Skizofrenia Paranoid
Penguji :
dr. Isa M Noor, MSc , Sp.KJ (K)
dr. Savitri Wulandari, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
JAKARTA
2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN JAKARTA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL JAKARTA
Jl. RS Fatmawati, Pd. Labu, cilandak – Jakarta Selatan
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN JAKARTA
SMF ILMU JIWA
RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Nama : Kameri
NIM : 1710221054
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : Tn. TS
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 01 Agustus 1995
Usia : 23 tahun
Alamat : Jakarta Utara
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Belum menikah
1
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis :
Tanggal 06 Oktober 2018, pukul 09: 00 WIB, di bangsal Puri Nurani
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Tanggal 07 Oktober 2018, pukul 16.00 WIB, di bangsal Puri Nurani
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis :
Tanggal 06 September 2018, pukul 21:00 WIB, via telepon
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke IGD RSJSH dibawa oleh keluarganya dikarenakan
sering mengganggu atau terkadang memukul keluarga dan orang sekitar
sejak 1 minggu SMRS tanpa alasan yang jelas.
2
malam hari pasien mendengar bisikan – bisikan. bisikan tersebut juga
menyuruh pasien untuk melukai dirinya dengan silet dan menganggu atau
memukul orang disekitarnya. Pada saat itu pasien tidak menuruti perintah
dari bisikan – bisikan tersebut, pasien hanya berkata “ udah udah “ beberapa
kali sambil menutup telinga. Kakak dan ibu pasien sering kesal dan
memarahi pasien. Saat dimarahi biasanya pasien hanya diam. kakak pasien
juga mengatakan bahwa pasien sering berbicara bahwa orang – orang
membenci dirinya. 1 minggu SMRS keluhan – keluhan yang dirasakan
pasien tampak semakin jelas. keluarga pasien sudah semakin terganggu
dengan perilaku pasien.
Kakak pasien mengatakan, keluhan yang dialami pasien saat ini
timbul setelah pasien tidak mengkonsumsi obatnya secara rutin. Sejak
kurang lebih 3 bulan terakhir pasien sudah berhenti mengkonsumsi obat
risperidon dikarenakan tidak ada keluarga yang bisa mengantar pasien
berobat. Sejak saat itu gejala pada pasien semakin parah.
Setelah pasien menjalani 25 hari perawatan di ruang rawat inap puri
nurani RSJSH, pasien tampak lebih tenang. Pasien juga mengatakan bahwa
suara – suara berupa bisikan sudah berkurang. Pasien tidak ada perasaan
gembira ataupun sedih yang berlebihan. Pasien hanya merasa sedih jika
ditanyakan mengenai keluarganya karena pasien mengaku rindu dengan
ayah, ibu, dan kakaknya. Pasien juga mengatakan bahwa banyak teman –
teman di bangsal baik denganya. Pasien tidak mencoba melukai diri atau
melakukan ide bunuh diri. Saat ini pasien masih tidak menyadari bahwa
dirinya mengalami gangguan kejiwaan. Pasien merasa sehat dan ingin
pulang.
3
Pertengahan tahun 2016, Pasien pertama kali berobat rawat jalan
di RSUD Koja karena keluhan sulit tidur, sering menyendiri, lebih
menyukai tempat gelap, terlihat berbicara sendiri, sulit diajak
komunikasi dan melukai diri dengan menyilet tangannya. Saat
ditanyakan alasan pasien menyilet tangannya, pasien menjawab ada
bisikan yang menyuruhnya. Keluarga pasien tidak tahu penyebab pasien
sering menyendiri bahkan sampai melukai diri sendiri. Gejala – gejala
tersebut muncul tiba – tiba. Saat itu pasien sudah tidak bekerja. Dan
pasien tidak pernah di rawat inap sebelumnya. Pasien hanya rutin
berobat jalan ke rs koja untuk mengambil obat setiap bulannya.
Pada tahun 2018 (3 bulan yang lalu) keluarga pasien sudah tidak
mengatar pasien untuk berobat lagi dikarenakan tidak ada yang
mengantar untuk berobat. Sejak saat itu keluhan pasien semakin
memberat. Pasien semakin sering meyendiri , berbicara sendiri, tidak
bisa tidur dan mendengar bisikan – bisikan yang tidak didengar orang
lain berupa suara marah – marah atau suara yang memerintah pasien
untuk menganggu/ memukul keluarga atau orang sekitar. Keluhan
semakin bertambah parah seiring berjalannya waktu. Sehingga saat ini
pasien di bawa berobat ke IGD RSJSH oleh keluarganya.
4
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Keterangan:
tahun 2016 : pasien memiliki keluhan sulit tidur, sering menyendiri
terutama di tempat gelap, terlihat berbicara sendiri, sulit diajak
komunikasi dan melukai diri dengan menyilet tangannya.
Halusinasi auditorik (+).
Tahun 2017 : pasien membaik, namun sudah tidak bekerja karena
pasien menarik diri. Namun pasien masih bisa membantu pekerjaan
dirumah. Pasien masih rutin control dan mengkonsumsi obat rawat
jalan.
Juni- agustus 2018 : keadaan pasien mulai membaik. Halusinasi (-
), waham (-). keluarga pasien tidak lagi membeli obat karena
masalah pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan.
September 2018 : gejala pasien semakin memberat. Halusinasi (+),
waham (+). Pasien mencoba memukul istrinya.
5
mengandung tidak ditemukan adanya masalah, dengan lahir secara
spontan, dan tidak ada komplikasi selama persalinan.
3. Riwayat Pendidikan
6
Prestasi pasien di sekolah kurang baik. Setelah tamat SMP,
pasien tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA dikarenakan pasien
lebih memilih bekerja dibandingkan bersekolah.
4. Riwayat Pekerjaan
Tahun 2009 (usia 15 tahun) bekerja di SMPK Penabur sebagai
cleaning service selama 2 bulan
2011- 2014 bekerja di Steam motor dekat rumah selama 2 tahun
6. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien belum menikah sampai saat ini. Pasien juga belum
pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis karena sikap pasien yang
pemalu.
8. Riwayat sosial
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Saat ini pasien
tinggal bersama kedua orangtua dan kakaknya di Jakarta utara. Pasien
merupakan anak yang pemalu, pendiam, dan lebih sering berpergian
sendiri, kakak pasien juga mengatakan tidak pernah ada teman dekat
pasien yang kerumah selama masa sekolah, pasien dekat dengan
7
anggota keluarganya dan dikenal sebagai anak yang penurut. Namun
setelah timbul gangguan jiwa pasien lebih sering melawan orangtua.
RIWAYAT KELUARGA
Genogram
Keterangan :
= laki-laki = tinggal dalam satu
rumah
= perempuan = pasien
= meninggal
Kesan: didalam keluarga berdasarkan Genogram tidak ada yang memiliki keluhan
yang sama ataupun riwayat gangguan jiwa seperti pasien.
8
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Pasien merasa dirinya hanya orang biasa, pasien merasa dirinya
bukan siapa - siapa. Pasien hanya ingin bekerja dan mendapatkan
penghasilan yang cukup untuk keluarganya.
B. ALAM PERASAAN
1. Mood : Hipotim
9
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : (+) halusinasi auditorik
2. Ilusi : (-) tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) tidak ada
4. Derealisasi : (-) tidak ada
D. FUNGSI INTELEKTUAL
Taraf Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
10
- Jangka Baik (pasien mengingat kegiatan yang dilakukannya sejak
Pendek pagi tadi di rumah sakit jiwa)
- Segera Baik (pasien dapat mengingat nama dokter muda yang
mewawancarai)
Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan pisang dan
apel)
Visuospasial Tidak dilakukan
Kemampuan Baik (pasien dapat makan, minum, dan buang air sendiri)
Menolong Diri
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : sedikit
b. Kontinuitas : koheren
c. Hendaya bahasa : tidak ada gangguan
2. Isi pikir
a. Waham : (-) tidak ada
b. Preokupasi : (-) tidak ada
c. Obsesi : (-) tidak ada
d. Fobia : (-) tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik. Saat di wawancara pasien tampak tenang.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada
teman-temannya selama di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada
perawat dan dokter.
11
2. Uji daya nilai : tidak terganggu (jika pasien menemukan dompet dijalan
yang didalamnya terdapat ktp, pasien akan mengembalikan dompet
tersebeut ke alamtnya atau memberikan ke pihak yang berwajib)
3. Daya nilai realitas : terganggu, karena pasien mengalami halusinasi
auditorik dan waham kejar.
H. TILIKAN
Derajat 1, karena pasien tidak tahu bahwa dirinya sakit
I. REALIABILITAS
Dapat dipercaya
12
Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak ada trismus, tonsil
normal T1/T1, tonsil-faring tidak hiperemis
Leher : tidak teraba adanya pembesaran KGB dan tiroid
Paru
- Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi sela iga
- Palpasi : gerakan dada simetris kanan sama dengan kiri, taktil
fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara nafas normovesikuler di seluruh lapang paru,
tidak terdapat ronkhi dan wheezing pada kedua paru
Jantung
- Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
- Palpasi: ictus cordis teraba
- Perkusi: batas jantung DBN
- Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi: bentuk datar
- Auskultasi: bising usus normoperistaltik
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba membesar
- Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedeme, CRT < 2 detik
B. STATUS NEUROLOGIK
Saraf kranial : dalam batas normal
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : tidak ada
Motorik : tidak terganggu
Sensibilitas : dalam batas normal
13
Fungsi luhur : tidak terganggu
Gejala EPS : akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor (-
), distonia (-), tardive diskinesia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperiksa
14
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus
Perhatian Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat
digolongkan kedalam:
15
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan alloanamnesis (keluarga
pasien), pasien cenderung orang yang pendiam dan jarang berkomunikasi
dengan orang lain. Pasien lebih suka menyendiri dan tidak pernah
menceritakan masalahnya kepada orang lain. Pasien cenderung tertutup
mengenai hal hal yang berkaitan dengan dirinya maka pasien memiliki ciri
kepribadian skizoid.
16
Aksis V : GAF current : 40 – 31
GAF HLPY : 60 – 51
X. PENATALAKSAAN
1. Rawat inap, dengan indikasi :
- Timbulnya tindakan agitasi
- Dapat membahayakan orang lain
- Mencegah pasien melakukan tindakan kekerasan
- Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
- Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
- Istri pasien sudah tidak sanggup merawat sendiri
2. Psikofarmaka
- Risperidon 2x2 mg PO
3. Psikoedukasi
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami
pasien, rencana terapi, efek samping pengobatan, dan prognosis
penyakit
- Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut
serta dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang
diberi dan kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk
memperbaiki kualitas hidup pasien.
17
- Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga akan
membantu keadaan pasien, menambah keluarga atau orang yang dapat
ikut serta mengawasi kondisi dan minum obat pasien.
4. Psikoterapi Suportif
- Ventilasi: pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.
- Sugesti: menanamkan kepada pasien bahwa keluhan-keluhannya akan
hilang atau dapat dikendalikan.
- Reassurance: memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat
sangat penting untuk menghilangkan halusinasi dan pikiran-pikiran
pasien yang tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Sosioterapi
- Menganjurkan pasien untuk beraktivitas dirumah dan bersosialisasi
dengan tetangga.
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam (tidak ada tanda gangguan mental
organik).
Quo ad functionam : Dubia ad bonam (selama minum obat, gejala terkontrol
sehingga pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari).
Quo ad sanationam : Dubia ad malam (karena terdapat masalah juga dalam
primary support group).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Yang Memperingan:
Tidak ada penyakit organik
18