Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PEMBINAAN

Rokat Pasca 7 Hari Meninggal Dunia: Studi


Living Qur’an dan Hadits
(Studi Etnografis di Kasemek Tenggarang
Bondowoso)

Diajukan Oleh:
Muhammad Uzaer Damairi, M.Th.I
(IAIN Jember)

Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan


Islam
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama
Tahun 2018

A. Judul

Rokat Pasca 7 Hari Meninggal Dunia: Studi Living Qur’an dan Hadits
(Studi Etnografis di Kasemek Tenggarang Bondowoso)

B. Latar Belakang

Rokat adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu ritual


tertentu. Ritual yang dimaksud adalah suatu kegiatan (melibatkan beberapa
orang) yang di dalamnya terdapat bacaan/doa tertentu, sesajen/hidangan dan
lain semacamnya dengan tujuan tertentu. Hal ini juga mirip disebut dengan
istilah slametan.
Slametan merupakan rangkaian kegiatan doa dan ucapan rasa syukur
atas suatu kejadian dan kesempatan, melibatkan sejumlah orang, dipimpin
oleh seorang guru agama, ustadz, atau kiai, dengan suguhan makanan ala
kadarnya (disebut berkat). Dalam sebuah survei di akhir abad 19 (lihat S.O
Robson, First Questions on the Slametans of Java dalam Sulastin Sutrisno,
1991; H.M. Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri, 2009; Sutiyono, Benturan
Budaya Islam, 2010; Claude Guillot, Kiai Sadrach, 1985) di daerah
Banyumas hingga Kediri, menyebut ada tiga jenis slametan yang dilakoni
rakyat kita: Pertama, slametan yang diselenggarakan pada momen-momen
keagamaan tertentu. Misalnya slametan hajian, muludan, sedekah ba’da
syawal dan maleman di bulan Ramadan. Kedua, slametan yang digelar dalam
kesempatan seseorang menjalani tahap-tahap siklus kehidupan manusia.
Seperti slametan kelahiran, slametan penganten atau walimahan, slametan
mitoni, brokohan, puput puser, dan sebagainya. Ketiga, slametan untuk
kepentingan menjaga harmoni kehidupan manusia dengan alam sekitarnya.
Termasuk menjaga sumber-sumber air, hutan, dan tanah. Seperti sedekah
bumi, nyadran, labuhan, bersih desa, dll.1
Dari sini dapat kita pahami kemiripan atau gambaran antara rokat dan
slametan. Ada beberapa rokat yang dilakoni masyarakat, diantaranya adalah
rokat tase’ dan rokat pandhebeh. Rokat pasca 7 hari meninggal dunia berarti
rokat yang dilaksanakan setelah 7 hari seseorang meninggal dunia. Rokat
tase’ untuk kepentingan menjaga harmoni dengan alam sekitar. Sedangkan
rokat pandhebeh adalah untuk keselamatan suatu keluarga dalam menjalani
siklus kehidupan.

1 Ahmad Baso, Agama NU untuk NKRI, (Jakarta: Pustaka Afid, 2013), 10-11
Rokat pasca 7 hari meninggal dunia bukanlah semacam slametan
dalam momen keagamaan, bukan slametan dalam kesempatan menjalani
tahapan siklus kehidupan, dan bukan pula untuk menjaga harmoni dengan
alam sekitar. Maka disinilah penelitian ini menarik dilakukan.
Rokat pasca 7 hari meninggal dunia tidak bisa dilepaskan dari
pengaruh pemahaman keagamaan. Jika kita memakai pemikiran Abdul Karim
Soroush tentang pemahaman keagamaan maka ritual rokat pasca 7 hari
meninggal dunia sangat perlu dipertanyakan kebenarannya. Walaupun
dianggap benar, menurutnya, bukanlah kebenaran yang absolute. Pemahaman
keagamaan tidak dapat dijadikan sebagai kebenaran absolute karena semua
itu hanya merupakan hasil pemikiran manusia.2 Soroush menjelaskan bahwa
agama turun atas kehendak Tuhan, tetapi memahami dan berupaya merealisir
agama terserah pada kita. Hanya agama yang tidak akan berubah sedangkan
pemahaman agama, penafsiran agama, dan ilmu agama akan berubah sesuai
dengan waktu.3
Disamping persoalan kebenaran absolute, rokat pasca 7 hari
meninggal dunia juga dihadapkan dengan persoalan bid’ah. Dalam hadits
Nabi saw.: setiap bid’ah itu sesat.4 Yang dimaksud dengan bid’ah itu adalah
hal baru yang tidak ada asalnya di dalam syariat yang menunjukkan kepada
hal itu.5 Hadits tersebut ‘am (secara umum) yang ada pengkhususannya
(makhsus). Ulama’ berpendapat: bid’ah itu ada lima bagian; wajib, sunnah,
haram, makruh, dan mubah.6 Maka tidak semua hal yang baru itu dilarang,
tetapi yang dilarang itu adalah bid’ah (hal baru) yang bertentangan dengan
sunnah yang sudah tetap.7 Apakah rokat pasca 7 hari meninggal dunia
termasuk bid’ah atau tidak, bid’ah yang mubah, sunnah atau bahkan bid’ah
yang haram.

2 Forough Jahanbakhsh, Islam, Democracy, and Religious Modernism in Iran 1953-2000: from
Bazargan to Soroush (Leiden: Brill, 2001), 148

3 Abdolkarim Soroush, Reason, Freedom, and Democracy in Islam Essential Writings of


Abdolkarim Soroush (Oxford: Oxford University Press, 2000), 31-32

4 Abul Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim, hadits no. 867
(Thab’ah Muhammad Fuad Abdul Baqi), II: 13

5 Muhammad Abdurrahman Al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jami’ At-Tirmidzi,


(Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2011), VII: 303

6 Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh Nawawi, (Mesir: Darud
Da’wah Al-Islamiyah), VI: 144

7 Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, (Surabaya: Al-Hidayah), II: 3


Rokat ini –sebagaimana sudah dijelaskan- merupakan muhdatsat
(sesuatu yang baru), yaitu sesuatu yang tidak pernah dicontohkan Nabi saw.
Imam Syafi’e berkata: muhdatsat itu ada dua macam; Pertama, “sesuatu yang
baru” yang menyalahi Al-Qur’an atau Sunnah atau Ijma’, maka itu adalah
bid’ah dhalalah (sesat). Kedua, sesuatu yang baru dalam kebaikan yang tidak
menyalahi sedikitpun dari Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ maka itu adalah
bid’ah yang tidak tercela”.8 Maka penting untuk menelusuri rokat pasca 7 hari
meninggal dunia, apakah rokat ini termasuk muhdatsat yang sesat atau
muhdatsat yang tidak tercela.
Rokat pasca 7 hari meninggal dunia telah lama dilakoni masyarakat,
khususnya di Desa Kasemek Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
Tradisi ini sudah puluhan tahun lamanya dari generasi ke generasi secara
turun menurun. Seakan menjadi hal yang salah jika setelah 7 hari seseorang
meninggal dunia, dari sanak keluarganya tidak mengadakan rokat ini.
Disamping karena alasan sebuah tradisi, tentunya mereka juga memiliki
tujuan atau motif tertentu di dalam melaksanakan rokat pasca 7 hari
meninggal dunia.
Salah satu tujuan mereka melaksanakan rokat ini adalah untuk
menyelamatkan ekonomi dari sanak keluarga yang ditinggalkan. Mereka
beranggapan, jika tidak melakukan rokat ini maka khawatir akan ada
marabahaya yang menimpa mereka dari sanak keluarga yang ditinggalkan
utamanya bahaya dalam hal ekonomi.
Pelaksanaan rokat pasca 7 hari meninggal dunia, mengalami beberapa
perubahan dalam prakteknya. Perkembangan pendidikan, ekonomi dan
perubahan pemahaman keagamaan masyarakat -tidak bisa dielakkan- menjadi
faktor pemicu perubahan tersebut. Maka praktek yang terjadi pun tidak selalu
sama antar satu keluarga dengan keluarga lainnya, walaupun tetap sama
dalam satu semangat yakni rokat.
Perubahan yang mengarah kepada hal yang lebih baik tentunya perlu
diapresiasi. Dan dengan mengesampingkan hal-hal yang kurang baik dalam
praktek rokat ini, penting juga untuk diupayakan. Hal yang paling dirasakan
dalam praktek rokat ini adalah merupakan media pemersatu dan silaturrahim.
Karena dalam kegiatan rokat ini melibatkan beberapa orang, diantaranya
adalah sanak keluarga terdekat.
Penelitian ini, selain menjelaskan tentang bagaimana praktek rokat ini
dilaksanakan beserta perubahan-perubahannya dari generasi ke generasi,
penelitian ini juga sebagai jawaban atas ketidaktahuan sebagian masyarakat
yang selama ini hanya menjalankannya sesuai tradisi bukan atas dasar
tuntunan Islam.

8 Al-Hafidh Al-Baihaqi, Manaqib As-Syafi’e, I:469, dikutip Umar Abdullah Kamil, Kalimat
Hadi’ah fil Bid’ah, (Mesir, Dar Al-Musthafa, 2005), 20-21
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa paktek rokat ini mampu
menjadi media pemersatu dan silaturrahim, maka penelitian ini menjadi
rujukan penting bagi masyarakat untuk menjaga dan merawat tradisi rokat ini.
Bagaimana seharusnya masyarakat menjalankan semangat rokat ini dengan
praktek yang benar sesuai tuntunan Islam dan memiliki dampak pada
kemaslahatan umum.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut rumusan masalah yang


akan dibahas dalam penelitian ini:
1. Bagaimana praktek rokat pasca 7 hari meninggal dunia?
2. Apa motif-tujuan dan dampak dari pelaksanaan rokat pasca 7 hari
meninggal dunia?
3. Bagaimana studi living qur’an dan hadits terhadap rokat pasca 7
hari meninggal dunia?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan praktek rokat pasca 7 hari


meninggal dunia beserta motif, tujuan, dan dampak dari pelaksanaan rokat
ini. Kajian living qur’an dan hadits menjadi bagian inti dalam penelitian ini,
sebagai landasan atau rujukan bagi masyarakat di dalam menjalankan tradisi
rokat pasca 7 hari meninggal dunia yang sesuai dengan tuntunan Islam dan
tidak hanya sekedar tradisi.

E. Tinjauan Pustaka

Di desa-desa ada pengaruh yang diakui secara tradisional sebagai


“desa-inti” (core-villagers), seperti dikatakan Van Vollenhoven. Ada juga
yang disebut kesatuan kepentingan desa dan kegiatan-kegiatan keagamaan
yang mengangkat dan memajukan kepentingan-kepentingan desa itu.
Kegiatan-kegiatan keagamaan itu seperti slametan, bersih Desa, ritual-ritual
bertani, dsb., dimana desa-desa, otoritas desa, lurah, dan modin, memainkan
peran penting. Semua ini ditujukan untuk mengusir pengaruh-pengaruh jahat
makhluk halus dan untuk memperoleh keberkahan Ilahi. Bagi orang-orang
Jawa, tidak ada pembedaan antara yang sekuler dan yang religious dalam
soal-soal seperti ini.9

9 Karel Steenbrink, “Ethnic, National and International Loyalties of Indonesian Christians” dalam
Martin Ramstedt (editor), Hinduism in Modern Indonesia: A Minority Religion between Local,
National, and Global Interests (London: Routledge Curzon, 2004), 112
Studi living qur’an dan hadits adalah studi atas teks (qur’an hadits)
yang hidup di masyarakat.10 Living Qur’an sebagai kajian atau penelitian
ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran Al-Qur’an
atau keberadaan Al-Qur’an di sebuah komunitas muslim tertentu11

F. Kajian Terdahulu

Tradisi rokat pandhaba di Desa Beluk Raja Kecamatan Ambunten


Kabupaten Sumenep (skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016) oleh
Zainuddin dan Tradisi rokat pandhaba dalam masyarakat Madura di Desa
Kalisat Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember, oleh Mardian Dwi
Darmawan, keduanya sama-sama membahas tentang rokat pandhaba. Yaitu
rokat yang dilaksanakan untuk anak pandhaba atau karena memiliki anak
pandhaba, dengan tujuan agar terhindar dari gangguan makhluk halus yang
bernama bharatakala.
Selain rokat pandhaba, ada rokat tase’. Sudah banyak penelitian
tentang rokat tase’ dengan perspektif dan pendekatan yang berbeda-beda,
termasuk lokasi penelitian yang beragam. Berikut penelitian tentang rokat
tase’;
1. Ainurrahman Hidayat, Dimensi Kosmologis Upacara Rokat Tase`
pada Masyarakat Madura; Studi Kasus di Pantai Kaduara Barat
Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan, (STAIN Pamekasan: Jurnal
Penelitian "Nuansa", 2007). Metode kualitatif dengan pendekatan (objek
formal) kosmologi-metafisik. Objek materialnya adalah seluruh prosesi
dalam upacara rokat tase` di Pantai Kaduara Barat.
2. Hermien Kusmayati, Rokat Tase’: Upacara dan Pertunjukan
Pesisir (Majalah Gong No. 81/VIII/2006). Penjelasan tentang prosesi
rokat tase’ mulai awal dari persiapan sebelum dan menjelang rokat
hingga hiburan setelah upacara rokat tase’ selesai.
3. Hanafi Baidawi, Konstruksi Keberagamaan Masyarakat Nelayan;
Studi terhadap Ritual Rokat Tase’ di Desa Branta Kecamatan Tlanakan
Kabupaten Pamekasan (skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008).
Rokat tase’ ini adalah sebagai cermin dari masyarakat Nelayan Desa
Branta yang memiliki kecenderungan berperilaku religius dan mistik.
4. Nurul Isnaini, Pembelajaran Nilai Moral kepada Masyarakat
melalui Upacara Adat Rokat Tase’; Studi Praktek Pendidikan Informal di
Desa Dharma Camplong Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
10 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur’an dan Hadis” dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (Yogyakarta: TH-Press, 2007), xiv.

11 M. Mansur, “Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an” dalam Metodologi
Penelitian Living Qur’an & Hadis, (Yogyakarta: TH-Press, 2007), 8.
(Skripsi Universitas Negeri Malang, 2008) Di dalam pelaksanaan upacara
rokat tase’ terkandung nilai-nilai moral sebagai media pembelajaran
kepada masyarakat dalam bentuk pendidikan informal.
5. Suadah, Budaya Rokat Tase’ Masyarakat Nelayan Desa Padelegan
Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan (skripsi Universitas
Muhammadiyah Malang, 2009). Upacara rokat tase' dilakukan sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah swt. atas melimpahnya hasil laut selama
setahun. Di dalamnya juga menjelaskan tentang pelaksanaan upacara
rokat tase' dan pandangan masyarakat Nelayan Madura tentang upacara
rokat tase' itu sendiri.
Rokat tase’ ini juga mirip dengan penelitian Susilowati yang berjudul
Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Rokat Praoh Kesellem di
Pulau Mandangin Sampang Madura (skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya,
2016). Tradisi rokat praoh kesellem ini dilakukan ketika Nelayan masyarakat
Pulau Mandangin mengalami hasil yang kurang baik di dalam menangkap
ikan dan sekaligus bertujuan untuk keselamatan, menolak bahaya, dan
mendatangkan keberuntungan.
Hermien Kusmayati, Rokat Bangkalan: Penjelajahan Makna dan
Struktur (Bandung: Sastrataya, 1998). Membahas tentang musik dan tarian
tradisional yang mengiringi ritual upacara dan menyinggung tentang tradisi
rokat yang terdapat di Bangkalan, seperti rokat tanah, rokat desa, dan rokat
tase’.
Semua penelitian tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan rokat
pasca 7 hari meninggal dunia. Walaupun menggunakan istilah yang sama,
rokat, tetapi dalam prakteknya, motif beserta tujuannya sangatlah berbeda.

G. Kontribusi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dan tuntunan
bagi masyarakat di dalam menjalankan tradisi rokat pasca 7 hari meninggal
dunia dan bisa menjadi jawaban atas ketidaktahuan masyarakat tentang rokat
ini. Sehingga penelitian ini bisa bermanfaat secara praktis.
Sedangkan manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk
memperkaya khazanah kajian keislaman dalam bentuk tradisi yang berlaku di
masyarakat yang merupakan simbol dari nilai-nilai keislaman.
Penelitian ini juga sebagai sumbangan pemahaman sebagai bahan
klarifikasi isu-isu dan tindakan sosial terkait tradisi rokat pasca 7 hari
meninggal dunia.

H. Metode
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1). Data lapangan (field research)
2). Data tertulis (library research)
3). Data dokumentasi (documentary research)
2. Teknik Pengumpulan Data
1). Metode Observasi
2). Metode Wawancara
3). Pustaka/Penelusuran Referensi

3. Teknik Analisis dan Pendekatan


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan “model
interaktif” (Miles dan Huberman) yaitu data reduction, data display, dan
conclusion/verification, dengan melakukan langkah-langkah berikut;
Pertama, Mencocokkan hasil wawancara antar para informan dan dicari
letak perbedaan-persamaannya berikut relasi yang saling berkaitan.
Kedua, Mengklasifikasi data sesuai ranah perspektifnya. Artinya dari
perbedaan kesimpulan tentang suatu masalah, maka dicarikan tentang
sudut pandang apa yang digunakan hingga terjadi sedikit perbedaan.
Kemudian data diklasifikasi. Ketiga. Data yang sudah diklasifikasi
kemudian dianalisis secara mendalam (apa dan mengapa data tersebut
terbentuk) dan menyeluruh (bagaimana data tersebut terbentuk) sesuai
dengan ranah dan relasi masing-masing.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
historis sosiologis. Pendekatan historis sosiologis ini digunakan untuk
mengetahui interaksi masyarakat di dalam menjalankan tradisi rokat
pasca 7 hari meninggal dunia yang telah dipraktekkan dari generasi ke
generasi berikutnya secara turun menurun. Sehingga suatu fenomena
sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya
proses tersebut.12
Pendekatan historis yang selalu menyangkut fakta kehidupan di
masa lalu, maka pendekatan sosiologis mengarah pada usaha memahami
realitas kehidupan masyarakat di masa sekarang. 13 Kedua pendekatan ini
untuk mencari gambaran yang utuh tentang praktek atau tradisi rokat
pasca 7 hari meninggal dunia.
Setelah memperoleh gambaran yang utuh tentang rokat ini,
selanjutnya adalah keterkaitannya dengan living qur’an dan hadits.
Bagaimana teks atau nilai-nilai qur’an dan hadits direspon dan ditangkap
oleh masyarakat Kasemek –dari generasi ke generasi berikutnya- ke

12 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 39.

13 Imam Bawani, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, (Sidoarjo: Khazanah Ilmu Sidoarjo,
2016), 130.
dalam bentuk tradisi rokat pasca 7 hari meninggal dunia.14 Cara
merespon –terhadap qur’an hadits- yang berbeda-beda inilah yang
menyebabkan beberapa perubahan dalam praktek rokat ini. Dan ini
adalah bagian analisis terakhir dalam penelitian ini.

4. Ruang Lingkup Penelitian


Berdasarkan pada pemaparan sebelumnya, berikut ruang lingkup
penelitian yang mengacu pada dua masalah pokok;
1.Rokat pasca 7 hari meninggal dunia
- Munculnya rokat
- Motif pelaksanaan rokat
- Tujuan rokat
- Prosesi pelaksanaan rokat
- Perubahan dan perbedaan praktek rokat
- Unsur positif-negatif dalam rokat
2.Living qur’an dan hadits
- Ayat-hadits tentang rokat
- Asbab nuzul-wurud
- Tafsir ayat-hadits
- Teks qur’an dalam rokat

1. Jadwal Pelaksanaan

14 Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an; Model Penelitian Kualitatif” dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (Yogyakarta: TH-Press, 2007), 68.
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu 3 bulan, dengan
rincian sebagai berikut:
Bulan Ke
I II III
No Kegiatan
Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyususnan

Proposal
2 Diskusi Proposal √
3 Analisis Domain √
4 Analisis Taksonomi √
5 Analisis

Komponensial
6 Analisis Tema √
7 Uji Keabsaan Data √ √ √
8 Draft Laporan

Penelitian
9 Diskusi Draft

Laporan Penelitian
10 Laporan Akhir √

2. Rencana Anggaran Biaya


No Jenis Kegiatan V* F** Sat Harga Jumlah
1 Pelaksanaan
Pengumpulan Data
a. Konsumsi Harian 1 60 OH 300.000 4.800.000
b. Penginapan 1 50 OH 150.000 7.500.000
c. Transport (PP) 1 30 Keg 150.000 4.500.000
2 Diskusi/Pembahasan
a. Tranportasi 1 1 Keg 150.000 300.000
b. Konsumsi 1 5 Org 60.000 300.000
3 Pasca Pelaksanaan
Expose Hasil Penelitian
a. Honor Narasumber 1 1 OA 450.000 450.000
b. Transportasi 1 1 OA 150.000 150.000
c. Konsumsi Peserta 1 15 OA 60.000 900.000
4 Bahan
ATK
a. Kertas 1 3 Rim 47.500 142.500
b. Tinta Printer Epson 1 6 Btl 90.000 540.000
c. Clips 1 40 Bh 1.500 60.000
d. Map 1 1 Pak 150.000 150.000
e. Note Book 1 2 Pak 20.000 40.000
f. Fiber Castle 1 1 Pak 45.000 45.000
g. Joyko Pulpen 1 1 Pak 56.000 56.000
h. Bantek Komputer 1 1 Bh 66.500 66.500
Jumlah 20.000.000
Terbilang “Dua Puluh Juta Rupiah”
Catatan:
*V = Volume **F = Frekuensi

Persetujuan Tim

Penilai I
Reviewer Ketua Tim Penilai II

.............................
................................. ..........................
...

3. Biodata Peneliti
Nama : Muhammad Uzaer Damairi. M.Th.I
NIP : 198207202015031003
Jenis Kelamin : Pria
Tempat dan Tanggal Lahir : Bondowoso, 20 Juli 1982
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Golongan / Pangkat : IIIb/Penata Muda Tingkat I
Jafung Akademik : Asisten Ahli
Perguruan Tinggi : IAIN Jember
Alamat : Jl. Mataram No. 1 Mangli, Jember
68136
Telp./Faks. : 0331-487550, 0331-427005
Alamat Rumah : Slawu Jember
Telp./HP. : 081252357100
E-mail : wali2kutub@gmail.com

4. Daftar Pustaka

Abdolkarim Soroush, Reason, Freedom, and Democracy in Islam


Essential Writings of Abdolkarim Soroush (Oxford: Oxford University Press,
2000)

Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an; Model Penelitian


Kualitatif” dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis,
(Yogyakarta: TH-Press, 2007)
Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh
Nawawi, (Mesir: Darud Da’wah Al-Islamiyah)

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 1999)

Abul Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih


Muslim (Thab’ah Muhammad Fuad Abdul Baqi)

Ahmad Baso, Agama NU untuk NKRI, (Jakarta: Pustaka Afid, 2013)

Ainurrahman Hidayat, Dimensi Kosmologis Upacara Rokat Tase` pada


Masyarakat Madura; Studi Kasus di Pantai Kaduara Barat Kecamatan
Larangan Kabupaten Pamekasan, (STAIN Pamekasan: Jurnal Penelitian
"Nuansa", 2007)
Al-Hafidh Al-Baihaqi, Manaqib As-Syafi’e, I:469, dikutip Umar
Abdullah Kamil, Kalimat Hadi’ah fil Bid’ah, (Mesir, Dar Al-Musthafa, 2005)

Forough Jahanbakhsh, Islam, Democracy, and Religious Modernism in


Iran 1953-2000: from Bazargan to Soroush (Leiden: Brill, 2001)

Hanafi Baidawi, Konstruksi Keberagamaan Masyarakat Nelayan; Studi


terhadap Ritual Rokat Tase’ di Desa Branta Kecamatan Tlanakan Kabupaten
Pamekasan (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008)
Hermien Kusmayati, Rokat Bangkalan: Penjelajahan Makna dan
Struktur (Bandung: Sastrataya, 1998)
Hermien Kusmayati, Rokat Tase’: Upacara dan Pertunjukan Pesisir
(Majalah Gong No. 81/VIII/2006)
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, (Surabaya: Al-Hidayah)

Imam Bawani, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, (Sidoarjo:


Khazanah Ilmu Sidoarjo, 2016)

Karel Steenbrink, “Ethnic, National and International Loyalties of


Indonesian Christians” dalam Martin Ramstedt (editor), Hinduism in Modern
Indonesia: A Minority Religion between Local, National, and Global Interests
(London: Routledge Curzon, 2004)

M. Mansur, “Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an”


dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (Yogyakarta: TH-Press,
2007)
Mardian Dwi Darmawan, Tradisi Rokat Pandhaba dalam Masyarakat
Madura di Desa Kalisat Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember (Skripsi
Universitas Jember, 2014)
Muhammad Abdurrahman Al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh
Jami’ At-Tirmidzi, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2011)

Nurul Isnaini, Pembelajaran Nilai Moral kepada Masyarakat melalui


Upacara Adat Rokat Tase’; Studi Praktek Pendidikan Informal di Desa
Dharma Camplong Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang (Skripsi
Universitas Negeri Malang, 2008)
Sahiron Syamsuddin, “Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur’an
dan Hadis” dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis,
(Yogyakarta: TH-Press, 2007)
Suadah, Budaya Rokat Tase’ Masyarakat Nelayan Desa Padelegan
Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan (Skripsi Universitas
Muhammadiyah Malang, 2009)
Susilowati, Nilai-Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Rokat
Praoh Kesellem di Pulau Mandangin Sampang Madura (Skripsi UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2016)
Zainuddin, Tradisi Rokat Pandhaba di Desa Beluk Raja Kecamatan
Ambunten Kabupaten Sumenep (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2016)

Anda mungkin juga menyukai