Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEREBUSAN TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT


DI STASIUN STERILIZER DENGAN SISTEM TIGA
PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PABRIK KELAPA
SAWIT PTPN IV (Persero) PULU RAJA

TUGAS AKHIR

ASTIA BUDI PERDANA PUTRI


092401071

PROGRAM STUDI D3 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


 

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEREBUSAN TERHADAP


KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT
DI STASIUN STERILIZER DENGAN SISTEM TIGA
PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PABRIK KELAPA
SAWIT PTPN IV (Persero) PULU RAJA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya

ASTIA BUDI PERDANA PUTRI


092401071

PROGRAM STUDI D3 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU


PEREBUSAN TERHADAP KEHILANGAN
MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT DI
STASIUN STERILIZER DENGAN SISTEM TIGA
PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PABRIK KELAPA
SAWIT PTPN IV (Persero) PULU RAJA
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : ASTIA BUDI PERDANA PUTRI
Nomor Induk Mahasiswa : 092401071
Program Studi : D-3 KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM

Disetujui di
Medan, Juli 2012

Disetujui Oleh
Program Studi D3 Kimia
Ketua Pembimbing

Dra. Emma Zaidar, M.Si Drs. Darwis Surbakti, M.S


NIP. 195512181987012001 NIP. 194805131971072001

Departemen Kimia FMIPA USU


Ketua

Dr. Rumondang Bulan, M.S


NIP.195408301985032001

Universitas Sumatera Utara


 

PERNYATAAN

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEREBUSAN TERHADAP


KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT DI STASIUN
STERILIZER DENGAN SISTEM TIGA PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PABRIK
KELAPA SAWIT PTPN IV (Persero) PULU RAJA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

ASTIA BUDI PERDANA PUTRI


092401071

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi-rabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Tak lupa pula salawat beriring salam kami ucapkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW semoga kita mendapatkan
syafa’at nya di Yaumil Mahsyar kelak.
Karya ilmiah ini berjudul “Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap
Kehilangan Minyak (Losses) pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan
Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero)
Pulu Raja” adalah merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya pada
Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dari
banyak aspek mengingat keterbatasan yang dimiliki penulis dari banyak hal seperti
kemampuan dan pemahaman materi, namun penulis berharap tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk lingkungan USU.
Selama penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak menemukan kesulitan, namun
atas bantuan serta dorongan dari semua pihak maka tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, ibunda tercinta Asnawaty dan Ayahanda tercinta
Budiman yang banyak memberikan doa, masukan serta motivasi setiap waktu.
2. Kedua saudara kandung penulis yang senantiasa menjadi penyemangat Adinda
tersayang Bima dan Dastin.
3. Bapak Drs. Darwis Surbakti,M.S selaku Dosen Pembimbing yang selalu
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan
serta solusi dalam banyak masalah yang dihadapi selama penyelesaian tugas
akhir ini.
4. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc. selaku Dekan FMIPA USU Medan.
5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S sebagai Ketua Departemen Kimia FMIPA
USU.
6. Ibu Dra. Emma Zaidar sebagai Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA USU.
7. Bapak/Ibu karyawan PTPN. IV Pulu Raja serta staff pegawai laboratorium
yang banyak memberikan ilmu serta masukan selama penulis PKL.
8. Bapak B. Yudha Tarigan selaku asisten pengolahan di PTPN IV Pulu Raja
yang senantiasa membantu penulis memberikan informasi selama penulis PKL
ataupun menyelesaikan tugas akhir.
9. Teman-teman PKL penulis yang menemani dalam suka maupun duka, Nina,
Mitra dan Fitri.
10. Sahabat-sahabat saya kak Dina, kak Delta, kak Rani, kak Mimi, Lyla,
Khodijah, Fany yang selalu memberikan motivasi selama penulis belajar di
bangku kuliah hingga penyusunan tugas akhir.

Universitas Sumatera Utara


11. Serta rekan-rekan Mahasiswa Kimia Industri juga pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang banyak memberikan bantuan serta dukungan
dalam segala hal yang dihadapi penulis.

Medan, Juli 2012

Penulis

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Losses atau kehilangan minyak pada stasiun perebusan adalah hal yang lazim dialami
oleh pabrik kelapa sawit dalam proses pengolahannya. Losses merupakan kondisi
yang harus yang minimalkan karena menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Kadar losses di stasiun perebusan dapat dianalisis melalui sampel air kondensat.
Dibuat variasi tekanan dan waktu perebusan untuk masing-masing sampel air
kondensat yang diambil. Dari setiap perlakuan yang berbeda akan diperoleh kadar
losses yang berbeda pula. Kondisi optimum perebusan pada sterilizer PTPN IV Pulu
Raja adalah pada tekanan 2,76 kg/cm2 dengan waktu perebusan 90 menit dan suhu
135oC serta dengan pola perebusan sistem tiga puncak (triple peak) dimana dihasilkan
losses pada air kondensat sebesar 0,74%.

Universitas Sumatera Utara


THE EFFECT OF PRESSURE AND TIME BOILING OF CONTENT OF
LOST OIL (LOSSES) IN CONDENSATE WATER IN STERILIZER
STATION WITH TRIPLE PEAK SYTEM IN PALM FACTORY
PTPN. IV (Persero) PULU RAJA

ABSTRACT

Losses of oil on the boiling station are as prevalent as experienced by the Palm Oil
mills in the processing. Losses are conditions that must be minimized because it cause
loss to the company.
Levels of losses in boiling water station can be analyzed through a sample of
condensate water. Created variations in pressure and boiling time for each of the
condensate water samples taken. Of each different treatment would be obtained in
different levels of losses. The optimum conditions of boiling on the sterilizer PTPN IV
Pulu Raja was at a pressure of 2.76 kg/cm2 with a 90-minute boiling time and
temperature was 135oC and a boiling system of three-peak pattern (triple peak) which
generated losses in the condensate water by 0.74%.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN iii
PERNYATAAN iv
PENGHARGAAN v
ABSTRAK vii
ABSTRACK viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1. Kelapa Sawit 5
2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit 6
2.1.2. Varietas Kelapa Sawit 7
2.1.3. Mutu Tandan Buah Segar 9
2.1.3.1. Sortasi Panen 9
2.1.3.2. Penimbunan TBS di Loading Ramp 10
2.2. Minyak Kelapa Sawit 10
2.2.1. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kelapa Sawit 11
2.2.1.1. Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit 11
2.2.1.2. Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit 13
2.2.2. Kandungan Nutrisi 14
2.2.3. Mutu Minyak Kelapa Sawit 15
2.2.3.1. Asam Lemak Bebas 16
2.2.3.2. Kadar Air 17
2.2.3.3. Kadar Kotoran 17
2.2.3.4. DOBI (Deterioration of Bleachability
Indext)atau Indeks Bias Pemucat 17
2.2.3.5. Bilangan Iodin 18
2.2.3.6. Bilangan Peroksida 18
2.2.3.7. Bilangan Anisidine 18
2.2.3.8. Titik Cair 19
2.2.3.9. Kadar Fe dan Cu 19

Universitas Sumatera Utara


2.2.3.10.β-karoten 19
2.3. Proses Pengolahan TBS di Stasiun Perebusan 19
2.3.1 Tujuan Perebusan 20
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perebusan 22
2.3.3 Tahapan dalam Proses Perebusan 24
2.3.3.1. Deaerasi 25
2.3.3.2. Pembuangan Air Kondensat dan
PembuanganUap Bebas 25
2.3.3.3. Pemasakan Buah 25`
2.3.3.4. Pembuangan Uap Akhir 26
2.3.3.5. Pengeluaran Lori dari Rebusan 26
2.3.4 Waktu Perebusan Sistem Tiga Puncak 26

BAB 3 BAHAN DAN METODE 29


3.1. Alat-alat 29
3.2. Bahan-bahan 30
3.3. Prosedur Percobaan 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 32


4.1. Hasil 32
4.1.1. Data 32
4.1.2. Perhitungan 33
4.2. Pembahasan 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 36


5.1. Kesimpulan 36
5.2. Saran 36

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sfesifikasi Fraksi TBS 10


Tabel 2.2. Komponen Penyusun Minyak Kelapa Sawit 11
Tabel 2.3. Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit 13
Tabel 2.4. Sifat Kimia Minyak Sawit 13
Tabel 2.5. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit 15
Tabel 2.6. Parameter Mutu Produksi Minyak Sawit 16
Tabel 4.1. Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan Terhadap Kadar
Kehilangan Minyak pada Air Kondensat di PKS
PTPN IV Pulu Raja 32

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Grafik Kadar Kehilangan Minyak (%) Vs Tekanan


Uap Perebusan (kg/cm2) 39
Lampiran B. Data Analisa Kehilangan Minyak (losses) pada
Kondensat di Laboratorium PKS PTPN IV Pulu Raja 40
Lampiran C. Standar Losses Minyak Sawit 41

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Losses atau kehilangan minyak pada stasiun perebusan adalah hal yang lazim dialami
oleh pabrik kelapa sawit dalam proses pengolahannya. Losses merupakan kondisi
yang harus yang minimalkan karena menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Kadar losses di stasiun perebusan dapat dianalisis melalui sampel air kondensat.
Dibuat variasi tekanan dan waktu perebusan untuk masing-masing sampel air
kondensat yang diambil. Dari setiap perlakuan yang berbeda akan diperoleh kadar
losses yang berbeda pula. Kondisi optimum perebusan pada sterilizer PTPN IV Pulu
Raja adalah pada tekanan 2,76 kg/cm2 dengan waktu perebusan 90 menit dan suhu
135oC serta dengan pola perebusan sistem tiga puncak (triple peak) dimana dihasilkan
losses pada air kondensat sebesar 0,74%.

Universitas Sumatera Utara


THE EFFECT OF PRESSURE AND TIME BOILING OF CONTENT OF
LOST OIL (LOSSES) IN CONDENSATE WATER IN STERILIZER
STATION WITH TRIPLE PEAK SYTEM IN PALM FACTORY
PTPN. IV (Persero) PULU RAJA

ABSTRACT

Losses of oil on the boiling station are as prevalent as experienced by the Palm Oil
mills in the processing. Losses are conditions that must be minimized because it cause
loss to the company.
Levels of losses in boiling water station can be analyzed through a sample of
condensate water. Created variations in pressure and boiling time for each of the
condensate water samples taken. Of each different treatment would be obtained in
different levels of losses. The optimum conditions of boiling on the sterilizer PTPN IV
Pulu Raja was at a pressure of 2.76 kg/cm2 with a 90-minute boiling time and
temperature was 135oC and a boiling system of three-peak pattern (triple peak) which
generated losses in the condensate water by 0.74%.

Universitas Sumatera Utara


 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu faktor kunci sukses pembangunan

industri perkebunan kelapa sawit, dimana pabrik kelapa sawit mengolah tandan buah

segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO) dan inti (kernel sawit) sebagai produk

antara dalam proses industri yang dapat diolah menjadi beberapa produk jadi baik itu

produk pangan maupun non pangan.

Pabrik kelapa sawit tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan

kombinasi perlakuan mekanis, fisik dan kimia. Unit perebusan (sterilizer) adalah unit

yang sangat berpengaruh dalam proses produksi karena di unit perebusan proses

pengolahan yang mendasar terjadi, kemudian akan dilanjutkan ke proses lainnya di

unit-unit selanjutnya.

Pengolahan tandan buah segar di pabrik kelapa sawit tentu untuk

menghasilkan minyak sawit dengan mutu yang tinggi. Salah satu penentu mutu

minyak sawit yang harus diperhatikan yaitu kadar asam lemak bebas yang rendah. Di

unit perebusan enzim-enzim lipase dinonaktifkan, dengan tujuan agar hidrolisis lemak

Universitas Sumatera Utara


minyak menjadi asam-asam lemak bebas terhenti sehingga tidak diperoleh kadar asam

lemak yang tinggi pada produk.

Untuk mempermudah proses selanjutnya, faktor-faktor berikut ini sangat perlu

dioptimalkan. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, tekanan dan waktu perebusan,

dimana faktor-faktor ini akan berpengaruh untuk proses selanjutnya seperti proses

penebahan dan pengepressan. Faktor-faktor tersebut juga sangat berpengaruh tehadap

kehilangan minyak (losses) dari buah sawit. Untuk itu digunakan suhu, tekanan serta

waktu perebusan yang telah ditentukan untuk mengatasi kehilangan minyak tersebut.

Perebusan dilakukan dengan sistem tiga puncak, dimana tekanan yang

digunakan adalah 2,8-3,0 kg/cm2 dan suhu 130-140 oC serta waktu perebusan 90-100

menit. Tekanan, suhu maupun waktu perebusan harus disesuaikan satu sama lain agar

tidak terjadi kehilangan minyak (losses) yang tinggi baik itu di tandan kosong, air

rebusan maupun ampas (fiber), karena losses yang terlalu tinggi dapat meyebabkan

kerugian pada pabrik kelapa sawit.

Losses sulit untuk ditiadakan, karena dalam setiap perebusan terjadi

kehilangan minyak khususnya di air kondensat. Maka dari itu tindakan lain selain

meniadakannya adalah mengurangi atau membuat serendah mungkin terjadinya

kehilangan minyak di air kondensat yaitu dengan cara mengoptimalkan tekanan, suhu

serta waktu perebusan.

Norma losses di air kondensat yang diperbolehkan adalah 0,50. Perusahaan

berusaha menekan angka kerugian akibat kehilangan minyak dari perebusan salah

satunya dengan menentukan tekanan dan waktu perebusan yang optimal yang

Universitas Sumatera Utara


digunakan saat proses perebusan. Dengan demikian diharapkan kerugian yang dialami

oleh perusahaan diperebusan dapat diminimalkan.

Maka atas dasar tersebut penulis membuat tugas akhir dengan judul “

Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap Kehilangan Minyak (Losses)

pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan Sistem Tiga Puncak (Triple

Peak) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero) Pulu Raja”.

1.2. Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah bagaimana

pengaruh tekanan dan waktu perebusan yang digunakan saat proses perebusan di

stasiun sterilizer terhadap kehilangan minyak (losses) pada air kondensat di pabrik

kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Untuk mengetahui tekanan dan waktu perebusan optimum yang digunakan

pada unit perebusan untuk mendapatkan losses yang rendah

2. Untuk mengetahui jumlah losses pada proses perebusan dengan variabel

tekanan dan waktu perebusan yang berbeda pada perebusan system tiga

puncak yang dianalisa di laboratorium

1.4. Manfaat

Universitas Sumatera Utara


Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Memberikan informasi yang bertujuan sebagai masukan kepada

perusahaan mengenai tekanan dan waktu perebusan optimal pada proses

perebusan untuk meminimalkan kadar lossesdi air kondensat

2. Meningkatkan pencapaian sasaran mutu produk yang telah ditentukan

3. Menerapkan teori yang dipelajari selama kuliah pada proses produksi

industri dalam skala besar.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit diklasifikaskan sebagai

berikut:

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. guineensis Jacq.

2. E. oleifera (H.B.K) Cortes

3. E. odora

Universitas Sumatera Utara


Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang

beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5 oLintang Utara sampai

23,5 oLintang Selatan. Adapun persyaratan untuk tumbuh tanaman kelapa sawit

sebagai berikut.

 Curah hujan 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode

bulan kering (<100 mm/bulan) tidak lebih dari 3 bulan

 Temperatur siang hari rata-rata 29-33 oC dan malam hari 22-24 oC

 Ketinggian tempat dari permukaan laut < 500 m.

 Matahari bersinar sepanjang tahun, minimal 5 jam perhari.

(Iyung Pahan, 2006)

2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya mampu

hadir dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik dan produk

olahannya terutama minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

handal. Perkebunannya dapat ditemukan antara lain di Sumatera Utara dan Nangroe

Aceh Darussalam.

Awal mulanya, di Indonesia kelapa sawit sekedar berperan sebagai tanaman

hias langka di Kebun Raya Bogor dan sebagai tanaman penghias jalanan atau

pekarangan. Itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa puluh tahun sesudahnya.

Tahun 1848 Pemerintahan Kolonial Belanda mendatangkan empat batang bibit

kelapa sawit dari Mauritus dan Amsterdam yang kemudian ditanam di Kebun Raya

Universitas Sumatera Utara


Bogor. Selanjutnya hasil anakannya dipindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Di tempat

ini, selama beberapa puluh tahun, kelapa sawit yang telah berkembangbiak hanya

berperan sebagai tanaman hias di sepanjang jalan di Deli, sehingga potensi yang

sesungguhnya belum kelihatan.

Mulai tahun1911, barulah kelapa sawit dibudidayakan secara komersial. Orang

yang merintis usaha ini adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar

banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Ia mengusahakan perkebunan kelapa sawitnya

di Sungai Liput (Aceh) dan di Pulu Radja (Asahan).

Rintisan Hallet ini kemudian diikuti oleh K. Schadt, seorang Jerman yang

mengusahakan perkebunannya di daerah Tanah Itan Ulu di Deli. Kelapa sawit Deli ini

ternyata lebih produktif serta komposisi buahnya juga lebih baik dibandingkan dengan

kelapa sawit dari Pantai Barat Afrika. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mulai

dibudidayakan di Indonesia.

2.1.2. Varietas Kelapa Sawit

Ada empat varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas
itu dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buahnya yaitu antara lain:

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut

pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah

terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan

kandungan minyak yang rendah.

Universitas Sumatera Utara


2. Psifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging

buahnya tebal. Persentase daging buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat

tipis. Jenis Psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang

lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur

pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan Psifera dipakai sebagai pohon induk

jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan varietas

Tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yitu Dura

dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan – perkebunan pada

saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm. dan

terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah

tinggi, antara 60 – 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak

daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

4. Macro carya

Buah dari varietas Macro carya memiliki tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm,

sedang daging buahnya tipis sekali.

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan

persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi

terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 – 24%, sedangkan pada varietas Dura

Universitas Sumatera Utara


antara 16 – 18%. Jenis kelapa sawit yang usahakan tentu saja yang mengandung

rendemenn minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama.

Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunanyang menanam kelapa

sawit dari varietas Tenera (Tim Penulis, 1997).

2.1.3 Mutu Tandan Buah Segar

Tandan buah segar yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi persyaratan

bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak dan

inti sawit. Sebelum buah diolah perlu dilakukan sortasi dan penimbangan di loading

ramp.

2.1.3.1 Sortasi Panen

Tandan yang telah tiba di pabrik diketahui mutunya dengan cara visual, yang

dapat dilakukan di tempat penerimaan buah. Pengujian atau sortasi panen sebaiknya

dilakukan pada setiap truk yang tiba di pabrik, akan tetapi hal ini dianggap tidak

ekonomis. Oleh sebab itu sortasi panen dilakukan secara acak, yaitu 10% terhadap

truk yang telah diterima atau minimal setiap satu truk untuk setiap afdeling. Jika

jumlah 10% sampling dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50% isi

truk. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standart fraksi tandan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Spesifikasi fraksi TBS

Fraksi Istilah Kriteria

00 Mentah sekali Brondolan 0

0 Mentah Brondolan 1-12,5% buah luar

1 Kurang matang Brondolan 12,5-25% buah luar

2 Matang I Brondolan 25-50% buah luar

3 Matang II Brondolan 50-75% buah luar

4 Lewat matang Brondolan 75-100% buah luar

Ranum Buah dalam ikut membrondol

(P. M. Naibaho, 1998)

2.1.3.2 Penimbunan TBS di Loading Ramp

Loading ramp berperan untuk memuat buah kedalam lori. Akan tetapi loading

ramp digunakan sebagai wadah penimbunan sementara. Setiap pintu dapat

menampung 8-15 ton tergantung pada muatan dari alat tersebut.

Penimbunan buah yang bermalam di loading ramp dapat menurunkan mutu

minyak sawit, yang lebih cepat daripada penibunan di lapangan. Hal ini disebabkan

derajat kelukaan buah yang tinggi akibat frekuensi benturan mekanis lebih banyak

dialami setelah sampai di pabrik (P. M. Naibaho, 1998).

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit yang

mengandung banyak komponen yang menentukan mutu produksi minyak sawit.

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah sifat fisik dan sifat kimia dari minyak kelapa sawit.

Tabel 2.2. Komposisi penyusun minyak kelapa sawit

Substansi Kandungan

Asam Lemak Bebas (FFA) 3-5%

Ghums (phosphollipid dan phosphotida) 300 ppm

Kotoran 0,01%

Cangkang Trace

Kadar Air 0,15%

Trace metal 0,50%

Produk-produk oksidasi Trace

Total karotenoid 500-1.000 mg/ke

(Iyung Pahan, 2006)

2.2.1 Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kelapa Sawit

Seperti minyak-minyak kebanyakan, minyak kelapa sawit juga memiliki sifat

fisik dan sifat kimia sebagai berikut.

2.2.1.1. Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisik dari minyak kelapa sawit yang perlu diperhatikan diantaranya adalah

warna, bau dan flavor, titik didih, titik cair dan polymorphism, kelarutan, bobot jenis,

indeks bias.

a. Warna

Zat warna yang terkandung dalam minyak kelapa sawit adalah karotenoid.

Karotenoid menghasikan pigmen warna kuning orange pada minyak kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara


Karotenoid larut dalam minyak dan bersifat tidak stabil pada suhu tinggi. Jika minyak

kelapa sawit dialiri uap panas, maka warna kuning hilang.

b. Bau dan flavor

Bau dan flavor pada minyak kalapa sawit terdapat secara alami dan juga terjadi

karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebagi hasil penguraian

pada kerusakan minyak. Bau yang khas dari minyak kelapa sawit disebabkan karena

adanya β-ionon.

c. Kelarutan

Kelarutan dari minyak digunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi dari

bahan yang diduga mengandung minyak. Minyak kelapa sawit tidak larut dalam air,

tetapi larut sempurna dalam pelarut halogen dan sedikit larut dalam alkohol. Semakin

panjang rantai asam-sam lemak yang dikandung oleh minyak maka kelarutannya

semakin kecil.

d. Titik cair

Titik cair minyak kelapa sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak

kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair

yang berbeda-beda (S. Ketaren, 1986).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3. Sifaf fisik minyak kelapa sawit

Sifat Fisik Minyak Sawit

Titik didih 38 oC

Titik cair 39-41 oC

Bobot jenis saat suhu kamar 0,900

Indeks bias D 40 oC 1,4565 – 1,4585

Titik lebur 27 – 43 oC

Densitas relative 0,90 – 0,95

(S. Risza, 1994)

2.2.1.2 Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit

Beberapa proses kimia yang terjadi pada minyak sangat berpengaruh terhadap

kadar suatu bilangan yang terkandung dalamnya. Misalnya proses penyabunan yang

banyak digunakan dalam industri, besar bilangan penyabunan minyak sangat

berpengaruh terhadap banyaknya basa yang digunakan untuk menyabunkan sejumlah

minyak, atau bilangan asam yang dapat diguanakan untuk menghitung jumlah asam

lemak bebas dalam minyak. Kadar-kadar bilangan lain yang juaga perlu diketahui

tersedia dalam table 2.4.

Tabel 2.4. Sifat kimia kelapa sawit

Sifat kimia Kadar

Bilangan penyabunan 196 – 205

Bilangan Iod 46 – 52

Bilangan Reichert Meissl 5,2 – 6,5

Universitas Sumatera Utara


Bilangan Polenske 9,7 – 10,7

Bilangan Krichner 0,8 – 1,2

Bilangan Bartya 33

(S. Ketaren 1986)

2.2.2 Kandungan Nutrisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan berkah dari alam (natural gift) karena memiliki

kandungan nutrisi yang tinggi dan baik bagi kesehatan manusia, seperti nilai kalori,

vitamin, daya cerna dan rendahnya kadar kolestrolnya.

a. Kandungan kalori dan kolestrol

Minyak kelapa sawit memiliki nilai kalori sebesar 9 kkal/g, dimana nilai kalori

untuk protein dan karbohidrat masing-masing 4 kkal/g. Minyak kelapa sawit juga kaya

akan vitamin A, dimana kandungan β-karoten mencapai 1.000 mg/kg. Kandungan

alami provitamin A pada minyak kelapa sawit cukup tinggi, yaitu sekitar 900 IU/g.

b. Daya cerna (Digestibility) dan kandungan kolestrol

Minyak kelapa sawit mempunyai daya cerna yang tinggi serta mengandung

kadar kolestrol yang rendah yaitu sekitar 3mg/kg.

c. Kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh

Minyak kelapa sawit terdiri dari 50% asam lemak jenuh dan 40% asam lemak

tidak jenuh. Asam lemak tersebut dibutuhkan secara essensial untuk nutrisi

manusia dan hewan (Iyung Pahan, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Minyak kelapa sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam

lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14-20 atom karbon. Dengan

demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida

tersebut.

Table 2.5. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit

% Berat Asam
Jumlah ikatan Titik lebur
Asam lemak Jumlah atom C lemak minyak
rangkap (oC)
sawit

Miristat 14 - 54,4 1,4 (0,5-0)

Palmitat 16 - 62,9 40,1 (32-45)

Stearat 18 - 69,9 5,5 (2-7)

Jumlah asam lemak jenuh 47,0

Oleat 18 1 14 42,7 (38-52)

Linoleat 18 2 5 10,3 (5-11)

Jumlah asam lemak tak jenuh 53,0

(Soepadiyo M, 2003)

2.2.3. Mutu Minyak Kelapa Sawit

Mutu minyak yang dihasilkan dari pabrik dapat dipengaruhi oleh kualiatas

panen, pengangkutan, proses pengolahan dan penimbunan atau penyimpanan. Faktor-

faktor tersebut akan dibahas pada setiap parameter mutu yang dipersyaratkan dalam

perdagangan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.6. Parameter Mutu Produk Minyak Sawit

Parameter Standart (%)

ALB Golden CPO 2,0% maks

ALB CPO Super 2,5% maks

ALB CPO non Super 3,5% maks

Kadar air 0,15% maks

Kadar kotoran 0,02% maks

DOBI 2,5 min

Bilangan Iodin 51 min

Bilangan peroksida, mek/kg 5,0 maks

Bilangan anisidine, mek/kg 5,0 maks

Fe (Besi), ppm 5,0 maks

Cu (Tembaga), ppm 0,3 maks

Titik Cair 39 – 41 oC

B-carotene 500 ppm

(PTPN.IV, 2010)

2.2.3.1. Asam Lemak Bebas

Penyebab dominan kenaikan ALB adalah hidrolisis dan oksidasi. Dalam reaksi

hidrolisis, minyak diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol sehingga CPO

barbau tengik. Sedangkan dalam reaksi oksidasi, minyak sawit akan menghasilkan

senyawa aldehid dan keton sehingga CPO berbau tengik, berubah warna karena

kerusakan pigmen, penurunan kandungan vitamin dan keracunan.

Universitas Sumatera Utara


2.2.3.2. Kadar Air

Zat yang mudah menguap pada temperatur diatas 100 oC adalah air. Tingginya

kandungan air di dalam CPO akan mengakibatkan hidrolisis trigliserida secara

autokatalis, yang meningkatkan kadar ALB. Air merupakan media yang baik bagi

pertumbuhan mikroba yang dapat mempercepat terjadinya oksidasi.

2.2.3.3. Kadar Kotoran

Kotoran dalam minyak sawit adalah kotoran yang tidak larut dalam n-Heksan

dan Petroleum eter. Kotoran ini dapat menyebabkan proses hidrolisis di dalam minyak

karena mengandung besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang merupakan pro-oksidan.

Penyebabnya adalah TBS kotor dan juga selama proses di pabrik. Kadar air dan kadar

kotoran dapat dikontrol pada CST (Continuos Settling Tank)dengan menjaga

ketebalan lapisan minyak 50 cm.

2.2.3.4. DOBI (Deterioration of Bleachability Index) atau Indeks Daya Pemucat

Parameter DOBI ditentukan dengan metode analisa yang sederhana dari ratio

hasil pengukuran spektrofotometer terhadap absorbens pada gelombang 446 nm

(kandungan β- karoten) dan 269 (produk oksidasi sekunder). Panas yang tinggi pada

proses pengolahan menyebabkan β-karoten berubah menjadi senyawa yang berwarna

kecoklatan dan larut dalam minyak. Semakin banyak senyawa yang berwarna

kecoklatan, semakin sulit minyak dipucatkan dan semakin rendah nilai DOBI nya.

Universitas Sumatera Utara


2.2.3.5. Bilangan Iodin

Bilangan Iodin adalah bilangan yang menyatakan kandungan asam lemak tidak

jenuh yang dinyatakan dalam milligram iodium yang diserap per gram minyak. Asam

lemak tidak jenuh adalah lemak yang rendah kadar kolestrolnya. Tinggi rendahnya

kadar iodin dalam minyak sawit tidak dipengaruhi oleh proses pengolahan, tetapi

dipengaruhi oleh klon bahan tanaman yang dibudidayakan. Semakin tinggi bilangan

iodium berarti semakin banyak kandungan asam lemak tidak jenuh dan semakin baik

kualitas CPO.

2.2.3.6. Bilangan Peroksida, mek/kg

Peroksida adalah hasil oksidasi pertama yang non-transisten dan terbentuk

karena bertambahnya radikal aktif molekul oksigen pada gugus metilen aktif pada

rantai asam lemak yang terdapat dalam minyak.

2.2.3.7. Bilangan Anisidin, mek/kg

Bilangan Anisidine adalah bilangan yang merupakan angka petunjuk jumlah

abstad yang teroksidasi menjadi gugusan aldehid dan keton yang dinyatakan dengan

milliliter equivalen oksigen yang terikat pada setiap kg minyak.

2.2.3.8. Titik Cair

Universitas Sumatera Utara


Titik cair merupakan salah satu besaran fisik dimana pada temperaturtersebut

terjadi perubahan fase padat ke cair (mulai mencair).

2.2.3.9. Kadar Fe dan Cu

Kandungan logan Fe dan Cu yang terdapat dalam minyak sawit dapat terjadi

akibat adanya kontaminasi baik di pabrik atau selama transportasi produk CPO.

Kontaminasi terjadi di pabrik dan transportasi akibat kontak langsung antara minyak

dengan logam yang mengandung Fe ataupun Cu.

2.2.3.10. β-karoten

β-karoetn memberi warna merah-kuning alami dalam CPO mengandung

pro-vitamin A dan merupakan anti oksidan alami yang efektif. β-karoten terdegradasi

oleh panas yang berlebihan dan oksidasi dengan udara (PTPN. IV, 2010).

2.3. Proses Pengolahan Tandan Buah Segar di Stasiun Perebusan

Perebusan merupakan awal proses pengolahan buah yang hasilnya sangat

menentukan terhadap keberhasilan proses pengutipan atau kehilangan (losses) minyak

ataupun inti pada proses selanjutnya. Proses perebusan yang sempurna akan

memaksimalkan efektivitas pengutipan minyak, sedangkan perebusan yang kurang

sempurna akan meyebabkan peningkatan losses. Oleh karena itu proses perebusan

yang sempurna mutlak harus diakukan sehingga capaian rendemen dapat meningkat

dan losses dapat ditekan.

Perebusan atatu sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana

uap bertekanan. Biaasanya sterilizer dirancang untuk memuat 6 sampai 10 lori

Universitas Sumatera Utara


dengan tekanan uap 2,8 – 3 kg/cm2. Lori adalah tempat buah direbus, yang dapat

menampung buah 2,5 – 3,5 bahkan 5,0 ton TBS. Lori-lori yang telah berisi TBS

dikirm ke stasiun rebusan dengan cara ditarik dengan menggunakan capstand yang

digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Lori tempat buah dibuat

berlubang dengan diameter 0,5 inch, yang berfungsi untuk mempertinggi penetrasi

uap pada buah dan penentesan air kondensat yang terdapat diantara buah. Dalam

prosesperebusan TBS dipanaskan dengan uap pada temperature sekitar 135oC selama

80 – 90 menit. Sterilizer harus dilengkapi dengan katup pengaman untuk menjaga

tekanan di dalam sterilizer agar tidak melebihi tekanan kerja maksimum yang

diperkenankan (Darnoko D, 2003).

2.3.1. Tujuan Perebusan

Setiap PKS tentunya menginginkan hasil minyak dengan kualitaas yang baik,

tingkat keasaman yang rendah, dan minyak yang mudah dipucatkan (bleaching).

Proses perebusan sangat menentukan kualitas haasil pengolahan hasil pabrik kelapa

sawit. Tujuan dari proses perebusan tandan buah segar yaitu untuk menghentikan

pembentukan asam lemak bebas (ALB), memudahkan pemipilan, penyempurnaan

dalam pengolahan selanjutnya, serta peneyempurnaan dalam proses pengolahan inti

sawit.

1. Menghentikan pembentukkan asam lemak bebas (ALB)

Pembentukan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis

minyak. Menghentikan kegiatan enzim tersebut sebenarnya cukup dengan

perebusan hingga temperatur 50oC selama beberapa menit. Namun, jika ditinjau

Universitas Sumatera Utara


dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan temperatur

yang lebih tinggi.

2. Memudahklan pemipilan.

Untuk melepaskan brondolan (spiklets fruit) dari tandan secara manual,

sebenarnya cukup dengan merebus dalam air mendidih. Namun, cara ini tidak

memadai. Oleh karenanya, diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh

temperatur yang semestinya di bagian dalam tandan buah.

3. Penyempurnaan dalam pengolahan

Selama proses perebusan , kadar air dalam buah akan berkurang karena proses

penguapan. Dengan berkurangnya air, susunan daging buah (pericarp) berubah.

Perubahan tersebut memberikan efek positif, yaitu mempermudah pengambilan

minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat

nonlemak (Non Oil Solid). Pada saat yang sama, sel-sel minyak akan pecah dan

berada dalam keadaan bebas pada saat pengeluaran uap perebusan (puncak ketiga).

Dalam hal ini, senyawa protein merupakan cairan emulsi yang berbeda sehingga

lapisan minyak lebih mudah dipisahkan saat proses pemurnian. Secara

keseluruhan, akibat penguapan sebagian air dari daging buah, kemungkinan

kehilangan minyak dalam serabut maupun dalam lumpur buangan pada proses

pemurnian dapat ditekan.

4. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat dari

inti sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji

Universitas Sumatera Utara


akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadap cangkangnya menjadi berkurang

(Iyung Pahan, 2006).

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perebusan

Faktor-faktor yang mempengaruhi prosess perebusan adalah tekanan uap,

temperatur dan lama perebusan serta pembuangan udara dan air kondensat.

a. Tekanan uap dan waktu perebusan

Tekanan uap dan lama perebusan sangat menentukan hasil perebusan dan

efesiensi pabrik. Tekanan uap dan lama perebusan berbanding terbalik. Semakin kecil

tekanan uap semakin lama perebusan. Sebaliknya, semakin tinggi tekanan uap maka

semakin pendek waktu perebusan. Perebusan menggunakan steam bertekanan

2,8 – 3,0 kg/cm2 dan temperatur 130 – 140oC serta siklus merebus selama 90 – 100

menit.

Tekanan uap yang rendah (<2,8 kg/cm2) dan waktu rebus yang tidak cukup akan

mengakibatkan:

- Buah kurang masak, sebagian brondolan tidak lepas dari tandan yang

mengakibatkan losses dalam tandan kosong bertambah.

- Pelumatan dalam Digester tidak sempurna, sebagian daging buah tidak lepas dari

biji sehingga mengakibatkan proses pengempaan tidak sempurna dan kerugian

minyak pada ampas dan biji bertambah.

- Ampas basah, mengakibatkan pemakaian bahan bakar lebih boros pada proses

pembakaran di ketel uap

Universitas Sumatera Utara


Sebaliknya bila perebusan dilakukan terlalu lama maka buah menjadi terlalu

masak sehingga kantong minyak di mesocarp dengan sendirinya terlepas ke air

kondensat, losses minyak dalam air kondensat (rebusan) dan janjangan kosong

menjadi naik dan merusak mutu minyak.

b. Temperatur , pembuangan udara dan air kondensat

Temperatur di dalam rebusan sangat dipengaruhi oleh tekanan uap, udara dan

air kondensat. Semakin rendah tekanan dan semakin banyak udara atau air kondensat

di dalam rebusan, maka semakin rendah temperatur yang dicapai.

Udara merupakan penghantar panas yang rendah dan bila terjebak dalam suatu

ruangan kosong dalam ketel rebusan, maka udara bisa menjadi isolator panas. Bila

udara dalam ketel rebusan tidak dikeluarkan secara sempurna akan terjadi

pencampuran udara dan uap yang mengakibatkan temperatur turun dan pemindahan

panas dari uap ke buah tidak sempurna. Akibatnya adalah masih banyak brondolan

masih terikut tandan kosong.

Air kondensat

- Air kondensat berasal dari penguapan tandan buah yang direbus dan hasil

kondensasi steam di dalam ketel rebusan. Disamping tekanan, air kondensat di

dalam ketel rebusan mengakibatkan temperatur perebusan menjadi turun.

Temperatur normal di dalam ketel rebusan dengan tekanan uap 2,8 – 3,0 kg/cm2

adalah 130 – 140oC

- Buah yang terendam air kondensat, dipastikan tidak masak. Kalaupun buah tidak

terendam tetapi air kondensat masih ada yang tertinggal dalam perebusan dapat

menyebabkan perebusan kurang masak karena temperatur tidak tercapai.

Universitas Sumatera Utara


- Pembuangan air kondensat dilakukan enam kali yaitu pada saat pembuangan steam

puncak I, II, dan III dan tiga kali pada saat holding time. Diharapkan dengan

banyaknya frekuensi pembuangan tersebut maka air kondensat sudah habis pada saat

akhir perebusan. Sebagai indikator air kondensat telah habis dalam ketel rebusan

adalah pada saat pintu rebusan dibuka tidak ada lagi air kondensat yang keluar (A.H.

Hassan, 1999).

2.3.3. Tahapan dalam Proses Perebusan

Siklus merebus adalah waktu perebusan ditambah dengan waktu atau lamanya

membuka atau menutup pintu rebusan dan mengeluarkan atau memasukkan lori ke

dalam rebusan. Siklus dalam proses perebusan tiga puncak dalam sterilizer adalah

sebagai berikut.

1. Deaerasi : 2,5 menit

2. Pemasukan uap dan pembuangan puncak I,II & III : 20 menit

3. Masa penahanan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 : 45 menit

4. Pembuangan uap akhir : 7,5 menit

5. Mengeluarkan dan memasukkan lori : 15 menit

Panjang siklus : 90 menit

2.3.3.1 Deaerasi

Deaerasi atau pembuangan udara dari sterilizer dilakukan dengan cara

membuka pipa inlet, deaeration vulve atau condensate valve. Udara dibuang dengan

cara memasukkan uap secara cepat sehingga terjadi pencampuran antara uap dan

Universitas Sumatera Utara


udara. Karena udara lebih berat, maka udara akan turun kebawah dan dibuang melalui

deaeration valve. Deaerasi akan berlangsung pada saat pembuangan air kondensat

selama sistem perebusan berlangsung.

2.3.3.2 Pembuangan air kondensat dan pembuangan uap bekas

Frekuensi pembuangan air kondensat dan pembuangan uap bekas selama

proses perebusan tergantung pada siklus rebusan. Puncak pertama dicapai dengan

membuka pipa uap (umumnya dicapai tekanan uap 1,5 kg/cm2) kemudian pipa uap

masuk ditutup dan pipa kondensat, exhause pipe dibuka dengan tiba-tiba sehingga

tekanan turun sampai 0,5 kg/cm2 kemudian pipa kondensat ditutup. Puncak kedua

dicapai, kemudaian pipa uap masuk dibuka, kemudian ditutup kembali dan pipa

kondensat dan exhause pipe dibuka hingga tekanan 1 kg/cm2 . 

 
2.3.3.3 Pemasakan Buah

Setelah melalui satu puncak atau dua puncak awal maka pemasakan dapat

dilanjutkan dengan membuka pipa uap masuk dan pipa kondensat untuk membunag

air kondensat. Masa pemasakan atau sebagai masa penahanan dihitung setelah

mencapai puncak tertinggi hingga pembuangan uap terakhir.

2.3.3.4 Pembuangan Uap Akhir

Setelah pemasakan uap selesai maka uap yang berada dalam sterilizer dibunag

dengan cara mula-mula dibuka kran pipa pembuangan uap yang berada diatas

sterilizer dibuka dengan tiba-tiba untuk mempermudah pemipilan buah. Setelah

tekanan sama dengan tekanan atmosfer maka pintu rebusan dibuka.

Universitas Sumatera Utara


2.3.3.5. Pengeluaran Lori dari Rebusan

Buah yang telah masak dikeluarkan dari dalam Sterilizer dengan membuka

pintu rebusan secara perlahan-lahan untuk mengurangi kerusakan “Packing Doo” lori

kemudian ditarik dengan tali bersamaan dengan pemasukkan buah yang akan direbus

(E. Gunawan, 2004).

2.3.4. Waktu Perebusan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak)

Waktu atau lama perebusan adalah waktu yang dipergunakan untuk proses

merebus mulai dari memasukkan uap pada puncak satu sampai dengan mengeluarkan

uap (Blow-OFF) pada puncak tiga. Waktu atau lama perebusan berbeda dengan siklus

perebusan.

Waktu yang dipergunakan untuk satu siklus perebusan adalah 90 - 100 menit dan

dibagi dalam tiga puncak yaitu:

a. Puncak satu (15 menit)

- Kran pemasukan uap (steam inlet) dibuka 13 menit untuk mencapaui tekanan 2,3

kg/cm2 termasuk pembuangan udara dalam ketel rebusan selam 2 menit

- Kemudian kran steam inlet ditutup. Kran pembuangan kondensat dibuka terlebih

dahulu dan satu menit kemudian kran steam outlet (blow up) dibuka dengan cepat

untuk menurunkan tekanan men jadi 0 kg/cm2.

- Kran kondensat dan kran steam outlet (blow up) ditutup kembali, kemudian steam

inlet dibuka untuk puncak kedua.

Universitas Sumatera Utara


b. Puncak Kedua (14 menit)

- Operasionalnya sama dengan puncak satu, tetapi tanpa pembuangan udara dan

tekanan yang dicapai pada puncak kedua adalah 2,5 kg/cm2. Waktu yang

diperlukan untuk menaikan steam lebih kurang 12 menit dan untuk pembuangan

steam 2 menit

- Kran kondensat dan kran steam outlet (blow up) ditutup kembali, kemudian kran

steam inlet dibuka untuk puncak ketiga.

c. Puncak ketiga (63 menit)

- Kran steam inlet dibuka penuh untuk mencapai takanan 3,0 kg/cm2 selama 14

menit.

- Puncak ketiga ditahan (holding time) selama 45 menit

- Selama holding time dilakukan pembuangan kondensat dengan cara membuka

kran kondensat sebanyak tiga kali sehingga tekanan menurun sampai 2,7 kg/cm2

dan kran kondensat ditutup kembali.

- Selesai holding time, pembukaan kran dilakukan secara berurut mulai dari kran

pembuangan kondensat, kemudian kran steam outlet (blow up) sehingga tekanan

turun menjadi 0 kg/cm2. Waktu yang diperlukan untuk penurunan steam lebih

kurang 4 menit.

- Setelah tekanan dalam rebusan turun hingga 0 kg/cm2 dan air kondensat terkuras

habis, kran kontrol disamping pintu rebusan dibuka untuk memastikan tekanan

dalam rebusan benar-benar sudah 0 kg/cm2.

Bila tekanan sudah benar-benar 0 kg/cm2, maka pintu rebusan dapat dibuka

dan dengan bantuan capstand, lori-lori dikeluarkan untuk diproses lebih lanjut. Waktu

Universitas Sumatera Utara


yang dipergunakan untuk membuka pintu, mengeluarkan lori dan menutup pintu

rebusan adalah 15 menit.

d. Selama melakukan perebusan, dipersiapkan lori yang telah diisi TBS

dibelakang rebusan, sehingga begitu perebusan selesai dan lori ditarik keluar, maka

lori yangb telah terisi dapat langsung dimasukkan ke dalam rebusan (PTPN. IV,

2009).

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat-alat

- Botol plastic

- Gelas ukur

- Cawan penguap

- Neraca Analitik 4 desimal

- Oven

- Stopwatch

- Desikator

- Extarction Thimble

- Kapas putih

- Soxhlet apparatus

- Selang

- Kondensor

- Heating mantel

- Labu alas

- Spatula

- Crucible tongs

Universitas Sumatera Utara


3.2. Bahan-bahan

- Sampel air kondensat

- N-Heksan

3.3. Prosedur Percobaan

3.3.1. Pengambilan sampel

- Diambil air kondensat pada aliran air rebusan yang keluar dari rebusan menuju

bak pengutipan minyak (Fat Pit)

- Dimasukkan kedalam wadah botol plastik yang bersih dan tertutup

3.3.2. Menghitung losses pada air kondensat di laboratorium

- Ditimbang cawan kosong dengan neraca analitik kemudian dimasukkan sampel

air kondensat yang berbeda tekanannya masing-masing sebanyak 20 gram

- Ditimbang kembali dan dicatat beratnya

- Dimasukkan cawan yang telah berisi air kondensat masing-masing kedalam

oven dengan suhu 103oC dan dipanaskan selama 3 jam

Universitas Sumatera Utara


- Dikeluarkan sampel dari oven dengan crucible tongs dan dinginkan sampel

didalam desikator selama 15 menit

- Ditimbang cawan berisi sampel kering yang telah dingin dan dihitung berat

sampel keringnya

- Dimasukkan sampel kering kedalam extraction thimble dan bersihkan sisa

dengan minyak pada cawan penguap dengan kapas kemudian masukkan

kedalam extraction thimble sekaligus penutup sampel

- Ditimbang labu alas kosong dan dicatat beratnya kemudian diisi dengan pelarut

n-Heksan sebanyak 200 mL

- Dimasukkan extraction thimble kedalam soxhlet apparatus kemudian

dihubungkan labu ekstraksi dengan extractor dan cooler kemudian ekstraksi

diatas heating mantle pada suhu 70oC selama 5-6 jam

- Didestilasi n-Heksan pada labu ekstraksi hingga hampir habis

- Dimasukkan labu alas yang berisi minyak ke dalam oven dengan suhu 103oC

hingga semua sisa n-Hexan habis menguap

- Dikeluarkan labu ekstraksi dari oven menggunakan crucible tongs dan

didinginkan dalam desikator selama 15 menit

- Dikeluarkan labu ekstraksi dari desikator dan ditimbang dengan menggunakan

neraca analitik

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

4.1.1. Data

Tabel 4.1. Pengaruh tekanan dan waktu perebusan terhadap kadar kehilangan minyak

pada air kondensat pada stasiun sterilizer di PTPN IV (Persero) Pulu Raja.

Waktu
Kadar Kehilangan Minyak (%)
2 o
No Tekanan (kg/cm ) perebusan Suhu ( C)
Pada Air Kondensat
(menit)

1 2,72 100 130 0,62

2 2,74 95 132 0,70

3 2,76 90 135 0,74

4 2,78 85 137 0,82

5 2,80 80 140 0,82

6 2,82 75 142 0,84

Universitas Sumatera Utara


4.1.2. Perhitungan

Berdasarkan data analisa kehilangan minyak pada air kondensat

dilaboratorium yang dapat dilihat pada lampiran B, kadar kehilangan minyak (losses)

dalam air kondensat dinyatakan dalam % berat yang dapat dipersentasikan dengan

rumus :

Berat Minyak
% Minyak = x 100%
Berat Sampel Basah

Contoh:

Untuk tekanan 2,72 kg/cm2, waktu perebusan 100 menit pada suhu 130 oC diperoleh

persentase minyak adalam air kondensat:

Berat cawan + contoh basah = 69,1839 gram

Cawan kosong = 48,9845 gram -

Berat contoh basah = 20,1994 gram

Setelah dipanaskan dalam oven dengan suhu 130 oC selama 3 jam:

Berat cawan + contoh kering = 50,0309 gram

Berat cawan kosong = 48,9845 gram -

Berat contoh kering = 1,0464 gram

Setelah diekstraksi selama 5-6 jam pada suhu 70oC, maka diperoleh berat minyak:

Universitas Sumatera Utara


Berat labu alas + minyak = 109,6634 gram

Berat labu alas kosong = 109,4381 gram –

Berat minyak = 0,1253 gram

0,1253
% Minyak = x 100%
20,1994

= 0,62%

4.2. Pembahasan

Dari data pada tabel 4.1. diketahui bahwa hubungan antara tekanan dan waktu

perebusan berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi tekanan yang digunakan maka

waktu perebusan semakin singkat dan jumlah kehilangan minyak (losses) pada air

kondensat semakin besar, serta tekanan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan

temperatur yang dicapai juga besar sehingga dapat merusak kantong minyak dalam

mesocarp buah. Dengan demikian sebagian besar minyak akan terikut bersama air

konsendat.

Selain merusak mesocarp buah, temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan

β-karoten dalam buah berubah menjadi senyawa yang berwarna kecoklatan (gosong)

dan larut dalam minyak. Semakin banyak senyawa yang berwarna kecoklatan maka

semakin rendah nilai DOBI nya, karena minyak memiliki daya pucat yang rendah

sehingga dibutuhkan lebih banyak bleaching earth pada proses pemucatan.

Universitas Sumatera Utara


Jumlah kehilangan minyak (losses) yang paling rendah yaitu pada kondisi

tekanan 2,72 kg/cm2, waktu rebusan 100 menit pada suhu 130oC menghasilkan losses

sebesar 0,62. Namun pada kondisi ini proses perebusan tidak terjadi secara sempurna.

Hal ini terlihat pada ketidak berhasilan proses pada selanjutnya, misalnya sebagian

besar brondolan yang masih melekat pada tandan yang menyebabkan losses yang

besar pada tandan kosong, ataupun ampas yang masih mengandung minyak pada

proses pengempaan. Tekanan yang terlalu rendah akan menghasilkan panas yang

rendah pula, sehingga pada proses kejutan (pembuangan uap) pada puncak I, II

ataupun III, uap ataupun panas tidak menembus ke bagian dalam buah yang berfungsi

untuk membantu buah lepas dari spikletnya dan menurunkan mutu minyak yang

dihasilkan.Sedangkan kehilangan minyak terbesar yaitu pada tekanan 2,82 kg/cm2,

waktu rebusan 75 menit dan suhu 142oC dengan losses sebesar 0,84, dimana mutu

minyak rusak karena tekanan, waktu serta suhu perebusan yang terlalu lama

menyebabkan minyak kelapa sawit gosong.

Kondisi optimum, dimana kadar kehilangan minyak (losses) dapat ditekan

adalah berdasarkan analisa data tabel 4.1 yaitu pada tekanan 2,76 kg/cm2, waktu

perebusan 90 menit dan suhu 135oC dengan losses sebesar 0,74. Dapat dikatakan

demikian karena tidak terjadi gangguan-gangguan yang berarti pada proses

selanjutnya sehingga proses perebusan dapat dikatakan optimal. Pada kondisi ini pula

mutu minyak sawit yang dihasilkan telah sesuai dengan standar yang ditentukan,

sehingga angka kerugian yang dialami oleh perusahaan dapat diminimalkan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari data pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dengan naiknya tekanan,

waktu serta suhu perebusan menyebabkan naiknya angka kehilangan minyak. Dapat

dilihat pada perlakuan pertama dengan tekanan sebesar 2,72 kg/cm2, waktu 100 menit

dan suhu 130oC menghaasilkan losses sebesar 0,62. Kemudian pada perlakuan kedua,

dengan tekanan sebesar 2,74 kg/cm2, waktu 95 menit dan suhu 135oC menghasilkan

losses sebesar 0,70 dan angka losses semakin besar pada perlakuan keenam, dengan

tekanan sebesar 2,82 kg/cm2, waktu 75 menit dan suhu 142oC menghasilkan losses

sebesar 0,84. Sedangkan tekanan, waktu serta suhu rebusan optimum adalah pada

tekanan 2,76 kg/cm2, waktu 90 menit serta suhu 135oC dengan angka losses sebesar

0,74 dimana buah matang dengan sempurna dan mutu minyak yang dihasilkan baik.

5.2. Saran

1. Sebaiknya buah yang akan direbus disamakan fraksinya ketika akan direbus,

sehingga besar tekanan yang digunakan dapat ditentukan secara pasti.

2. Sebaiknya semua tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri yang lengkap

untuk menjaga keselamatan selama bekerja ditempat kerja

Universitas Sumatera Utara


3. Sebaiknya setiap tenaga kerja bekerja sesuai standar operasional pabrik agar hasil

produksi yang dicapai sesuai yang diharapkan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSATAKA

Darnoko, D.2003. Teknologi Pengetahuan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya.


Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Gunawan, E. 2004. Pengantar Proses Pengolahan Kelapa Sawit. Lembaga
Pendidikan Perkebunan. Medan.
Hassan, A.H dkk.1999. Perusahaan Kelapa Sawit. Institut Penyelidikan Minyak
Kelapa Sawit. Malaysia
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Mangoensoekarjo,S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Naibaho, M.P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penenlitian Kelapa
Sawit. Medan.
Pahan, I. 2011. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Cetakan
Pertama. Penebar Swadaya. Jakarta.
PTPN. IV (Persero). 2009. Buku Panduan Pedoman Operasional Pengolahan Kelapa
Sawit Bagian Pengolahan. Medan.
PTPN. IV (Persero). 2010. Standart Prosedur Operasi Pengolahan Kelapa Sawit.
Medan.
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Penerbit Kosinus. Yogyakarta.
Tim Penulis PS. 1993. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan dan Aspek
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


 

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


Lampiran A
Grafik Kadar Kehilangan Minyak (%) Vs Tekanan Uap Perebusan (kg/cm3)

                       
 
 
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
   2,72 2,74 2,76 2,78 2,8 2,82   
3
   Tekanan Uap Perebusan (kg/cm )
                       
 

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.

Data Analisa Kehilangan Minyak (losses) pada Air Kondensat di Laboratorium PKS
PTPN. IVPulu Raja.

Air Air Air Air Air Air


Uraian Kondensat Kondensat Kondensat Kondensat Kondensat Kondensat
I II III IV V VI
Berat cawan + contoh 69,1839 69,5055 70,3392 69,0377 69,2821 69,1762
basah, g 48,9845 48,9845 48,9845 48,9845 48,9845 48,9845
Berat cawan kosong, g 20,1994 20,5210 21,2547 20,0532 20,2976 20,1917
Berat contoh basah, g
Berat cawan + contoh 50,0309 49,8579 49,7240 49,8418 49,9639 49,9420
kering, g 48,9845 48,9845 48,9845 48,9845 48,9845 48,9845
Berat cawan kosong, g 1,0464 0,8734 0,7395 0,8573 0,9794 0,9575
Berat contoh kering, g
Berat labu alas + 109,6634 109,6817 109,5954 109,6025 109,6045 109,6077
minyak, g 109,4381 109,4381 109,4381 109,4381 109,4381 109,4381
Berat labu alas 0,1253 0,1436 0,1573 0,1644 0,1664 0,1696
kosong, g
Berat minyak, g

Berat kehilangan minyak dihitung dengan rumus:

Berat Minyak (g)


% Losses Minyak = x 100%
Berat contoh Basah

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN C

Standar Losses Minyak Sawit

Standar losses terhadap %


Parameter
Contoh TBS

Sludge akhir Fat-Pit/Deoling Pond 0,50 0,30


Ampas kempa 3,9 0,55
Tandan Kosong 1,85 0,39
Buah ikut tandan kosong (contoh) 2,50 0,16
Biji ampas kempa 0,80 0,10
Sludge centrifuge (contoh) 0,60 maks -
Air rebusan (contoh) 0,50 maks -
Kenaikan ALB pabrik 0,30 maks -

Total kehilangan minyak terhadap - 1,50 maks


TBS

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai