Anda di halaman 1dari 6

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Angela Delviani Jehadun


1514150002
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Kristen Indonesia
Angeladelvi28@gmail.com

I. LATAR BELAKANG
Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak lepas dari berbagai
aktivitas yang dapat menyebabkan bertambahnya kuantitas limbah cair dari
waktu ke waktu sehingga menyebabkan banyak terjadi pencemaran yang
menimbulkan kerugian bagi manusia itu sendiri dan lingkungan (Vera Andiese,
2011). Limbah adalah buangan atau material sisa yang dianggap tidak memiliki
nilai yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik
(rumah tangga). Sedangkan limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau
kegiatan yang berwujud cair baik berasal dari rumah tangga, industri, air tanah,
air permukaan serta buangan lainnya. Pada proses pengolahan limbah cair yang
tidak sempurna akan memicu dampak negatif seperti membahayakan kesehatan
manusia, menimbulkan kerusakan ekosistem termasuk mencemari tanah, air, dan
udara serta dapat merusak keindahan atau estetika, (Wagini, dkk, 2002). Untuk
mengatasi masalah limbah cair yang diketahui berbahaya ini diperlukan usaha-
usaha dalam pengolahan limbah cair sehingga memenuhi persyaratan baku mutu
yang digunakan untuk mengendalikan kualitas limbah cair yang boleh dibuang ke
badan air penerima yaitu sesuai peraturan tentang baku mutu air limbah.

II. METODE
Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi literatur di mana
penulis mereview sepuluh artikel penelitian terdahulu mengenai pengolahan
limbah cair.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan air limbah adalah suatu upaya untuk mengurai kandungan
bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi,
mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yang terdapat di alam. Dilihat dari bahan baku dan proses
produksinya, tentunya limbah cair yang dihasilkan mengandung zat organik tinggi
namun beracun, logam berat dan partikel yang tidak mudah mengendap, sehingga
diperlukan pengolahan limbah yang cocok (Rieke dan Handaru, 2017).
Pengolahan limbah cair sudah seharusnya melalui beberapa langkah pengolahan
sebelum dibuang ke lingkungan atau kembali dimanfaatkan dalam proses
produksi agar tidak menimbulkan dampak buruk yang merugikan manusia dan
lingkungan
Terdapat berbagai cara dan metode pengolahan limbah cair yang cocok
dan baik sebagai upaya menanggulangi dampak buruk dari limbah cair. Pada
penelitian dengan judul pengolahan limbah cair industri tahu menjadi pupuk
organik cair dengan penambahan effektive mikroorganisme-4 (EM-4) didapati
hasil bahwa pengolahan limbah cair tahu menjadi pupuk organik cair dengan
penambahan efektifitas mikroorganisme–4 terdapat kadar Nirogen-total (0,47%),
Kadar Posfor (0,03%), kadar Kalium (0,10%) dan kadar C-Organik (1,36%) dan
sudah bisa digunakan pada tanaman karena telah memenuhi unsur hara tetapi
belum memenuhi persyaratan minimal pupuk organik cair. Pada penelitian lain
yaitu peneltian pengolahan limbah cair industri minuman ringan dengan sistem
oxydation ditch menyimpulkan bahwa pengolah limbah dengan sistem oxydation
ditch (oksidasi parit yaitu reaktor berupa parit atau saluran panjang berbentuk
oval yang dilengkapi satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi limbah) dapat
digunakan untuk pengolahan limbah cair dari pabrik minuman ringan sejenis
karena sudah dibawah baku mutu limbah cair dengan kandungan BOD yang tidak
terlalu tinggi serta efisiensi yang dicapai sebesar 96,875%, COD 96%, TSS 80%,
Oil & grease 75%, TDS tetap 1200 ppm.
Penelitian pengolahan limbah cair agar aman jika dibuang ke lingkungan
juga dibuktikan pada penelitian pengolahan limbah cair pabrik kecap secara
koagulasi dan flokulasi dan penelitian pengolahan limbah cair industri susu. Pada
dua penelitian ini ditemukan hasil bahwa penggunaan koagulan dengan dosis yang
tepat pada air hasil pengolahan dapat memenuhi kualitas baku mutu air buangan
sesuai dengan standart baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan sehingga air
hasil pengolahan aman jika dibuang ke lingkungan. Penelitian serupa adalah
peneltian efektifitas pengolahan limbah cair industri asbes menggunakan flokulan
dan adsorben. Penelitian ini menyimpulkan bahwa limbah cair industri asbes
dapat diolah dengan penambahan flokulan yang lebih unggul yaitu tawas
dibandingkan flokulan lain seperti FeSO4 dan PAC sedangkan dari adsorben yang
digunakan yaitu karbon aktif karena lebih unggul dari zeolit.
Terdapat beberapa peneltian mengenai pengolahan limbah cair dengan
menggunakan metode pengolahan seperti skema IPAL, metode kolam oksidasi,
dan metode wetlands. Pada peneltian pengolahan limbah cair industri batik
sebagai salah satu percontohan IPAL batik di Yogyakarta dengan tujuan untuk
menghilangkan kandungan padatan tersuspensi, koloid, dan bahan-bahan organik
yang terlarut, disimpulkan bahwa skema IPAL pada ‘X’ batik dapat menurunkan
kadar pencemar pada industri batik. Nilai BOD, COD, TSS dan pH tidak melebihi
ambang batas baku mutu lingkungan sehingga aman apabila dibuang ke
lingkungan, sedangkan untuk nilai parameter minyak dan lemak belum memenuhi
baku mutu sehingga perlu penanganan limbah sebelum masuk skema IPAL
tersebut. Metode pengolahan limbah cair selain skema IPAL yaitu pada peneltian
pengolahan limbah cair rumah tangga dengan metode kolam oksidasi. Kolam
oksidasi yaitu serangkaian kolam (kolam penampung endapan awal, kolam
fakultatif dan kolam pematangan yang masing-masing kolam memiliki fungsi
fungsi tertentu) yang bertujuan untuk menjernihkan limbah cair sehingga tidak
berbahaya bagi lingkungan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kolam
oksidasi merupakan suatu salah satu cara yang bisa digunakan dalam mengelola
limbah cair yang berasal dari rumah tangga karena konstruksi nya sederhana,
mudah dirancang dan efisien. Selain itu tanaman air khususnya tanaman eceng
gondok sangat membantu proses pengolahan limbah pada kolam oksidasi karena
dapat menyerap senyawa nitrogen dan fosfor dari air yang tercemar.
Selanjutnya adalah penelitian pengolahan limbah cair rumah sakit dan
organik dengan metode wetlands, menyimpulkan bahwa dalam penelitian pada
RSU Jember Klinik metode wetlands layak untuk digunakan dalam instalasi
pengolahan limbah cair dengan tingkat penurunan COD pada wetlands sebesar
61,9% dari 84 mg/L menjadi 32 mg/L selama waktu 9 jam. Kinerja metode
wetlands dapat maksimal menurunkan kandungan tinggi limbah cair disebabkan
adanya proses penyerapan oleh tanaman air dan media tanah, pasir, serta batuan
kerikil yang terdapat pada bak wetlands. Menurut Senki Galuh (2018) hampir
semua jenis tanaman air dapat digunakan untuk proses penurunan kadar
berbahaya limbah cair. Salah satu peneltian pengolahan limbah cair dengan
memanfaatkan tanaman air adalah peneltian pengolahan air limbah domestik
dengan menggunakan tanah gambut dan tanaman air. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tanah gambut, eceng gondok, dan kiambang dapat digunakan sebagai
bahan untuk mengolah air limbah. Pada penelitian ini tanah gambut mereduksi
polutan BOD dan COD sedangkan tanaman air mereduksi polutan TSS, dan
amoniak. Kombinasi pengolahan menggunakan tanah gambut dan tanaman air
memiliki kadar kandungan terbaik untuk mengolah limbah air domestik.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa limbah cair akan membawa
dampak yang buruk bagi masyarakat dan lingkungan apabila limbah cair tersebut
dibuang atau diolah tanpa melalui proses pengolahan yang baik dan benar.
Dampak buruk tersebut antara lain timbulnya berbagai jenis penyakit, pencemaran
tanah, air, dan udara serta dapat merusak keindahan lingkungan. Untuk itu
diperlukan penangan atau pengelolaan limbah yang benar setelah melalui proses
pengolahan untuk menghilangkan bahan-bahan berbahaya yang terkandung
didalam limbah cair tersebut sehingga limbah bisa dimanfaatkan lagi atau aman
jika dibuang ke lingkungan. Dari hasil review penelitian terdahulu terdapat cara-
cara dan metode pengolahan limbah cair yang bisa kita terapkan yaitu antara lain
pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk tanaman, penggunaan tanaman air untuk
mengurangi kadar berbahaya dari limbah cair, penggunaan koagulan dengan dosis
yang tepat, penambahan flokulan unggul seperti tawas dan adsorben seperti
karbon aktif serta penggunaan beberapa metode pengolahan limbah cair seperti
skema IPAL, metode kolam oksidasi, dan metode wetlands agar air limbah aman
dibuang ke lingkungan dan tidak merugikan masyarakat.
Saat ini masih banyak proses produksi yang menghasilkan limbah cair dan
membawa dampak yang buruk. Dari hal ini penulis memberi saran agar pemilik
produksi harus mengetahui sumber dan bagaimana proses pencemaran limbah cair
itu terjadi, serta langkah yang baik dan benar dalam penyelesaian masalah limbah
cair tersebut.

V. DAFTAR PUSTAKA
Andiese, V. W. (2011). Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga Dengan Metode
Kolam Oksidasi .
Galuh, S. D. (2018). Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dan Organik Dengan
Metode WETLANDS (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Jember Klinik dan
Rumah Pemotongan .
Indrayani, L. (2018). Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Sebagai Salah Satu
Percontohan Ipal Batik Di Yogyakarta
Indriyati, & Susanto, J. (2009). Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kecap Secara
Koagulasi dan Flokulasi.
Indriyati, & Susanto, J. (2009). Pengolahan Limbah Cair Industri Minuman
Ringan.
Nainggolan, R., Pratama, A., Lopang, I., & Kusumawati, E. (2017). Pengolahan
Air Limbah Domestik Dengan Menggunakan Tanah Gambut dan Tanaman
Air .
Nasir, M., & Saputro, E. (2015). Manajemen Pengelolaan Limbah Industri.
R, W., Karyono, & Budi, A. (2002). Pengolahan Limbah Cair Industri Susu.
Samsudin, W., Selomo, M., & Natsir, F. (2018). Pengolahan Limbah Cair
Industri Tahu Menjadi Pupuk Organik Cair Dengan Penambahan Efektive
Mikroorganisme-4 (Em-4).
Yuliastuti, R., & Cahyono , H. (2017). Efektifitas Pengolahan Limbah Cair
Industri Asbes Menggunakan Flokulan dan Adsorben.
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-limbah.html

Anda mungkin juga menyukai