Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN

PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN

KESELAMATAN PASIEN

PUSKESMAS TEMBELANG

KABUPATEN JOMBANG

2015
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. PENGERTIAN

BAB II DASAR HUKUM

BAB III PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

A. PEMBENTUKAN TIM KESELAMATAN PASIEN


B. PELAKSANAAN

BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN

BAB V MONITORING DAN EVALUASI


BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang


berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam perkembangan
masyarakat yang semakin kritis, mutu pelayanan Puskesmas Tembelang tidak hanya disorot
dari aspek klinis medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan aspek
pemberian pelayanannya, karena muara dari pelayanan Puskesmas adalah pelayanan jasa.

Pelayanan bermutu adalah pelayanan yang profesional. merupakan hak pelanggan.


Dalam memberikan pelayanan yang bermutu berarti memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pelanggan. Pelayanan yang bermutu memberi peluang untuk memenangkan persaingan.
Pelayanan yang diberikan dengan melibatkan berbagai pihak terkait.

Kualitas Mutu dikaitkan dengan keselamatan pasien adalah tingkat dimana pelayanan
kesehatan untuk individu maupun populasi mampu menghasilkan outcome pelayanan sesuai
dengan yang diharapkan dan konsisten dengan pengetahuan profesional terkini, atau secara
singkat berpedoman pada STRUKTUR, PROSES, OUTPUT, dan OUTCOME.

A. LATAR BELAKANG

Keselamatan pasien merupakan isu utama akhir-akhir ini baik di Indonesia maupun di
Luar Negeri. Diperlukan kepedulian pengambil kebijakan, manajemen dan praktisi klinis
terhadap keselamatan pasien. Berbagai seminar, workshop, dan pelatihan banyak diadakan:
patient safety, risk management, clinical audit, patient safety indicators – dengan berbagai
motif.

Studi 1999 yang dilakukan oleh UGM: Prevalensi error berspektrum cukup luas: 1,8 % –
88.9 %. Kesalahan dalam pelayanan klinis umum terjadi dan berbiaya tinggi. 50 % KTD
disebabkan oleh “preventable medical errors,” yang berakibat 98.000 kematian pertahun,
dan menghabiskan biaya 29 milyar dollar setahun. Error dalam pemberian obat (Medication
errors) menunjukkan proporsi yang signifikan dari kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
dapat dicegah. Preventable medication errors berkontribusi kematian pada lebih dari 7,000
orang pertahun pasien rawat inap dan puluhan ribu pada pasien rawat jalan.

Risiko yang mungkin terjadi pada sarana pelayanan kesehatan

1. Risiko yang terkait dengan pelayanan kepada pasien


2. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
3. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga kesehatan yang lain
4. Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
5. Risiko financial
6. Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan kendaraan/alat
transportasi, misalnya ambulans, vans, sepeda motor dsb)

B. TUJUAN

TUJUAN UMUM :
Petugas Puskesmas Tembelang mampu:
1. Menjelaskan pengertian upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien
2. Menjelaskan keterkaitan antara manajemen risiko dan keselamatan pasien
3. Menjelaskan langkah-langkah manajemen risiko dalam pelayanan klinis
4. Mampu mengidentifikasi risiko , menganalisis, mengevaluasi dan menyusun rencana
tindak lanjut untuk meminimalkan risiko
5. Mampu menerapkan keselamatan pasien dan manajemen risiko dalam pelayanan klinis

TUJUAN KHUSUS :
1. Agar pasien mendapatkan pelayanan bermutu dan terjamin keselamatannya.

C. PENGERTIAN

1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga
dan meningkatkan mutu serta menjamin keselamatan pasien
2. Upaya peningkatan Mutu adalah program yang disusun secara objektif dan sistematik
untuk memantau dan menilai mutu serta kewajaran asuhan terhadap pasien,
menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah-
masalah yang terungkap
3. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi asesemen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden an
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
4. Kejadian Tidak Diharapkan selanjutnya di singkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera selanjutnya di singkat KNC adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar
ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
7. Kejadian Potensial Cedera selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
BAB II

DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran.
3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
Lembaran Negara tahun 2012 nomor 193.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman dan Penyusunan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 131/Menkes/SK/II/2004
tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 951/Menkes/SK/I/2000
tahun 2000 tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas.
10. Keputusan Kepala Puskesmas Tembelang Nomor 188.4/180/415.25.11/2015 tentang
Manual Mutu Puskesmas Tembelang.
11. Keputusan Kepala Puskesmas Tembelang Nomor 188.4/180.A/415.25.11/2015
tentang Kebijakan Mutu Puskesmas Tembelang.
BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

A. PEMBENTUKAN TIM KESELAMATAN PASIEN

SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS


TEMBELANG

Penanggung jawab : drg. Novy Roosita Hayatie

Ketua : dr. Triworo Sukanti, Msi

Sekretaris : Hafid Wahyu M.AmdGz

Anggota :

1. Lukman Abadi

2. Iskak, SkepNs

3. Dyah Historyati, SST

4. Susilo Ribut A, AAK

5. Haidir Fitri, Skep Ns

6. Ika Maulidiawati, AmdKL

B. PELAKSANAAN

Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :


1. Ketepatan identifikasi pasien.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,tepat-pasien operasi.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien

a. Standar
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien.

b. Implementasi :
1. Pasien diidentifikasi nama, tanggal lahir dan alamat. Pasien rawat inap diidentifikasi
dengan memberi gelang berisi identitas (nama, alamat, no.bed) pada pergelangan
tangan pasien. Gelang biru untuk pasien laki-laki dan gelang pink untuk pasien
perempuan.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.

Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif

a. Standar :
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar
pemberi layanan.

b. Implementasi :
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepoon atau hasil pemeriksaan di
tuliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan di bacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan.
4. Setiap selesai memberikan perintah, pemberi perintah membuubuhkan paraf dan nama
terang.
5. Setiap selesai menerima perintah, penerima perintah membubuhkan paraf dan nama
penerima perintah.
6. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telepon secara konsisten.
Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-Alert)

a. Standar :
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang
perlu diwaspadai (high-alert).

b. Implementasi :
1. Obat-obatan dilakukan identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan
penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari double kunci.

Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi

a. Standar :
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan tepat-pasien.

b. Implementasi :

1. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses untuk memastikan


tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dalam prosedur medis dan dental.

Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

a. Standar :
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

b. Implementasi :
1. Puskesmas menerapkan prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Pelaksanaan PPI diatur dalam pedoman tersendiri.
2. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang di
terbitkan dan sudah diterima secara umum.
3. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

a. Standar :
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera
karena jatuh.

b. Implementasi :
1. Puskesmas mengidentifikasi resiko jatuh yang dapat terjadi pada pasien atau
pengunjung.
2. Puskesmas menindak lanjuti hasil identifikasi resiko jatuh.
BAB 1V

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Seluruh kegiatan peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien terutama kejadian
dicatat dan kemudian dilaporkan kepada Kepala Puskesmas sebagai penanggungjawab.
Setelah dilaporkan ke Kepala Puskesmas, maka secara musyawarah akan dilaksanakan
tindak lanjut untuk perbaikan sehingga pelayanan dapat dilanjutkan secara profesional
dengan peningkatan mutu seperti yang kita harapkan.
BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

Seluruh kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien dimonitoring dan


dievaluasi oleh ketua tim, tim manajemen mutu dan Kepala Puskesmas. Evaluasi dilakukan
tiap 3 bulan.

MENGETAHUI PENANGGUNG JAWAB


KEPALA UPTD PROGRAM KESELAMATAN
PUSKESMAS TEMBELANG PUSKESMAS TEMBELANG

drg. NOVY ROOSITA HAYATIE dr. TRIWORO SUKANTI, MSi

Anda mungkin juga menyukai