Anda di halaman 1dari 19

Status Ujian

Skizofrenia Paranoid

Disusun Oleh: Kameri


NIM: 1710221054

Penguji :
dr. Isa M Noor, MSc , Sp.KJ (K)
dr. Savitri Wulandari, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEJIWAAN


RUMAH SAKIT JIWA SOEHARTO HEERDJAN
PERIODE 10 SEPTEMBER – 12 OKTOBER 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
JAKARTA
2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN JAKARTA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL JAKARTA
Jl. RS Fatmawati, Pd. Labu, cilandak – Jakarta Selatan

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN JAKARTA
SMF ILMU JIWA
RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan

Nama : Kameri
NIM : 1710221054

Nama Pasien : Tn. TS


Masuk RS pada tanggal : 12 September 2018
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Datang dibawa ibu, ayah dan kakaknya
Riwayat Perawatan : Ini merupakan pertama kalinya pasien
dirawat di rumah sakit jiwa.

I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : Tn. TS
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 01 Agustus 1995
Usia : 23 tahun
Alamat : Jakarta Utara
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Belum menikah

1
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis :
 Tanggal 06 Oktober 2018, pukul 09: 00 WIB, di bangsal Puri Nurani
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
 Tanggal 07 Oktober 2018, pukul 16.00 WIB, di bangsal Puri Nurani
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan

Alloanamnesis :
 Tanggal 06 September 2018, pukul 21:00 WIB, via telepon

A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke IGD RSJSH dibawa oleh keluarganya dikarenakan
sering mengganggu atau terkadang memukul keluarga dan orang sekitar
sejak 1 minggu SMRS tanpa alasan yang jelas.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Pasien datang ke IGD RSJSH pada tanggal 12 September 2018
dibawa oleh keluarganya dikarenakan sering menganggu atau terkadang
memukul keluarga dan orang sekitar sejak 1 minggu SMRS tanpa lasan
yang jelas. Saat ditanya kenapa hendak menganggu atau memukul, pasien
mengatakan ada suara yang menyuruhnya. Sejak 1,5 tahun terakhir, pasien
tampak lebih senang menyendiri terutama ditempat gelap dan sering
melawan orangtua. Pasien juga tampak kehilangan minat untuk melakukan
aktivitas sehari – hari seperti berhenti bekerja dan jarang mandi. kakak
pasien juga mengatakan bahwa pasien sering berbicara sendiri tapi tidak
jelas apa yang dibicarakan. Pasien masih dapat berkomunikasi dengan baik
sejak 6 bulan SMRS dan namun apabila ditanya terkadang pasien hanya
diam atau jawabannya 1-2 kata saja. Kakak pasien juga mengatakan pasien
sering berbicara bahwa orang orang membenci dirinya. Pasien juga mulai
mengalami sulit tidur sejak 2 bulan SMRS karena pasien mengaku saat

2
malam hari pasien mendengar bisikan – bisikan. bisikan tersebut juga
menyuruh pasien untuk melukai dirinya dengan silet dan menganggu atau
memukul orang disekitarnya. Pada saat itu pasien tidak menuruti perintah
dari bisikan – bisikan tersebut, pasien hanya berkata “ udah udah “ beberapa
kali sambil menutup telinga. Kakak dan ibu pasien sering kesal dan
memarahi pasien. Saat dimarahi biasanya pasien hanya diam. kakak pasien
juga mengatakan bahwa pasien sering berbicara bahwa orang – orang
membenci dirinya. 1 minggu SMRS keluhan – keluhan yang dirasakan
pasien tampak semakin jelas. keluarga pasien sudah semakin terganggu
dengan perilaku pasien.
Kakak pasien mengatakan, keluhan yang dialami pasien saat ini
timbul setelah pasien tidak mengkonsumsi obatnya secara rutin. Sejak
kurang lebih 3 bulan terakhir pasien sudah berhenti mengkonsumsi obat
risperidon dikarenakan tidak ada keluarga yang bisa mengantar pasien
berobat. Sejak saat itu gejala pada pasien semakin parah.
Setelah pasien menjalani 25 hari perawatan di ruang rawat inap puri
nurani RSJSH, pasien tampak lebih tenang. Pasien juga mengatakan bahwa
suara – suara berupa bisikan sudah berkurang. Pasien tidak ada perasaan
gembira ataupun sedih yang berlebihan. Pasien hanya merasa sedih jika
ditanyakan mengenai keluarganya karena pasien mengaku rindu dengan
ayah, ibu, dan kakaknya. Pasien juga mengatakan bahwa banyak teman –
teman di bangsal baik denganya. Pasien tidak mencoba melukai diri atau
melakukan ide bunuh diri. Saat ini pasien masih tidak menyadari bahwa
dirinya mengalami gangguan kejiwaan. Pasien merasa sehat dan ingin
pulang.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik

3
Pertengahan tahun 2016, Pasien pertama kali berobat rawat jalan
di RSUD Koja karena keluhan sulit tidur, sering menyendiri, lebih
menyukai tempat gelap, terlihat berbicara sendiri, sulit diajak
komunikasi dan melukai diri dengan menyilet tangannya. Saat
ditanyakan alasan pasien menyilet tangannya, pasien menjawab ada
bisikan yang menyuruhnya. Keluarga pasien tidak tahu penyebab pasien
sering menyendiri bahkan sampai melukai diri sendiri. Gejala – gejala
tersebut muncul tiba – tiba. Saat itu pasien sudah tidak bekerja. Dan
pasien tidak pernah di rawat inap sebelumnya. Pasien hanya rutin
berobat jalan ke rs koja untuk mengambil obat setiap bulannya.
Pada tahun 2018 (3 bulan yang lalu) keluarga pasien sudah tidak
mengatar pasien untuk berobat lagi dikarenakan tidak ada yang
mengantar untuk berobat. Sejak saat itu keluhan pasien semakin
memberat. Pasien semakin sering meyendiri , berbicara sendiri, tidak
bisa tidur dan mendengar bisikan – bisikan yang tidak didengar orang
lain berupa suara marah – marah atau suara yang memerintah pasien
untuk menganggu/ memukul keluarga atau orang sekitar. Keluhan
semakin bertambah parah seiring berjalannya waktu. Sehingga saat ini
pasien di bawa berobat ke IGD RSJSH oleh keluarganya.

2. Riwayat Gangguan Medik


Menurut keterangan keluarga , Pasien tidak pernah kejang
ataupun kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala. Pasien tidak
pernah mengkonsumsi obat obatan tertentu secara rutin, kecuali obat
dari RS Koja.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien merokok. Riwayat mengkonsumsi alkohol disangkal,
riwayat menggunakan NAPZA disangkal.

4
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

2016 2017 2018

Keterangan:
 tahun 2016 : pasien memiliki keluhan sulit tidur, sering menyendiri
terutama di tempat gelap, terlihat berbicara sendiri, sulit diajak
komunikasi dan melukai diri dengan menyilet tangannya.
Halusinasi auditorik (+).
 Tahun 2017 : pasien membaik, namun sudah tidak bekerja karena
pasien menarik diri. Namun pasien masih bisa membantu pekerjaan
dirumah. Pasien masih rutin control dan mengkonsumsi obat rawat
jalan.
 Juni- agustus 2018 : keadaan pasien mulai membaik. Halusinasi (-
), waham (-). keluarga pasien tidak lagi membeli obat karena
masalah pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan.
 September 2018 : gejala pasien semakin memberat. Halusinasi (+),
waham (+). Pasien mencoba memukul istrinya.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien anak kedua dari dua bersaudara, pasien termasuk anak
yang direncanakan dan diinginkan oleh orangtuanya. Saat ibu pasien

5
mengandung tidak ditemukan adanya masalah, dengan lahir secara
spontan, dan tidak ada komplikasi selama persalinan.

2. Riwayat Perkembangan Kepribadian


a) Masa Kanak Awal (0 – 3 tahun)
Pasien merupakan anak yang aktif, dengan proses tumbuh
kembang sesuai dengan anak-anak seusianya, dalam hal berbicara,
berjalan, bergerak motorik maupun sensorik tidak ada
keterlambatan.

b) Masa Kanak Menengah (3 – 11 tahun)


Prestasi pasien di sekolah kurang baik namun pasien masih
dapat naik kelas. Pasien adalah anak yang baik, penurut, pendiam,
lebih suka menyendiri, tidak pernah mau menceritakan masalahnya.

c) Masa Kanak Akhir (pubertas dan remaja)


Pasien bersekolah hanya sampai lulus SMP. Hubungan
dengan anggota keluarga baik. Menurut kakak pasien, pasien tidak
memiliki teman dekat, pasien lebih memilih berpergian sendiri.
Pasien tidak melanjutkan sekolahnya karena lebih memilih bekerja
dibandingkan bersekolah.
d) Masa Dewasa (> 18 tahun)
Pasien cenderung menjadi orang yang pendiam dan jarang
berkomunikasi dengan orang lain. Pasien lebih suka menyendiri dan
tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang lain.

3. Riwayat Pendidikan

6
Prestasi pasien di sekolah kurang baik. Setelah tamat SMP,
pasien tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA dikarenakan pasien
lebih memilih bekerja dibandingkan bersekolah.

4. Riwayat Pekerjaan
 Tahun 2009 (usia 15 tahun) bekerja di SMPK Penabur sebagai
cleaning service selama 2 bulan
 2011- 2014 bekerja di Steam motor dekat rumah selama 2 tahun

5. Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien beragama Islam. Sebelum sakit, pasien rajin beribadah
terutama pada saat di rawat inap pasien lebih sering beribadah.

6. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien belum menikah sampai saat ini. Pasien juga belum
pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis karena sikap pasien yang
pemalu.

7. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum,
dan tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan
hukum.

8. Riwayat sosial
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Saat ini pasien
tinggal bersama kedua orangtua dan kakaknya di Jakarta utara. Pasien
merupakan anak yang pemalu, pendiam, dan lebih sering berpergian
sendiri, kakak pasien juga mengatakan tidak pernah ada teman dekat
pasien yang kerumah selama masa sekolah, pasien dekat dengan

7
anggota keluarganya dan dikenal sebagai anak yang penurut. Namun
setelah timbul gangguan jiwa pasien lebih sering melawan orangtua.

RIWAYAT KELUARGA

Genogram

Keterangan :
= laki-laki = tinggal dalam satu
rumah

= perempuan = pasien

= meninggal

Kesan: didalam keluarga berdasarkan Genogram tidak ada yang memiliki keluhan
yang sama ataupun riwayat gangguan jiwa seperti pasien.

8
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Pasien merasa dirinya hanya orang biasa, pasien merasa dirinya
bukan siapa - siapa. Pasien hanya ingin bekerja dan mendapatkan
penghasilan yang cukup untuk keluarganya.

III. STATUS MENTAL


(Pemeriksaan pada tanggal 06, 07 oktober 2018)
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan : pasien seorang laki-laki, berusia 23 tahun, tampak terawat
dan sesuai usia pasien
2. Kesadaran neurologik : compos mentis
3. Perilaku dan psikomotor
 Sebelum wawancara : pasien didalam posisi duduk hanya diam dan
cukup tenang
 Selama wawancara : pasien dalam posisi duduk terlihat bingung
tetapi cukup tenang di hadapan pemeriksa. Terdapat kontak mata
saat wawancara dengan pemeriksa. Tidak ada perlambatan gerakan.
Semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik oleh pasien.
 Setelah wawancara : pasien tetap dalam posisi duduk, tetap diam
dan tenang
4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif terhadap pemeriksa
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : spontan, artikulasi kurang jelas, intonasi dan
volume pelan, sedikit lambat
b. Gangguan berbicara : tidak terdapat hendaya atau gangguan
berbicara

B. ALAM PERASAAN
1. Mood : Hipotim

9
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : serasi

C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : (+) halusinasi auditorik
2. Ilusi : (-) tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) tidak ada
4. Derealisasi : (-) tidak ada

D. FUNGSI INTELEKTUAL
Taraf Pendidikan Sekolah Menengah Pertama

Pengetahuan Umum Baik


Kecerdasan Rata - rata
Konsentrasi dan Konsentrasi sedang (saat diminta untuk menjawab
Perhatian pengurangan 100-7 pasien bisa menjawab, saat dikurang 7
lagi pasien merasa kesulitan. Pasien tidak bisa mengeja
kata dunia dari depan maupun belakang.
Orientasi Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam
- Waktu hari)

- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ dr.


Soeharto Heerdjan Grogol)
- Orang Baik (pasien mengetahui sedang diwawancarai oleh
seorang dokter muda dan pasien dapat menghafal beberapa
teman kamarnya)
Daya Ingat
- Jangka Baik (pasien dapat mengingat riwayat pendidikan)
Panjang

10
- Jangka Baik (pasien mengingat kegiatan yang dilakukannya sejak
Pendek pagi tadi di rumah sakit jiwa)
- Segera Baik (pasien dapat mengingat nama dokter muda yang
mewawancarai)
Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan pisang dan
apel)
Visuospasial Tidak dilakukan

Kemampuan Baik (pasien dapat makan, minum, dan buang air sendiri)
Menolong Diri

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : sedikit
b. Kontinuitas : koheren
c. Hendaya bahasa : tidak ada gangguan
2. Isi pikir
a. Waham : (-) tidak ada
b. Preokupasi : (-) tidak ada
c. Obsesi : (-) tidak ada
d. Fobia : (-) tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik. Saat di wawancara pasien tampak tenang.

G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada
teman-temannya selama di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada
perawat dan dokter.

11
2. Uji daya nilai : tidak terganggu (jika pasien menemukan dompet dijalan
yang didalamnya terdapat ktp, pasien akan mengembalikan dompet
tersebeut ke alamtnya atau memberikan ke pihak yang berwajib)
3. Daya nilai realitas : terganggu, karena pasien mengalami halusinasi
auditorik dan waham kejar.

H. TILIKAN
Derajat 1, karena pasien tidak tahu bahwa dirinya sakit

I. REALIABILITAS
Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
 Keadaan umum
- Kesan gizi : normal (berat badan 53.3 kg, tinggi badan 169 cm)
- Indeks Massa Tubuh : 18,6 kg/m2
- Kesadaran : compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
 Tanda vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 88 kali/menit
- Frekuensi napas : 20 kali/menit
- Suhu : 36,50C
 Kulit : sawo matang, tidak ada ikterik, tidak ada sianosis, turgor kulit
baik
 Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
rontok
 Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-

12
 Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
 Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak ada trismus, tonsil
normal T1/T1, tonsil-faring tidak hiperemis
 Leher : tidak teraba adanya pembesaran KGB dan tiroid
 Paru
- Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi sela iga
- Palpasi : gerakan dada simetris kanan sama dengan kiri, taktil
fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara nafas normovesikuler di seluruh lapang paru,
tidak terdapat ronkhi dan wheezing pada kedua paru
 Jantung
- Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
- Palpasi: ictus cordis teraba
- Perkusi: batas jantung DBN
- Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
- Inspeksi: bentuk datar
- Auskultasi: bising usus normoperistaltik
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba membesar
- Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen
 Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedeme, CRT < 2 detik

B. STATUS NEUROLOGIK
 Saraf kranial : dalam batas normal
 Refleks fisiologis : dalam batas normal
 Refleks patologis : tidak ada
 Motorik : tidak terganggu
 Sensibilitas : dalam batas normal

13
 Fungsi luhur : tidak terganggu
 Gejala EPS : akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor (-
), distonia (-), tardive diskinesia (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperiksa

VI. PENEMUAN BERMAKNA


- 1,5 tahun SMRS, keluhan sulit tidur, sering menyendiri, lebih menyukai
tempat gelap, terlihat berbicara sendiri, sulit diajak komunikasi dan
melukai diri dengan menyilet tangannya.
- 6 bulan SMRS pasien mengalami sulit tidur karena pasien mengaku saat
malam hari pasien mendengar bisikan – bisikan yang memarahinya
selain itu bisikan tersebut juga menyuruh pasien untuk memukul orang
disekitarnya. Pada saat itu pasien tidak menuruti perintah dari bisikan –
bisikan tersebut, pasien hanya berteriak “ udah udah “ beberapa kali.
- 2 bulan SMRS pasien sering berbicara bahwa orang – orang membenci
dirinya.
- 1 minggu SMRS keluhan – keluhan yang dirasakan pasien tampak
semakin jelas.
- Mood hipotim disertai dengan afek terbatas, keserasian afek serasi.
- Persepsi terdapat halusinasi auditorik, dikarenakan pasien dapat
mendengar suara-suara seperti ada yang memarahinya dan
menyuruhnya menganggu atau memukul orang sekitarnya.
- Isi pikir terdapat waham kejar karena merasa banyak orang yang akan
melukainya.
- Fungsi intelektual baik.
- Daya nilai realitas terganggu
- Tilikan derajat 1 karena pasien tidak tahu dirinya sakit
- Pemeriksaan status generalis dan neurologis dalam batas normal.

14
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
 Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus
Perhatian Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat
digolongkan kedalam:

1. Gangguan kejiwaan karena adanya:


- Gangguan/hendaya dan disabilitas: pada saat awal masuk didapati
hendaya dalam fungsi sosial dan hendaya fungsi sehari-hari yaitu
tidak bekerja, tidak bisa tidur.
- Distress/penderitaan: perubahan perilaku (bicara sendiri, memukul
orang sekitar tanpa sebab yang jelas)
2. Gangguan merupakan gangguan fungsional karena:
- Tidak ada gangguan kesadaran neurologis
- Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik,
infeksi, penyakit vaskuler, neoplasma)
- Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya riwayat:
- Terdapat halusinasi auditorik (Pasien mendengar bisikan suara -
suara yang memarahinya dan menyuruh memukul orang lain)
- Terdapat waham kejar (Pasien merasa orang – orang disekitarnya
akan melukai dirinya)
4. Termasuk gangguan skizofrenia paranoid karena:
- Memenuhi kriteria skizofrenia.
- Terdapat halusinasi auditorik.
- Terdapat waham kejar.
- Adanya gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu
lebih dari 1 bulan.
- Terdapat perubahan dalam perilaku secara sosial.

15
 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan alloanamnesis (keluarga
pasien), pasien cenderung orang yang pendiam dan jarang berkomunikasi
dengan orang lain. Pasien lebih suka menyendiri dan tidak pernah
menceritakan masalahnya kepada orang lain. Pasien cenderung tertutup
mengenai hal hal yang berkaitan dengan dirinya maka pasien memiliki ciri
kepribadian skizoid.

 Aksis III : Kondisi Medis Umum


Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan
sehingga aksis III tidak ada diagnosis.

 Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan


Berdasarkan hasil alloanamnesis, didapatkan masalah kurangnya
dukungan dari keluarga pasien karena keluarga tidak rutin mengajak
berobat pasien.

 Aksis V : Penilaian Fungsi secara Global


 GAF current : 40 – 31 (beberapa gangguan dalam uji realitas atau
komunikasi)
 GAF HLPY : 60 – 51 (gejala sedang dan kesulitan sedang dalam
fungsi social, pekerjaan)

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri kepribadian skizoid
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah primary support group, kepatuhan berobat jalan

16
Aksis V : GAF current : 40 – 31
GAF HLPY : 60 – 51

IX. DAFTAR MASALAH


- Organobiologi : tidak ditemukan faktor herediter pada pasien, tidak
terdapat gangguan kepribadian
- Psikologik : terdapat halusinasi auditorik, waham kejar, mood hipotim,
afek terbatas
- Sosial / keluarga : pemicu terputusnya obat karena dukungan keluarga
dalam pengobatan

X. PENATALAKSAAN
1. Rawat inap, dengan indikasi :
- Timbulnya tindakan agitasi
- Dapat membahayakan orang lain
- Mencegah pasien melakukan tindakan kekerasan
- Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
- Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
- Istri pasien sudah tidak sanggup merawat sendiri
2. Psikofarmaka
- Risperidon 2x2 mg PO
3. Psikoedukasi
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami
pasien, rencana terapi, efek samping pengobatan, dan prognosis
penyakit
- Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut
serta dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang
diberi dan kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk
memperbaiki kualitas hidup pasien.

17
- Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga akan
membantu keadaan pasien, menambah keluarga atau orang yang dapat
ikut serta mengawasi kondisi dan minum obat pasien.
4. Psikoterapi Suportif
- Ventilasi: pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.
- Sugesti: menanamkan kepada pasien bahwa keluhan-keluhannya akan
hilang atau dapat dikendalikan.
- Reassurance: memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat
sangat penting untuk menghilangkan halusinasi dan pikiran-pikiran
pasien yang tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Sosioterapi
- Menganjurkan pasien untuk beraktivitas dirumah dan bersosialisasi
dengan tetangga.

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam (tidak ada tanda gangguan mental
organik).
Quo ad functionam : Dubia ad bonam (selama minum obat, gejala terkontrol
sehingga pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari).
Quo ad sanationam : Dubia ad malam (karena terdapat masalah juga dalam
primary support group).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Yang Memperingan:
 Tidak ada penyakit organik

 Tidak ada riwayat keluarga yang menderita skizofrenia


 Masih ada keinginan diri sendiri untuk sembuh
b. Faktor Yang Memperberat:
 Kemampuan bersosialisasi pasien buruk, lebih sering diam, menyendiri
 Kurangnya dukungan dari keluarga

18

Anda mungkin juga menyukai