Re Busan
Re Busan
TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya
Disetujui di
Medan, Juli 2012
Disetujui Oleh
Program Studi D3 Kimia
Ketua Pembimbing
PERNYATAAN
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi-rabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Tak lupa pula salawat beriring salam kami ucapkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW semoga kita mendapatkan
syafa’at nya di Yaumil Mahsyar kelak.
Karya ilmiah ini berjudul “Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap
Kehilangan Minyak (Losses) pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan
Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero)
Pulu Raja” adalah merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya pada
Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dari
banyak aspek mengingat keterbatasan yang dimiliki penulis dari banyak hal seperti
kemampuan dan pemahaman materi, namun penulis berharap tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk lingkungan USU.
Selama penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak menemukan kesulitan, namun
atas bantuan serta dorongan dari semua pihak maka tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, ibunda tercinta Asnawaty dan Ayahanda tercinta
Budiman yang banyak memberikan doa, masukan serta motivasi setiap waktu.
2. Kedua saudara kandung penulis yang senantiasa menjadi penyemangat Adinda
tersayang Bima dan Dastin.
3. Bapak Drs. Darwis Surbakti,M.S selaku Dosen Pembimbing yang selalu
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan
serta solusi dalam banyak masalah yang dihadapi selama penyelesaian tugas
akhir ini.
4. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc. selaku Dekan FMIPA USU Medan.
5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S sebagai Ketua Departemen Kimia FMIPA
USU.
6. Ibu Dra. Emma Zaidar sebagai Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA USU.
7. Bapak/Ibu karyawan PTPN. IV Pulu Raja serta staff pegawai laboratorium
yang banyak memberikan ilmu serta masukan selama penulis PKL.
8. Bapak B. Yudha Tarigan selaku asisten pengolahan di PTPN IV Pulu Raja
yang senantiasa membantu penulis memberikan informasi selama penulis PKL
ataupun menyelesaikan tugas akhir.
9. Teman-teman PKL penulis yang menemani dalam suka maupun duka, Nina,
Mitra dan Fitri.
10. Sahabat-sahabat saya kak Dina, kak Delta, kak Rani, kak Mimi, Lyla,
Khodijah, Fany yang selalu memberikan motivasi selama penulis belajar di
bangku kuliah hingga penyusunan tugas akhir.
Penulis
Losses atau kehilangan minyak pada stasiun perebusan adalah hal yang lazim dialami
oleh pabrik kelapa sawit dalam proses pengolahannya. Losses merupakan kondisi
yang harus yang minimalkan karena menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Kadar losses di stasiun perebusan dapat dianalisis melalui sampel air kondensat.
Dibuat variasi tekanan dan waktu perebusan untuk masing-masing sampel air
kondensat yang diambil. Dari setiap perlakuan yang berbeda akan diperoleh kadar
losses yang berbeda pula. Kondisi optimum perebusan pada sterilizer PTPN IV Pulu
Raja adalah pada tekanan 2,76 kg/cm2 dengan waktu perebusan 90 menit dan suhu
135oC serta dengan pola perebusan sistem tiga puncak (triple peak) dimana dihasilkan
losses pada air kondensat sebesar 0,74%.
ABSTRACT
Losses of oil on the boiling station are as prevalent as experienced by the Palm Oil
mills in the processing. Losses are conditions that must be minimized because it cause
loss to the company.
Levels of losses in boiling water station can be analyzed through a sample of
condensate water. Created variations in pressure and boiling time for each of the
condensate water samples taken. Of each different treatment would be obtained in
different levels of losses. The optimum conditions of boiling on the sterilizer PTPN IV
Pulu Raja was at a pressure of 2.76 kg/cm2 with a 90-minute boiling time and
temperature was 135oC and a boiling system of three-peak pattern (triple peak) which
generated losses in the condensate water by 0.74%.
Halaman
PERSETUJUAN iii
PERNYATAAN iv
PENGHARGAAN v
ABSTRAK vii
ABSTRACK viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 4
Halaman
Halaman
Losses atau kehilangan minyak pada stasiun perebusan adalah hal yang lazim dialami
oleh pabrik kelapa sawit dalam proses pengolahannya. Losses merupakan kondisi
yang harus yang minimalkan karena menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Kadar losses di stasiun perebusan dapat dianalisis melalui sampel air kondensat.
Dibuat variasi tekanan dan waktu perebusan untuk masing-masing sampel air
kondensat yang diambil. Dari setiap perlakuan yang berbeda akan diperoleh kadar
losses yang berbeda pula. Kondisi optimum perebusan pada sterilizer PTPN IV Pulu
Raja adalah pada tekanan 2,76 kg/cm2 dengan waktu perebusan 90 menit dan suhu
135oC serta dengan pola perebusan sistem tiga puncak (triple peak) dimana dihasilkan
losses pada air kondensat sebesar 0,74%.
ABSTRACT
Losses of oil on the boiling station are as prevalent as experienced by the Palm Oil
mills in the processing. Losses are conditions that must be minimized because it cause
loss to the company.
Levels of losses in boiling water station can be analyzed through a sample of
condensate water. Created variations in pressure and boiling time for each of the
condensate water samples taken. Of each different treatment would be obtained in
different levels of losses. The optimum conditions of boiling on the sterilizer PTPN IV
Pulu Raja was at a pressure of 2.76 kg/cm2 with a 90-minute boiling time and
temperature was 135oC and a boiling system of three-peak pattern (triple peak) which
generated losses in the condensate water by 0.74%.
BAB I
PENDAHULUAN
Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu faktor kunci sukses pembangunan
industri perkebunan kelapa sawit, dimana pabrik kelapa sawit mengolah tandan buah
segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO) dan inti (kernel sawit) sebagai produk
antara dalam proses industri yang dapat diolah menjadi beberapa produk jadi baik itu
kombinasi perlakuan mekanis, fisik dan kimia. Unit perebusan (sterilizer) adalah unit
yang sangat berpengaruh dalam proses produksi karena di unit perebusan proses
unit-unit selanjutnya.
menghasilkan minyak sawit dengan mutu yang tinggi. Salah satu penentu mutu
minyak sawit yang harus diperhatikan yaitu kadar asam lemak bebas yang rendah. Di
unit perebusan enzim-enzim lipase dinonaktifkan, dengan tujuan agar hidrolisis lemak
dioptimalkan. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, tekanan dan waktu perebusan,
dimana faktor-faktor ini akan berpengaruh untuk proses selanjutnya seperti proses
kehilangan minyak (losses) dari buah sawit. Untuk itu digunakan suhu, tekanan serta
waktu perebusan yang telah ditentukan untuk mengatasi kehilangan minyak tersebut.
digunakan adalah 2,8-3,0 kg/cm2 dan suhu 130-140 oC serta waktu perebusan 90-100
menit. Tekanan, suhu maupun waktu perebusan harus disesuaikan satu sama lain agar
tidak terjadi kehilangan minyak (losses) yang tinggi baik itu di tandan kosong, air
rebusan maupun ampas (fiber), karena losses yang terlalu tinggi dapat meyebabkan
kehilangan minyak khususnya di air kondensat. Maka dari itu tindakan lain selain
kehilangan minyak di air kondensat yaitu dengan cara mengoptimalkan tekanan, suhu
berusaha menekan angka kerugian akibat kehilangan minyak dari perebusan salah
satunya dengan menentukan tekanan dan waktu perebusan yang optimal yang
Maka atas dasar tersebut penulis membuat tugas akhir dengan judul “
pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan Sistem Tiga Puncak (Triple
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah bagaimana
pengaruh tekanan dan waktu perebusan yang digunakan saat proses perebusan di
stasiun sterilizer terhadap kehilangan minyak (losses) pada air kondensat di pabrik
1.3. Tujuan
tekanan dan waktu perebusan yang berbeda pada perebusan system tiga
1.4. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
3. E. odora
beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5 oLintang Utara sampai
23,5 oLintang Selatan. Adapun persyaratan untuk tumbuh tanaman kelapa sawit
sebagai berikut.
Curah hujan 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode
hadir dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik dan produk
olahannya terutama minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang
handal. Perkebunannya dapat ditemukan antara lain di Sumatera Utara dan Nangroe
Aceh Darussalam.
hias langka di Kebun Raya Bogor dan sebagai tanaman penghias jalanan atau
pekarangan. Itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa puluh tahun sesudahnya.
kelapa sawit dari Mauritus dan Amsterdam yang kemudian ditanam di Kebun Raya
ini, selama beberapa puluh tahun, kelapa sawit yang telah berkembangbiak hanya
berperan sebagai tanaman hias di sepanjang jalan di Deli, sehingga potensi yang
yang merintis usaha ini adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar
Rintisan Hallet ini kemudian diikuti oleh K. Schadt, seorang Jerman yang
mengusahakan perkebunannya di daerah Tanah Itan Ulu di Deli. Kelapa sawit Deli ini
ternyata lebih produktif serta komposisi buahnya juga lebih baik dibandingkan dengan
kelapa sawit dari Pantai Barat Afrika. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mulai
dibudidayakan di Indonesia.
Ada empat varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas
itu dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buahnya yaitu antara lain:
1. Dura
pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat
tipis. Jenis Psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang
lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur
pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan Psifera dipakai sebagai pohon induk
jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan varietas
Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yitu Dura
dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan – perkebunan pada
saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm. dan
tinggi, antara 60 – 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak
4. Macro carya
Buah dari varietas Macro carya memiliki tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm,
terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 – 24%, sedangkan pada varietas Dura
rendemenn minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama.
bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak dan
inti sawit. Sebelum buah diolah perlu dilakukan sortasi dan penimbangan di loading
ramp.
Tandan yang telah tiba di pabrik diketahui mutunya dengan cara visual, yang
dapat dilakukan di tempat penerimaan buah. Pengujian atau sortasi panen sebaiknya
dilakukan pada setiap truk yang tiba di pabrik, akan tetapi hal ini dianggap tidak
ekonomis. Oleh sebab itu sortasi panen dilakukan secara acak, yaitu 10% terhadap
truk yang telah diterima atau minimal setiap satu truk untuk setiap afdeling. Jika
jumlah 10% sampling dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50% isi
truk. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standart fraksi tandan.
Loading ramp berperan untuk memuat buah kedalam lori. Akan tetapi loading
minyak sawit, yang lebih cepat daripada penibunan di lapangan. Hal ini disebabkan
derajat kelukaan buah yang tinggi akibat frekuensi benturan mekanis lebih banyak
Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit yang
Substansi Kandungan
Kotoran 0,01%
Cangkang Trace
Sifat fisik dari minyak kelapa sawit yang perlu diperhatikan diantaranya adalah
warna, bau dan flavor, titik didih, titik cair dan polymorphism, kelarutan, bobot jenis,
indeks bias.
a. Warna
Zat warna yang terkandung dalam minyak kelapa sawit adalah karotenoid.
Karotenoid menghasikan pigmen warna kuning orange pada minyak kelapa sawit.
Bau dan flavor pada minyak kalapa sawit terdapat secara alami dan juga terjadi
karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebagi hasil penguraian
pada kerusakan minyak. Bau yang khas dari minyak kelapa sawit disebabkan karena
adanya β-ionon.
c. Kelarutan
bahan yang diduga mengandung minyak. Minyak kelapa sawit tidak larut dalam air,
tetapi larut sempurna dalam pelarut halogen dan sedikit larut dalam alkohol. Semakin
panjang rantai asam-sam lemak yang dikandung oleh minyak maka kelarutannya
semakin kecil.
d. Titik cair
Titik cair minyak kelapa sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak
kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair
Titik didih 38 oC
Titik lebur 27 – 43 oC
Beberapa proses kimia yang terjadi pada minyak sangat berpengaruh terhadap
kadar suatu bilangan yang terkandung dalamnya. Misalnya proses penyabunan yang
minyak, atau bilangan asam yang dapat diguanakan untuk menghitung jumlah asam
lemak bebas dalam minyak. Kadar-kadar bilangan lain yang juaga perlu diketahui
Bilangan Iod 46 – 52
Bilangan Bartya 33
Kelapa sawit merupakan berkah dari alam (natural gift) karena memiliki
kandungan nutrisi yang tinggi dan baik bagi kesehatan manusia, seperti nilai kalori,
Minyak kelapa sawit memiliki nilai kalori sebesar 9 kkal/g, dimana nilai kalori
untuk protein dan karbohidrat masing-masing 4 kkal/g. Minyak kelapa sawit juga kaya
alami provitamin A pada minyak kelapa sawit cukup tinggi, yaitu sekitar 900 IU/g.
Minyak kelapa sawit mempunyai daya cerna yang tinggi serta mengandung
Minyak kelapa sawit terdiri dari 50% asam lemak jenuh dan 40% asam lemak
tidak jenuh. Asam lemak tersebut dibutuhkan secara essensial untuk nutrisi
lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14-20 atom karbon. Dengan
demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida
tersebut.
% Berat Asam
Jumlah ikatan Titik lebur
Asam lemak Jumlah atom C lemak minyak
rangkap (oC)
sawit
(Soepadiyo M, 2003)
Mutu minyak yang dihasilkan dari pabrik dapat dipengaruhi oleh kualiatas
faktor tersebut akan dibahas pada setiap parameter mutu yang dipersyaratkan dalam
perdagangan.
Titik Cair 39 – 41 oC
(PTPN.IV, 2010)
Penyebab dominan kenaikan ALB adalah hidrolisis dan oksidasi. Dalam reaksi
hidrolisis, minyak diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol sehingga CPO
barbau tengik. Sedangkan dalam reaksi oksidasi, minyak sawit akan menghasilkan
senyawa aldehid dan keton sehingga CPO berbau tengik, berubah warna karena
Zat yang mudah menguap pada temperatur diatas 100 oC adalah air. Tingginya
autokatalis, yang meningkatkan kadar ALB. Air merupakan media yang baik bagi
Kotoran dalam minyak sawit adalah kotoran yang tidak larut dalam n-Heksan
dan Petroleum eter. Kotoran ini dapat menyebabkan proses hidrolisis di dalam minyak
karena mengandung besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang merupakan pro-oksidan.
Penyebabnya adalah TBS kotor dan juga selama proses di pabrik. Kadar air dan kadar
Parameter DOBI ditentukan dengan metode analisa yang sederhana dari ratio
(kandungan β- karoten) dan 269 (produk oksidasi sekunder). Panas yang tinggi pada
kecoklatan dan larut dalam minyak. Semakin banyak senyawa yang berwarna
kecoklatan, semakin sulit minyak dipucatkan dan semakin rendah nilai DOBI nya.
Bilangan Iodin adalah bilangan yang menyatakan kandungan asam lemak tidak
jenuh yang dinyatakan dalam milligram iodium yang diserap per gram minyak. Asam
lemak tidak jenuh adalah lemak yang rendah kadar kolestrolnya. Tinggi rendahnya
kadar iodin dalam minyak sawit tidak dipengaruhi oleh proses pengolahan, tetapi
dipengaruhi oleh klon bahan tanaman yang dibudidayakan. Semakin tinggi bilangan
iodium berarti semakin banyak kandungan asam lemak tidak jenuh dan semakin baik
kualitas CPO.
karena bertambahnya radikal aktif molekul oksigen pada gugus metilen aktif pada
abstad yang teroksidasi menjadi gugusan aldehid dan keton yang dinyatakan dengan
Kandungan logan Fe dan Cu yang terdapat dalam minyak sawit dapat terjadi
akibat adanya kontaminasi baik di pabrik atau selama transportasi produk CPO.
Kontaminasi terjadi di pabrik dan transportasi akibat kontak langsung antara minyak
2.2.3.10. β-karoten
pro-vitamin A dan merupakan anti oksidan alami yang efektif. β-karoten terdegradasi
oleh panas yang berlebihan dan oksidasi dengan udara (PTPN. IV, 2010).
ataupun inti pada proses selanjutnya. Proses perebusan yang sempurna akan
sempurna akan meyebabkan peningkatan losses. Oleh karena itu proses perebusan
yang sempurna mutlak harus diakukan sehingga capaian rendemen dapat meningkat
Perebusan atatu sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana
menampung buah 2,5 – 3,5 bahkan 5,0 ton TBS. Lori-lori yang telah berisi TBS
dikirm ke stasiun rebusan dengan cara ditarik dengan menggunakan capstand yang
digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Lori tempat buah dibuat
berlubang dengan diameter 0,5 inch, yang berfungsi untuk mempertinggi penetrasi
uap pada buah dan penentesan air kondensat yang terdapat diantara buah. Dalam
prosesperebusan TBS dipanaskan dengan uap pada temperature sekitar 135oC selama
tekanan di dalam sterilizer agar tidak melebihi tekanan kerja maksimum yang
Setiap PKS tentunya menginginkan hasil minyak dengan kualitaas yang baik,
tingkat keasaman yang rendah, dan minyak yang mudah dipucatkan (bleaching).
Proses perebusan sangat menentukan kualitas haasil pengolahan hasil pabrik kelapa
sawit. Tujuan dari proses perebusan tandan buah segar yaitu untuk menghentikan
sawit.
Pembentukan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis
perebusan hingga temperatur 50oC selama beberapa menit. Namun, jika ditinjau
2. Memudahklan pemipilan.
sebenarnya cukup dengan merebus dalam air mendidih. Namun, cara ini tidak
Selama proses perebusan , kadar air dalam buah akan berkurang karena proses
minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat
nonlemak (Non Oil Solid). Pada saat yang sama, sel-sel minyak akan pecah dan
berada dalam keadaan bebas pada saat pengeluaran uap perebusan (puncak ketiga).
Dalam hal ini, senyawa protein merupakan cairan emulsi yang berbeda sehingga
kehilangan minyak dalam serabut maupun dalam lumpur buangan pada proses
Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat dari
inti sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji
temperatur dan lama perebusan serta pembuangan udara dan air kondensat.
Tekanan uap dan lama perebusan sangat menentukan hasil perebusan dan
efesiensi pabrik. Tekanan uap dan lama perebusan berbanding terbalik. Semakin kecil
tekanan uap semakin lama perebusan. Sebaliknya, semakin tinggi tekanan uap maka
2,8 – 3,0 kg/cm2 dan temperatur 130 – 140oC serta siklus merebus selama 90 – 100
menit.
Tekanan uap yang rendah (<2,8 kg/cm2) dan waktu rebus yang tidak cukup akan
mengakibatkan:
- Buah kurang masak, sebagian brondolan tidak lepas dari tandan yang
- Pelumatan dalam Digester tidak sempurna, sebagian daging buah tidak lepas dari
- Ampas basah, mengakibatkan pemakaian bahan bakar lebih boros pada proses
kondensat, losses minyak dalam air kondensat (rebusan) dan janjangan kosong
Temperatur di dalam rebusan sangat dipengaruhi oleh tekanan uap, udara dan
air kondensat. Semakin rendah tekanan dan semakin banyak udara atau air kondensat
Udara merupakan penghantar panas yang rendah dan bila terjebak dalam suatu
ruangan kosong dalam ketel rebusan, maka udara bisa menjadi isolator panas. Bila
udara dalam ketel rebusan tidak dikeluarkan secara sempurna akan terjadi
pencampuran udara dan uap yang mengakibatkan temperatur turun dan pemindahan
panas dari uap ke buah tidak sempurna. Akibatnya adalah masih banyak brondolan
Air kondensat
- Air kondensat berasal dari penguapan tandan buah yang direbus dan hasil
Temperatur normal di dalam ketel rebusan dengan tekanan uap 2,8 – 3,0 kg/cm2
- Buah yang terendam air kondensat, dipastikan tidak masak. Kalaupun buah tidak
terendam tetapi air kondensat masih ada yang tertinggal dalam perebusan dapat
puncak I, II, dan III dan tiga kali pada saat holding time. Diharapkan dengan
banyaknya frekuensi pembuangan tersebut maka air kondensat sudah habis pada saat
akhir perebusan. Sebagai indikator air kondensat telah habis dalam ketel rebusan
adalah pada saat pintu rebusan dibuka tidak ada lagi air kondensat yang keluar (A.H.
Hassan, 1999).
Siklus merebus adalah waktu perebusan ditambah dengan waktu atau lamanya
membuka atau menutup pintu rebusan dan mengeluarkan atau memasukkan lori ke
dalam rebusan. Siklus dalam proses perebusan tiga puncak dalam sterilizer adalah
sebagai berikut.
2.3.3.1 Deaerasi
membuka pipa inlet, deaeration vulve atau condensate valve. Udara dibuang dengan
cara memasukkan uap secara cepat sehingga terjadi pencampuran antara uap dan
deaeration valve. Deaerasi akan berlangsung pada saat pembuangan air kondensat
proses perebusan tergantung pada siklus rebusan. Puncak pertama dicapai dengan
membuka pipa uap (umumnya dicapai tekanan uap 1,5 kg/cm2) kemudian pipa uap
masuk ditutup dan pipa kondensat, exhause pipe dibuka dengan tiba-tiba sehingga
tekanan turun sampai 0,5 kg/cm2 kemudian pipa kondensat ditutup. Puncak kedua
dicapai, kemudaian pipa uap masuk dibuka, kemudian ditutup kembali dan pipa
2.3.3.3 Pemasakan Buah
Setelah melalui satu puncak atau dua puncak awal maka pemasakan dapat
dilanjutkan dengan membuka pipa uap masuk dan pipa kondensat untuk membunag
air kondensat. Masa pemasakan atau sebagai masa penahanan dihitung setelah
Setelah pemasakan uap selesai maka uap yang berada dalam sterilizer dibunag
dengan cara mula-mula dibuka kran pipa pembuangan uap yang berada diatas
Buah yang telah masak dikeluarkan dari dalam Sterilizer dengan membuka
pintu rebusan secara perlahan-lahan untuk mengurangi kerusakan “Packing Doo” lori
kemudian ditarik dengan tali bersamaan dengan pemasukkan buah yang akan direbus
Waktu atau lama perebusan adalah waktu yang dipergunakan untuk proses
merebus mulai dari memasukkan uap pada puncak satu sampai dengan mengeluarkan
uap (Blow-OFF) pada puncak tiga. Waktu atau lama perebusan berbeda dengan siklus
perebusan.
Waktu yang dipergunakan untuk satu siklus perebusan adalah 90 - 100 menit dan
- Kran pemasukan uap (steam inlet) dibuka 13 menit untuk mencapaui tekanan 2,3
- Kemudian kran steam inlet ditutup. Kran pembuangan kondensat dibuka terlebih
dahulu dan satu menit kemudian kran steam outlet (blow up) dibuka dengan cepat
- Kran kondensat dan kran steam outlet (blow up) ditutup kembali, kemudian steam
- Operasionalnya sama dengan puncak satu, tetapi tanpa pembuangan udara dan
tekanan yang dicapai pada puncak kedua adalah 2,5 kg/cm2. Waktu yang
diperlukan untuk menaikan steam lebih kurang 12 menit dan untuk pembuangan
steam 2 menit
- Kran kondensat dan kran steam outlet (blow up) ditutup kembali, kemudian kran
- Kran steam inlet dibuka penuh untuk mencapai takanan 3,0 kg/cm2 selama 14
menit.
kran kondensat sebanyak tiga kali sehingga tekanan menurun sampai 2,7 kg/cm2
- Selesai holding time, pembukaan kran dilakukan secara berurut mulai dari kran
pembuangan kondensat, kemudian kran steam outlet (blow up) sehingga tekanan
turun menjadi 0 kg/cm2. Waktu yang diperlukan untuk penurunan steam lebih
kurang 4 menit.
- Setelah tekanan dalam rebusan turun hingga 0 kg/cm2 dan air kondensat terkuras
habis, kran kontrol disamping pintu rebusan dibuka untuk memastikan tekanan
Bila tekanan sudah benar-benar 0 kg/cm2, maka pintu rebusan dapat dibuka
dan dengan bantuan capstand, lori-lori dikeluarkan untuk diproses lebih lanjut. Waktu
dibelakang rebusan, sehingga begitu perebusan selesai dan lori ditarik keluar, maka
lori yangb telah terisi dapat langsung dimasukkan ke dalam rebusan (PTPN. IV,
2009).
3.1. Alat-alat
- Botol plastic
- Gelas ukur
- Cawan penguap
- Oven
- Stopwatch
- Desikator
- Extarction Thimble
- Kapas putih
- Soxhlet apparatus
- Selang
- Kondensor
- Heating mantel
- Labu alas
- Spatula
- Crucible tongs
- N-Heksan
- Diambil air kondensat pada aliran air rebusan yang keluar dari rebusan menuju
- Ditimbang cawan berisi sampel kering yang telah dingin dan dihitung berat
sampel keringnya
- Ditimbang labu alas kosong dan dicatat beratnya kemudian diisi dengan pelarut
- Dimasukkan labu alas yang berisi minyak ke dalam oven dengan suhu 103oC
neraca analitik
4.1.Hasil
4.1.1. Data
Tabel 4.1. Pengaruh tekanan dan waktu perebusan terhadap kadar kehilangan minyak
pada air kondensat pada stasiun sterilizer di PTPN IV (Persero) Pulu Raja.
Waktu
Kadar Kehilangan Minyak (%)
2 o
No Tekanan (kg/cm ) perebusan Suhu ( C)
Pada Air Kondensat
(menit)
dilaboratorium yang dapat dilihat pada lampiran B, kadar kehilangan minyak (losses)
dalam air kondensat dinyatakan dalam % berat yang dapat dipersentasikan dengan
rumus :
Berat Minyak
% Minyak = x 100%
Berat Sampel Basah
Contoh:
Untuk tekanan 2,72 kg/cm2, waktu perebusan 100 menit pada suhu 130 oC diperoleh
Setelah diekstraksi selama 5-6 jam pada suhu 70oC, maka diperoleh berat minyak:
0,1253
% Minyak = x 100%
20,1994
= 0,62%
4.2. Pembahasan
Dari data pada tabel 4.1. diketahui bahwa hubungan antara tekanan dan waktu
perebusan berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi tekanan yang digunakan maka
waktu perebusan semakin singkat dan jumlah kehilangan minyak (losses) pada air
kondensat semakin besar, serta tekanan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
temperatur yang dicapai juga besar sehingga dapat merusak kantong minyak dalam
mesocarp buah. Dengan demikian sebagian besar minyak akan terikut bersama air
konsendat.
β-karoten dalam buah berubah menjadi senyawa yang berwarna kecoklatan (gosong)
dan larut dalam minyak. Semakin banyak senyawa yang berwarna kecoklatan maka
semakin rendah nilai DOBI nya, karena minyak memiliki daya pucat yang rendah
tekanan 2,72 kg/cm2, waktu rebusan 100 menit pada suhu 130oC menghasilkan losses
sebesar 0,62. Namun pada kondisi ini proses perebusan tidak terjadi secara sempurna.
Hal ini terlihat pada ketidak berhasilan proses pada selanjutnya, misalnya sebagian
besar brondolan yang masih melekat pada tandan yang menyebabkan losses yang
besar pada tandan kosong, ataupun ampas yang masih mengandung minyak pada
proses pengempaan. Tekanan yang terlalu rendah akan menghasilkan panas yang
rendah pula, sehingga pada proses kejutan (pembuangan uap) pada puncak I, II
ataupun III, uap ataupun panas tidak menembus ke bagian dalam buah yang berfungsi
untuk membantu buah lepas dari spikletnya dan menurunkan mutu minyak yang
waktu rebusan 75 menit dan suhu 142oC dengan losses sebesar 0,84, dimana mutu
minyak rusak karena tekanan, waktu serta suhu perebusan yang terlalu lama
adalah berdasarkan analisa data tabel 4.1 yaitu pada tekanan 2,76 kg/cm2, waktu
perebusan 90 menit dan suhu 135oC dengan losses sebesar 0,74. Dapat dikatakan
selanjutnya sehingga proses perebusan dapat dikatakan optimal. Pada kondisi ini pula
mutu minyak sawit yang dihasilkan telah sesuai dengan standar yang ditentukan,
5.1. Kesimpulan
Dari data pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dengan naiknya tekanan,
waktu serta suhu perebusan menyebabkan naiknya angka kehilangan minyak. Dapat
dilihat pada perlakuan pertama dengan tekanan sebesar 2,72 kg/cm2, waktu 100 menit
dan suhu 130oC menghaasilkan losses sebesar 0,62. Kemudian pada perlakuan kedua,
dengan tekanan sebesar 2,74 kg/cm2, waktu 95 menit dan suhu 135oC menghasilkan
losses sebesar 0,70 dan angka losses semakin besar pada perlakuan keenam, dengan
tekanan sebesar 2,82 kg/cm2, waktu 75 menit dan suhu 142oC menghasilkan losses
sebesar 0,84. Sedangkan tekanan, waktu serta suhu rebusan optimum adalah pada
tekanan 2,76 kg/cm2, waktu 90 menit serta suhu 135oC dengan angka losses sebesar
0,74 dimana buah matang dengan sempurna dan mutu minyak yang dihasilkan baik.
5.2. Saran
1. Sebaiknya buah yang akan direbus disamakan fraksinya ketika akan direbus,
2. Sebaiknya semua tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri yang lengkap
LAMPIRAN
2,72 2,74 2,76 2,78 2,8 2,82
3
Tekanan Uap Perebusan (kg/cm )
Data Analisa Kehilangan Minyak (losses) pada Air Kondensat di Laboratorium PKS
PTPN. IVPulu Raja.