Diajukan Oleh:
Muhammad Uzaer Damairi, M.Th.I
(IAIN Jember)
A. Judul
Rokat Pasca 7 Hari Meninggal Dunia: Studi Living Qur’an dan Hadits
(Studi Etnografis di Kasemek Tenggarang Bondowoso)
B. Latar Belakang
1 Ahmad Baso, Agama NU untuk NKRI, (Jakarta: Pustaka Afid, 2013), 10-11
Rokat pasca 7 hari meninggal dunia bukanlah semacam slametan
dalam momen keagamaan, bukan slametan dalam kesempatan menjalani
tahapan siklus kehidupan, dan bukan pula untuk menjaga harmoni dengan
alam sekitar. Maka disinilah penelitian ini menarik dilakukan.
Rokat pasca 7 hari meninggal dunia tidak bisa dilepaskan dari
pengaruh pemahaman keagamaan. Jika kita memakai pemikiran Abdul Karim
Soroush tentang pemahaman keagamaan maka ritual rokat pasca 7 hari
meninggal dunia sangat perlu dipertanyakan kebenarannya. Walaupun
dianggap benar, menurutnya, bukanlah kebenaran yang absolute. Pemahaman
keagamaan tidak dapat dijadikan sebagai kebenaran absolute karena semua
itu hanya merupakan hasil pemikiran manusia.2 Soroush menjelaskan bahwa
agama turun atas kehendak Tuhan, tetapi memahami dan berupaya merealisir
agama terserah pada kita. Hanya agama yang tidak akan berubah sedangkan
pemahaman agama, penafsiran agama, dan ilmu agama akan berubah sesuai
dengan waktu.3
Disamping persoalan kebenaran absolute, rokat pasca 7 hari
meninggal dunia juga dihadapkan dengan persoalan bid’ah. Dalam hadits
Nabi saw.: setiap bid’ah itu sesat.4 Yang dimaksud dengan bid’ah itu adalah
hal baru yang tidak ada asalnya di dalam syariat yang menunjukkan kepada
hal itu.5 Hadits tersebut ‘am (secara umum) yang ada pengkhususannya
(makhsus). Ulama’ berpendapat: bid’ah itu ada lima bagian; wajib, sunnah,
haram, makruh, dan mubah.6 Maka tidak semua hal yang baru itu dilarang,
tetapi yang dilarang itu adalah bid’ah (hal baru) yang bertentangan dengan
sunnah yang sudah tetap.7 Apakah rokat pasca 7 hari meninggal dunia
termasuk bid’ah atau tidak, bid’ah yang mubah, sunnah atau bahkan bid’ah
yang haram.
2 Forough Jahanbakhsh, Islam, Democracy, and Religious Modernism in Iran 1953-2000: from
Bazargan to Soroush (Leiden: Brill, 2001), 148
4 Abul Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim, hadits no. 867
(Thab’ah Muhammad Fuad Abdul Baqi), II: 13
6 Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh Nawawi, (Mesir: Darud
Da’wah Al-Islamiyah), VI: 144
8 Al-Hafidh Al-Baihaqi, Manaqib As-Syafi’e, I:469, dikutip Umar Abdullah Kamil, Kalimat
Hadi’ah fil Bid’ah, (Mesir, Dar Al-Musthafa, 2005), 20-21
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa paktek rokat ini mampu
menjadi media pemersatu dan silaturrahim, maka penelitian ini menjadi
rujukan penting bagi masyarakat untuk menjaga dan merawat tradisi rokat ini.
Bagaimana seharusnya masyarakat menjalankan semangat rokat ini dengan
praktek yang benar sesuai tuntunan Islam dan memiliki dampak pada
kemaslahatan umum.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
9 Karel Steenbrink, “Ethnic, National and International Loyalties of Indonesian Christians” dalam
Martin Ramstedt (editor), Hinduism in Modern Indonesia: A Minority Religion between Local,
National, and Global Interests (London: Routledge Curzon, 2004), 112
Studi living qur’an dan hadits adalah studi atas teks (qur’an hadits)
yang hidup di masyarakat.10 Living Qur’an sebagai kajian atau penelitian
ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran Al-Qur’an
atau keberadaan Al-Qur’an di sebuah komunitas muslim tertentu11
F. Kajian Terdahulu
11 M. Mansur, “Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an” dalam Metodologi
Penelitian Living Qur’an & Hadis, (Yogyakarta: TH-Press, 2007), 8.
(Skripsi Universitas Negeri Malang, 2008) Di dalam pelaksanaan upacara
rokat tase’ terkandung nilai-nilai moral sebagai media pembelajaran
kepada masyarakat dalam bentuk pendidikan informal.
5. Suadah, Budaya Rokat Tase’ Masyarakat Nelayan Desa Padelegan
Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan (skripsi Universitas
Muhammadiyah Malang, 2009). Upacara rokat tase' dilakukan sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah swt. atas melimpahnya hasil laut selama
setahun. Di dalamnya juga menjelaskan tentang pelaksanaan upacara
rokat tase' dan pandangan masyarakat Nelayan Madura tentang upacara
rokat tase' itu sendiri.
Rokat tase’ ini juga mirip dengan penelitian Susilowati yang berjudul
Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Rokat Praoh Kesellem di
Pulau Mandangin Sampang Madura (skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya,
2016). Tradisi rokat praoh kesellem ini dilakukan ketika Nelayan masyarakat
Pulau Mandangin mengalami hasil yang kurang baik di dalam menangkap
ikan dan sekaligus bertujuan untuk keselamatan, menolak bahaya, dan
mendatangkan keberuntungan.
Hermien Kusmayati, Rokat Bangkalan: Penjelajahan Makna dan
Struktur (Bandung: Sastrataya, 1998). Membahas tentang musik dan tarian
tradisional yang mengiringi ritual upacara dan menyinggung tentang tradisi
rokat yang terdapat di Bangkalan, seperti rokat tanah, rokat desa, dan rokat
tase’.
Semua penelitian tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan rokat
pasca 7 hari meninggal dunia. Walaupun menggunakan istilah yang sama,
rokat, tetapi dalam prakteknya, motif beserta tujuannya sangatlah berbeda.
G. Kontribusi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dan tuntunan
bagi masyarakat di dalam menjalankan tradisi rokat pasca 7 hari meninggal
dunia dan bisa menjadi jawaban atas ketidaktahuan masyarakat tentang rokat
ini. Sehingga penelitian ini bisa bermanfaat secara praktis.
Sedangkan manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk
memperkaya khazanah kajian keislaman dalam bentuk tradisi yang berlaku di
masyarakat yang merupakan simbol dari nilai-nilai keislaman.
Penelitian ini juga sebagai sumbangan pemahaman sebagai bahan
klarifikasi isu-isu dan tindakan sosial terkait tradisi rokat pasca 7 hari
meninggal dunia.
H. Metode
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1). Data lapangan (field research)
2). Data tertulis (library research)
3). Data dokumentasi (documentary research)
2. Teknik Pengumpulan Data
1). Metode Observasi
2). Metode Wawancara
3). Pustaka/Penelusuran Referensi
12 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 39.
13 Imam Bawani, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, (Sidoarjo: Khazanah Ilmu Sidoarjo,
2016), 130.
dalam bentuk tradisi rokat pasca 7 hari meninggal dunia.14 Cara
merespon –terhadap qur’an hadits- yang berbeda-beda inilah yang
menyebabkan beberapa perubahan dalam praktek rokat ini. Dan ini
adalah bagian analisis terakhir dalam penelitian ini.
1. Jadwal Pelaksanaan
14 Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an; Model Penelitian Kualitatif” dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (Yogyakarta: TH-Press, 2007), 68.
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu 3 bulan, dengan
rincian sebagai berikut:
Bulan Ke
I II III
No Kegiatan
Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyususnan
√
Proposal
2 Diskusi Proposal √
3 Analisis Domain √
4 Analisis Taksonomi √
5 Analisis
√
Komponensial
6 Analisis Tema √
7 Uji Keabsaan Data √ √ √
8 Draft Laporan
√
Penelitian
9 Diskusi Draft
√
Laporan Penelitian
10 Laporan Akhir √
Persetujuan Tim
Penilai I
Reviewer Ketua Tim Penilai II
.............................
................................. ..........................
...
3. Biodata Peneliti
Nama : Muhammad Uzaer Damairi. M.Th.I
NIP : 198207202015031003
Jenis Kelamin : Pria
Tempat dan Tanggal Lahir : Bondowoso, 20 Juli 1982
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Golongan / Pangkat : IIIb/Penata Muda Tingkat I
Jafung Akademik : Asisten Ahli
Perguruan Tinggi : IAIN Jember
Alamat : Jl. Mataram No. 1 Mangli, Jember
68136
Telp./Faks. : 0331-487550, 0331-427005
Alamat Rumah : Slawu Jember
Telp./HP. : 081252357100
E-mail : wali2kutub@gmail.com
4. Daftar Pustaka