Anda di halaman 1dari 4

Karangan Asli

Deteksi Dini Ventilator Associated Pneumonia Pada Pasien


Terpasang Ventilator di Instalasi Perawatan Intensif RSUD
Provinsi NTB
Hadi Kusuma Atmaja1*, Kristiani Murti Kisid2
1
Jurusan Keperawatan,2Jurusan Kebidanan
Polikeknik Kesehatan Mataram, Kemenkes RI.
*Email: hadiatmaja83@yahoo.com

Abstrak
Pendahuluan Penggunaan ventilator mekanik pada penderita di Instalasi Perawatan Intensif (IPI)
berpotensi terhadap terjadinya komplikasi yaitu Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi pneumonia nosokomial pada pasien dengan
ventilator dipasang di intensive care yang dinilai dengan Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS).
Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Intensive
Care RSUD Provinsi NTB dengan 15 pasien dan analisis digunakan analisis univariat.
Hasil Distribusi frekuensi responden yang dipasang ventilator berdasarkan usia mayoritas berusia 18-60
tahun sebanyak 13 responden (87%), 8 responden (53%) berjenis kelamin pria, dan indikasi rawat
terbanyak adalah oleh karena cedera otak yaitu sebanyak 10 responden (66%). Dari 15 responden
dijumpai sebanyak 14 orang (93,3%) terpasang ventilator dengan nilai CPIS kurang dari 6 (tidak VAP)
dan 1 orang (6,6%) responden dengan nilai CPIS lebih besar/sama dengan 6 (terjadi VAP).
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada institusi kesehatan untuk
melakukan pengukuran CPIS untuk menilai potensi terjadinya VAP.

Kata Kunci : Ventilator mekanik, CPIS, VAP

Abstract
Introduction The use of mechanical ventilator to the patients in intensive care unit (ICU) increases the
risk of Ventilator Associated Pneumonia (VAP). The aim of this study was to detect the signs of
nosocomial pneumomia by using Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) in the ICU patients with
ventilators.
Method A retrospective-descriptive study was conducted in Nusa Tenggara Barat Province’s general
hospital with 15 patients and the data was analysed by univariate analysis.
Hasil The majority of respondents (87 % or 13 patients) with mechanical ventilator were between 18-60
years old, 8 respondents (53%) were male and the indication of intensive care was due to brain injuries
(66%). Among all respondents, 14 patients (93,3%) had CPIS value less than 6 (no VAP) and 1 patient
(6,6%) had CPIS value above/equal to 6 (with VAP).
Conclusion Based on this study, it is recommended to measure CPIS value to predict the risk of VAP.
Key words : Mechanical Ventilation,CPIS, VAP

150I The Journal of Medical School, Universitas Sumatera Utara


Deteksi Dini Ventilator Associated Pneumonia Pada Pasien Terpasang Ventilator di Instalasi Perawatan Intensif
RSUD Provinsi NTB

Pendahuluan Berdasarkan latar belakang di atas penulis


Perkembangan perawatan Instalasi Perawatan mencoba melakukan penelitian dengan judul deteksi
Intensif (IPI) di rumah sakit- rumah sakit baik di dunia dini tanda-tanda Ventilator Associated Pneumonia
dan di Indonesia sangat cepat untuk mengatasi ma- (VAP) pada pasien kritis terpasang ventilator Di Ruang
salah keperawatan yang dihadapi oleh pasien kritis IPI RSUD Provinsi NTB.
yang disebabkan oleh penyakit infeksi, degeneratif, dan Pasien yang memakai ventilator mekanik dengan
trauma. Rumah sakit-rumah sakit dituntut untuk tindakan invasive intubasi endotrakeal insiden untuk
meningkatkan kapasitas peralatan di ruang IPI, antara terkena pneumonia sangat besar. Hal ini sesuai dengan
lain kapasitas tempat tidur dan ventilator. Ventilator pendapat Kollet MH, yang menyatakan resiko terkena
merupakan alat bantu nafas pasien baik sebagian dan pneumonia pada klien dengan ventilator mekanik 20
1 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak
total support ventilator.
Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan me- memakainya. Apabila Pneumonia terjadi maka proses
lalui pemasangan alat-alat medis yang invasif di penyembuhan menjadi lambat bahkan bisa meng-
Instalasi Perawatan Intensif merupakan salah satu fak- akibatkan kematian, hal ini menyebabkan hari pe-
tor penting yang mengancam pemulihan pasien selama rawatan dan biaya perawatan semakin tinggi, hal ter-
perawatan kesehatan berlangsung. Pasien-pasien ini sebut juga bisa mengakibatkan citra rumah sakit tem-
mempunyai risiko yang tinggi untuk mendapatkan in- pat dirawat menjadi buruk.
feksi nosokomial. Pada umumnya pasien di Instalasi
Perawatan Intensif memiliki faktor risiko berupa Metode
penyakit yang mendasarinya serta gangguan imun, Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif
sehingga pemasangan alat invasif berlama-lama dapat dengan pendekatan cross sectional. Dilakukan analisis
mempermudah pasien untuk mendapatkan infeksi terhadap tanda-tanda Ventilator Associated Pneumonia
2
nosokomial. (VAP) dengan mengumpulkan data-data primer pada
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia pasien yang dirawat diruang IPI dengan terpasang
dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan ventilator (15 responden). Pada penelitian ini peneliti
negara yang sedang berkembang karena penyakit- menggunakan alat ukur berupa lembar observasi,
penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu Adapun karakteristik responden yang di lihat adalah
penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan usia, jenis kelamin dan diagnosa selanjutnya.
bahwa sekitar 8.7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara Data dianalisis secara deskriptif, dengan cara
di Eropa, Timur tengah, dan Asia Tenggara dan Pasifik memasukkan seluruh data dalam bentuk distribusi
terdapat infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara frekuensi dan prosentase (%) dari masing-masing item.
2
sebanyak 10%. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
Pasien IPI terutama yang terpasang alat invasif metode analisis univariat.
seperti ventilator, dapat menimbulkan efek samping dan
komplikasi yaitu infeksi jalan nafas. Infeksi jalan nafas Hasil
yang berhubungan dengan pemakaian ventilator Pada Tabel 1 dibawah ini ditampilkan distribusi
3
dikenal dengan Ventilator Assisted Pneumonia (VAP). frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia,
Insiden VAP di dunia cukup tinggi, bervariasi antara 9 - jenis kelamin dan diagnosa medis.
27% dan angka kematiannya bisa melebihi 50%.
Insiden pneumonia meningkat 3 kali sampai 10 kali Tabel 1. Distribusi frekuensi subjek penelitian
pada penderita dengan ventilasi mekanik. Masalah VAP f %
menduduki urutan ke-2 sebagai infeksi nosokomial di Usia <20 2 13
Rumah Sakit di Amerika Serikat. Angka kejadian
18-60 13 87
pneumonia nosokomial berkisar 5-10 kasus per 1000
>60 0 0
pasien, angka kejadian meningkat 6-20 kali pada
pasien yang terpasang ventilator, angka kematian Jumlah 15 100
berkisar 20-50%. Hal ini sama, angka kejadian f %
pneumonia nosokomial 5-10 kasus per 1000 pasien di Jenis Laki-laki 8 53
Jepang, angka kejadian pneumonia karena Kelamin
4
pemasangan ventilator berkisar 20-30%. Perempuan 7 47
Kejadian VAP dapat memperpanjang waktu Jumlah 15 100
perawatan di IPI dan meningkatkan biaya perawatan. f %
Pemakaian ventilator menjadi faktor yang paling
Diagnose Cedera Otak 10 66
dominan disamping faktor kesehatan lingkungan seperti
CVA 2 13
memperhatikan sepsis-antisepsis, serta kebiasaan cuci
tangan seblum dan sesudah menangani pasien. Efusi Pleura 1 6.7
Sedangkan di Rumah Sakit Umum Daerah NTB belum Anemia & 1 6.7
pernah dilakukan survei terkait dengan jumlah melena
pneumonia yang diakibatkan oleh pemasangan Trakeostomi 1 6.7
5
ventilator mekanik. Jumlah 15 100
Pemeriksaan VAP yang lazim digunakan di klinik
kultur dan Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS). Berdasarkan tabel diatas, didapatkan 13
Komponen VAP terdiri dari suhu tubuh, leukosit, skret responden (87%) yang terpasang ventilator, mayoritas
trakea, indeks oksigenasi, pemeriksaan radiologi. berumur 18 sampai 60 tahun. Untuk kategori jenis
Penilaian CPIS awal dilakukan dalam 48 jam sejak kelamin mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki
pertama kali penderita dipasang ventilasi mekanik di sebanyak 8 orang (53%), sedangkan untuk kategori
6
IPI, selanjutnya penilain CPIS dilakukan berkala).

I
Majalah Kedokteran Nusantara • Volume 50 • No. 3 • September 2017 151
Hadi Kusuma Atmaja,dkk

diagnosa penyakit mayoritas responden didiagnosa sehingga memerlukan pemantauan hemodinamik yang
cedera otak sebanyak 10 orang (66%). intensif atau penggunaan ventilator dan harus
mendapatkan penanganan cepat serta pengawasan
Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
secara intensif.
CPIS pada Pasien yang Terpasang Ventilator di Ruang
Intensive Care. Patogenesis VAP sangat kompleks. Kollef menya-
takan insiden VAP tergantung pada lamanya paparan
Skor CPIS Frekwensi (n) Persentase (%)
6 VAP 1 6,6
lingkungan dan penggunaan alat kesehatan tertentu
dan faktor resiko lain. Beberapa penelitian telah
< 6 Tidak VAP 14 93,3
mengidentifikasi lama/durasi penggunaan ventilator
Jumlah 15 100
sebagai salah satu faktor penting pemicu VAP. Pada
Tabel 2 diatas menggambarkan dari penelitian pasien dengan ventilasi mekanik sebagai salah satu
yang telah dilakukan terhadap 15 responden sebanyak faktor pemicu VAP, insiden VAP meningkat seiring
14 orang (93,3%) terpasang ventilator dengan nilai dengan lamanya ventilasi dan tidak konstan dari waktu
CPIS kurang dari 6 (tidak VAP) dan 1 orang (6,6%) ke waktu pemakaian ventilator. Resiko VAP tertinggi
responden dengan nilai CPIS lebih sama dengan 6
(terjadi VAP) terdapat pada awal perawatan di rumah sakit. Pada
sebuah penelitian kohort diperkirakan resiko VAP
Diskusi sebanyak 3% setiap hari selama seminggu pertama
Usia adalah faktor yang sangat penting dalam dari ventilasi, 2% setiap hari diminggu kedua, dan 1%
pemicu timbulnya VAP pada pasien dengan rawatan setiap hari pada minggu ketiga dan seterusnya. Dapat
lama yang terpasang ventilator, semakin tua usia disimpulkan, penurunan durasi penggunaan ventilator
pasien maka resiko pasien terkena VAP semakin
bisa menurunkan resiko VAP, khususnya jika
tinggi. Disebutkan bahwa pasien dengan usia di atas
penurunan durasi dilakukan di minggu pertama dan
60 tahun memiliki resiko yang lebih besar untuk 8
kedua.
menderita pneumonia pada penggunaan ventilator
Clinical Pulmonary Infection Score adalah suatu
mekanik di IPI, sedangkan pasien dewasa dengan
alat ukur yang digunakan untuk mendiagnosis VAP.
ventilator mekanik mudah terjangkit pneumonia. Hal ini
terjadi karena pada pasien yang usia lanjut lebih dari Penentuan CPIS berdasarkan pada 6 variabel, yaitu
60 tahun terjadi penurunan fungsi imun tubuh sehingga suhu tubuh pasien, jumlah leukosit dalam darah,
lebih beresiko dan rentan untuk terserang penyakit.
7 volume dan dan tingkat kekentalan sektret dalam
Berdasarkan hasil penelitian untuk karakteristik trakea, indeks oksigenasi, pemeriksaaan radiologi paru
umur didapatkan 13 responden (87%) berumur 18-60 dan kultur semi kuantitatif dari aspirasi trakea, jika
tahun. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar orang diperoleh skor lebih dari 6, maka diagnosis VAP dapat
8
dewasa sangat rentan terhadap kelainan sistem ditegakkan.
pernapasan, kondisi neurologis yang semakin Diagnosis VAP ditegakkan setelah menyingkirkan
menurun, acute renal failure, shock, dan sindrom adanya pneumonia sebelumnya, ter-utama pneumonia
7
metabolik. komunitas (Community Acquired Pneumonia). Bila dari
Berdasarkan data sistem survailens ICU Jerman, awal pasien masuk IPI sudah menunjukkan gejala
Krakenhaus Infection Survailans System (KISS), klinis pneumonia maka diagnosis VAP disingkirkan,
didapatkan perbedaan insidensi jenis infeksi namun jika gejala klinis dan biakan kuman didapatkan
nosokomial pada berbagai tipe ruang rawat ICU, salah setelah 48 jam dengan ventilasi mekanik serta nilai
satu jenis infeksi yang paling sering terjadi di ICU pada total CPIS > 6 atau sama dengan 6, maka diagnosis
usia dewasa adalah pneumonia dibandingkan pada
VAP dapat ditegakkan, jika nilai total CPIS < 6 maka
anak (jenis yang paling sering adalah penyakit 8
diagnosis VAP disingkirkan.
sistemik). Hal ini dikaitkan dengan seringnya pasien
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
ICU usia dewasa yang masuk karena gangguan pada
diketahui 14 pasien (93,3%) yang terpasang ventilator
sistem pernafasan dan memerlukan bantuan ventilator
mekanik.
2 dengan CPIS kurang dari 6 ( tidak VAP). Pasien yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tidak VAP mayoritas dengan usia dewasa. Usia
15 responden yang terpasang ventilator 10 (66%) dewasa memiliki daya tahan tubuh (imunitas) yang
pasien terpasang ventilator dengan penyakit cedera kuat. Pasien yang tidak VAP dilihat dari observasi
otak atau pasien trauma dan 2 (33%) responden tindakan perawatan terhadap pasien yang terpasang
terpasang ventilator dengan penyakit pasien dengan ventilator, kepatuhan dalam melaksanakan SOP pada
stroke, post craniotomy. pasien yang terpasang ventilator, kepatuhan perawat
Profil karateristik pasien mencerminkan jenis penyakit
utama terbanyak adalah penyakit yang berhubungan
dengan neurologis, misalnya cedera otak akibat
trauma. Urutan kedua adalah stroke hemoragik

152I The Journal of Medical School, Universitas Sumatera Utara


Deteksi Dini Ventilator Associated Pneumonia Pada Pasien Terpasang Ventilator di Instalasi Perawatan Intensif
RSUD Provinsi NTB

dalam melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah 4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman
kontak dengan pasien. Pengaturan jam berkunjung diagnosis & penatalaksanaan Indonesia. (2003).
keluarga pada pasien yang dirawat di ICU sehingga Jakarta: PDIP
kontaminasi kuman berkurang. VAP mempunyai 5. Dahlan, Zul. Pneumonia. Dalam:Sudoyo, AW, dkk.
banyak resiko, akan tetapi banyak intervensi ke- Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. (2006). Jakarta:
perawatan yang dapat menurunkan insiden VAP. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah VAP 6. Kollef MH. Prevention of hospital-associated
diantaranya cuci tangan, dan pemakaian sarung pneumonia and ventilator-associated pneumonia.
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, Crit Care Med. 2004;32:1396–1405.
dekontaminasi oral, intervensi farmakologis oral, stress 7. Chastre J, Fagon JY. Ventilator associated
ulcer prophilaxis, penghisapan sekret endotrakeal, pneumonia. Am J Respir Crit Care Med
perubahan posisi klien, posisi semi fowler, 2002;65:67-903.
penghisapan sekret orofaring dan pemeliharaan sirkuit 8. Luna CM, Blanco D, Niederman MS, Matarucco W,
9
ventilator. Baredes NC, Desemery P. Et el: Resolution of
ventilator associated pneumonia: prospective
Simpulan evaluation of the clinical pulmonary infection score
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan as an early clinical predictor of outcome. Crit care
bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan Med 2003:31:676-82
umur responden yang terpasang ventilator berusia 9. Dodek P, Keenan S, Cook D. Evidence based
dewasa (18-60 tahun) yaitu 13 responden (87%). Untuk clinical practice guideline for the prevention of
kategori jenis kelamin mayoritas responden berjenis ventilator associated pneumonia. Ann Intern Med
kelamin laki-laki sebanyak 8 orang (53%), sedangkan 2004;141:305-13
untuk kategori diagnose penyakit mayoritas responden
didiagnosa cedera otak sebanyak 10 orang (66%). Dari
15 responden sebanyak 14 orang (93,3%) terpasang
ventilator dengan nilai CPIS kurang dari 6 (tidak VAP)
dan 1 orang (6,6%) responden dengan nilai CPIS lebih
sama dengan 6 (terjadi VAP) Tenaga kesehatan dapat
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
infeksi nosokomial pneumonia, melakukan perawatan
pada pasien yang terpasang pada pasien yang
terpasang ventilator sehingga tenaga kesehatan dapat
mencengah atau melakukan perawatan pada pasien
yang terpasang ventilator dan dapat melakukan
penegakkan VAP dengan menggunakan CPIS. Peneliti
lain yang akan melanjutkan penelitian ini perlu
melakukan penelitian yang lebih dalam dan dicermati
kembali teori mengenai faktor lain yang berhubungan
dengan kejadian infeksi nosokomial pneumonia pada
pasien yang terpasang ventilator. Peneliti selanjutnya
dapat menganalisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian infeksi nosokomial pneumonia pada
pasien yang terpasang ventilator.

Daftar Pustaka
1. Lipalosaan. P., Alakokko. T., Lavila. J.,. Intensive
Care Acquired Infection is An Independent Risk
Factor for Hospital Mortality . Jakarta : Critical
Care (2006). Available from :
http://www.ccform.com/ content/10/2/1266
2. Darmadi. Infeksi Nosokomial : Problematika Dan
Pengendaliannya. 2008. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
3. Jones, J., & Fix, B.. Perawatan kritis seri panduan
klinis. 2009. Jakarta: Erlangga

I
Majalah Kedokteran Nusantara • Volume 50 • No. 3 • September 2017 153

Anda mungkin juga menyukai