Makalah Analsisis Laporan Keuangan PT VA
Makalah Analsisis Laporan Keuangan PT VA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
RINGKASAN EKSEKUTIF
KATA PENGANTAR
Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari kerja sama dan ketekunan penulis
untuk mengumpulkan sumber informasi yang terkait Analisis Laporan Keuangan
dan mealakukan analisis secara teoritis berdasarkan laporan keuangan PT Vale
Indonesia Tbk.
Terima kasih kepada pihak dosen yang telah memberikan bimbingan kepada
penulis dalam memberikan pemahaman mengenai pembuatan makalah yang baik.
Terima kasih pula sebanyak-banyanya kepada teman-teman yang memberikan
dukungan dan motivasi sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan
semoga makalah ini dapat dikembangkan menjadi lebih luas lagi dan mengoreksi
setiap kesalahan yang ada sesuai dengan teori akuntansi yang berlaku secara
umum, maupun dengan munculnya teori baru dalam lingkungan akuntansi yang
ada di indonesia maupun yang berlaku secara global.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................ i
Gambar Halaman
PENDAHULUAN
kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil
yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang.
unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke
likuidasi perusahaan .
metode atau teknik analisa yang tepat/sesuai dengan tujuan analisa. Dari hasil
PT. Vale Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan pertambangan yang ada di
Indonesia. PT Vale Indonesia Tbk, (“Perseroan”) didirikan pada tanggal 25 Juli 1968
menyetujui perubahan Anggaran Dasar Perseroan untuk mengubah nama Perseroan dari
PT International Nickel Indonesia Tbk menjadi PT Vale Indonesia Tbk. Selain dari
persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia perubahan nama ini juga telah
(“KESDM”), Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sesuai dengan suratnya No.
Perubahan nama ini sejalan dengan evolusi perseroan untuk lebih selaras dengan aktivitas
terasa asing. Tetapi, kiprah perusahaan pertambangan yang berkantor pusat di Brasil ini
antara bijih lateratik pada fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu di dekat
Sorowako di Sulawesi. Memang, sejak didirikan pada juli 1968, Vale beroperasi di bawah
Luas areal kontrak karya secara keseluruhan yang dikantongi Vale mencapai
190.510 hektar. Tidak heran jika Vale menjadi salah satu perusahaan pertambangan yang
berpengaruh di Indonesia.
Pada Triwulan pertama 2013, Vale berhasil mencatat laba sebesar USD31,5 juta.
Tahun ini, Vale menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar
kapasitas nominal tanur dari 75 mega watt (MW) menjadi 90 MW, setelah memastikan
pasokan listrik sudah memadai dengan beroperasinya PLTA Karebbe. Dari sisi produksi,
pada triwulan pertama tahun ini Vale mampu memproduksi 18.514 metrik ton nikel
dalam maatte.
Melihat hasil ini, pihak manajemen Vale tetap berkeyakinan bahwa perseroan
dapat mencapai target peningkatan produksi sebesar 10% lebih tinggi dibanding produksi
2012. Produksi triwulan pertama ini setidaknya 49% lebih tinggi dibanding produksi
periode yang sama tahun lalu sebesar 12.431 ton, dibanding produksi triwulan
sebelumnya (triwulan ke-4/2012), produksi kali ini menurun 13%, hal ini disebabkan
karena Vale melakukan aktifitas pemeliharaan pada salah satu tanur listrik. Begitu juga
dengan penjualan nikel matte yang mengalami penurunan dibanding triwulan keempat
tahun lalu yang mencapai 20.768 ton. Pada triwulan pertama 2013 penjualan sebasar
lau di mana 12.732 ton. Harga realisasi rata-rata nikel Vale pada triwulan pertama
2013,4% sedikit lebih tinggi dari harga pada triwulan pertama 2012 sebesar USD13.176
per ton.
Namun karena ketidakpastian ekonomi global berlanjut hingga awal tahun ini maka
harga realisasi rata-rata nikel Vale masih 12% lebih rendah dibanding triwulan pertama
2012 sebesar USD15.470 per ton. Rendahnya produksi di triwulanan pertama 2013
pada triwulan keempat 2012 menjadi USD258,4 juta pada triwulan pertama 2013.
Sedangkan beban pokok pendapatan Vale pada triwulan pertama 2012 juga sedikit
rendahnya penggunaan bahan bakar dan komponen bahan pembantu akibat rendahnya
minyak bakar bersulfur tinggi (HSFO) dengan biaya rata-rata USD103,05per barel pada
triwulan pertama 2013 dibanding triwulan sebelumnya sebesar 655.520 barel dengan
Pada triwulan pertama 2013 perseroan juga menggunaakan 14.433 kiloliter bahan
bakar diesel dengan biaya rata-rata USD085 per liter sementara pada triwulan
sebelumnya sebesar 15.108 kiloliter dengan biaya rata-rata USD0,86 per liter. Sementara
laba sebelum bunga pajak depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar USD74,0juta pada
triwulan pertama 2013. Dibanding depresiasi dan amortisasi sebelumnya, EBITDA yang
dicapai pada triwulan pertama 2013 adalah 13% lebih rendah karena menurunnya volume
penjualan.
perusahaan juga akan mengoptimalkan efisiensi melalui inovasi dan kebersamaan dan
Laporan No.A140226002/DC2/HSH/II/2014
2013, serta laporan laba- rugi komperhensif, laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas unutk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan suatu
maupun kesalahan.
Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan
penyajian maaterial.
untuk merancang prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi
Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan
Opini
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Vale Indonesia Tbk
tanggal 31 Desember 2013 serta kinerja keuangan dan arrus kas untuk tahun
Keuangan di Indonesia
JAKARTA
26 Februari 2014
untuk pertama kali pada tahun keuangan yang dimulai 1 Januari 2012.
uang fungsional dan menjabarkan seluruh mata uang asing ke mata uang
fungsionalnya.
primer dan sekunder. Mata uang fungsional dan mata uang pelaporan
Perseroan telah konsisten sejak pendirian Perseroan dan adalah Dolar AS.
prospektif.
Perseroan.
Perseroan.
dalam dua kelompok yaitu: aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar
merupakan sumber daya yang dengan mudah dialihkan menjadi kas dalam siklus
operasi perusahaan, seperti kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan biaya
dibayar dimuka. Aktiva tidak lancar merupakan sumber daya yang diperkirakan
aktiva juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) aktiva finansial (financial
assets), seperti surat-surat berharga, dan berbagai aktiva non operasi lainnya, dan
(2) aktiva operasi (operating assets), seperti kas, persediaan, piutang, peralatan,
bangunan, dll.
Tabel 2.1 Analisis aktivitas investasi PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013
Nilai(US$
Aktiva Ribu) Keterangan
Aktiva Lancar:
Kas dan Setara Kas 221.345 Aktiva Operasi
Kas yang dibatasi penggunaannya 4.181 Aktiva Operasi
Piutang Usaha
-Pihak Berelasi 96.696 Aktiva Operasi
Persediaan 143.293 Aktiva Operasi
Pajak Dibayar di muka
- Pajak Penghasilan Badan -
- Pajak Lainnya 116.865 Aktiva Operasi
keputusan investasi yang diambil oleh manajemen PT Vale Indonesia Tbk dan
meliputi:
2) Aktiva tidak lancar sebanyak lima komponen dengan nilai 1.717.615 yang
terdiri dari satu komponen sebagai aktiva finansial senilai 0,97% dari
keseluruhan aktiva tidak lancar serta empat komponen sebagai aktiva operasi
bahwa investasi jangka panjang perusahaan lebih didominasi oleh aktiva yang
senilai 25,81% dari keseluruhan nilai investasi dan lima komponen investasi
yang memiliki masa jatuh tempo satu tahun dan yang lebih dari satu tahun.
Analisis Common-Size
Aktivitas Investasi Tahun 2013
Jumlah Aktiva Lancar Jumlah Aktiva Tidak Lancar
26%
74%
kewajiban yaitu kewajiban lancar dan tidak lancar serta sewa guna usaha
pendanaan dan sumbernya. Secara garis besar, ada tiga jenis pendanaan bagi
perusahaan yaitu:
1. Pendanaan hutang
Nilai
(US$
Uraian Ribu) Keterangan
Liabilitas Jangka Pendek :
Utang Usaha
- Pihak-pihak berelasi 6.037 Kewajiban Operasi
- Pihak ketiga 59.736
Akrual 36.951 Kewajiban Operasi
Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek 14.173 Kewajiban Operasi
Utang Pajak 3.572 Kewajiban Operasi
Bagian lancar atas Pinjaman Bank Jangka Panjang 35.750 Kewajiban Pendanaan
Bagian lancar atas Liabilitas Imbalan Pascakerja 345 Kewajiban Operasi
Liabilitas atas Pembayaran Berbasis Saham 13 Kewajiban Pendanaan
Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya 1.438 Kewajiban Operasi
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 158.015
Liabilitas Jangka Panjang :
Pinjaman Bank Jangka Panjang 183.120 Kewajiban Pendanaan
Liabilitas Imbalan Pascakerja Jangka Panjang 21.567 Kewajiban Operasi
Liabilitas Pajak Tangguhan 161.037 Kewajiban Operasi
Provisi atas penghentian pengoperasian aset 44.909 Kewajiban Operasi
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 410.633
Jumlah Liabilitas 568.648
Sumber : Lampiran 1. Neraca PT Vale Indonesia Tbk
bunga.
yang longgar.
2. Pendanaan ekuitas
saham biasa, saham preferen, laba ditahan, dan ekuitas lainnya.Pendanaan ekuitas
juga dapat dibentuk dari beberapa komponen, seperti setoran pemegang saham,
pendanaan yang berisiko rendah karena tidak adanya beban tetap yang harus
Uraian Nilai
Modal Saham
- Modal Dasar 39.745.354.880
- Modal ditempatkan dan disetor penuh 136.413
Tambahan Modal Disetor 277.760
Saldo Laba:
- Dicadangkan 47.713
- Belum dicadangkan 1.281.776
Jumlah Ekuitas 1.743.662
Sumber: Lampiran 1. Neraca PT Vale Indonesia Tbk
pendanaan yang digunakan oleh PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2013
meliputi: pendanaan utang sebesar 25%, pendanaan ekuitas sebesar 75%, dan
pendanaan yang dominan berisiko rendah. Dapat dilihat pada Gambar 2.2.
75%
Gambar 2.2. Analisis common-size pendanaan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013
menghasilkan output berupa barang atau jasa yang kemudian menjualnya untuk
aktivitas operasi akan difokuskan pada analisis terhadap laba rugi dan komponen-
Analisis Common
Uraian Nilai Size
Pendapatan 721.071 100%
Beban Pokok Penjualan (605.242) -83,94%
Laba Kotor 115.829 16,06%
Pendapatan Lainnya (353) -0,05%
Beban Usaha 9.765 1,35%
Beban Lainnya 29.107 4,04%
Laba Usaha 77.310 10,72%
Biaya Keuangan 11.192 1,55%
Laba dari operasi yang dilanjutkan
sebelum
pajak penghasilan 66.118 9,17%
Beban Pajak Penghasilan 18.835 2,61%
dihasilkan laba kotor sebesar 16,06%, laba usaha sebesar 10,72%, laba sebelum
pajak penghasilan sebesar 9,17%, serta laba bersih juga sebesar 6,56%.
beban usaha juga cukup signifikan mempengaruhi laba usaha; laba sebelum pajak
penghasilan lebih besar dari laba usaha karena pendapatan non operasi bersih
mengalami surplus.
Beban Usaha
Beban Lainnya
Biaya Keuangan
90%
Beban Pajak Penghasilan
mengeluarkan beban pokok penjualan sebesar 90% dari keseluruhan biaya dan
beban, beban usaha dan beban pajak penghasilan masing-masing 1% dan 3%,
menpunyai alat pembayaran atau pun aktiva lancar yang lebih besar dari pada
hutang lancar atau hutang jangka pendek dan sebaliknya ”. Menurut Sutrisno,
melihat apakah perusahaan dalam keadaan likuid atau tidak likuid dapat dianalisis
Vale Indonesia Tbk, dapat diukur dengan menggunakan beberapa teknik analisis
sbb :
Dari diagram diatas ditunjukkan pada tahun 2012 aset lancar terdiri dari
30% kas dan setara kas, 3% kas yang dibatasi penggunaannya, 20% dari pihak-
pihak berelasi, 27% dari persediaan, 8% dari pajak penghasilan dibayar dimuka,
8% dari pajak lain-lain dibayar dimuka, 2% dari biaya dibayar dimuka dan uang
26%
23% Kas Yang Dibatasi
1% Penggunaannya
Gambar 3.1 Diagram Aset Lancar PT Vale Indonesia Tbk. Tahun 2013
dan setara kas, 3% kas yang dibatasi penggunaannya, 23% dari pihak-pihak
berelasi, 26% dari persediaan, 9% dari pajak penghasilan dibayar dimuka, 7% dari
pajak lain-lain dibayar dimuka, 1% dari biaya dibayar dimuka dan uang muka,
Gambar 3.1 Diagram Aset Lancar PT Vale Indonesia Tbk. Tahun 2012
Dari diagram diatas ditunjukkan pada tahun 2012 aset lancar terdiri dari 30% kas
dan setara kas, 3% kas yang dibatasi penggunaannya, 20% dari pihak-pihak
berelasi, 27% dari persediaan, 8% dari pajak penghasilan dibayar dimuka, 8% dari
pajak lain-lain dibayar dimuka, 2% dari biaya dibayar dimuka dan uang muka,
19%
Akrual
Gambar 3.3 Diagram Liabilitas Jangka Pendek PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2012
Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa liabilitas jangka pendek terdiri dari
7% utang bank, 41% utang usaha pihak ketiga, 19% akrual, 8% liabilitas imbalan
jangka pendek, 3% utang pajak, 21% bagian lancar atas pinjaman bank jangka
Gambar 3.4 Diagram Liabilitas Jangka Pendek PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2013
Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa liabilitas jangka pendek terdiri dari
3% utang bank, 32% utang usaha pihak ketiga, 23% akrual, 10% liabilitas imbalan
jangka pendek, 3% utang pajak, 27% bagian lancar atas pinjaman bank jangka
2. Ratio Analisis
a) Current Ratio
Assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau
memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Current Ratio =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Tbk dan Anak Perusahaan dalam kondisi likuid karena nilai rasio
lancar lebih besar dari 2,0, dimana pada tahun 2012 rasio lancarnya
b) Cash Ratio
yang paling likuid adalah kas dan surat berharga. Cash ratio
jangka pendek dengan kas dan surat berharga yang dapat segera
Investasi
Kewajiban
Kas & Setara Jangka Rasio
Tahun Lancar
Kas (US$Ribu) Pendek Kas
(US$Ribu)
(US$Ribu)
Cash ratio sebesar 1,04 pada tahun 2012 menunjukkan bahwa untuk
setiap $ 1,0 kewajiban lancar tersedia atau dijamin oleh Kas, setara kas,
dan Investasi Jk. Pendek sebesar $ 1,04 atau setiap Kewajiban Lancar
hanya dijamin sebesar 104% dari Kas, Setara Kas, dan Investasi Jangka
$ 1,0 kewajiban lancar tersedia atau dijamin oleh Kas, setara kas, dan
Investasi Jk. Pendek sebesar 1,18 atau setiap Kewajiban Lancar hanya
dijamin sebesar 118% dari Kas, Setara Kas, dan Investasi Jangka
Rasio Cair (Acid Ratio) atau sering pula disebut sebagai Rasio
lancar adalah aktiva lancar yang dapat dengan cepat diubah dalam
harus diterima.
yang sulit diubah menjadi kas. Rumus untuk menghitung Rasio Cair
Analisis Tren
No Rasio-rasio Likuiditas 2012 2013
Jumlah Persen
akibat dari penurunan aktiva lancar sebesar 1,33% lebih rendah dari
kurang baik.
Cash ratio mengalami peningkatan ditahun 2013 sebesar 0,14 kali atau
lebih baik.
kurang baik.
Tabel 3.7 Pendapatan Bersih dan piutang usaha PT Vale Indonesia Tbk.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
$ 921. 638
= $ 112.640+$ 65.902
= 10,32 𝑘𝑎𝑙𝑖
2
2. Inventory Liquidity
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
3. Current Liabilities
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 = 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑𝐶𝑂𝐺𝑆 + 𝐸𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
+ 𝐵𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
$ 779.455
= $ 79.059+$ 75.515
= 10 𝑘𝑎𝑙𝑖
2
usaha.
dalam menilai kemampuan perusahaan PT. Vale Indonesia Tbk. untuk memenuhi
A. Kerangka Pembahasan
Analisis Solvabilitas
Perusahaan
Menganalisis Menganalisis
Solvabilitas Solvabilitas
Struktur Cakupan
modal Laba
perusahaan perusahaan
beberapa alat analisis, seperti rasio leverage keuangan, rasio total hutang
terhadap total modal, rasio total hutang terhadap ekuitas, rasio hutang
jangka panjang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka pendek terhadap total
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐿𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎
Tahun Total Aktiva (U$ ribu) Total Ekuitas Saham Biasa (U$ ribu) RLK
2012 2.333.080 1.721.434 1,36
2013 2.281.119 1.714.266 1,33
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
setiap U$ 1,36 aktiva didanai dari ekuitas sebesar U$ 1,00 dan sisannya
U$ 0,36 dibiayai dari hutang. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012,
PT. Vale Indonesia Tbk dalam posisi keuangan yang relatif solvabel
karena hutang lebih kecil dari ekuitas. Pada tahun 2013, setiap U$ 1,33
aktiva didanai dari ekuitas sebesar U$ 1,00 dan sisanya U$ 0,33 didanai
dari hutang. Seperti pada tahun2012, pada tahun 2013 PT. Vale Indonesia
Tbk dalam posisi keuangan yang relatife solvabel karena hutang lebih
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
Tahun Total Hutang (U$ ribu) Total Modal (U$ ribu) RTHTM
2012 611,646 2.333.080 0.26
2013 566,853 2.281.119 0.25
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
lainnya sebesar 74%. Begitupun pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Tahun Total Hutang (U$ ribu) Total Ekuitas (U$ ribu) RTHE
2012 611,646 1.721.434 0,36
2013 566,853 1.714.266 0,33
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
komposisi hutang dan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk adalah 0.36. Ini
dan berarti bahwa masih terdapat margin of safety sebesar 64%. Demikian
juga pada tahun 2013, komposisi hutang dan ekuitas PT Vale Indonesia
0,33 hutang dan berarti masih terdapat margin of safety sebebsar 67%.
dan 2013 cenderung solvabel karena pendanaan hutang lebih kecil dari
pendanaan ekuitas.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔𝐽𝑘. 𝑃𝑗𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑗𝑘. 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔/𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
hutang jangka panjang dan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk sebesar 0,26.
hutang jangka panjang dan berarti bahwa masih terdapat margin of safety
sebesar 74%. Sedangkan pada tahun 2013, komposisi hutang dan ekuitas
1,00 ekuitas berbanding U$ 0,23 hutang jangka panjang dan berarti bahwa
menggunakan rumus:
Tbk sebesar 0,27. Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 total hutang
terdapat U$ 0,27 hutang jangka pendek atau dengan kata lain seluruh
dan sisanya berupa hutang jangka panjang sebesar 73%. Demikian pula
pada tahun 2013, komposisi hutang jangka pendek terhadap total hutang
1,00 total hutang terdapat U$ 0,30 hutang jangka pendek atau dengan kata
lain seluruh hutang yang dimiliki PT Vale Indonesia, 30% berupa hutang
panjang.
yang digunakan oleh perusahaan pada periode tertentu. Berikut tabel dan
7%
19%
74%
Gambar 4.1.Analisis Common-size struktur modal PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012.
7%
18%
75%
Gambar 4.2.Analisis Common-size struktur modal PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013.
Tabel 4.6 , Gambar 4.1 dan Gambara 4.2 diatas menunjukkan bahwa
panjang yang terdiri dari kewajiban tidak lancar sebesar 19% dan
pendanaan ekuitas sebesar 74%. Demiikian juga pada tahun 2013, PT Vale
kewajiban tidak lancar sebesar 18% dan pendanaan ekuitas sebesar 75%.
menghadapi resiko yang relatif rendah. Oleh karena itu dapat dikatakan
Pada analisis ini dapat digunakan beberapa metode seperti rasio laba
bunga (times interest earned ratio), dan rasio arus kas terhadap beban
rumus:
Sumber: Arus Kas dan Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
sebesar 0,710 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga
menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 71% dari
beban tetap yang harus ditanggung. Demikian pula pada tahun 2013,
sebesar 0,445 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga
menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 44% dari
beban tetap.
seberapa besar laba yang tersedia untuk menutupi bebang bunga. Untuk
Indonesia Tbk mampu menghasilkan laba 6,90 kali dari beban bunga
yang harus ditanggung. Demikian pula pada tahun 2013, perusahaan ini
mampu menghasilkan laba 4,78 kali dari beban bunga yang harus
ditanggung.
pendanaan hutangnya.
beban bunga dapat ditutupi oleh arus kas dari operasi sebelum bunga dan
menggunakan rumus:
2013.
Sumber: Laporan Arus Kas dan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
sebesar 7,66 kali dari beban bunga dan pajak yang harus ditanggung.
sebelum bungan dan pajak sebesar 20,26 kali ddari beban bunga dan
2012 dan 2013, PT Vale Indonesia Tbk relatif solvabel karena mampu
menghasilkan kas yang memadai untuk menutupi beban bunga dan pajak
tersedia untuk menutupi beban tetap. Untuk menghitung rasio arus kas
2013.
Sumber: Laporan Arus Kas dan Laba rugi PT Vale Indonesia Tbk.
sebesar 0,53 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini menunjukkan
bahwa arus kas operasi mampu menutupi 53% dari beban tetap yang harus
menghasilkan kas dari aktivitas perusahaan sebesar 1,69 kali dari beban
tetap yang harus ditanggung.Ini juga menunjukkan bahwa arus kas operasi
pendapatan usaha maupun pendapatan bukan dari usaha. Pada bagian ini akan
berikut:
menjadi dua, yaitu pendapatan usaha (operasi) dan pendapatan bukan dari usaha
perusahaan yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa hasil produksi
seperti hasil penjualan aset, hasil investasi eksternal yang bersifat jangka pendek
1. Pertumbuhan penjualan
2. Pertumbuhan aset
3. Profitabilitas
satu lini bisnis dan ada pula yang lebih dari satu unit bisnis (terdiversifikasi).Pada
perusahaan yang memiliki satu lini bisnis biasanya sumber pendapatan usahanya
sumber pendapatan.
size atas pendapatan PT Vale Indonesia Tbk dalam suatu diagram sebagaimana
Analisis Common-Size
PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2012
Pendapatan
100%
Gambar 5.1. Analisis common-size pendapatan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012
Pendapatan
100%
tahun sama dengan tahun 2012 dimana sumber pendapatan 100% dari
penambangan nikel.
Analisis tren pada PT Vale Indonesia Tbk. dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
Sumber: Laporan Laba Rugi Tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 PT Vale Indonesia Tbk.
1400000
1200000
1000000
800000 Tahun
200000
0
1 2 3 4 5
usaha PT Vale Indonesia Tbk.Selama tiga tahun sejak periode 20011 hingga 2013
mengalami penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2012 yang
hasil operasi serta berguna dalam memprediksi kinerja di masa yang akan datang.
pada tahun 2013, volume penjualan menurun yang diikuti dengan penurunan
pendapatan bersih.
Biaya merupakan komponen utama yang membentuk laba atau rugi yang
dialami oleh perusahaan. Pada bagian ini akan disajikan analisis terhadap biaya-
terhadap harga pokok penjualan diperlukan dalam rangka menganalisis laba kotor
disebut marjin laba kotor. Marjin laba kotor (gross profit margin) menunjukkan
dilakukan. Untuk menghitung besarnya margin laba kotor (gross profit margin)
Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba kotorpada PT Vale Indonesia
Tabel 5.5 Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba kotorpada PT Vale
Indonesia Tbk
Pendapatan Bersih Beban Pokok Pendapatan Margin Laba
Tahun
($ Ribu) ($ Ribu) Kotor (%)
2012 967.327 800.622 17,23
2013 921.638 781.744 15,18
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
dapatmenghasilkan laba kotor sebesar 17,23% sedangkan pada tahun 2013, setiap
laporan laba rugi, penurunan marjin laba kotor ini disebabkan oleh adanya
penurunan pendapatan bersih sebesar 4,72% yang diikuti penurunan beban pokok
pendapatan yang lebih rendah yaitu sebesar 2,36%. Ini juga mengindikasikan
non operasi terutama beban-beban finansial atas pendanaan yang dilakukan oleh
perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba operasi (operating
perusahaan untuk memperoleh laba operasi atas penjualan yang dilakukan. Marjin
laba operasi juga sekaligus untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran atas
Tabel 5.6 Analisis beban pokok pendapatan dan marjin laba kotor operasi
pada PT Vale Indonesia Tbk
Pendapatan Beban Pokok Beban Operasi Margin Laba
Tahun
Bersih ($ Ribu) Pendapatan ($ Ribu) ($ Ribu) Operasi (%)
2012 967.327 800.622 12.613 15,93%
2013 921.638 781.744 13.041 13,76%
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
setiap penjualan dapat menghasilkan laba operasi sebesar 13,76%. Jadi pada tahun
2013, PT Vale Indonesia Tbk mengalami penurunan marjin laba operasi. Untuk
laba kotor dengan marjin laba operasi. Perbandingan antara marjin laba kotor
Tabel 5.7 Perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi
PT Vale Indonesia Tbk
No Jenis Ukuran Profitabilitas 2012 2013 Perubahan
1 Marjin Laba Kotor 17,23% 15,18% -2,05%
2 Marjin Laba Operasi 15,93% 13,76% -2,17%
Sumber: Tabel 5.5 dan 5.6
profitabilitas di atas, baik marjin laba kotor maupun marjin laba operasi
mengalami penurunan. Penurunan marjin laba operasi lebih besar dari penurunan
beban-beban operasi sebesar 3,28%. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2013,
perusahaan sehubungan dengan kegiatan pendanaan dan kegiatan lain yang tidak
profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba bersih
Analisis beban non operasi dan marjin laba bersih padaPT Vale Indonesia Tbk
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap penjualan dapat
menghasilkan laba bersih sebesar 11,05% sedangkan pada tahun 2013, setiap
penjualan menghasilkan laba bersih sebesar 7,61%. Jadi pada tahun 2013, PT
Vale Indonesia Tbk mengalami perunanan marjin laba bersih. Untuk mengetahui
marjin laba operasi, dan marjin laba bersih. Perbandingan antara ketiga ukuran
Tabel 5.9 Perbandingan antara ketiga margin laba PT Vale Indonesia Tbk.
No Jenis Ukuran Profitabilitas 2012 2013 Perubahan
1 Marjin Laba Kotor 17,23% 15,18% -2,05%
2 Marjin Laba Operasi 15,93% 13,76% -2,17%
3 Marjin Laba Bersih 11,05% 7,61% -3,44%
Sumber: Tabel 5.5, tabel 5.6, dan tabel 5.8
profitabilitas di atas, baik marjin laba kotor, marjin laba operasi, maupun marjin
laba bersih mengalami penurunan. Namun penurunan marjin laba bersih lebih
besar dari penurunan laba marjin laba kotor dan marjin laba operasi. Ini
juga didasarkan atas investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan
akan menghasilkan output berupa barang atau jasa, kemudian output tersebut
dihasilkan laba.
invested capital).
Apabila konsep modal yang diinvestasikan berdasarkan total aset maka hasil
pengukuran adalah pengembalian atas aset atau yang lebih dikenal sebagai return
on total assets (ROA). Hasil pengukuran ini adalah relevan untuk mengukur
Perhitungan ROA pada PT Vale Indonesia Tbk ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap aset yang
digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 4,58% dan pada tahun 2013, setiap
Laba
ROA atau ROI
Aktiva
Analisis ROA atau ROI pada PT Vale Indonesia Tbk ditunjukkantabel di bawah.
Tabel 5.11 Analisis ROA atau ROI pada PT Vale Indonesia Tbk.
Laba Bersih Total Aset (US $ ROA atau
Tahun
(US $ Ribu) Ribu) ROI (%)
2012 91.423 2.333.080 3,92%
2013 55.459 2.281.119 2,43%
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk
Pada perhitungan di atas, total aset digunakan data satu periode masing-
masing. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap aset yang
digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 3,92% dan pada tahun 2013, setiap
aset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 2,43%. Dengan demikian,
bahwa perunan ROA atau ROI di atas sebagai akibat dari penurunan laba bersih
sebesar 4,72% yang diikuti oleh penurunan aset yang lebih rendah yaitu sebesar
2%. Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan asettidak begitu produktif dalam
shareholders’ equity (ROCE) juga lebih dikenal sebagai return on equity (ROE)
merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.
neraca dua periode kemudian dibagi dua. Rata-rata ekuitas dapat juga didasarkan
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap ekuitas saham
Sedangkan pada tahun 2013, setiap ekuitas saham biasa yang digunakan mampu
menghasilkan laba bersih sebesar 13,39%. Jika dibandingkan antara tahun 2012
bahwa penurunan ROCE atau ROE di atas sebagai akibat dari penurunan laba
bersih sebesar 4,72% yang tidak diikuti oleh perubahan ekuitas saham biasa. Jadi
Arus kas perusahaan menunjukkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu
perusahaan. Oleh karena itu, arus kas perusahaan terdiri atas komponen arus kas
masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow). Posisi arus kas suatu
perusahaan dapat dalam bentuk surplus atau defisit. Surplus arus kas artinya
terdapat kelebihan arus kas masuk atas arus kas keluar dan sebaliknya defisit arus
kas artinya terdapat kelebihan arus kas keluar atas arus kas masuk.
dapat melaporkan arus kas operasi dengan menggunakan salah satu dari dua
metode, yaitu metode lansung dan metode tidak langsung. Perbedaan kedua
1. Metode langsung
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan. Metode ini
Metode tidak langsung merupakan metode dimana laba atau rugi bersih
operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban
dalam menganalisis laporan arus kas. Namun di sisi lain, lebih sederhana
digunakan untuk membandingkan nilai arus kas setiap aktivitas bisnis antara
dua periode atau lebih. Analisis ini juga biasa disebut analisis tren yang
berguna untuk mengetahui perkembangan arus kas setiap aktivitas bisnis, baik
8,02%. Arus kas bersih dari aktivitas operasi tidak mengalami surplus dari tahun
pembelian aset tetap sebesar 4,40%. Sehingga arus kas yang diperoleh dari
membandingkan arus kas dari ketiga aktivitas bisnis perusahaan untuk periode
tertentu. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sinergi ketiga aktivitas bisnis
Inflow
common size
Keterangan
2013 %
Total 1.017.544
Outflow
common size
Keterangan
2013 %
Total 75.1296
Pada tabel inflow di atas menunjukkan bahwa kegiatan operasi tahun 2013 sehat
Berikut ini merupakan diagram dari operating cash inflow dan operating cash
Pengembalian Pajak
95% Penghasilan Badan
Pengembalian Pajak
Lainnya
Pembayaran Lain
outflow
common size
Keterangan 2013 %
Pembayaran Untuk Pembelian Aset tetap 140.487 100
Total 140.487
Inflow pada analisis vertikal terhadap aktivitas investasi tahun 2013 tidak ada.
inflow
common size
Keterangan 2013 %
Penggunaan Dana yang Dibatasi Penggunaanya 42.854 100
Total 42.854
outflow
common size
Keterangan 2013 %
Pembayaran Dividen 49.314 21,6
Penempatan Dana yang Dibatasi Penggunaanya 42.244 18,5
Pembayaran Pinjaman Jangka Panjang 37.500 16,42
Pembayaran Beban Keuangan 99.192 43,45
Total 228.250
digunakan adalah:
seberapa besar arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan untuk menutupi
kewajiban lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin likuid
Tabel 6.7Analisis rasio arus kas operasi kewajiban lancar PT Vale Indonesia
mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 60,5% untuk
menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 57,42% untuk menutupi
mengukur seberapa besar arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan untuk
kewajiban tidak lancar. Semakin tinggi rasio ini maka semakin solvabel
perusahaan. Untuk menghitung besarnya rasio arus kas operasi terhadap total
Tabel 6.8 Analisis rasio arus kas operasi total kewajiban PT Vale Indonesia
menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 43,47% untuk menutupi
menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 46,90% untuk menutupi
Rasio arus kas operasi terhadap total aktiva digunakan untuk mengukur
besar arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan untuk membiayai seluruh
aktiva perusahaan, baik aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar. Semakin
besarnya rasio arus kas operasi terhadap total aktiva (RAKOTA) dengan
rumus:
Tabel 6.9 Analisis rasio arus kas operasi terhadap total aktiva PT Vale Indonesia
mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 11,39% untuk
menutupi total aktiva. Sementara pada tahun 2013, perusahaan ini mampu
menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 11,65% untuk menutupi total
aktiva. Ini mengindikasikan bahwa PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
relatif solvabel. Walaupun tidak standar baku yang dapat digunakan untuk
baru bisa dikatakan liquid apabila CR > 2,00 dan margin of safety >
normal.
neraca dan laporan arus kas, perhitungan analisis arus kas, diperoleh
cash flow liquidity sebesar 1,57. Dimana idealnya nilai tersebut adalah
pinjaman atas utang jangka panjang dan untuk memenuhi kewajiban yang
pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula
Rasio ini menunjukkan seberapa besar total utang yang dimiliki oleh
pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula
terhadap ekuitas diperoleh rasio sebesar 0,33 pada tahun 2013. Hal ini
semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula risiko yang dihadapi
kepada kreditor. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko
rasio ini maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan.
INDONESIA Tbk
dapat membedakan perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Keenam rasio
total liabilities)
perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko
bagi perusahaan
kewajiban dapat dipenuhi dari arus kas operasi sebesar 28%. Sedangkan
pada tahun 2012, dari seluruh kewajiban dapat dipenuhi dari arus kas
operasi sebesar 26%. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko
2012 sedangkan pada Tahun 2013 dapat menghasilkan laba bersih sebesar
2%. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas pada Tahun 2013
perusahaan.
perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil risiko
bagi perusahaan.
dimiliki perusahaan dibiayai dari utang sebesar 26% pada Tahun 2012
sedangkan pada Tahun 2013 dibiayai dari utang sebesar 25%. Hal ini
sebesar 1%.
d) Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total
assets)
Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan.
perusahaan.
Tabel 8.4. Penghitungan Rasio Modal kerja bersih terhadap total aktiva
dimiliki perusahaan terdapat modal kerja bersih sebesar 17% pada Tahun
2012 sedangkan pada Tahun 2013 terdapat modal kerja bersih sebesar
liabilities)
besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya,
semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
sebesar 341% pada Tahun 2012 sedangkan pada Tahun 2013 tersedia
besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya,
semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Tabel 8.6. Penghitungan Rasio Kas, surat-surat berharga (SSB), piutang usaha
tunai perusahaan tersedia alat likuiditas sebesar 150% pada Tahun 2011
sedangkan pada Tahun 2012, untuk setiap beban operasi tunai perusahaan
a) Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total
assets = X1)
besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya,
semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
b) Laba ditahan terhadap total aktiva (retained earnings to total assets = X2)
c) Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva (earnings before
risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin
bawah.
EBIT 55.459
3 X3 0,024312191 3,3 0,08
TOTAL ASET 2.281.119
MVE 2.041.905
4 X4 3,602177284 0,6 2,16
BVL 566.853
SALES 921.638
5 X5 0,4040289 1 0,40
TOTAL ASET 2.281.119
TOTAL 2,88
Sumber : Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Indonesia Tbk > cutoff point dimana z-score adalah 2,88 sementara cutoff
tidak bangkrut.
dilibatkan.
a) Logaritma alam (ln) total aktiva terhadap Deflator GNP (natural log
TLTA)
assets = CLCA)
e) Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets = NITA)
g) Variabel dummy yaitu bernilai satu jika laba bersih negatif selama dua
tahun terakhir dan bernilai nol jika tidak demikian (one if net income
was negative for the last two years and zero otherwise = INTWO)
h) Variabel dummy yaitu bernilai satu jika total kewajiban melebih total
aktiva dan bernilai nol jika tidak demikian (one if total liabilities
CHIN
Cut off point = 3,8%, jadi jika p > 3,8% berarti perusahaan berpeluang
sebagai berikut:
1
𝑝=
1 + 𝑒 −𝑦
NWC 388.595
3 WCTA 0,1703528 -1,43 -0,24
TOTAL ASET 2.281.119
CL 168.900
4 CLCA 0,30296236 0,0757 0,02
CA 557.495
CONSTANTA -1,32
TOTAL -4,43
Sumber :
Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
1
𝑝= = 1,19%
1 + 2,718282−(−4,43)
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa Profitability of Banckruptcy (p) lebih
kecil dari cuttof point, dimana profitabilitas adalah 1,19% sementara cuttof point adalah
A. Kesimpulan
Dilihat dari segi aspek return, PT Vale Indonesia Tbk. memiliki rasio
profitabilitas yang baik (profit margin 32,9% dan ROA 15,09%). Dimana
dari perputaran piutang (10,16 kali/tahun) dan rata-rata umur dari piutang menjadi
kas (35 hari) bisa dibilang rendah. Rata-rata umur piutang yang rendah
5,43 kali/tahun dan umur persediaan 66 hari. Hal ini mengindikasikan persediaan
walaupun ada beberapa rasio yang menunjukkan angka kurang baik namun hal itu
B. Rekomendasi
Manajemen
Investor
margin dan ROA yang cukup baik, hal ini menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba juga baik. Maka dari itu, para investor
Industry.
Kreditur