAB VIII ANALISIS KEBANGKRUTAN
PENUTUP ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN (LAPORAN KEUANGAN PT VALE INDONESIA Tbk)

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 4


DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

3.1. Rasio Aktiva lancar, kewajiban lancar, dan penghitungan


rasio lancar ............................................................................................ 21
3.2. Rasio Aktiva lancar, persediaan, kewajiban lancar, dan penghitungan
rasio cepat ............................................................................................ 23
3.3. Rasio Kas, setara kas, investasi surat berharga jangka pendek dan
penghitungan rasio kas ....................................................................... 24
3.4. Kas, setara kas, investasi surat berharga jangka pendek, arus kas dari
kegiatan operasi dan penghitungan rasio likuiditas arus kas ................. 25
3.5. Analisis horizontal rasio-rasio likuiditas PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk ......................................................................................... 26
3.6. Analisis vertikal rasio-rasio likuiditas PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk ........................................................................................ 27
5.1. Analisis pendapatan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ....................... 64
5.2. Analisis hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha ............... 66
5.3. Analisis hubungan antara pendapatan dengan persediaan ................... 66
5.4. Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba kotor .......................... 68
5.5. Perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba
operasi PT Nippon Indosari Corpindo Tbk .......................................... 69
5.6. `Penghitungan dan analisis return on assets (ROA) .............................. 69
5.7. Penghitungan dan analisis ROA atau ROI ........................................... 70
5.8. Penghitungan dan analisis atas ROCE atau ROE ................................. 71
5.9. Penghitungan dan analisis cash return on assets (CROA) ..................... 72
6.1. Ananlisis arus kas operasi ..................................................................... 75
6.2. Ananlisis arus kas investasi .................................................................. 78
6.3. Ananlisis Arus Kas Pendanaan ............................................................. 80
6.4. Ananlisis Arus Kas Komprehensif ........................................................ 82
8.1. Perhitungan rasio laba bersih sebelum depresiasi, deplesi,
dan amortisasi terhadap total kewajiban .............................................. 88

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 5


8.2. Perhitungan rasio laba bersih terhadap total aktiva ............................... 89
8.3. Perhitungan rasio total utang terhadap total aktiva ................................ 89
8.4. Perhitungan rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva ................. 90
8.5. Perhitungan rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar .................. 91
8.6. Perhitungan rasio kas, surat-surat berharga, piutang usaha
terhadap beban-beban operasi tidak termasuk depresiasi,
deplesi, dan amortisasi ........................................................................... 91
8.7. Perhitungan rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva ................. 92
8.8. Perhitungan rasio laba ditahan terhadap total aktiva ........................... 93
8.9. Perhitungan rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva .. 93
8.10. Perhitungan rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku kewajiban .... 94
8.11. Perhitungan rasio penjualan terhadap total aktiva ................................. 94
8.12. Perhitungan Z-score prediksi kebangkrutan PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk .......................................................................................... 95
8.13. Perhitungan SIZE PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ........................ 95
8.14. Perhitungan TLTA PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ........................... 96
8.15. Perhitungan WCTA PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ........................ 96
8.16. Perhitungan CLCA PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ....................... 96
8.17. Perhitungan NITA PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ....................... 96
8.18. Perhitungan FUTL PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ....................... 97
8.19. Perhitungan CHIN PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ........................ 98
8.20. Perhitungan fungsi multivariat Model Ohlson PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk Corpindo ....................................................................... 98

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 6


DAFTAR GAMBAR

5.1. Analisis common-size pendapatan PT Nippon Indosari


Corpindo Tbk tahun 2010 ...................................................................... 64
5.2. Analisis common-size pendapatan PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk tahun 2011 ...................................................................... 65
5.3. Analisis common-size pendapatan PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk tahun 2012 ...................................................................... 65
6.1. Analisis Common-size Arus Kas Masuk Operasi Tahun 2010 ............. 76
6.2. Analisis Common-size Arus Kas Masuk Operasi Tahun 2011 .............. 76
6.3. Analisis Common-size Arus Kas Masuk Operasi Tahun 2012 .............. 76
6.4. Analisis Common-size Arus Kas Keluar Operasi Tahun 2010 .............. 77
6.5. Analisis Common-size Arus Kas Keluar Operasi Tahun 2011 ............. 77
6.6. Analisis Common-size Arus Kas Keluar Operasi Tahun 2012
6.7. Analisis Common-size Arus Kas Masuk Investasi Tahun
2010 dan Tahun 2011 ........................................................................... 77
6.8. Analisis Common-size Arus Kas Keluar Investasi Tahun 2010 ............ 79
6.9. Analisis Common-size Arus Kas Keluar Investasi Tahun 2011 ............. 79
6.10. Analisis Common-size Arus Kas Keluar Investasi Tahun 2012 ........... 79
6.11. Analisis Common-size Arus Kas Masuk Pendanaan Tahun 2010 ......... 79
6.12. Analisis Common-size Arus Kas Masuk Pendanaan
Tahun 2011 dan 2012 ........................................................................... 81
6.13. Analisis Common-size Arus Kas Keluar Pendanaan Tahun 2010 ......... 81
6.14. Analisis Common-size Arus Kas Keluar Pendanaan Tahun 2011 .......... 81
6.15. Analisis Common-size Arus Kas Keluar Pendanaan Tahun 2012 .......... 82

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 7


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan

beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi

kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil

yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang.

Analisis laporan keuangan dilakukan pada dasarnya untuk mengetahui apakah

keadaan keuangan, hasil usaha kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau

tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antar unsur-

unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke

tahun dan untuk mengetahui arah perkembangannya.

Dalam menganalisis posisi keuangan dan tingkatpertumbuhan perusahaan ,

faktor yang paling diperhatikan adalah :

- Likuiditasyang menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih. Kewajiban

keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu,

pertama kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan

(kreditur) disebut dengan likuiditas badan usaha, kedua kewajiban keuangan

yang berhubungan dengan proses produksi (intern perusahaan) disebut dengan

likuidasi perusahaan .

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 8


- Solvabilitas yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan baik

kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

- Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu.

Likuiditas, solvabilitas, serta profitabilitas dapat diketahui dengan cara

menganalisa dan menginterpretasikan laporan keuangan dengan menggunakan

metode atau teknik analisa yang tepat/sesuai dengan tujuan analisa. Dari hasil

analisa akan diperoleh informasi yang berhubungan dengan masalah kinerja

keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan.

1.2 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Vale Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan pertambangan yang ada di

Indonesia. PT Vale Indonesia Tbk, (“Perseroan”) didirikan pada tanggal 25 Juli 1968

dengan akta No. 49 tanggal 25 Juli 1968.

Sebelumnya nama perusahaan ini adalah PT. International Nickel Indonesia

tetapi, pada tanggal 27 September 2011, Perseroan menyelenggarakan RUPSLB yang

menyetujui perubahan Anggaran Dasar Perseroan untuk mengubah nama Perseroan dari

PT International Nickel Indonesia Tbk menjadi PT Vale Indonesia Tbk. Selain dari

persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia perubahan nama ini juga telah

memperoleh persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

(“KESDM”), Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sesuai dengan suratnya No.

3752/87/DJB/2011 tanggal 1 Nopember 2011 dan persetujuan dari Badan Koordinasi

Penanaman Modal sesuai dengan suratnya No.3022/A.8/2011 tanggal 1 Desember 2011.

Perubahan nama ini sejalan dengan evolusi perseroan untuk lebih selaras dengan aktivitas

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 9


Nama PT Vale Indonesia Tbk (Vale) di telinga masyarakat awam mungkin masih

terasa asing. Tetapi, kiprah perusahaan pertambangan yang berkantor pusat di Brasil ini

cukup dikenal di Industri pertambangan global.

Di Indonesia, Vale memproduksi nikel dalam matte, yang merupakan produk

antara bijih lateratik pada fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu di dekat

Sorowako di Sulawesi. Memang, sejak didirikan pada juli 1968, Vale beroperasi di bawah

perjanjian kontrak karya dengan Pemerintah Indonesia untuk mengekplorasi, menambah,

mmengolah dan memproduksi nikel.

Luas areal kontrak karya secara keseluruhan yang dikantongi Vale mencapai

190.510 hektar. Tidak heran jika Vale menjadi salah satu perusahaan pertambangan yang

berpengaruh di Indonesia.

Pada Triwulan pertama 2013, Vale berhasil mencatat laba sebesar USD31,5 juta.

Tahun ini, Vale menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar

USD216 juta setara Rp2,1 triliun.

Untuk meningkatkan performa perusahaan, Vale memutuskan meningkatkan

kapasitas nominal tanur dari 75 mega watt (MW) menjadi 90 MW, setelah memastikan

pasokan listrik sudah memadai dengan beroperasinya PLTA Karebbe. Dari sisi produksi,

pada triwulan pertama tahun ini Vale mampu memproduksi 18.514 metrik ton nikel

dalam maatte.

Melihat hasil ini, pihak manajemen Vale tetap berkeyakinan bahwa perseroan

dapat mencapai target peningkatan produksi sebesar 10% lebih tinggi dibanding produksi

2012. Produksi triwulan pertama ini setidaknya 49% lebih tinggi dibanding produksi

periode yang sama tahun lalu sebesar 12.431 ton, dibanding produksi triwulan

sebelumnya (triwulan ke-4/2012), produksi kali ini menurun 13%, hal ini disebabkan

karena Vale melakukan aktifitas pemeliharaan pada salah satu tanur listrik. Begitu juga

dengan penjualan nikel matte yang mengalami penurunan dibanding triwulan keempat

tahun lalu yang mencapai 20.768 ton. Pada triwulan pertama 2013 penjualan sebasar

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 10


18.899 ton. Tetapi, pencapaian tersebut lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun

lau di mana 12.732 ton. Harga realisasi rata-rata nikel Vale pada triwulan pertama

2013,4% sedikit lebih tinggi dari harga pada triwulan pertama 2012 sebesar USD13.176

per ton.

Namun karena ketidakpastian ekonomi global berlanjut hingga awal tahun ini maka

harga realisasi rata-rata nikel Vale masih 12% lebih rendah dibanding triwulan pertama

2012 sebesar USD15.470 per ton. Rendahnya produksi di triwulanan pertama 2013

dibanding triwulan sebelumnya sehingga pendapatan menurun 6% dari USD273,6 juta

pada triwulan keempat 2012 menjadi USD258,4 juta pada triwulan pertama 2013.

Sedangkan beban pokok pendapatan Vale pada triwulan pertama 2012 juga sedikit

mengalami penurunan 1% dibanding triwulan sebelumnya, terutama disebabkan

rendahnya penggunaan bahan bakar dan komponen bahan pembantu akibat rendahnya

tingkat produksi, diimbangi biaya pemeliharaan. Vale mengkomsumsi 607.539 barel

minyak bakar bersulfur tinggi (HSFO) dengan biaya rata-rata USD103,05per barel pada

triwulan pertama 2013 dibanding triwulan sebelumnya sebesar 655.520 barel dengan

biaya rata-rata USD108, 87 per barel.

Pada triwulan pertama 2013 perseroan juga menggunaakan 14.433 kiloliter bahan

bakar diesel dengan biaya rata-rata USD085 per liter sementara pada triwulan

sebelumnya sebesar 15.108 kiloliter dengan biaya rata-rata USD0,86 per liter. Sementara

laba sebelum bunga pajak depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar USD74,0juta pada

triwulan pertama 2013. Dibanding depresiasi dan amortisasi sebelumnya, EBITDA yang

dicapai pada triwulan pertama 2013 adalah 13% lebih rendah karena menurunnya volume

penjualan.

Meskipun demikian, perusahaan tetap optimistis dengan mengusung strategi untuk

memaksimalkan potensi pendapatan melalui peningkatan produksi. Disamping itu,

perusahaan juga akan mengoptimalkan efisiensi melalui inovasi dan kebersamaan dan

mengelola biaya untuk meningkatkan margin.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 11


1.3 Laporan Auditor

Laporan No.A140226002/DC2/HSH/II/2014

Kami telah mengaudit laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk

(Perseroan”) yang terdiri dari laporan posisi keuangan tanggal 31 Desember

2013, serta laporan laba- rugi komperhensif, laporan perubahan ekuitas dan

laporan arus kas unutk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan suatu

ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lainnya.

Tanggung jawab manejemen atas laporan keuangan

Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar

laporan keuangan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di

Indonesia, dan atas pengendalian internal yang dianggap perlu oleh

manejemen untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas

dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh keuangan

maupun kesalahan.

Tanggung jawab Auditor

Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan

keuangan ini berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit kami

berdasarkan Standar Audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik

Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk mematuhi ketentuan

etika serta merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh

keyakinan memadai tentang apakh laporan keuangan bebas dari kesalahan

penyajian maaterial.

Suatu audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit

tentang angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 12


yang dipilih bergantung pada pertimbangan auditor, termasuk penilaian atas

risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, baik yang

disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian

risiko tersebut, auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang

relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan entitas

untuk merancang prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi

bukan untuk tujuan menyatakan opini atas keefektivitasan pengendalian

internal entitas. Suatu edit juga mencakup pengevaluasian atas ketepatan

kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang

dibuat oleh manejemen, serta pengevaluasian atas penyajian laporan

keuangan secara keseluruhan.

Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan

tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit kami.

Opini

Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secara wajar,

dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Vale Indonesia Tbk

tanggal 31 Desember 2013 serta kinerja keuangan dan arrus kas untuk tahun

yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan di Indonesia

JAKARTA
26 Februari 2014

Drs.Haryanto Sahari, CPA


Surat Ijin Akuntansi Publik/License Of Public Accountant No.AP0223

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 13


1.4 Perubahan kebijakan akuntansi dan dampaknya terhadap laporan
keuangan

Berikut ini adalah amandemen terhadap standar yang diterapkan PT Vale

untuk pertama kali pada tahun keuangan yang dimulai 1 Januari 2012.

1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 (Revisi 2010),

“Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”

Standar yang telah direvisi mensyaratkan entitas untuk menentukan mata

uang fungsional dan menjabarkan seluruh mata uang asing ke mata uang

fungsionalnya.

Mata uang fungsional ditentukan dengan menggunakan hierarki factor

primer dan sekunder. Mata uang fungsional dan mata uang pelaporan

Perseroan telah konsisten sejak pendirian Perseroan dan adalah Dolar AS.

2 PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”

Perusahaan dan entitas anak telah memilih untuk mengubah kebijakan

akuntansinya dengan mengakui keuntungan/kerugian actuarial secara

keseluruhan melalui pendapatan komprehensif lainnya. Sesuai dengan

ketentuan transisi standar ini, dampak perubahan tersebut diakui secara

prospektif.

3 PSAK No. 33 (Revisi 2011), “Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pertambangan Umum”

Standar baru hanya mencakup aktivitas pengupasan lapisan tanah dan

pengelolaan lingkungan hidup pada perusahaan tambang.

Sebelumnya, PSAK No. 33 tersebut mencakup juga aktivitas

penambangan pada tahap eksplorasi, pengembalian dan tahap konstruksi.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 14


Biaya persediaan dan produksi tidak spesifik diatur dalam standar baru ini.

Standar ini tidak menimbulkan perubahan terhadap kebijakan akuntansi

Perseroan.

4 PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”

PSAK No. 60 memperkenalkan pengungkapan baru yang lebih jelas terkait

dengan instrument keuangan mengenai pengukuran nilai wajar dan risiko

likuiditas instrument keuangan. Standar baru ini membutuhkan

pengungkapan pengukuran nilaiwajar dalam tiga hierarki. Penerapan

standar baru ini menghasilkan pengungkapan tambahan tetapi tidak

berdampak terhadap posisi keuangan atau pendapatan komprehensif

Perseroan.

5 PSAK No. 64, “Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan

Sumber Daya Mineral”

Standar ini mengatur perlakuan dan persyaratan atas biaya pengeluaran

saat kegiatan eksplorasi dan evaluasi. Entitas harus menentukan kebijakan

akuntansi yang mengatur pengukuran yang akan diakui sebagai aset

eksplorasi dan evaluasi dan menerapkannya secara konsisten. Standar ini

juga mewajibkan entitas untuk menguji penurunan nilai atas aset

eksplorasi dan evaluasi ketika terdapat fakta dan kondisi yang

mengindikasikan bahwa jumlah tercatat aset eksplorasi dan evaluasi

melebihi jumlah terpihaknya. Standar ini tidak menimbulkan perubahan

terhadap kebijakan akuntansi Perseroan.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 15


BAB II

ANALISIS BISNIS PT. VALE INDONESIA Tbk

2.1 Analisis Aktivitas Investasi


Aktivitas investasi perusahaan merupakan aktivitas yang berkaitan dengan

pengalokasian dana untuk membiayai aktiva (investasi) perusahaan.

Menurut Subramanyam dan Wild (2009) bahwa aktiva dikategorikan ke

dalam dua kelompok yaitu: aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar

merupakan sumber daya yang dengan mudah dialihkan menjadi kas dalam siklus

operasi perusahaan, seperti kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan biaya

dibayar dimuka. Aktiva tidak lancar merupakan sumber daya yang diperkirakan

memberikan manfaat bagi perusahaan melebihi periode berjalan, seperti peralatan,

bangunan, investasi jangka panjang, dll. Selanjutnya, untuk kepentingan analisis,

aktiva juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) aktiva finansial (financial

assets), seperti surat-surat berharga, dan berbagai aktiva non operasi lainnya, dan

(2) aktiva operasi (operating assets), seperti kas, persediaan, piutang, peralatan,

bangunan, dll.

Tabel 2.1 Analisis aktivitas investasi PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013
Nilai(US$
Aktiva Ribu) Keterangan
Aktiva Lancar:
Kas dan Setara Kas 221.345 Aktiva Operasi
Kas yang dibatasi penggunaannya 4.181 Aktiva Operasi
Piutang Usaha
-Pihak Berelasi 96.696 Aktiva Operasi
Persediaan 143.293 Aktiva Operasi
Pajak Dibayar di muka
- Pajak Penghasilan Badan -
- Pajak Lainnya 116.865 Aktiva Operasi

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 16


Biaya Dibayar di Muka dan Muka 6.172 Aktiva Operasi
Aset Keuangan Lancar lainnya 8.143 Aktiva Operasi
Jumlah Aktiva Lancar 596.695
Aktiva Tidak Lancar:
Pajak Dibayar di muka
- Pajak Penghasilan Badan 14.241 Aktiva Operasi
- Pajak Lainnya 47.292 Aktiva Operasi
Piutang Non Usaha
- Pihak Berelasi 376 Aktiva Operasi
Aset Tetap 1.637.139 Aktiva Operasi
Aset Keuangan Tidak Lancar lainnya 16.567 Aktiva Financial
Jumlah Aktiva Tidak Lancar 1.715.615
Jumlah Aktiva 2.312.310
Sumber: Lampiran 1. Neraca PT Vale Indonesia Tbk
Berdasarkan Tabel 2.1 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013,

keputusan investasi yang diambil oleh manajemen PT Vale Indonesia Tbk dan

meliputi:

1) Aktiva lancar sebanyak tujuh komponen senilai 596.695yang seluruhnya

merupakan aktiva operasi senilai 100% dari aktiva lancar. Ini

mengindikasikan bahwa investasi jangka pendek perusahaan seluruhnya

merupakan aktiva yang secara langsung mendukung operasi perusahaan.

2) Aktiva tidak lancar sebanyak lima komponen dengan nilai 1.717.615 yang

terdiri dari satu komponen sebagai aktiva finansial senilai 0,97% dari

keseluruhan aktiva tidak lancar serta empat komponen sebagai aktiva operasi

senilai 99,03% dari keseluruhan aktiva tidak lancar. Ini mengindikasikan

bahwa investasi jangka panjang perusahaan lebih didominasi oleh aktiva yang

mendukung secara langsung aktivitas operasi perusahaan.

3) Keseluruhan aktivitas investasi perusahaan terdiri dari 12 komponen investasi

senilai 2.312.310 yang meliputi tujuh komponen investasi jangka pendek

senilai 25,81% dari keseluruhan nilai investasi dan lima komponen investasi

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 17


jangka panjang senilai 74% dari keseluruhan nilai investasi. Ini

mengindikasikan bahwa aktivitas investasi perusahaan relatif sama antara

yang memiliki masa jatuh tempo satu tahun dan yang lebih dari satu tahun.

Secara ringkas ditunjukkan pada Gambar 2.1

Analisis Common-Size
Aktivitas Investasi Tahun 2013
Jumlah Aktiva Lancar Jumlah Aktiva Tidak Lancar

26%

74%

Gambar 2.1 Analisis Common-Size Aktivitas Investasi Tahun 2013

2.2 Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis aktivitas pendanaan (financing activities) meliputi analisis

kewajiban yaitu kewajiban lancar dan tidak lancar serta sewa guna usaha

(leasing), dan juga ekuitas.

Keputusan pendanaan perusahaan berkaitan dengan pemilihan jenis

pendanaan dan sumbernya. Secara garis besar, ada tiga jenis pendanaan bagi

perusahaan yaitu:

1. Pendanaan hutang

Pendanaan hutang (debt financing) disebut juga kewajiban bagi

perusahaan yang dibangun melalui transaksi pinjam-meminjam.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 18


Tabel 2.2 Analisis aktivitas pendanaan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013

Nilai
(US$
Uraian Ribu) Keterangan
Liabilitas Jangka Pendek :
Utang Usaha
- Pihak-pihak berelasi 6.037 Kewajiban Operasi
- Pihak ketiga 59.736
Akrual 36.951 Kewajiban Operasi
Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek 14.173 Kewajiban Operasi
Utang Pajak 3.572 Kewajiban Operasi
Bagian lancar atas Pinjaman Bank Jangka Panjang 35.750 Kewajiban Pendanaan
Bagian lancar atas Liabilitas Imbalan Pascakerja 345 Kewajiban Operasi
Liabilitas atas Pembayaran Berbasis Saham 13 Kewajiban Pendanaan
Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya 1.438 Kewajiban Operasi
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 158.015
Liabilitas Jangka Panjang :
Pinjaman Bank Jangka Panjang 183.120 Kewajiban Pendanaan
Liabilitas Imbalan Pascakerja Jangka Panjang 21.567 Kewajiban Operasi
Liabilitas Pajak Tangguhan 161.037 Kewajiban Operasi
Provisi atas penghentian pengoperasian aset 44.909 Kewajiban Operasi
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 410.633
Jumlah Liabilitas 568.648
Sumber : Lampiran 1. Neraca PT Vale Indonesia Tbk

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, keputusan

pendanaan hutang yang diambil oleh manajemen PT Vale Indonesiameliputi:

1) Kewajiban Jangka Pendek sebanyak 9 komponen berjumlah158.015

yang terdiri dari dua komponen sebagai kewajiban pendanaan senilai

22,63% dari kewajiban jangka pendek serta enam komponen sebagai

kewajiban operasi senilai 38,93% dari kewajiban jangka pendek. Ini

mengindikasikan bahwa pendanaan jangka pendek perusahaan lebih

didominasi oleh pendanaan yang tidak memiliki beban finansial berupa

bunga.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 19


2) Kewajiban Jangka Panjang sebanyak 4 komponen dengan

jumlah410.633 yang terdiri dari satu komponen sebagai kewajiban

pendanaan senilai 44,59% dari kewajiban jangka panjang serta tiga

komponen sebagai kewajiban operasi senilai 55,41% dari kewajiban

jangka panjang. Ini mengindikasikan bahwa pendanaan jangka panjang

perusahaan lebih didominasi oleh pendanaan yang tidak memiliki beban

finansial berupa bunga.

3) Keseluruhan pendanaan hutang perusahaan terdiri dari 13 komponen

pendanaan dengan jumlah 568.648 yang meliputi 9 komponen

pendanaan jangka pendek senilai 27,79% dari keseluruhan nilai

pendanaan dan 4 komponen pendanaan jangka panjang senilai 72,21%

dari keseluruhan nilai pendanaan. Ini mengindikasikan bahwa

pendanaan hutang perusahaan lebih dominan memiliki masa jatuh tempo

lebih dari satu tahun. Ini juga mengindikasikan kebijakan pendanaan

yang longgar.

2. Pendanaan ekuitas

Pendanaan ekuitas (equity financing) biasa juga disebut pendanaan dari

pemilik atau pemegang saham.Pendanaan ekuitas merupakan jenis pendanaan

jangka panjang bagi perusahaan.Secara umum, pendanaan ekuitas terdiri atas

saham biasa, saham preferen, laba ditahan, dan ekuitas lainnya.Pendanaan ekuitas

juga dapat dibentuk dari beberapa komponen, seperti setoran pemegang saham,

penyesuaian nilai, dan laba perusahaan.Penggunaan atas pendanaan ekuitas

menimbulkan beban finansial berupa dividen. Pendanaan ekuitas tergolong jenis

pendanaan yang berisiko rendah karena tidak adanya beban tetap yang harus

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 20


ditanggung oleh pengguna dana kecuali saham preferen. Namun, nilai saham

preferen biasanya relatif kecil.

Analisis ekuitas terhadap PT Vale IndonesiaTbk, adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3.Analisis ekuitas PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013.

Uraian Nilai
Modal Saham
- Modal Dasar 39.745.354.880
- Modal ditempatkan dan disetor penuh 136.413
Tambahan Modal Disetor 277.760
Saldo Laba:
- Dicadangkan 47.713
- Belum dicadangkan 1.281.776
Jumlah Ekuitas 1.743.662
Sumber: Lampiran 1. Neraca PT Vale Indonesia Tbk

Berdasarkan Tabel 2.3 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013,

keputusan pendanaan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk meliputi lima komponen.

Darilima komponen ini dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu:

a) Pendanaan ekuitas yang bersumber dari setoran pemegang saham senilai

414.173 atau 23,75% dari nilai ekuitas keseluruhan.

b) Pendanaan ekuitas yang bersumber dari laba perusahaansenilai 1.329.489

atau 76,25% dari nilai ekuitas keseluruhan.

Ini mengindikasikan bahwa pendanaan ekuitas PT Vale Indonesia pada tahun

2013, dominan bersumber dari laba perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

pendanaan yang digunakan oleh PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2013

meliputi: pendanaan utang sebesar 25%, pendanaan ekuitas sebesar 75%, dan

pendapatan lain-lain 0%. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan

pendanaan yang dominan berisiko rendah. Dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 21


Analisis Common-size Analisis
Pendanaan Tahun 2013
Pendanaan Utang Pendanaan Ekuitas Pendanaan Lain-lain
0%
25%

75%

Gambar 2.2. Analisis common-size pendanaan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013

2.3 Analisis Aktivitas Operasi


Aktivitas operasi (operating activities) merupakan suatu aktivitas yang

menghasilkan output berupa barang atau jasa yang kemudian menjualnya untuk

menghasilkan pendapatan, dan akhirnya dari pendapatan akan dihasilkan laba

setelah memperhitungkan biaya-biaya dan beban-beban.Oleh karena itu, analisis

aktivitas operasi akan difokuskan pada analisis terhadap laba rugi dan komponen-

komponen pembentuknya, seperti pendapatan dan biaya-biaya atau beban.

Tabel 2.4.Analisis Aktivitas Operasi PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013.

Analisis Common
Uraian Nilai Size
Pendapatan 721.071 100%
Beban Pokok Penjualan (605.242) -83,94%
Laba Kotor 115.829 16,06%
Pendapatan Lainnya (353) -0,05%
Beban Usaha 9.765 1,35%
Beban Lainnya 29.107 4,04%
Laba Usaha 77.310 10,72%
Biaya Keuangan 11.192 1,55%
Laba dari operasi yang dilanjutkan
sebelum
pajak penghasilan 66.118 9,17%
Beban Pajak Penghasilan 18.835 2,61%

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 22


Laba Periode Berjalan Dari Operasi
Yang
Dilanjutkan 47.283 6,56%
Laba Periode Berjalan 47.283 6,56%
Pendapatan Komprehensif lain
Kerugian aktuarial dari program pensiun
iuran
pasti dan imbalan kesehatan pascakerja 15 0,00%

Jumlah Laba Komprehensif Periode


Berjalan 47.268 6,56%
Laba Per Saham (dalam Dolar AS) 0.005
Sumber : Laporan Laba Rugi PT.Vale Indonesia Tbk

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, PT Vale Indonesia

menghasilkan pendapatan usaha bersih senilai 721.071. Dari pendapatan ini

dihasilkan laba kotor sebesar 16,06%, laba usaha sebesar 10,72%, laba sebelum

pajak penghasilan sebesar 9,17%, serta laba bersih juga sebesar 6,56%.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas mengindikasikan bahwa besarnya

beban pokok penjualan cukup signifikan mempengaruhi laba kotor; sementara

beban usaha juga cukup signifikan mempengaruhi laba usaha; laba sebelum pajak

penghasilan lebih besar dari laba usaha karena pendapatan non operasi bersih

mengalami surplus.

Analisis Biaya dan Beban Tahun 2013


2% 3%
1% 4% Beban Pokok Penjualan

Beban Usaha

Beban Lainnya

Biaya Keuangan
90%
Beban Pajak Penghasilan

Gambar 2.3 Analisis Biaya dan Beban Tahun 2013

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 23


Gambar di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, PT Vale

mengeluarkan beban pokok penjualan sebesar 90% dari keseluruhan biaya dan

beban, beban usaha dan beban pajak penghasilan masing-masing 1% dan 3%,

biaya keuangan sebesar 2%. Ini mengindikasikan bahwa pengeluaran terbesar

untuk aktivitas operasi adalah untuk kegiatan produksi/operasi.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 24


BAB III

ANALISIS LIKUIDITASPT. VALE INDONESIA Tbk

Menurut S. Munawir likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih, perusahaan yang

mampu memenuhi kewajiban keuangannnya tepat pada waktunya berarti

perusahaan tersebut dalam keadaaan “likuid” dan koperasai dikatakan mampu

memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut

menpunyai alat pembayaran atau pun aktiva lancar yang lebih besar dari pada

hutang lancar atau hutang jangka pendek dan sebaliknya ”. Menurut Sutrisno,

M.M dalam buku Manajemen Keuangan : “Likuiditas adalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segara dipenuhi ”. ( Sutrisno,

2000:18). Dari definisi diatas dapat disimpulkan likuiditas adalah kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.Untuk

melihat apakah perusahaan dalam keadaan likuid atau tidak likuid dapat dianalisis

dengan menggunakan 2 (dua) sumber informasi yaitu modal kerja (working

capital) dan aktivitas operasi perusahaan (operating activity).Perusahaan dalam

keadaan likuid apabila mampu memenuhi kewajiban jangka

pendeknya.Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban

jangka pendeknya maka perusahaan dalam keadaan tidak likuid.

3.1 Analisis Likuiditas Modal Kerja

Untuk mengukur tingkat likuiditas dari sumber informasi modal kerja PT

Vale Indonesia Tbk, dapat diukur dengan menggunakan beberapa teknik analisis

sbb :

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 25


1. Common Size Analysis

Dari diagram diatas ditunjukkan pada tahun 2012 aset lancar terdiri dari

30% kas dan setara kas, 3% kas yang dibatasi penggunaannya, 20% dari pihak-

pihak berelasi, 27% dari persediaan, 8% dari pajak penghasilan dibayar dimuka,

8% dari pajak lain-lain dibayar dimuka, 2% dari biaya dibayar dimuka dan uang

muka, dan asset keuangan lancer lainnya.

Tabel 3.1 Aset Lancar PT Vale Indonesia Tbk.

ASSET LANCAR 2013 2012


Kas dan Setara Kas 164.601 172.239
Kas Yang Dibatasi Penggunaannya 4.235 17.333
Piutang Pihak-Pihak Berelasi 123.290 112.640
Persediaan 140.153 152.849
Pajak Penghasilan Badan Dibayar Dimuka 45.289 45289
Pajak Lain-Lain Dibayar Dimuka 38.427 44.333
Biaya Dibayar Dimuka dan Uang Muka 6.363 9.659
Asset Keuangan Lancar Lainnya 10.439 10.548
Jumlah Asset Lancar 534.810 566.902

Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Aset Lancar PT Vale Indonesia


Tbk. Tahun 2013
7% 1% 2%
9%
Kas dan Setara Kas
31%

26%
23% Kas Yang Dibatasi
1% Penggunaannya

Gambar 3.1 Diagram Aset Lancar PT Vale Indonesia Tbk. Tahun 2013

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 26


Dari diagram diatas ditunjukkan pada tahun 2013 aset lancar terdiri dari 31% kas

dan setara kas, 3% kas yang dibatasi penggunaannya, 23% dari pihak-pihak

berelasi, 26% dari persediaan, 9% dari pajak penghasilan dibayar dimuka, 7% dari

pajak lain-lain dibayar dimuka, 1% dari biaya dibayar dimuka dan uang muka,

dan 2% aset keuangan lancar lainnya.

Aset Lancar PT Vale Indonesia Tbk.


Tahun 2012
2%
8% 2%
Kas dan Setara Kas
8%
30%
Kas Yang Dibatasi
Penggunaannya
27%
Piutang Pihak-Pihak
20% Berelasi
3%
Persediaan

Gambar 3.1 Diagram Aset Lancar PT Vale Indonesia Tbk. Tahun 2012

Dari diagram diatas ditunjukkan pada tahun 2012 aset lancar terdiri dari 30% kas

dan setara kas, 3% kas yang dibatasi penggunaannya, 20% dari pihak-pihak

berelasi, 27% dari persediaan, 8% dari pajak penghasilan dibayar dimuka, 8% dari

pajak lain-lain dibayar dimuka, 2% dari biaya dibayar dimuka dan uang muka,

dan asset keuangan lancer lainnya.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 27


Tabel 3.2 Liabilitas Jangka Pendek PT Vale Indonesia Tbk.

LIABILITAS JANGKA PENDEK 2013 2012


Utang Usaha Pihak Berelasi 4.247 10.888
Utang Usaha pihak ketiga 42.173 68.171
Akrual 30.492 31.614
Liabilitas Imbalan kerja Jangka Pendek 12.930 12.914
Utang Pajak 3.773 4.654
Bagian Lancar Atas Pinjaman Bank Jangka Panjang 35.750 35.643
Bagian Lancar Atas Liabilitas Imbalan Pascakerja 360 345
Liabilitas Atas Pembayaran berbasisi Saham - 14
Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya 1.421 1.422
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 131.146 165.665
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Liabilitas Jangka Pendek PT Vale


Indonesia Tbk. Tahun 2012
0%
1%
0% Utang Usaha Pihak
7% Berelasi
21%
3%
41% Utang Usaha pihak ketiga
8%

19%
Akrual

Gambar 3.3 Diagram Liabilitas Jangka Pendek PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2012

Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa liabilitas jangka pendek terdiri dari

7% utang bank, 41% utang usaha pihak ketiga, 19% akrual, 8% liabilitas imbalan

jangka pendek, 3% utang pajak, 21% bagian lancar atas pinjaman bank jangka

panjang, 1% liabilitas atas pembayaran berbasis saham, dan 7% liabilitas

keuangan jangka pendek lainnya.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 28


Liabilitas Jangka Pendek PT Vale
Indonesia Tbk. Tahun 2013
1%
0% 1% 3%
Utang Usaha Pihak
Berelasi
27%
32%
Utang Usaha pihak ketiga
10%
3% 23%
Akrual

Gambar 3.4 Diagram Liabilitas Jangka Pendek PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2013

Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa liabilitas jangka pendek terdiri dari

3% utang bank, 32% utang usaha pihak ketiga, 23% akrual, 10% liabilitas imbalan

jangka pendek, 3% utang pajak, 27% bagian lancar atas pinjaman bank jangka

panjang, dan 3% liabilitas keuangan jangka pendek lainnya.

2. Ratio Analisis

a) Current Ratio

Current Ratio adalah membandingkan antara total aktiva lancar

dengan kewajiban lancar (current assets/current liabilities). Current

Assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau

siklus operasi usaha yang normal yang lebih besar.Current Liabilities

merupakan kewajiban pembayaran dalam satu (1) tahun atau siklus

operasi yang normal dalam usaha.Tersedianya sumber kas untuk

memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari

aktiva lancar. Perusahaan baru dapat dikatakan liquid apabila current

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 29


rationya > 2,00 dan margin of safety > 1,00. Rumus untuk menghitung

current ratio adalah :

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Current Ratio =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Tabel 3.3 Perhitungan Current Ratio PT Vale Indonesia Tbk.

Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Rasio


Tahun Lancar
(US$Ribu) (US$Ribu)

2012 564. 890 165.665 3, 41

2013 557.495 168.900 3,30

Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

a. Current Ratio pada tahun 2012 sebesar 3,41 artinya, setiap $ 1


hutang dijamin oleh $ 3,41 aktiva lancar. Current Ratio pada tahun
2013 sebesar 3,30 artinya, setiap $ 1 hutang dijamin oleh $ 3,30
aktiva lancar.
b. Standar normatif atas penilaian likuiditas perusahaan dengan

menggunakan rasio lancar adalah 2,0. Artinya setiap $ 1 kewajiban

lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar $ 2,0 atau marjin

keamanan sebesar $ 1. Jadi berdasarkan perhitungan di atas

menunjukkan bahwa pada tahun 2012 dan 2013, PT Vale Indonesia

Tbk dan Anak Perusahaan dalam kondisi likuid karena nilai rasio

lancar lebih besar dari 2,0, dimana pada tahun 2012 rasio lancarnya

3,41 dan 2013 rasio lancarnya adalah 3,30.

b) Cash Ratio

Rasio ini menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang

lancar.Rasio ini adalah rasio yang paling likuid.Aktiva perusahaan

yang paling likuid adalah kas dan surat berharga. Cash ratio

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 30


menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang

jangka pendek dengan kas dan surat berharga yang dapat segera

diuangkan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah :

𝐶𝑎𝑠ℎ + 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠 + 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑆𝐵 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘


𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Tabel 3.4 Perhitungan Cash RatioPT Vale Indonesia Tbk.

Investasi
Kewajiban
Kas & Setara Jangka Rasio
Tahun Lancar
Kas (US$Ribu) Pendek Kas
(US$Ribu)
(US$Ribu)

2012 172.239 0 165.665 1,04

2013 200.020 0 168.900 1,18

Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Cash ratio sebesar 1,04 pada tahun 2012 menunjukkan bahwa untuk

setiap $ 1,0 kewajiban lancar tersedia atau dijamin oleh Kas, setara kas,

dan Investasi Jk. Pendek sebesar $ 1,04 atau setiap Kewajiban Lancar

hanya dijamin sebesar 104% dari Kas, Setara Kas, dan Investasi Jangka

Pendek. Sedangkan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa untuk setiap

$ 1,0 kewajiban lancar tersedia atau dijamin oleh Kas, setara kas, dan

Investasi Jk. Pendek sebesar 1,18 atau setiap Kewajiban Lancar hanya

dijamin sebesar 118% dari Kas, Setara Kas, dan Investasi Jangka

Pendek. Semakin tinggi cash ratio semakin likuid perusahaan.

c) Acid Test Ratio (Quick Ratio)

Rasio Cair (Acid Ratio) atau sering pula disebut sebagai Rasio

Cepat (Quick Ratio) adalah sebuah rasio yang digunakan untuk

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 31


mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva

lancar untuk menutupi utang lancarnya. Yang termasuk ke dalam rasio

lancar adalah aktiva lancar yang dapat dengan cepat diubah dalam

bentuk kas, termasuk di dalamnya akun kas, surat-surat berharga,

piutang dagang, beban dibayar di muka, dan pendapatan yang masih

harus diterima.

Persediaan barang dagang tidak dihitung meskipun termasuk

dalam aktiva lancar, karena persediaan dianggap sebagai aktiva lancar

yang sulit diubah menjadi kas. Rumus untuk menghitung Rasio Cair

(Acid Ratio) adalah sebagai berikut:

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


Quick Ratio =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑣𝑎𝑟

Tabel 3.5 Perhitungan Quick RatioPT Vale Indonesia Tbk.

Aktiva Persediaan Kewajiban Rasio


Tahun Lancar Lancar Cepat
(US$Ribu) (US$Ribu) (US$Ribu)

2012 564.890 152.849 165.665 2,49

2013 557.495 150.996 168.900 2,41

Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

a. Berdasarkan table diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2012

setiap $ 1 hutang dijamin oleh $2,49 aktiva lancar diluar

persediaan. Pada tahun 2013setiap $ 1 hutang dijamin oleh $ 1,45

aktiva lancar diluar persediaan.

b. Standar normatif atas penilaian likuiditas perusahaan dengan


menggunakan quick ratio adalah 1,0. Jadi, berdasarkan tabel di

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 32


atas, menunjukkan bahwa PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2012
dan 2013 sangat likuid.
Pendekatan Analisis Likuiditas Modal Kerja

Tabel 3.6 Perbandingan ratio likuiditas modal kerja PT Vale Indonesia


Tbk.

Analisis Tren
No Rasio-rasio Likuiditas 2012 2013
Jumlah Persen

1 Current Ratio 3,41 3,30 -0,11 -3,33

2 Cash Ratio 1,04 1,18 0,14 11,86

3 Quick Ratio 2,49 2,41 -0,18 -7,47

Sumber: Tabel 3.3, table 3.4, dan table 3.5

 Current ratio mengalami penurunan ditahun 2013 sebesar 0,11 kali

atau 3,33%. Berdasarkan neraca PT Vale Indonesia Tbk dan Anak

Perusahaan menunjukkan bahwa penurunancurrent ratio sebagai

akibat dari penurunan aktiva lancar sebesar 1,33% lebih rendah dari

penuruan kewajiban lancar sebesar 7,90%. Kondisi ini

mengindikasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan yang

kurang baik.

 Cash ratio mengalami peningkatan ditahun 2013 sebesar 0,14 kali atau

11,86%. Berdasarkan neraca PT Vale Indonesia Tbk dan Anak

Perusahaan menunjukkan bahwa peningkatancash ratio sebagai akibat

dari peningkatankas dan setara kas sebesar 13,89% dibandingkan

dengan penuruan kewajiban lancar sebesar 7,90%. Kondisi ini

mengindikasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan yang

lebih baik.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 33


 Quick ratio mengalami penurunan ditahun 2013 sebesar 0,18 kali atau

7,47%. Berdasarkan neraca PT Vale Indonesia Tbk dan Anak

Perusahaan menunjukkan bahwa penurunan rasio cepat sebagai akibat

dari penurunan aktiva lancar sebesar 1,33% lebih rendah dari

penuruan kewajiban lancar sebesar 7,90%; serta penurunan piutang

usaha pihak-pihak berelasi yang signifikan sebesar 70,92%. Kondisi

ini mengindikasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan yang

kurang baik.

3.2 Analisis Likuiditas Operasi

Hubungan siklus operasi perusahaan dengan liquiditas adalah apabila

semakin pendek siklus operasi perusahaan maka liquiditas perusahaan

semakin tinggi. Untuk menghitung liquiditas perusahaan berdasarkan

aktivitas operasi dapat digunakan beberapa teknik analisissbb :

1. Account Receivable Liquidity

Tabel 3.7 Pendapatan Bersih dan piutang usaha PT Vale Indonesia Tbk.

Pendapatan Bersih 2013 $ 921.638


Piutang Usaha
- 2012 $ 112.640
- 2013 $ 65.902

Sumber: Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
$ 921. 638
= $ 112.640+$ 65.902
= 10,32 𝑘𝑎𝑙𝑖
2

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 34


𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑢𝑚𝑢𝑟𝑝𝑢𝑖𝑡𝑎𝑛𝑔 = 360⁄𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
= 360⁄10,32 = 35 ℎ𝑎𝑟𝑖

Dari perhitungan diatas, piutang PT Vale Indonesia Tbk

berputar sebanyak 10,32 kali dalam setahun dan memerlukan waktu

selama 35 hari untuk menagih piutang menjadi kas. Termin penjualan

kredit yang ditetapkan oleh perusahaan adalah n/30 makan dapat

disimpulkan bahwa kualitas pengelolaan piutang perusahaan tidak baik

karena rata-rata terjadi penunggakan pembayaran piutang selama 5 hari.

Jika dikaitkan dengan implementasi yang dilakukan oleh PT Vale

Indonesia Tbk, perhitungan diatas masih dikatakan wajar karena

walaupun waktu penagihannya lebih dari 30 hari tetapi piutangx tidak

mengalami penurunan piutang dan juga pihak manajemennya tidak

membuat penyisihan penurunan nilai atas kemungkinan kerugian atas

tidak tertagihnya piutang usaha.

2. Inventory Liquidity

Tabel 3.8 Harga Pokok Penjualan dan persediaan bersih PT Vale


Indonesia Tbk.

Harga Pokok Penjualan 2013 $ 781.744


Persediaan Bersih
- 2012 $ 152.849
- 2013 $ 150.996

Sumber: Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 35


$ 781.744
= $ 152.849+$ 150.996
= 5,15 𝑘𝑎𝑙𝑖
2

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑢𝑚𝑢𝑟𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 360⁄𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


= 360⁄5,15 = 70 ℎ𝑎𝑟𝑖

Dalam satu tahun persediaan berputar sebanyak 5,15 kali dalam

setahun dan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menahan persediaan

adalah 70 hari. Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin

tingginya persediaan.Sebaliknya, perputaran yang rendah

mengindikasikan kurangnya pengendalian persediaan yang efektif karena

semakin besar biaya penyimpanan persediaan serta memungkinkan

terjadinya keusangan atau kerusakan persediaan.

3. Current Liabilities
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 = 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑𝐶𝑂𝐺𝑆 + 𝐸𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
+ 𝐵𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 = $ 781.744 + $ 10.993 − $ 13.282


= $ 779.455
Tabel 3.9 Pembelian Bersih dan Utang Usaha PT Vale Indonesia Tbk.

Pembelian Bersih 2013 $ 779.455


Utang Usaha
- 2012 $ 79.059
- 2013 $ 75.515

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
$ 779.455
= $ 79.059+$ 75.515
= 10 𝑘𝑎𝑙𝑖
2

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 36


𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑢𝑚𝑢𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = 360⁄𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
= 360⁄10 = 36 ℎ𝑎𝑟𝑖
Dari perhitungan tersebut, utang usaha berputar 10 kali dalam

setahun dan diperlukan waktu 36 hari untuk melunasi utang usaha.Untuk

melihat baik tidaknya angka tersebut, perusahaan bisa melihat kebijakan

yang ditetapkan oleh supplier.Apabila termin pembelian kredit yang

ditetapkan oleh supplier adalah n/30, maka terjadi penunggakan selama 6

hari, maka perusahaan dianggap kurang baik terhadap pengelolaan utang

usaha.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 37


BAB IV

ANALISIS SOLVABILITAS PT VALE INDONESIA Tbk

4.1 Pengertian Analisis Solvabilitas

Analisis solvabilitas (solvencyanalysis) merupakan suatu analisis terhadap

kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban

jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.Analisis ini mencakup dua

analisis yaitu analisis struktur modal (capitalstructure) dan cakupan laba

(earnings coverage).Kedua analisis ini menggambarkan tingkat resiko financial

dan kemampuan perusahaan memenuhi pembayaran finansialnya atas pendanaan

yang telah dilakukan.

Aspek solvabilitas termasuk masalah yang kritis bagi suatu perusahaan

karena dapat mengakibatkan mengalami kesulitan keuangan yang menyebabkan

kebangkrutan. Pada bagian ini akan disajikan pendekatan-pendekatan analisis

dalam menilai kemampuan perusahaan PT. Vale Indonesia Tbk. untuk memenuhi

seluruh kewajiban financial.

A. Kerangka Pembahasan

Analisis Solvabilitas
Perusahaan

Menganalisis Menganalisis
Solvabilitas Solvabilitas
Struktur Cakupan
modal Laba
perusahaan perusahaan

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 38


B. Menganalisi Solvabilitas PT. Vale Indonesia Tbk.

Analisis ini mencakup dua analisis yaitu analisis struktur modal

(capitalstructure) dan cakupan laba (earnings coverage).

4.2 Analisis Struktur Modal Perusahaan (Capital Structure)

Struktur modal menunjukkan komposisi sumber pendanaan bagi suatu

perusahaan.Secara garis besar ada dua sumber pendanaan bagi perusahaan

yaitu pendanaan hutang (debt financing) dan pendanaan ekuitas (equity

financing). Dalam melakukan analisis terhadap struktur modal, terdapat

beberapa alat analisis, seperti rasio leverage keuangan, rasio total hutang

terhadap total modal, rasio total hutang terhadap ekuitas, rasio hutang

jangka panjang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka pendek terhadap total

hutang, dan analisis common-size.

a. Rasio Leverage Keuangan

Rasio leverage keuangan menunjukkan seberapa besar aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan dibiayai dari ekuitas. Nilai rasio leverage

keuangan berbanding terbalik dengan solvabilitas. Ini berarti bahwa

semakin besar nilai rasio leverage keuangan maka semakin rendah

solvabilitas perusahaan. Demikian pula sebaliknya semakin kecil nilai

rasio leverage keuangan maka semakin tinggi solvabilitas perusahaan.

Rasio leverage keuangan dapat dihitung dengan rumus:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐿𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 39


Berikut tabel perhitugan RLK berdasarkan neraca PT. Vale

Indonesia Tbk. tahun 2012 dan 2013.

Tabel 4.1 Perhitungan Rasio Leverage Keuangan (RLK)

Tahun Total Aktiva (U$ ribu) Total Ekuitas Saham Biasa (U$ ribu) RLK
2012 2.333.080 1.721.434 1,36
2013 2.281.119 1.714.266 1,33
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012,

setiap U$ 1,36 aktiva didanai dari ekuitas sebesar U$ 1,00 dan sisannya

U$ 0,36 dibiayai dari hutang. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012,

PT. Vale Indonesia Tbk dalam posisi keuangan yang relatif solvabel

karena hutang lebih kecil dari ekuitas. Pada tahun 2013, setiap U$ 1,33

aktiva didanai dari ekuitas sebesar U$ 1,00 dan sisanya U$ 0,33 didanai

dari hutang. Seperti pada tahun2012, pada tahun 2013 PT. Vale Indonesia

Tbk dalam posisi keuangan yang relatife solvabel karena hutang lebih

kecil dari ekuitas.

b. Rasio Total Hutang terhadap Total Modal

Rasio ini menunjukkan kompposisi antara pendanaan hutang

dengan seluruh pendanaan. Rasio total hutang terhadap total modal

(RTHTM) dapat dihitung dengan rumus:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 40


Berikut tabel perhitungan RTHTM berdasarkan neraca PT. Vale

Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.

Tabel 4.2 Perhitungan Rasio Total Hutang Terhadap Total Modal

Tahun Total Hutang (U$ ribu) Total Modal (U$ ribu) RTHTM
2012 611,646 2.333.080 0.26
2013 566,853 2.281.119 0.25
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Berdasarkan tabel 4.2 diatas meenunjukkan bahwa pada tahun 2012,

PT. Valee Indonesia Tbk menggunakan pendanaan hutang 26% dari

seluruh pendanaannya sedangkan dari pendanaan ekuitas dan pendanaan

lainnya sebesar 74%. Begitupun pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk

menggunakan pendanaan hutang 25% dari seluruh pendanaannya

sedangkan dari pendanaan ekuitas dan pendanaan lainnya sebesar 75%.

Dari hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun

2012 dan 2013, perusahaan ini cenderung solvabel karena pendanaan

hutang lebih kecil dari pendanaan ekuitas dan pendanaan lainnya.

c. Rasio Total Hutang terhadap Ekuitas

Rasio ini menunjukkan komposisi antara pendanaan hutang dengan

pendanaan ekuitad. Rasio total hutang terhadap ekuitas (RTHE) dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 41


Berikut tabel perhitungan RTHE berdasarkan neraca PT. Vale

Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.

Tabel 4.3 Perhitungan Rasio Total Hutang Terhadap Total Ekitas

Tahun Total Hutang (U$ ribu) Total Ekuitas (U$ ribu) RTHE
2012 611,646 1.721.434 0,36
2013 566,853 1.714.266 0,33
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bhwa pada tahun 2012,

komposisi hutang dan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk adalah 0.36. Ini

menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 ekuitas berbanding U$ 0,36 hutang

dan berarti bahwa masih terdapat margin of safety sebesar 64%. Demikian

juga pada tahun 2013, komposisi hutang dan ekuitas PT Vale Indonesia

Tbk 0,33. Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 ekuitas berbanding U$

0,33 hutang dan berarti masih terdapat margin of safety sebebsar 67%.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2012

dan 2013 cenderung solvabel karena pendanaan hutang lebih kecil dari

pendanaan ekuitas.

d. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas

Rasio ini menunjukkan komposisi antara pendanaan hutang jangka

panjang dengan pendanaan ekuitas. Rasio hutang jangka panjang terhadap

ekuitas (RHJPE) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔𝐽𝑘. 𝑃𝑗𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑗𝑘. 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔/𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 42


Berikut tabel perhitungan RHJPE berdasarkan neraca PT. Vale

Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.

Tabel 4.4 Perhitungan Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas

Hutang Jangka Panjang Total Ekuitas


Tahun (U$ ribu) (U$ ribu) RTHE
2012 445,981 1.721.434 0,26
2013 397,953 1.714.266 0,23
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel 4.4 diatas menunjukkkan bahwa pada tahun 2012, komposisi

hutang jangka panjang dan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk sebesar 0,26.

Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 ekuitas berbanding U$ 0,26

hutang jangka panjang dan berarti bahwa masih terdapat margin of safety

sebesar 74%. Sedangkan pada tahun 2013, komposisi hutang dan ekuitas

PT Vale Indonesia Tbk sebesar 0,23. Ini menunjukkan bahwa setiap U$

1,00 ekuitas berbanding U$ 0,23 hutang jangka panjang dan berarti bahwa

terdapat margin of safety sebesar 77%.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2012

dan 2013, perusahaan PT Vale Indonesia Tbk cenderung solvabel karena

pendanaan hutang jangka panjang lebih kecil dari pendanaan ekuitas.

e. Rasio Hutang jangka Pendek terhadap Total Hutang

Rasio ini menunjukkan komposisi pendanaan hutang. Rasio hutang

jangka pendek terhadap total hutang (RHJPTH) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 43


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑘. 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔𝐽𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
Berikut tabel perhitungan RHJPTH berdasarkan neraca PT. Vale

Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.

Tabel 4.5 Perhitungan Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Total


Hutang PT Vale Indonesia Tbk.

Hutang Jangka Pendek Total Hutang


Tahun (U$ ribu) (U$ ribu) RTHE
2012 165,665 611,646 0.27
2013 168,900 566,853 0.30
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012,

komposisi hutang jangka pendek terhadap total hutang PT Vale Indonesia

Tbk sebesar 0,27. Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 total hutang

terdapat U$ 0,27 hutang jangka pendek atau dengan kata lain seluruh

hutang yang dimiliki perusahaan, 27% merupakan hutang jangka pendek

dan sisanya berupa hutang jangka panjang sebesar 73%. Demikian pula

pada tahun 2013, komposisi hutang jangka pendek terhadap total hutang

PT Vale Indonesia Tbk sebesar 0,30. Ini menunjukkan bahwa setiap U$

1,00 total hutang terdapat U$ 0,30 hutang jangka pendek atau dengan kata

lain seluruh hutang yang dimiliki PT Vale Indonesia, 30% berupa hutang

jangka pendek dan sisanya sebesar 70% merupakan hutang jangka

panjang.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 44


f. Analisis Common-Size

Analisis ini menujukkan komposisi sumber-sumber pendanaan

yang digunakan oleh perusahaan pada periode tertentu. Berikut tabel dan

gambar diagram analisis common-size struktur modal PT. Vale Indonesi

Tbk tahun 2012-2013.

Tabel 4.6 Analisi Common-size Struktur Modal


Common-Size
Sumber Dana 2012 (U$ ribu) 2013 (U$ ribu)
2012 2013
Kewajiban lancar 165,665 168,900 7% 7%
Kewajiban tidak lancar 445,981 397,953 19% 18%
Ekuitas 1,721,434 1,714,266 74% 75%
Total 2,333,080 2,281,119 100% 100%
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Analisis Common-size Struktur Modal


Tahun 2012
Kewajiban lancar Kewajiban tidak lancar Ekuitas

7%
19%

74%

Gambar 4.1.Analisis Common-size struktur modal PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 45


Analisis Common-size Struktur
Modal Tahun 2013

7%
18%

75%

Gambar 4.2.Analisis Common-size struktur modal PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013.

Tabel 4.6 , Gambar 4.1 dan Gambara 4.2 diatas menunjukkan bahwa

pada tahun 2012, PT Vale Indonesia Tbk menggunakan pendanaan jangka

pendek berupa kewajiban lancar sebesar 7% dan pendanaan jangka

panjang yang terdiri dari kewajiban tidak lancar sebesar 19% dan

pendanaan ekuitas sebesar 74%. Demiikian juga pada tahun 2013, PT Vale

Indonesia Tbk menggunakan pendanaan jangka pendek berupa kewajiban

lancar sebesar 7% dan pendanaan jangka panjang yang terdiri dari

kewajiban tidak lancar sebesar 18% dan pendanaan ekuitas sebesar 75%.

Analisis common-size ini menunjukkan bahwa struktur modal PT

Vale Indonesia lebih didominasi oleh pendanaan jangka panjang berupa

pendanaan ekuitas.Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan ini

menghadapi resiko yang relatif rendah. Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa PT Vale Indonesia memiliki tingkat solvabilitas yang tinggi, baik

pada tahun 2012 maupun tahun 2013.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 46


4.3 Analisis Cakupan Laba Perusahaan (Earnings Coverage)

Analisis ini menggambarkan sejauhmana kemampuan perusahaan

untuk menutupi kewajiban financial kepada pemilik modal, seperti

investor, kreditor, supplier dan lain-lain.Disamping itu, analisis ini

juga berguna untuk menentukan keputusan tingkat penggunaan hutang.

Pada analisis ini dapat digunakan beberapa metode seperti rasio laba

terhadap beban tetap (earnings to fixed changes ratio), rasio kelipatan

bunga (times interest earned ratio), dan rasio arus kas terhadap beban

tetap (cash flow to fixed charges ratio.

a. Rasio Laba terhadap Beban Tetap

Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan

tersedia untuk meenutupi beban-beban tetap perusahaan. Untuk

menghitung rasio laba terhadap beban tetap (RLBT) dapat digunakan

rumus:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎


𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 =
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝

Berikut tabel perhitungan rasio laba terhadap beban tetap

berdasarkan neraca PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013

Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Laba Terhadap Beban Tetap

Keterangan 2012 2013


Laba Sebelum pajak dan bunga 106,908 70,137
Beban tetap:
Depresiasi, Deplesi dan Amortisasi 102,286 110,748
Pembayaran pinjaman jangka
panjang 37,5 37,5
Pembayaran beban Keuangan 10,724 9,192

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 47


Total beban tetap 150,51 157,44
Rasio Laba Terhadap Beban Tetap 0,710 0,445

Sumber: Arus Kas dan Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale

Indonesia Tbk hanya mampu menghasilkan kasdari aktivitas operasi

sebesar 0,710 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga

menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 71% dari

beban tetap yang harus ditanggung. Demikian pula pada tahun 2013,

perusahaan ini hanya mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi

sebesar 0,445 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga

menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 44% dari

beban tetap.

b. Rasio kelipatan bunga

Rasio kelipatan bunga (times interest earnd ratio) menunjukkan

seberapa besar laba yang tersedia untuk menutupi bebang bunga. Untuk

menghitung rasio kelipatan bungan dapat menggunakan rumus:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 =
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎

Berikut tabel perhitungan rasio kelipatan bunga (RKB) PT Vale


Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.
Tabel 4.8 Perhitungan Rasio Kelipatan Bunga (RKB)
Laba Sebelum Bunga
Beban Bunga
Tahun dan Pajak RKB
(U$ Ribu)
(U$ ribu)
2012 106,908 15,485 6.90
2013 70,137 14,678 4.78

Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 48


Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale

Indonesia Tbk mampu menghasilkan laba 6,90 kali dari beban bunga

yang harus ditanggung. Demikian pula pada tahun 2013, perusahaan ini

mampu menghasilkan laba 4,78 kali dari beban bunga yang harus

ditanggung.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun

2012 dan 2013, PT Vale Indonesia solvabel karena mampu menghasilkan

laba yang memadai untuk menutupi beban bunga yang ditanggung,

dengan demikian perusahaan ini masih memungkinkan untuk menambah

pendanaan hutangnya.

c. Rasio Kas terhadap Cakupan Bunga

Rasio Kas terhadap Cakupan Bunga merupakan suatu indikator

yang menunjukkan kemampuan perusahaan menyediakan kas untuk

menutupi beban bunga.Secara spesifik, rasio ini mengukur berapa kali

beban bunga dapat ditutupi oleh arus kas dari operasi sebelum bunga dan

pajak. Untuk menghitung rasio kas terhadap cakupan bunga dengan

menggunakan rumus:

𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖


𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐾𝑎𝑠 𝑇𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐶𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 =
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎

Berikut tabel perhitungan rasio kas terhadap cakupan bunga

berdasarkan laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan

2013.

Tabel 4.9 Perhitungan Rasio Kas Terhadap Cakupan Bunga (RKCB)

Arus Kas Operasi Beban Bunga Beban Pajak


Tahun RKCB
(U$ ribu) (U$ ribu) (U$ ribu)

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 49


2012 79,162 15,485 23,929 7.66

2013 265,892 14,678 16,807 20.26

Sumber: Laporan Arus Kas dan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale

Indonesia Tbk mampu menghasilkan kas sebelum bunga dan pajak

sebesar 7,66 kali dari beban bunga dan pajak yang harus ditanggung.

Demikian pula pada tahun 2013, perusahaan ini mampu menghasilkan

sebelum bungan dan pajak sebesar 20,26 kali ddari beban bunga dan

pajak yang harus ditanggung.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun

2012 dan 2013, PT Vale Indonesia Tbk relatif solvabel karena mampu

menghasilkan kas yang memadai untuk menutupi beban bunga dan pajak

yang ditanggung. Dengan demikian PT Vale Indonesia Tbk masih

memungkinkan untuk menambah pendanaan hutangnya.

d. Rasio Arus Kas terhadap beban tetap

Rasio ini menunjukkan seberapa besar arus kas operasi yang

tersedia untuk menutupi beban tetap. Untuk menghitung rasio arus kas

terhadap beban tetap (RAKBT) menggunakan rumus:

𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖


𝑅𝐴𝐾𝐵𝑇 =
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝

Berikut tabel perhitungan rasio arus kas terhadap beban tetap

berdasarkan laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan

2013.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 50


Tabel 4.10 Perhitungan Rasio Arus Kas Terhadap Beban Tetap

Keterangan 2012 2013


Arus Kas Operasi 79,162 265,892
Beban tetap:
Depresiasi, Deplesi dan Amortisasi 102,286 110,748
Pembayaran pinjaman jangka panjang 37,5 37,5
Pembayaran beban Keuangan 10,724 9,192
Total beban tetap 150,51 157,44
Rasio Laba Terhadap Beban Tetap 0,53 1,69

Sumber: Laporan Arus Kas dan Laba rugi PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale

Indonesia Tbk hanya mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi

sebesar 0,53 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini menunjukkan

bahwa arus kas operasi mampu menutupi 53% dari beban tetap yang harus

ditanggung.Demikian juga pada tahun 2013, perusahaan ini mampu

menghasilkan kas dari aktivitas perusahaan sebesar 1,69 kali dari beban

tetap yang harus ditanggung.Ini juga menunjukkan bahwa arus kas operasi

mampu menutupi 169% dari beban tetap yang harus ditanggung.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 51


BAB V

ANALISIS PROFITABILITAS PT VALE INDONESIA Tbk

5.1 Analisis Pendapatan

Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan oleh perusahaan, baik berupa

pendapatan usaha maupun pendapatan bukan dari usaha. Pada bagian ini akan

difokuskan pada analisis pendapatan yang mencakup beberapa hal sebagai

berikut:

1) Sumber Utama Pendapatan Perusahaan

Pada umumnya, sumber pendapatan perusahaan dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu pendapatan usaha (operasi) dan pendapatan bukan dari usaha

(non operasi).Pendapatan usaha merupakan sumber pendapatan utama bagi suatu

perusahaan yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa hasil produksi

perusahaan.Sedangkan pendapatan non usaha dapat bersumber dari kegiatan,

seperti hasil penjualan aset, hasil investasi eksternal yang bersifat jangka pendek

maupun jangka panjang.

Analisis ini bertujuan untuk membantu menganalisis:

1. Pertumbuhan penjualan

2. Pertumbuhan aset

3. Profitabilitas

Sumber pendapatan usaha perusahaan sangat bergantung pada

karakteristik perusahaan.Dalam hal ini, ada perusahaan yang beroperasi hanya

satu lini bisnis dan ada pula yang lebih dari satu unit bisnis (terdiversifikasi).Pada

perusahaan yang memiliki satu lini bisnis biasanya sumber pendapatan usahanya

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 52


hanya satu, misalnya pada PT Vale Indonesia Tbk yang memiliki hanya satu

sumber pendapatan.

Analisis sumber pendapatan pada PT Vale Indonesia Tbktahun 2012

dan 2013 ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 5.1 Analisis Sumber Pendapatan PT Vale Indonesia Tbk.

Sumber Pendapatan 2012 (US $ Ribu) 2013 (US $ Ribu)


Pendapatan 967.327 921.638
Sumber: Catatan atas Laporan KeuanganPT PT Vale Indonesia Tbk

Berdasarkan tabel di atas, selanjutnya dilakukan analisis secara common-

size atas pendapatan PT Vale Indonesia Tbk dalam suatu diagram sebagaimana

ditunjukkan pada Gambar 5.1. dan Gambar 5.2.

Analisis Common-Size
PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2012

Pendapatan
100%

Gambar 5.1. Analisis common-size pendapatan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012

Gambar 5.1 di atas menunjukkan bahwa PT Vale Indonesia Tbk pada

tahun 2012hanya mempunyai satu sumber pendapatan dimana pendapatan ini

100% diperoleh dari penambangan nikel.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 53


Analisis Common-Size
PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2013

Pendapatan
100%

Gambar 5.2. Analisis Common-sizePT Vale Indonesia Tbk tahun 2013

Gambar 5.2 di atas menunjukkan bahwa PT Vale Indonesia Tbk pada

tahun sama dengan tahun 2012 dimana sumber pendapatan 100% dari

penambangan nikel.

2) Ketahanan sumber pendapatan perusahaan

Ketahanan pendapatan dapat digambarkan oleh stabilitas dan

kecenderungan (trend) pendapatan.Pada analisis ini menggunakan analisis trend

(trend analysis).Analisis tren merupakan suatu metode yang berguna dalam

menilai ketahanan pendapatan, baik secara keseluruhan maupun segmen.

Analisis tren pada PT Vale Indonesia Tbk. dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini:

Tabel 5.2 Analisis Tren pada PT Vale Indonesia Tbk.


Pendapatan Usaha Perubahan
Tahun
(US $ Ribu) US $ Ribu %
2010 1.276.323
2011 1.242.555 (33.768) -2,65%
2012 967.327 (275.228) -22,15%
2013 921.638 (45.689) -4,72%

Sumber: Laporan Laba Rugi Tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 PT Vale Indonesia Tbk.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 54


Selain dalam bentuk tabel, analisis tren berjalan di atas dapat juga disajikan

dalam bentuk grafik sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.3.

1400000

1200000

1000000

800000 Tahun

600000 Pendapatan Usaha (US


$ Ribu)
400000

200000

0
1 2 3 4 5

Gambar 5.3.Analisis tren berjalan pendapatan usaha PT Vale Indonesia Tbk.

Berdasarkan tabel dan Gambar 5.3 di atas menunjukkan bahwa pendapatan

usaha PT Vale Indonesia Tbk.Selama tiga tahun sejak periode 20011 hingga 2013

mengalami penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2012 yang

menurun sebesar 22,15%.

3) Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan

Hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha serta pendapatan

dengan persediaan akan memberikan petunjuk yang penting untuk mengevaluasi

hasil operasi serta berguna dalam memprediksi kinerja di masa yang akan datang.

1. Hubungan pendapatan dengan piutang usaha

Analisis hubungan antara pendapatan dan piutang usaha penting dalam

mengevaluasi kualitas laba. Hubungan antara pendapatan dengan piutang

usaha pada PT Vale Indonesia Tbk.dapat ditunjukkan pada di bawah.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 55


Tabel 5.3 Hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha pada PT
Vale Indonesia Tbk
Nilai (US $ Ribu) Perubahan
Uraian
2012 2013 2013 (%)
Pendapatan bersih 967.327 921.638 -4,72%
Piutang Usaha 112.640 65.902 -41,49%
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel di atas menunjukkan penurunan pendapatan sebesar 4,72% dan

diikuti penurunan piutang usahasebesar 41,49%. Ini mengindikasikan bahwa pada

tahun 2013, manajemen perusahaan telah menerapkan kebijakan penjualankredit

yang kurang efektif.

2. Hubungan pendapatan dengan persediaan

Perputaran persediaan berhubungan dengan kualitas persediaan dan

perputaran aset. Hubungan antara pendapatan denganpersediaan pada PT Vale

Indonesia Tbk. ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 5.4 Hubungan antara pendapatan denganpersediaan pada PT Vale


Indonesia Tbk.
Nilai (US $ Ribu) Perubahan
Uraian
2012 2013 2013 (%)
Pendapatan bersih 967.327 921.638 -4,72%
Persediaan Bersih 152.849 150.996 -1,21%
Sumber: Laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel di atas menunjukkan penurunan pendapatan sebesar 4,72% dan

diikuti dengan penurunan persediaansebesar 1,21%. Ini mengindikasikan bahwa

pada tahun 2013, volume penjualan menurun yang diikuti dengan penurunan

pendapatan bersih.

5.2 Analisis Biaya dan Margin Laba

Biaya merupakan komponen utama yang membentuk laba atau rugi yang

dialami oleh perusahaan. Pada bagian ini akan disajikan analisis terhadap biaya-

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 56


biaya operasi maupun beban-beban operasional dan beban-beban non operasional,

serta hubungannya dengan profitabilitas perusahaan.

1) Menganalisis Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan (HPP) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan sehubungan dengan perolehan output untuk siap dijual.Analisis

terhadap harga pokok penjualan diperlukan dalam rangka menganalisis laba kotor

(gross profit). Sementara laba kotor mengindikasikan kemampuan perusahaan

dalam menutupi beban-beban operasi. Untuk mengukur hubungan antara harga

pokok penjualan dengan profitabilitas perusahaan digunakan alat ukur yang

disebut marjin laba kotor. Marjin laba kotor (gross profit margin) menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba kotor atas penjualan yang

dilakukan. Untuk menghitung besarnya margin laba kotor (gross profit margin)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Penjualan  H arg a Pokok Penjualan


Marjin Laba Kotor 
Penjualan
Laba Kotor
Marjin Laba Kotor 
Penjualan

Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba kotorpada PT Vale Indonesia

Tbk ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 5.5 Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba kotorpada PT Vale
Indonesia Tbk
Pendapatan Bersih Beban Pokok Pendapatan Margin Laba
Tahun
($ Ribu) ($ Ribu) Kotor (%)
2012 967.327 800.622 17,23
2013 921.638 781.744 15,18
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap penjualan

dapatmenghasilkan laba kotor sebesar 17,23% sedangkan pada tahun 2013, setiap

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 57


penjualan dapat menghasilkan laba kotor sebesar 15,18%. Jadi pada tahun 2013,

PT Vale Indonesia Tbk mengalami penurunan marjin laba kotor. Berdasarkan

laporan laba rugi, penurunan marjin laba kotor ini disebabkan oleh adanya

penurunan pendapatan bersih sebesar 4,72% yang diikuti penurunan beban pokok

pendapatan yang lebih rendah yaitu sebesar 2,36%. Ini juga mengindikasikan

bahwa pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk.kurang efisien dalam

menjalankan kegiatan produksinya sehingga mengalami penurunan profitabilitas.

2) Menganalisis Beban-beban Operasi

Beban-beban operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh

perusahaan sehubungan dengan kegiatan pemasaran dan kegiatan

administrasi.Analisis terhadap beban-beban operasi perusahaan diperlukan dalam

rangka menganalisis laba operasi (operating profit) perusahaan. Sementara laba

operasi mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban

non operasi terutama beban-beban finansial atas pendanaan yang dilakukan oleh

perusahaan, seperti beban bunga atas pinjaman.

Untuk mengukur hubungan antara beban-beban operasi dengan profitabilitas

perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba operasi (operating

profit margin). Hasil pengukuran marjin laba operasi menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memperoleh laba operasi atas penjualan yang dilakukan. Marjin

laba operasi juga sekaligus untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran atas

beban-beban operasi perusahaan. Untuk menghitung besarnya margin laba operasi

dapat digunakan rumus berikut:

Penjualan  HPP  Beban Operasi


Marjin Laba Operasi 
Penjualan

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 58


Analisis beban pokok pendapatan dan marjin laba kotor operasi pada PT Vale

Indonesia Tbkditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 5.6 Analisis beban pokok pendapatan dan marjin laba kotor operasi
pada PT Vale Indonesia Tbk
Pendapatan Beban Pokok Beban Operasi Margin Laba
Tahun
Bersih ($ Ribu) Pendapatan ($ Ribu) ($ Ribu) Operasi (%)
2012 967.327 800.622 12.613 15,93%
2013 921.638 781.744 13.041 13,76%
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap penjualan

dapatmenghasilkan laba operasi sebesar 15,93% sedangkan pada tahun 2013,

setiap penjualan dapat menghasilkan laba operasi sebesar 13,76%. Jadi pada tahun

2013, PT Vale Indonesia Tbk mengalami penurunan marjin laba operasi. Untuk

mengetahui tingkat efisiensi atas pengaruh pengeluaran beban-beban operasi

terhadap profitabilitas perusahaan maka dilakukan perbandingan antara marjin

laba kotor dengan marjin laba operasi. Perbandingan antara marjin laba kotor

dengan marjin laba operasi ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 5.7 Perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi
PT Vale Indonesia Tbk
No Jenis Ukuran Profitabilitas 2012 2013 Perubahan
1 Marjin Laba Kotor 17,23% 15,18% -2,05%
2 Marjin Laba Operasi 15,93% 13,76% -2,17%
Sumber: Tabel 5.5 dan 5.6

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, kedua ukuran

profitabilitas di atas, baik marjin laba kotor maupun marjin laba operasi

mengalami penurunan. Penurunan marjin laba operasi lebih besar dari penurunan

marjin laba kotor. Ini mengindikasikan bahwa pengeluaran atas beban-beban

operasi lebih berpengaruh dalam menurunkanprofitabilitas perusahaan.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 59


Berdasarkan laporan laba rugi menunjukkan bahwa penurunan

profitabilitasdari laba operasi perusahaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan

beban-beban operasi sebesar 3,28%. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2013,

PT Vale Indonesia Tbk.Kurang efisien dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya sehingga mengalami penurunan profitabilitas.

3) Menganalisis Beban-beban Non Operasi

Beban-beban non operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh

perusahaan sehubungan dengan kegiatan pendanaan dan kegiatan lain yang tidak

termasuk kegiatan operasi. Analisis terhadap beban-beban non operasi diperlukan

dalam rangka menganalisis laba bersih (net profit).Sementara laba bersih

mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban

pendanaan berupa beban dividen.

Untuk mengukur hubungan antara beban-beban non operasi dengan

profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba bersih

(net profit margin). Hasil pengukuran marjin laba bersih menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih atas penjualan yang

dilakukan setelah disesuaikan dengan pendapatan atau beban-beban lain. Untuk

menghitung besarnya margin laba bersih dapat digunakan rumus berikut:

Penjualan  HPP  Beban Operasi  Beban non Operasi


Marjin Laba Bersih 
Penjualan

Analisis beban non operasi dan marjin laba bersih padaPT Vale Indonesia Tbk

ditunjukkan pada tabel di bawah.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 60


Tabel 5.8 Analisis beban non operasi dan marjin laba bersih padaPT Vale
Indonesia Tbk
Pendapatan Bersih Laba Bersih (US $ Margin Laba Bersih
Tahun
(US $ Ribu) Ribu) (%)
2012 967.327 106.908 11,05%
2013 921.638 70.137 7,61%
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap penjualan dapat

menghasilkan laba bersih sebesar 11,05% sedangkan pada tahun 2013, setiap

penjualan menghasilkan laba bersih sebesar 7,61%. Jadi pada tahun 2013, PT

Vale Indonesia Tbk mengalami perunanan marjin laba bersih. Untuk mengetahui

tingkat efisiensi atas pengaruh pengeluaran beban-beban non operasi terhadap

profitabilitas perusahaan maka dilakukan perbandingan antara marjin laba kotor,

marjin laba operasi, dan marjin laba bersih. Perbandingan antara ketiga ukuran

tersebut sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 5.9 Perbandingan antara ketiga margin laba PT Vale Indonesia Tbk.
No Jenis Ukuran Profitabilitas 2012 2013 Perubahan
1 Marjin Laba Kotor 17,23% 15,18% -2,05%
2 Marjin Laba Operasi 15,93% 13,76% -2,17%
3 Marjin Laba Bersih 11,05% 7,61% -3,44%
Sumber: Tabel 5.5, tabel 5.6, dan tabel 5.8

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, ketiga ukuran

profitabilitas di atas, baik marjin laba kotor, marjin laba operasi, maupun marjin

laba bersih mengalami penurunan. Namun penurunan marjin laba bersih lebih

besar dari penurunan laba marjin laba kotor dan marjin laba operasi. Ini

mengindikasikan bahwa pengeluaran atas beban-beban non operasi lebih kurang

efisien sehingga menurunkan profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan laporan laba rugi menunjukkan bahwa penurunan

profitabilitasdari laba bersih perusahaan ini disebabkan oleh adanya

peningkatanbeban-beban operasi yang diikuti peningkatan beban-beban non

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 61


operasi yang signifikan. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2013, PT Vale

Indonesia Tbkkurang efisien dalam menjalankan kegiatan non operasinya

sehingga mengalami penurunan profitabilitas.

5.3 Analisis Profitabilitas Investasi

Pengukuran profitabilitas perusahaan, selain didasarkan atas pendapatan

juga didasarkan atas investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan

akan menghasilkan output berupa barang atau jasa, kemudian output tersebut

dijual untuk menghasilkan pendapatan, dan akhirnya dari pendapatan akan

dihasilkan laba.

Pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis profitabilitas

perusahaan adalah pengembalian atas modal yang diinvestasikan (return on

invested capital).

Apabila konsep modal yang diinvestasikan berdasarkan total aset maka hasil

pengukuran adalah pengembalian atas aset atau yang lebih dikenal sebagai return

on total assets (ROA). Hasil pengukuran ini adalah relevan untuk mengukur

efisiensi operasi. Untuk menghitung ROA dapat digunakan rumus berikut

Laba Bersih  Beban Bunga sebelum Pajak


ROA 
TotalAset

Perhitungan ROA pada PT Vale Indonesia Tbk ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 5.10 Perhitungan ROA pada PT Vale Indonesia Tbk


Laba Bersih Beban Bunga sebelum Total Aset (US $
Tahun ROA (%)
(US $ Ribu) pajak (US $ Ribu) Ribu)
2012 91.423 15.485 2.333.080 4,58%
2013 55.459 14.678 2.281.119 3,07%
Sumber: Laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk

Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap aset yang

digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 4,58% dan pada tahun 2013, setiap

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 62


aset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 3,07%. Dengan demikian,

profitabilitas PT Vale Indonesia Tbk mengalami penurunan pada tahun 2013.

Selain rumus di atas, penghitungan ROA dapat juga digunakan

pengembalian atas investasi atau return on investment (ROI) berikut

Laba
ROA atau ROI 
Aktiva

Analisis ROA atau ROI pada PT Vale Indonesia Tbk ditunjukkantabel di bawah.

Tabel 5.11 Analisis ROA atau ROI pada PT Vale Indonesia Tbk.
Laba Bersih Total Aset (US $ ROA atau
Tahun
(US $ Ribu) Ribu) ROI (%)
2012 91.423 2.333.080 3,92%
2013 55.459 2.281.119 2,43%
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk

Pada perhitungan di atas, total aset digunakan data satu periode masing-

masing. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap aset yang

digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 3,92% dan pada tahun 2013, setiap

aset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 2,43%. Dengan demikian,

profitabilitas PT Vale Indonesia Tbk. mengalami penurunan pada tahun 2013.

Berdasarkan laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk. dapat diketahui

bahwa perunan ROA atau ROI di atas sebagai akibat dari penurunan laba bersih

sebesar 4,72% yang diikuti oleh penurunan aset yang lebih rendah yaitu sebesar

2%. Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan asettidak begitu produktif dalam

menghasilkan laba bersih pada tahun 2013.

5.4 Analisis Profitabilitas Ekuitas

Pengembalian atas ekuitas pemegang saham biasa atau return on common

shareholders’ equity (ROCE) juga lebih dikenal sebagai return on equity (ROE)

merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 63


Secara spesifik, ROCE menggambarkan sejauhmana produktivitas ekuitas saham

biasa dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.Untuk mengukur ROCE dapat

digunakan rumus pada persamaan di bawah.

Laba Bersih  Dividen Saham Pr eferen


ROCE 
Rata  rata Ekuitas Saham Biasa

Rata-rata ekuitas saham biasa merupakan hasil penjumlahan ekuitas pada

neraca dua periode kemudian dibagi dua. Rata-rata ekuitas dapat juga didasarkan

pada ekuitas satu periode saja.

Tabel 5.12 Perhitungan ROCE PT Vale Indonesia Tbk.

Laba Bersih Dividen Saham Ekuitas Saham ROCE atau


Tahun
(US $ Ribu) Preferen (US $ Ribu) Biasa ($ Ribu) ROE (%)
2012 91.423 - 414.173 22,07%
2013 55.459 - 414.173 13,39%
Sumber: Laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap ekuitas saham

biasa yang digunakan mampu menghasilkan laba bersih sebesar 22,07%.

Sedangkan pada tahun 2013, setiap ekuitas saham biasa yang digunakan mampu

menghasilkan laba bersih sebesar 13,39%. Jika dibandingkan antara tahun 2012

dengan tahun 2013, terjadi penurunan profitabilitas. Hal ini mengindikasikan

bahwa kinerja operasi PT Vale Indonesia Tbk. kurang baik.

Berdasarkan laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk. dapat diketahui

bahwa penurunan ROCE atau ROE di atas sebagai akibat dari penurunan laba

bersih sebesar 4,72% yang tidak diikuti oleh perubahan ekuitas saham biasa. Jadi

ini mengindikasikan bahwa penggunaan ekuitas saham biasa kurang produktif

dalam menghasilkan laba bersih pada tahun 2013.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 64


BAB VI

ANALISIS ARUS KAS PT. VALE INDONESIA Tbk

Arus kas perusahaan menunjukkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu

perusahaan. Oleh karena itu, arus kas perusahaan terdiri atas komponen arus kas

masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow). Posisi arus kas suatu

perusahaan dapat dalam bentuk surplus atau defisit. Surplus arus kas artinya

terdapat kelebihan arus kas masuk atas arus kas keluar dan sebaliknya defisit arus

kas artinya terdapat kelebihan arus kas keluar atas arus kas masuk.

6.1 Metode Penyusunan Laporan Arus Kas

Menurut Standar Akuntan Keuangan dalam PSAK No. 2 bahwa perusahaan

dapat melaporkan arus kas operasi dengan menggunakan salah satu dari dua

metode, yaitu metode lansung dan metode tidak langsung. Perbedaan kedua

metode ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Metode langsung

Metode langsung merupakan suatu metode dimana kelompok utama dari

penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan. Metode ini

memiliki kelebihan karena mengungkapkan informasi lebih terinci tentang

komponen-komponen pembentuk laba rugi perusahaan. Namun di sisi lain,

relatif lebih rumit dalam proses penyajiannya. Untuk kepentingan analisis

laporan keuangan direkomendasikan agar menggunakan metode langsung

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 65


2. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung merupakan metode dimana laba atau rugi bersih

disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas,

penangguhan, atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk

operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban

yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Kelemahan

metode ini adalah tidak mengungkapkan secara rinci komponen-komponen

pembentuk laba rugi perusahaan sehingga kurang efektif untuk digunakan

dalam menganalisis laporan arus kas. Namun di sisi lain, lebih sederhana

dalam proses penyajiannya diperlukan suatu teknik atau metode dalam

melakukan interpretasi dan analisis terhadap posisi arus kas. Dalam

melakukan analisis arus kas perusahaan dapat digunakan beberapa metode

antara lain: analisis horizontal, analisis vertikal atau analisis common-size,

analisis cross-section, serta analisis rasio.

6.2 Analisis Horizontal Arus Kas Perusahaan

Analisis horizontal (horizontal analysis)merupakan suatu metode yang

digunakan untuk membandingkan nilai arus kas setiap aktivitas bisnis antara

dua periode atau lebih. Analisis ini juga biasa disebut analisis tren yang

berguna untuk mengetahui perkembangan arus kas setiap aktivitas bisnis, baik

aktivitas operasi, aktivitas investasi, maupun aktivitas pendanaan.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 66


a. Analisis Horizontal Aktivitas Operasi

Tabel 6.1 Analisis Horizontal Aktivitas Operasi PT Vale Indonesia Tbk.


Analisis Horizontal Aktivitas Operasi
Perubahan
Keterangan 2012 2013 US$ Ribu %
Penerimaan Kas dari Pelanggan 920.700 968.376 47.676 -5,17
Pembayaran Kas ke Pemasok 648.586 596.532 (52.054) 8,02
Pembayaran Pajak Penghasilan Badan 121.055 38.261 (82.794) 68,39

Pengembalian Pajak Penghasilan Badan 40.516 40.516


Pengembalian Pajak Lainnya 41.765 8.197 (33.568) 80,37
Pembayaran Ke Karyawan 100.130 100.607 477 -0,47
Penerimaan Lainnya 564 455 (109) 19,32
Pembayaran Lain 14.096 15.896 1.800 -12,76
Arus Kas yang Diperoleh dari Aktivitas
Operasi 265.892 265.892 0 0
Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan penerimaan kas dari

pelanggan sebesar 5,17% dan penurunan pembayaran kas ke pemasok sebesar

8,02%. Arus kas bersih dari aktivitas operasi tidak mengalami surplus dari tahun

2012 dengan tahun 2013

Berdasarkan data di atas mengindikasikan bahwa perusahaan ini kurang cukup

efisien dalam pengelolaan aktivitas operasinya. Ini juga mengindikasikan bahwa

kinerja perusahaan dalam menghasilkan arus kas operasi belum baik.

b. Analisis Horizontal Aktivitas Investasi

Tabel 6.2Analisis Horizontal Aktivitas Investasi PT Vale Indonesia Tbk.


Analisis Horizontal Aktivitas Investasi
Perubahan
Keterangan 2012 2013 US$ Ribu %
Pembayaran Untuk Pembelian Aset tetap 146.965 140.487 (6.478) 4,4
Arus Kas yang Diperoleh dari Aktivitas
Investasi 146.965 140.487 (6.478) 4,4
Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 67


Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadinya penurunan pembayaran untuk

pembelian aset tetap sebesar 4,40%. Sehingga arus kas yang diperoleh dari

aktivitas investasi mengalami defisit pada tahun 2013.

c. Analisis Horizontal Pendanaan

Tabel 6.3Analisis Horizontal Aktivitas Pendanaan PT Vale Indonesia Tbk.


Analisis Horizontal Aktivitas Pendanaan
Perubahan
Keterangan 2012 2013 US$ Ribu %
Pembayaran Dividen 110.460 49.314 (61.146) 55,35
Penempatan Dana yang Dibatasi
Penggunaanya 43.686 42.244 (1.442) 3,3
Penggunaan Dana yang Dibatasi
Penggunaanya 43.817 42.854 (963) 2,19
Pembayaran Pinjaman Jangka Panjang 37.500 37.500 -
Pembayaran Beban Keuangan 10.724 9.192 (1.532) 14,28
Arus Kas yang Diperoleh dari Aktivitas
Pendanaan 158.553 93.396 (65.157) 41,09
Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terjadinya penurunan

pembayaran dividen sebesar 55,35% yang berdampak pada penurunan aktivitas

operasi. Berdasarkan data di atas mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan

ini menerapkan kebijakan pendanaan defisit pada tahun 2013 sehingga

menyebabkan penurunan investasi. Ini berarti bahwa perusahaan lebih

menitikberatkan pada pemenuhan kewajiban atas pendanaan.

6.3 Analisis Vertikal Arus Kas Perusahaan

Analisis vertikal merupakan suatu teknik atau metode yang

membandingkan arus kas dari ketiga aktivitas bisnis perusahaan untuk periode

tertentu. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sinergi ketiga aktivitas bisnis

perusahaan. Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab 3 bahwa ketiga aktivitas

bisnis perusahaan yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 68


pendanaan saling terkait satu sama lain. Pada Analisis vertikal ini dapat digunakan

metode common-size yang menggambarkan keseimbangan arus kas masuk dan

arus kas keluar antara ketiga aktivitas bisnis tersebut.

1. Analisis Vertikal terhadap aktivitas operasi tahun 2013

Tabel 6.4Analisis Vertikal Aktivitas Operasi PT Vale Indonesia Tbk.

Inflow

common size
Keterangan
2013 %

Penerimaan Kas dari Pelanggan 968.376 95,16

Penerimaan Lainnya 455 0,04

Pengembalian Pajak Penghasilan Badan 40.516 3,98

Pengembalian Pajak Lainnya 8.197 0,80

Total 1.017.544

Outflow

common size
Keterangan
2013 %

Pembayaran Kas ke Pemasok 596.532 79,40

Pembayaran Pajak Penghasilan Badan 38.261 5,09

Pembayaran Ke Karyawan 100.607 13,39

Pembayaran Lain 15.896 2,11

Total 75.1296

Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.

Pada tabel inflow di atas menunjukkan bahwa kegiatan operasi tahun 2013 sehat

karena di dominasi pada penerimaaan kas dari pelanggan sebesar 95,16%.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 69


Pada tabel outflow diatas menunjukkan bahwa kegiatan operasi tahun 2013 di

dominasi pada pembayaran kas ke pemasok sebesar 79,40%. Dimana signifikan

pada pembayaran kas ke pemasok dan insignifikan pada pembayaran lainnya.

Berikut ini merupakan diagram dari operating cash inflow dan operating cash

outflow PT Vale Indonesia Tbk.

Operating Cash Inflow PT Vale


Indonesia Tbk. Tahun 2013
0% 4% 1%
Penerimaan Kas dari
Pelanggan
Penerimaan Lainnya

Pengembalian Pajak
95% Penghasilan Badan
Pengembalian Pajak
Lainnya

Gambar 6.1 Diagram operating cash inflow PT Vale Indonesia Tbk.

Operating Cash Outflow PT Vale


Indonesia Tbk. Tahun 2013
2%
Pembayaran Kas ke
5% 13% Pemasok
Pembayaran Pajak
Penghasilan Badan

80% Pembayaran Ke Karyawan

Pembayaran Lain

Gambar 6.1 Diagram operating cash inflow PT Vale Indonesia Tbk.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 70


2. Analisis vertikal terhadap aktivitas investasi tahun 2013

Tabel 6.5Analisis Vertikal Aktivitas Investasi PT Vale Indonesia Tbk.

outflow
common size
Keterangan 2013 %
Pembayaran Untuk Pembelian Aset tetap 140.487 100
Total 140.487

Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.

Inflow pada analisis vertikal terhadap aktivitas investasi tahun 2013 tidak ada.

Pada tabel outflow di atas menunjukkan bahwa aktivitas investasi di dominasi

pada pembayaran untuk pembelian aset tetap sebesar 100%.

3. Analisis vertikal terhadap aktivitas pendanaan tahun 2013

Tabel 6.6Analisis Vertikal Aktivitas Pendanaan PT Vale Indonesia Tbk.

inflow
common size
Keterangan 2013 %
Penggunaan Dana yang Dibatasi Penggunaanya 42.854 100
Total 42.854

outflow
common size
Keterangan 2013 %
Pembayaran Dividen 49.314 21,6
Penempatan Dana yang Dibatasi Penggunaanya 42.244 18,5
Pembayaran Pinjaman Jangka Panjang 37.500 16,42
Pembayaran Beban Keuangan 99.192 43,45
Total 228.250

Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel inflow pada aktivitas pendanaan diatas menunjukkan bahwa penggunaan

dana yang dibatasi penggunaanya sebesar 100%.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 71


Tabel outflow pada aktivitas pendanaan diatas menunjukkan bahwa terjadinya

signifikan pada pembayaran beban keuangan sebesar 43,45% dan insignifikan

pada pembayaran pinjaman jangka panjang sebesar 16,42%.

6.4 Analisis Rasio Arus Kas Perusahaan

Sehubungan dengan analisis arus kas, berbagai rasio keuangan dapat

digunakan adalah:

1. Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar

Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar digunakan untuk

mengukur likuiditas keuangan perusahaan. Secara khusus, rasio ini mengukur

seberapa besar arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan untuk menutupi

kewajiban lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin likuid

perusahaan. Untuk menghitung besarnya rasio arus kas operasi terhadap

kewajiban lancar (RAKOKL) dengan rumus:

Arus Kas Bersih Operasi


RAKOKL 
Kewajiban Lancar

Tabel 6.7Analisis rasio arus kas operasi kewajiban lancar PT Vale Indonesia

Arus Kas Bersih Kewajiban Lancar


Tahun RAKOKL
Operasi (US$ Ribu) (US$ Ribu)
2012 265.892 165.665 60,5
2013 265.892 168.900 57,42

Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia

mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 60,5% untuk

menutupi kewajiban lancar. Pada tahun 2013, perusahaan ini mampu

menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 57,42% untuk menutupi

kewajiban lancar. Ini mengindikasikan bahwa PT Vale Indonesia relatif likuid.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 72


Walaupun tidak standar baku yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas

dari rasio arus kas ini.

2. Rasio arus kas operasi terhadap total kewajiban

Rasio arus kas operasi terhadap total kewajiban digunakan untuk

mengukur solvabilitas keuangan perusahaan. Secara khusus, rasio ini

mengukur seberapa besar arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan untuk

menutupi seluruh kewajiban perusahaan, baik kewajiban lancar maupun

kewajiban tidak lancar. Semakin tinggi rasio ini maka semakin solvabel

perusahaan. Untuk menghitung besarnya rasio arus kas operasi terhadap total

kewajiban (RAKOTK) dengan rumus:

Arus Kas Bersih Operasi


RAKOTK 
Total Kewajiban

Tabel 6.8 Analisis rasio arus kas operasi total kewajiban PT Vale Indonesia

Arus Kas Bersih Operasi Total Kewajiban


Tahun RAKOTK
(US$ Ribu) (US$ Ribu)
2012 265.892 611.648 43,47
2013 265.892 566.853 46,9

Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk

Tabelmenunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia mampu

menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 43,47% untuk menutupi

total kewajiban. Sementara pada tahun 2013, perusahaan ini mampu

menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 46,90% untuk menutupi

total kewajiban. Ini mengindikasikan PT Vale Indonesia relatif solvabel.

Walaupun tidak standar baku yang dapat digunakan untuk mengukur

solvabilitas dari rasio arus kas ini.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 73


3. Rasio arus kas operasi terhadap total aktiva

Rasio arus kas operasi terhadap total aktiva digunakan untuk mengukur

solvabilitas keuangan perusahaan. Secara khusus, rasio ini mengukur seberapa

besar arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan untuk membiayai seluruh

aktiva perusahaan, baik aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar. Semakin

tinggi rasio ini maka semakin solvabel perusahaan. Untuk menghitung

besarnya rasio arus kas operasi terhadap total aktiva (RAKOTA) dengan

rumus:

Arus Kas Bersih Operasi


RAKOTA 
Total Aktiva

Tabel 6.9 Analisis rasio arus kas operasi terhadap total aktiva PT Vale Indonesia

Arus Kas Bersih Total Aktiva


Tahun RAKOTA
Operasi (US$ Ribu) (US$ Ribu)
2012 265.892 2.333.080 -11,39
2013 265.892 2.281.119 -11,65

Sumber: Laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia

mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 11,39% untuk

menutupi total aktiva. Sementara pada tahun 2013, perusahaan ini mampu

menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 11,65% untuk menutupi total

aktiva. Ini mengindikasikan bahwa PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

relatif solvabel. Walaupun tidak standar baku yang dapat digunakan untuk

mengukur solvabilitas dari rasio arus kas ini.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 74


BAB VII

ANALISIS RISIKO PT VALE INDONESIA Tbk

7.1 Analisis Resiko Jangka Pendek

Risiko likuiditas jangka pendek membutuhkan suatu pemahaman

tentang siklus operasi perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang dapat

digunakan untuk menilai risiko likuiditas jangka pendek adalah:

1. Rasio Lancar (current ratio)

Current ratio merupakan instrumen untuk mengukur tingkat likuiditas

suatu perusahaan. Semakin tinggi current ratio maka semakin likuid

suatu perusahaan dan semakin rendah risiko perusahaan. Perusahaan

baru bisa dikatakan liquid apabila CR > 2,00 dan margin of safety >

1,00. Dalam analisis likuiditas perusahaan pada tahun 2013 diperoleh

rasio lancar 3,30. Berdasarkan rasio lancar tersebut dapat disimpulkan

bahwa PT Vale Indonesia dapat dikatakan normal.

2. Rasio Cepat (quick ratio)

Quick ratio merupakan instrumen untuk mengukur tingkat likuiditas

suatu perusahaan. Semakin tinggi quick ratio maka semakin likuid

suatu perusahaan dan semakin rendah risiko perusahaan.Standar

normatif atas penilaian liquiditas perusahaan dengan menggunakan

quick ratio adalah 1,00. Dalam analisis liquiditas perushaan pada

tahun 2013 diperoleh rasio cepat 2,41. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa PT Vale Indonesian dapat dikatakan sangat

normal.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 75


3. Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar (operating cash

flow to current liabilities)

Rasio ini menunjukkan sejauhmana kas yang dihasilkan dari operasi

dapat menutupi kewajiban lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini

maka semakin rendah risiko yang dihadapi perusahaan. Dilihat dari

neraca dan laporan arus kas, perhitungan analisis arus kas, diperoleh

cash flow liquidity sebesar 1,57. Dimana idealnya nilai tersebut adalah

1, sehingga dapat dikatakan perusahaan mampu memenuhi kewajiban

yang jatuh tempo dalam periode tertentu.

7.2 Analisis Risiko Jangka Panjang

Risiko solvabilitas jangka panjang yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga dan anggaran

pinjaman atas utang jangka panjang dan untuk memenuhi kewajiban yang

segera jatuh tempo. Rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk

menilai risisko solvabilitas jangka panjang adalah:

1. Risiko utang jangka panjang (long-term debt ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar total utang yang digunakan

oleh perusahaan untuk membiayai aktivanya. Semakin besar rasio ini

maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Demikian

pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula

risiko yang dihadapi perusahaan. Dilihat dari neraca tahun 2013 PT

Vale Indonesia Tbk, perbandingan antara aktiva tetap dan utang

jangka panjang perusahaan adalah 4 : 1. Hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan tidak terlalu bergantung terhadap utang jangka panjang

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 76


untuk membiayai aktiva tetapnya. Di samping itu juga menunjukkan

bahwa kemampuan perusahaan untuk dapat memperoleh pinjaman

jangka panjang baru dengan jaminan aktiva cukup baik.

2. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar total utang yang dimiliki oleh

perusahaan jika dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar rasio ini

maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Demikian

pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula

risiko yang dihadapi perusahaan. Dari perhitungan rasio hutang

terhadap ekuitas diperoleh rasio sebesar 0,33 pada tahun 2013. Hal ini

menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi perusahaan cukup kecil, dan

apabila perusahaan ini mengalami likuidasi, masih terdapat kelebihan

ekuitas atas hutang yang harus dipenuhi.

3. Rasio kewajiban terhadap aktiva (liabilities to assets ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar utang yang digunakan untuk

membiayai aktiva perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin

besar pula risiko yang dihadapi perusahaan.Demikian pula sebaliknya,

semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula risiko yang dihadapi

perusahaan. Dilihat dari neraca tahun 2013 PT Vale Indonesia Tbk,

perbandingan total kewajiban terhadap aktiva tetap perusahaan adalah

1 : 3. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlalu bergantung

pada hutang untuk membiayai aktivanya. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa risiko PT Vale indonesia kecil.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 77


4. Rasio cakupan bunga (interest coverage ratio)

Rasio ini menunjukkan sejauhmana kemampuan perusahaan untuk

dapat menutupi atau memenuhi kewajiban bunga atas pinjamannya

kepada kreditor. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko

yang dihadapi perusahaan.Demikian pula sebaliknya, semakin kecil

rasio ini maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan.

Dari perhitungan rasio cakupan bunga perusahaan , diperoleh rasio

pada tahun 2013 sebesar 4,78. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan perusahaan dalam menutupi beban bunga dengan

menggunakan laba sebelum pajak dan bunga.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 78


BAB VIII

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PT VALE

INDONESIA Tbk

8.1 Analisis Univariat

Model univariat dalam prediksi kebangkrutan suatu perusahaan

digunakan untuk mengkaji hubungan antara rasio keuangan tertentu dengan

kebangkrutan suatu perusahaan. Atau dengan kata lain model univariat

mengkaji rasio keuangan secara parsial.

William Beaver menemukan enam rasio keuangan yang dianggap

mempunyai daya pembeda (discriminating power) yang sangat baik yang

dapat membedakan perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Keenam rasio

keuangan tersebut adalah:

a) Laba bersih sebelum depresiasi, deplesi, dan amortisasi terhadap total

kewajiban (net income before depreciation, depletion, & amortization to

total liabilities)

Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang, dimana

hasil pengukurannya menunjukkan besarnya arus kas dari kegiatan operasi

yang tersedia untuk dapat memenuhi seluruh kewajiban

perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi

perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko

bagi perusahaan

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 79


Tabel 8.1 . Penghitungan Rasio Laba bersih sebelum depresiasi, deplesi,

& amortisasi terhadap total kewajiban

Laba Bersih Depresiasi, Deplesi, Total Kewajiban


Tahun Rasio
(US$) amortisasi (US$) (US$)
2012 67.494 102.286 611.646 0,28
2013 38.652 110.748 566.853 0,26
Sumber : Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Rasio tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012, dari seluruh

kewajiban dapat dipenuhi dari arus kas operasi sebesar 28%. Sedangkan

pada tahun 2012, dari seluruh kewajiban dapat dipenuhi dari arus kas

operasi sebesar 26%. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko

jangka panjang perusahaan.

b) Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets)

Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana

hasil pengukurannya menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang

diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih.

Tabel 8.2.Penghitungan Rasio Laba bersih terhadap Total aktiva

Laba Bersih Total Aktiva


Tahun Rasio
(US$) (US$)
2012 2.333.080 0,03
67.494
2013 2.281.119 0,02
38.652
Sumber : Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang

diinvestasikan dapat menghasilkan laba bersih sebesar 3% pada Tahun

2012 sedangkan pada Tahun 2013 dapat menghasilkan laba bersih sebesar

2%. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas pada Tahun 2013

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 80


sebesar 1%. Semakin kecil rasio ini maka semakin kecil profitabilitas

perusahaan.

c) Total utang terhadap total aktiva (total debt to total assets)

Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang

perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan besarnya

pendanaan utang yang digunakan untuk membiayai seluruh aktiva

perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin besar risiko bagi

perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil risiko

bagi perusahaan.

Tabel 8.3. Penghitungan Rasio Total Utang terhadap Total aktiva

Total Utang Total Aktiva


Tahun Rasio
(US$) (US$)
2012 611.646 2.333.080 0,26

2013 566.853 2.281.119 0,25

Sumber : Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk


Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang

dimiliki perusahaan dibiayai dari utang sebesar 26% pada Tahun 2012

sedangkan pada Tahun 2013 dibiayai dari utang sebesar 25%. Hal ini

menunjukkan terjadi penurunan risiko jangka panjang pada Tahun 2013

sebesar 1%.

d) Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total

assets)

Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan,

dimana hasil pengukurannya menunjukkan struktur aktiva perusahaan.

Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 81


Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi

perusahaan.

Tabel 8.4. Penghitungan Rasio Modal kerja bersih terhadap total aktiva

Total Aktiva Total Kewajiban Total Aktiva


Tahun Rasio
lancar (US$) Lancar (US$) (US$)
2012 564.890 165.665 2.333.080 0,17

2013 557.495 168.900 2.281.119 0,17

Sumber : Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk


Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang

dimiliki perusahaan terdapat modal kerja bersih sebesar 17% pada Tahun

2012 sedangkan pada Tahun 2013 terdapat modal kerja bersih sebesar

17%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan atau

penambahan modal kerja bersih ditahun 2013.

e) Aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current assets to current

liabilities)

Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan,

dimana hasil pengukurannya menunjukkan besarnya aktiva lancar yang

tersedia untuk dapat memenuhi kewajiban lancar perusahaan.Semakin

besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya,

semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.

Tabel 8.5. Penghitungan Rasio Aktiva Lancar terhadap Kewajiban Lancar

Total Aktiva Total Kewajiban


Tahun Rasio
Lancar (US$) Lancar (US$)
2012 564.890 165.665 3,41

2013 557.495 168.900 3,30

Sumber : Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 82


Rasio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan dapat digunakan untuk menutupi kewajiban lancar

sebesar 341% pada Tahun 2012 sedangkan pada Tahun 2013 tersedia

aktiva lancar sebesar 330%. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan

risiko jangka pendek pada Tahun 2013 sebesar 11%.

f) Kas, surat-surat berharga, piutang usaha terhadap beban-beban operasi

tidak termasuk depresiasi, deplesi, dan amortisasi (cash, marketable

securities, account receivable to operating expenses excluding

depreciation, depletion, & amortization)

Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan,

dimana hasil pengukurannya menunjukkan tersedianya alat likuiditas

untuk dapat memenuhi beban-beban operasi tunai perusahaan.Semakin

besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya,

semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.

Tabel 8.6. Penghitungan Rasio Kas, surat-surat berharga (SSB), piutang usaha

terhadapbeban-beban operasi tidak termasuk depresiasi, deplesi, dan amortisasi

Kas + SBB + Depresiasi,


Beban-Beban
Tahun Piutang Usaha Deplesi, Rasio
Operasi (US$)
(US$) Amortisasi (US$)
2012 284.879 125.113
102.286
2013 265.922 117.341
110.748
Sumber : Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Rasio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap beban operasi

tunai perusahaan tersedia alat likuiditas sebesar 150% pada Tahun 2011

sedangkan pada Tahun 2012, untuk setiap beban operasi tunai perusahaan

tersedia alat likuiditas sebesar 254%

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 83


8.2 Analisis Multivariat Model Z – SCORE

Modelmultivariat merupakan suatu model yang mengkombinasikan

beberapa rasio keuangan secara bersama-sama (simultan) memprediksi

kebangkrutan suatu perusahaan. Model Z-Score merupakan salah satu

model multivariat telah dikembangkan oleh Edward Altman.

Dari hasil penelitian Altman menemukan lima rasio keuangan yang

dianggap paling baik membedakan perusahaan yang sehat dan bangkrut.

Kelima rasio keuangan tersebut adalah:

a) Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total

assets = X1)

Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana

hasil pengukurannya menunjukkan struktur aktiva perusahaan. Semakin

besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya,

semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.

b) Laba ditahan terhadap total aktiva (retained earnings to total assets = X2)

Rasio ini menunjukkan profitabilitas perusahaan, dimana hasil

pengukurannya menunjukkan tingkat penggunaan laba ditahan untuk

membiayai aktiva perusahaan.

c) Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva (earnings before

interest and taxes to total assets = X3)

Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil

pengukurannya menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang

diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi perusahaan.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 84


d) Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku kewajiban (market value of equity

to book value of liabilities = X4)

Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang perusahaan

serta penilaian terhadap profitabilitas, dimana hasil pengukurannya

menunjukkan struktur pendanaan yang digunakan untuk membiayai

seluruh aktiva perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin kecil

risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin

besar risiko bagi perusahaan.

e) Penjualan terhadap total aktiva (sales to total assets = X5)

Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil

pengukurannya menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang

diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.

Berdasarkan rasio keuangan tersebut sebagai variabel prediktor

ditemukan model prediksi sebagaimana ditunjukkan pada persamaan di

bawah.

Z  Score  1,2 X1  1,4 X 2  3,3 X 3  0,6 X 4  1,0 X 5

Tabel 8.7Standar Penilaian (Cut off point) Model Z-Score


Ukuran Keterangan

Z-Score < 1,81 Peluang bangkrut besar

Z-Score > 3,00 Peluang bangkrut kecil

1,81 ≤ Z-Score ≤ 3,00 Daerah abu-abu

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 85


Tabel 8.8. Penghitungan Z-Score Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
VARIABE NILAI NILAI KOEFISIE
NO AKUN Z-SCORE
L AKUN VARIABLE N
NWC 388.595
1 X1 0,170352796 1,2 0,20
TOTAL ASET 2.281.119

RETAINED EARNING 47.713


2 X2 0,020916489 1,4 0,03
TOTAL ASET 2.281.119

EBIT 55.459
3 X3 0,024312191 3,3 0,08
TOTAL ASET 2.281.119

MVE 2.041.905
4 X4 3,602177284 0,6 2,16
BVL 566.853

SALES 921.638
5 X5 0,4040289 1 0,40
TOTAL ASET 2.281.119
TOTAL 2,88
Sumber : Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk

Berdasarkan hasil perhitungan diatas z-score yg diperoleh PT Vale

Indonesia Tbk > cutoff point dimana z-score adalah 2,88 sementara cutoff

point adalah 1,81 ≤ Z-Score ≤ 3,00. Artinya PT Vale Indonesia Tbk

berpeluang bangkrut kecil.

8.3 Analisis Multivariat Model LOGIT

Salah satu Model Multivariat yang lain adalah Model Analisis

Logit (logit analysis) yang dikembangkan oleh James A. Ohlson. Model

ini dikembangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ohlson.

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh Ohlson adalah:

1) Menghitung serangkaian rasio keuangan

2) Mereduksi sejumlah rasio keuangan kemudian memilih rasio

yang paling baik membedakan perusahaan yang bangkrut dan

tidak bangkrut.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 86


3) Menetapkan koefisien untuk setiap variabel prediktor yang

dilibatkan.

Pada model ini, Ohlson menemukan sembilan rasio keuangan

sebagai variabel prediktor yang dianggap paling baik yaitu:

a) Logaritma alam (ln) total aktiva terhadap Deflator GNP (natural log

of total assets to GNP implicit Price Deflator Index = SIZE)

b) Total kewajiban terhadap total aktiva (total liabilities to total assets =

TLTA)

c) Aktiva lancar kurang kewajiban lancar terhadap total aktiva (current

assets – current liabilities to total assets = WCTA)

d) Kewajiban lancar terhadap aktiva lancar (current liabilities to current

assets = CLCA)

e) Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets = NITA)

f) Dana dari operasi terhadap total kewajiban (funds from operations to

total liabilities = FUTL)

g) Variabel dummy yaitu bernilai satu jika laba bersih negatif selama dua

tahun terakhir dan bernilai nol jika tidak demikian (one if net income

was negative for the last two years and zero otherwise = INTWO)

h) Variabel dummy yaitu bernilai satu jika total kewajiban melebih total

aktiva dan bernilai nol jika tidak demikian (one if total liabilities

exceed total asset and zero otherwise = OENEG)

i) (Laba bersiht – Laba bersiht-1)/(│Laba bersiht│ +│Laba bersiht-1│) =

CHIN

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 87


Kriteria penilaian:

Cut off point = 3,8%, jadi jika p > 3,8% berarti perusahaan berpeluang

bangkrut. Berdasarkan kesembilan variabel prediktor tersebut, Ohlson

menetapkan fungsi multivariat sebagai berikut:

y  1,32  0,407( SIZE )  6,03(TLTA)  1,43(WCTA)  0,0757(CLCA)  2,37( NITA)


 1,83( FUTL)  0,285( INTWO )  1,72(OENEG)  0,521(CHIN )

Selanjutnya untuk menghitung peluang kebangkrutan dapat digunakan formulasi

sebagai berikut:

1
𝑝=
1 + 𝑒 −𝑦

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 88


Tabel 8.9 Perhitungan Fungsi Multivariat Model Ohlson
VARIA NILAI KOEFISI Y (MULTIVARIATE
NO AKUN NILAI AKUN
BEL VARIABEL EN FUNCTION)
TOTAL ASET 2.281.119
1 SIZE 8,81167233 -0,407 -3,59
GNP DEFLATOR 339,85

TOTAL LIABILITIES 566.853


2 TLTA 0,24849778 6,03 1,50
TOTAL ASET 2.281.119

NWC 388.595
3 WCTA 0,1703528 -1,43 -0,24
TOTAL ASET 2.281.119

CL 168.900
4 CLCA 0,30296236 0,0757 0,02
CA 557.495

NET INCOME 42.912


5 NITA 0,01881182 -2,37 -0,04
TOTAL ASET 2.281.119

NET OPERATING CASHFLOW 265.892


6 FUTL 0,46906694 -1,83 -0,86
TOTAL LIABILITIES 566.853

7 INTWO OBSERVED NET INCOME (+) 0 0,285 0,00

8 OENEG OBSERVED TL < TA 0 -1,72 0,00

NET INCOME T-1 (2012) 62.757


9 CHIN (0,19) -0,521 0,10
NET INCOME T (2013) 42.912

CONSTANTA -1,32
TOTAL -4,43
Sumber :
Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
1
𝑝= = 1,19%
1 + 2,718282−(−4,43)

Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa Profitability of Banckruptcy (p) lebih

kecil dari cuttof point, dimana profitabilitas adalah 1,19% sementara cuttof point adalah

3,8% berarti bahwa PT Vale Indonesia Tbk Berpeluang bangkryt kecil.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 89


PENUTUP

A. Kesimpulan

Dilihat dari segi aspek return, PT Vale Indonesia Tbk. memiliki rasio

profitabilitas yang baik (profit margin 32,9% dan ROA 15,09%). Dimana

kemampuan perusahaan menghasilkan laba baik berdasarkan tingkat penjualan

tertentu maupun berdasarkan tingkat aset tertentu cukup baik.Hal ini

menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berjalan dengan efisien. Jika dilihat

dari perputaran piutang (10,16 kali/tahun) dan rata-rata umur dari piutang menjadi

kas (35 hari) bisa dibilang rendah. Rata-rata umur piutang yang rendah

mengindikasikan kebijakan piutang yang terlalu ketat dan bisa menyebabkan

penurunan penjualan. Begitu pula dengan perputaran persediaan dan umur

persediaan, PT Ultrajaya Milk Industry memiliki perputaran persediaan sebesar

5,43 kali/tahun dan umur persediaan 66 hari. Hal ini mengindikasikan persediaan

perusahaan cukup lama tersimpan.Perputaran persediaan yang rendah

menunjukkan bahwa pengendalian persediaan perusahaan berjalan kurang

efektif.Maka kesimpulannya adalah PT Ultrajaya baik dalam aspek return-nya

walaupun ada beberapa rasio yang menunjukkan angka kurang baik namun hal itu

dapat diperbaiki dengan evaluasi dan pengelolaan yang semakin ditingkatkan.

B. Rekomendasi

 Manajemen

Dari hasil perhitungan rasio aktivitas menunjukkan bahwa umur piutang

dan perputaran persediaan terbilang rendah.Hal ini mengindikasikan bisa

jadi kebijakan piutang dan pengendalian persediaan kurang baik.Oleh

karena itu manajemen harus lebih bijak dalam membuat kebijakan

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 90


piutang dan mengendalikan persediaan agar perusahaan dapat

menghasilkan laba secara maksimal.

 Investor

Dari aspek return dapat terlihat bahwa perusahaan menghasilkan profit

margin dan ROA yang cukup baik, hal ini menunjukkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba juga baik. Maka dari itu, para investor

dapat mengambil keputusan untuk membeli saham PT Ultrajaya Milk

Industry.

 Kreditur

PT Ultrajaya Milk Industry tidak terlalu banyak menggunakan dana dari

kreditur, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan bisa mandiri.

Dengan begitu,seharusnya para kreditur dapat mempercayakan dananya

kepada perusahaan dan tidak perlu khawatir perusahaan nantinya tidak

mampu membayar hutang.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 91


DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Nasir, 2008, Analisa Laporan Keuangan, Bahan Ajar Mata Kuliah Analisis
Laporan Keuangan, Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi, PNUP,
Makassar.

PT Vale Indonesia Tbk. (2011 - 2013). Annual Report 2011. Indonesia.


Wild, John, K.R. subramanyam, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Sepuluh, Buku Satu, Alih Bahasa: Dewi Yanti, Jakarta: Salemba Empat.

Wild, John, K.R. subramanyam, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi


Sepuluh, Buku Dua, Alih Bahasa: Dewi Yanti, Jakarta: Salemba Empat.

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 92


LAMPIRAN
Laporan Keuangan PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2012-2013

Analisis Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk 93

Anda mungkin juga menyukai