Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

a. Definisi
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi
(Slamet Suyono, 2001 dan Arif Mansjoer, 2001).
Hipertensi menurut WHO adalah hipertensi jika tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi
adalah peningkatan dari tekanan sistolik standar dihubungkan dengan usia,
tekanan darah normal adalah refleksi dari kardiak out put atau denyut jantung
dan resistensi puerperal. Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan
hampir konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika
memompa darah, hipertensi, berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, dan
tekanan sistolik atau kedua-duanya secara terus menerus.
b. Etiologi
Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor
antara lain: Kelelahan, proses penuaan, keturunan, diet yang tidak seimbang,
stress, akibat/ komplikasi dari penyakit hipertensi: Gagal jantung, gagal ginjal,
stroke (kerusakan otak), kelumpuhan.
c. Patofisiologi
Komponen-komponen utama pada system kardiovaskuler adalah jantung
dan vaskularisasinya. Jantung pada lansia normal tanpa hipertensi atau penyalit
klinis tetap mempunyai ukuran yang sama atau menjadi sedikit lebih kecil
daripada usia setengah bayi. Secar umum frekuensi denyut jantung menurun, isi
sekuncup menurun dan curah jantung berkurang 30-40%.
Perubahan juga terjadi pada katup mitral dan aorta, katup-katup
tersebut mengalami sklerosis dan penebalan. Endokardium menebal dan
terjadi sklerosis, miokard menjadi lebih kaku dan lebih lambat dalam
pemulihan kontraktilitas dan kepekaan, sehingga stress mendadak/lama dan
takikardia kurang diperhatikan. Peningkatan frekuensi jantung dalam
berespon terhadap stress berkurang dan peningkatan frekuensi jantung lebih
lama untuk pengembalian pada kondisi dasar. Untuk mengkompensasi adanya
masalah dalam frekuensi jantung, maka isi sekuncup meningkat, sehingga
meningkatkan curah jantung yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
darah
Penurunan kadar hemoglobin pada lansia mengakibatkan penurunan
pada konsentrasi oksigen yang dapat ditransportasi oleh darah sehinga
oksigenasui menjadi tidak adekuat. Ditambah lagi dengan masukan diet yang
buruk, kondisi psikologis seperti kesepian, serta adanya penyakit kronis dapat
menjadi faktor pemberat anemia
Perubahan-perubahan normal pada jantung (kekuatan otot jantung
berkurang), pembuluh darah (arteriosklerosis;elastisitas dinding pembuluh
darah berkurang), dan kemampuan memompa dari jantung harus bekerja keras
sehingga terjadi hipertensi. Semua hal tersebut ini berhubungan dengan proses
menua dimana dapat mengubah fungsi dan menempatkab para lansia pada
resiko terhadap penyakit.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung :
Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging
pigment) pada serat-serat miokardium. Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari
jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari jantung. Selain itu pada katup juga
terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi lebih besar sehingga
katup menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan
katup sering ditemukan pada lansia.
Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan
pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak
50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak
berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan
ditemukan kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan
penurunan denyut jantung.
Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini
menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit
walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah
ke jantung juga melambat.
Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini
disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik
menurun.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah :

Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini


menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa
sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir
dengan yang disebut “Isolated aortic incompetence”. Selain itu akan terjadi
juga penurunan dalam tekanan diastolik.

Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik.


Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan
kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat
menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia. Dinding kapiler
menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah :

1. Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun
menurun.
2. Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga
terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga
imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi
menurun.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural


dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

d. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala hipertensi pada lansia secara umum adalah : Sakit
kepala, Perdarahan hidung, Vertigo, Mual muntahPerubahan penglihatan,
Kesemutan pada kaki dan tangan, Sesak nafas, Kejang atau komaNyeri
dada
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran
menurun.

e. Komplikasi
Akibat atau komplikasi dari penyakit hipertensi yang dapat terjadi pada lansia
adalah :
1. gagal jantung
2. gagal ginjal
3. stroke
4. kelumpuhan.

f. Pemeriksaan penunjang

1. Hemoglobin / hematokrit : Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel


terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor–
faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas dan anemia
2. BUN : Memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa : Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
4. Kalium serum : Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
9. Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau
adanya diabetes.
10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.
13. Foto dada : Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantung
14. CT scan :Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi

g. Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
e) Pencegahan sekunder
2. Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin. Faktor-faktor resiko penyakit jantung
ischemik yang lain harus dikontrol.
c) Batasi aktivitas
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
- Penurunan berat badan
- Penurunan asupan etanol
- Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah
dianjurkan untuk penderita hipertensi. Macam olah raganya
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-
80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3) Edukasi Psikologis. Pemberian edukasi psikologis untuk
penderita hipertensi meliputi :
- Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
- Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot
dalam tubuh menjadi rileks
4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH
BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
2) Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama
dinaikkan., Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama,
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
3) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh : Obat ke-2 diganti,
Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya : Ditambah obat ke-3
dan ke-4, Re-evaluasi dan konsultasi dan Follow Up untuk
mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan


interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.

2. Pengkajian
1. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi
jelas, bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal ), obstruksi.
5. Makanan/ cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat
penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,
perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/
masssa.
8. Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea,
batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan
alat bantu pernafasan.
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan

3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi inadekuat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
4. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangn
6. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
7. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang
pandang, motorik atau persepsi.

4. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injury biologis
NOC : control Nyeri
Kriteria hasil : Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
NIC : manejemen nyeri dan analgetik administration
2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi inadekuat
Tujuan : Setelah tindakan keperawatan selama 4 hari kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi secara adekuat
Kriteria : - nafsu makan klien meningkat
- porsi yang disediakan habis
- klien makan 3 kali dengan kalori yang cukup
- Dalam waktu 1-2 bulan ada peningkatan BB

Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
Rasional : Pengetahuan yang kurang tentang nutrisi mempengaruhi
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
b. Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi yang adekuat bagi tubuh
terutama pada lansia
Rasional : Penjelasan yang adekuat akan meningkatkan pemahaman
tentang nutrisi
c. Anjurkan klien makan sedikit sedikit tapi sering
Rasional : meningkatkan asupan makanan
d. Anjurkan klien membiasakan makan pagi
Rasional : pola yang baik meningkatkan asupan makanan disamping
menghindari kekosongan lambung
e. Ajarkan jenis-jenis makanan yang harus dikonsumsi oleh usila dan
pentingnya tinggi serat bagi tubuh
Rasional : dengan mengetahui makanan yang dikonsumsi serta
pentingnya serat akan memperbaiki pencernaan usus/proses asorbsi
f. Ciptakan lingkungan tempat makan yang nyaman
Rasional : lingkungan yang nyaman akan meningkatkan selera makan.
g. dampingi klien saat makan
Rasional : Mendeteksi asupan makanan klien
h. Pantau berat badan klien setiap 2 hari sekali
Rasional : dengan pemantauan BB diketahui peningkatan atau
penurunan BB
i. Kerjasama dengan petugas panti menu klien lansia yang adekuat
Rasional : Sebagai upaya perbaikan menu agar meningkatkan nafsu
makan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
- Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau
diperlukan
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur

Intervensi
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan
parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
Rasional : Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan
perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Rasional : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual.
c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
Rasional : Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas
dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi
mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional : Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
4. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan
yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif koping
Kriteria Hasil : - Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan
konsekuensinya
- menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi
- mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah
untuk menghindari dan mengubahnya

Intervensi
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya :
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan.
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan
kedalam kehidupan sehari-hari
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam
mengubah respon seseorang terhadap stressor
c. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional : Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan
kerjasama dalam regiment teraupetik
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai
penyakitnya
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
regiment pengobatan
Intervensi
a) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional : Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses
penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
b) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler
yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan
minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur).
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
c) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal
klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan
prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
d) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan
akibat lanjut) melalui penkes.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang
proses penyakit hipertensi.

6. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi


pembuluh darah.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria Hasil :
- Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan
darah/beban kerja jantung
- Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,
- Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien
Intervensi
a. Observasi tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati saat palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi
atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru
sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler
lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan
diuretik.
Rasional : Menurunkan tekanan darah.
7. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang
pandang, motorik atau persepsi.
Tujuan : Tidak terjadi cidera

Kriteria hasil:
- Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap
cedera.
- Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
- Meminta bantuan bila diperlukan

Intervensi:
a. Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
Rasional : Membantu menurunkan cedera.
b. Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk
melakukan:
- Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
- Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
- Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan
dengan lotion emoltion.

Rasional : Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi


persepsi klien terhadap suhu.
c. Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan
pengunaan alat bantu.
Rasional : Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat
meyebabkan regangan atau jatuh.
d. Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di
rumah.
Rasional : Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya
Patway Jaringan saraf simpatis
Merangsang sekresi aldosteron oleh kortek adrenal
Reten Na dan air oleh tubulus ginjal

Peningkatan volume intra vaskular

Hipertensi

Jantung
Pelepasan Peningkatan aktivitas
Peningkatan TD asetikolin vasokontriksi
sistemik Merangsang saraf pasca ganglion Efinetrin di sekresi oleh
Meningkatnya retensi kepembuluh darah medula adreval
pemompaan darah
Kontriksi pembuluh Vasokontriksi kelenjar
Hipertropi vebtrikel darah adrenal mensekresi
Kecemasan dan Peningkatan tekanan
kiri kortisol dan steroid
ketakutan vaskular serebral
Dilatasi dan Arteroskloris
payah jantung koroner Sakit kepala
Ketidakseimbangan
Resiko penurunan suplai dan
Sulit Gangguan rasa
curah jantung kebutuhan oksigen
istirahat/tidur nyaman; nyeri
Kelemahan
fisik

Intoleransi Gangguan pola


aktivitas istirahat dan tidur (Smeltzer & Bare 2001)

Anda mungkin juga menyukai