Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal yang
berlangsung perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama, sehinga
tidak dapat menutupi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit.
Seiring dengan pertambahan umur harapan dan kemajuan ilmu kesehatan
yang dapat memperpanjang usia, jumlah gagal ginjal kronik akan terus
bertambah. hipertensi dan diabetes adalah dua penyebab paling umum gagal
ginjal kronik, sekitar diatas 60 % dari jumlah pasien menurut hasil uji dialisis.
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan jumlahnya hampir setara terserang
penyakit ini. jumlah kasus tertinggi ditemukan pada pasien berusia menengah.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan gagal ginjal kronik
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
Gagal Ginjal Kronik
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Gagal Ginjal kronik
c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan
Gagal ginjal Kronik
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine
sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar
tidak tercampur dengan zat – zat yang dibutuhkan oleh tubuh .
Pada ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih satu juta) yang
merupakan unit dari struktur ginjal. Setiap nefron terdiri dari komponen
vaskuler dan komponen tubulus. Bagian dominan pada komponen
vaskuler terdiri dari : Glomerulus (suatu berkas kepiler berbentuk bola
tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari darah yang melewatinya ),
arteriol aferen (mengangkut darah ke glomerulus), arteriol eferen
(mengangkut darah dari glomerulus), dan kapiler peritubulus
(memperdarahi jaringan ginjal, berperan dalam pertukaran dengan cairan
di lumen tubulus). Komponen tubulus terdiri dari : Kapsula Bowman
(mengumpulkan filtrat glomerulus), Tubulus proksimal (reabsorbsi dan
sekresi tidak terkontrel zat – zat tertentu), Lengkung Henle membentuk
gradien osmotik di medula ginjal yang penting dalam kemampuan ginjal
menghasilkan urin dengan berbagai konsentrasi, Tubulus distal (sekresi
dan reabsobrsi tidak terkontrol zat – zat teretntu), dan Tubulus pengumpul
(reabsorbsi H2O dalam jumlah bervariasi, cairan yang meninggalkan
tubulus pengumpul menjadi urin, yang kemudian masuk ke pelvis ginjal).
b. Ureter
Ureter merupakan struktur tubular yang memilki panjang 25 – 30 cm
dan berdiameter 1,25 cm pada orang deawasa. Ureter membentang pada
posisi retroperitonium untuk memasuki kandung kemih di dalamk rongga
panggul pada sambungan uretrovesikal. Dinding ureter dibentuk dari tiga
lapisan jaringan : lapisan bagian dalam merupakan membran mukosa yang
berlanjut sampai lapisan pelvis renalis dan kandung kemih, lapisan tengah
terdiri dari serabut otot polos yang mentranspor urine melalui ureter
dengan gerakan peristaltik yang distimulus oleh distensi urine di kandung
5
Fisiologi Berkemih :
a. Proses Pembentukan urin
Terdapat tiga proses yang penting dalam pembentukan urine: Filtrasi
glomerulus, reabsorbsi tubulus dan sekresi tubulus.
1). Filtrasi Glomerulus
6
b. Proses Berkemih
Mikturisi atau berkemih adalah pengosongan kandung kemih,
diatur oleh dua mekanisme : refleks berkemih dan kontrol volunter.
7
3. Patofisiologi
Ginjal secara teratur mempertahankan berbagai macam fungsi tubuh
dan mengontrol proses komplek untuk mempertahankan homeostasis. Ginjal
menerima kurang lebih 20% sampai dengan 25% kardiak output per menit.
Darah difiltrasi melalui nephron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Setiap ginjal memiliki kurang lebih 1 juta nephron, jumlah ini mampu
mempertahankan keadaan tubuh (homeostasis). Kerusakan ginjal mencapai
90% menyebabkan ginjal mengalami penurunan fungsi secara signifikan
sehingga menyebabkan gagal ginjal terminal.
Cara terbaik melihat fungsi ginjal yaitu dengan melihat GFR. Volume
cairan berubah ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk mengeluarkan
cairan karena kerusakan pada nephron dan penurunan GFR. Faktor lain yang
turut berkontribusi dalam berlebihnya cairan tubuh adalah protein uria dan
peningkatan renin. Protein uria terjadi karena respon dari kerusakan dari
glomerolus. Tekanan darah tinggi dapat disebabkan karena perubahan
sclerotik dalam glomerolus karena hilangnya protein terutama albumin dalam
urine. Kerusakan ginjal yang menyebabkan hipertensi disebut sebagai
hypertensi nephrosclerosis dan mungkin kerusakan tidak hanya pada
gromerolus tetapi juga pada dinding arteriola.
Kehilangan albumin menyebabkan perpindahan cairan dari ruang
intravaskuler ke ruang isterstisial karena adanya penurunan tekanan onkotik.
Sebagai respon penurunan GFR, aldosteron dikeluarkan dari kortek adrenal
yang menyebabkan reabsorpsi cairan dan sodium. Retensi cairan dapat
berkembang menjadi kelainan pernapasan dan kardiovaskuler.
9
4. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis
dapat dibagi dalam 2 kelompok :
a. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik,
Tbc ginjal. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati,
Amilordosis ginjal, Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif,
Gout, DM
b. Penyakit ginjal obstruktif : pembesaran prostat, Batu saluran kemih,
Refluks ureter
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan. Infeksi yang
berulang dan nefron yang memburuk. Obstruksi saluran kemih Destruksi
11
pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama. Scar pada
jaringan dan trauma langsung pada ginjal.
5. Manifestasi Klinis
a. Gangguan pernafasan
b. Edema
c. Hipertensi
d. Anoreksia, nausea, vomitus
e. Ulserasi lambung
f. Stomatitis
g. Proteinuria
h. Hematuria
i. Letargi, apatis, penuruna konsentrasi
j. Anemia
k. Perdarahan
l. Turgor kulit jelek, gatak gatal pada kulit
m. Distrofi renal
n. Hiperkalemia
o. Asidosis metabolic
6. Stadium
a. Stadium I (berkurangnya kemampuan ginjal/ GFR 40-70 ml/ mnt), pasien
tidak terlihat gejala terjadi penurunan fungsi nefron.
b. Renal insufficiency (GFR 20-40 ml/ mnt)
Insufisiensi ginjal terjadi dimana penurunan fungsi nefron 75% 90%,
peningkatan BUN & serum kreatinin, ginjal kehilangan fungsi
konsentrasi urine, & perkembangan anemia. Pasien dilaporkan polyuria, &
nokturia.
12
c. Stage III (renal failure/ GFR 10-20 ml/mnt), ESRD, gagal ginjal terminal,
fungsi nefron hanya 10%, ginjal gagal dalam menjalankan fungsi
hormonal, regulatory, ekskresi. Peningkatan level creatinin, BUN,
ketidakseimbangan elektrolit. Dialysis biasanya diindikasikan.
d. Stage IV ESRD (GFR <10 ml/ mnt), gangguan dalam ekskresi &
mekanisme regulatori terutama GI, neuromuscular, hematologi,
integumen, skeletal, & hormonal karena ginjal gagal mempertahankan
homeostasis tubuh.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. GFR : dapat di deteksi dalam 24 jam pertama untuk melihat clearance
creatinin.
b. Sodium & retensi air : meningkatkan terjadinya risiko edema, hipertensi,
gagal jantung, diare, vomitus.
c. Asidosis : asidosis metabolik dapat terjadi karena ginjal gagal dalam
mengekskresikan akan asam, penurunan sekresi asam akan mengakibatkan
kegagalan tubulus ginjal untuk mengekskresikan amonia (NH3) &
penyerapan kembali HCO3-)
d. Anemia : tidak adekuat produksi eritropoitin, masa sel darah merah
pendek, deficiensi nutrisi, lemah, nafas pendek, angina
e. Imbalance calcium & phosphor : peningkatan kadar pospat, & penurunan
kalsium karena meningkatnya sekresi parathormon dari gland
parathyroid.
f. Osteodisthropy
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada gagal ginjal kronis yaitu :
a. Hiperkalemia
13
b. Perikarditis
c. Hipertensi : karena meningkatnya sodium & retensi & malformasi dari
renin-angiotensin-aldosteron
d. Anemia
e. Kerusakan tulang & klasifikasi karena terjadi retensi dari pospor
9. Penatalaksanaan
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal kronik
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis
memperbaiki abnormalitas biokimia menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecenderungan
perdarahan, dan membantu penyembuhan luka.
b. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal
ginjal kronik ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam
jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya
hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum
( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi
puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status
klinis. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion
pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral
atau melalui retensi enema.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan
harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum,
cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan
haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase
14
luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi
penggantian cairan.
c. Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan
dan mudah tersinggung.
d. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam
hari (nokturia), diare/konstipasi.
e. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu
terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan
penggunaan diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)
serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
f. Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
h. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
i. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas
dan sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi
diri.
16
j. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit
kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
Tanda : Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan. Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum. Sputum ; Mungkin
bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal) , Bunyi napas ;
Mungkin tidak terdengar. Fungsi mental; Mungkin menurun,
kegelisahan, letargi. Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
k. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus
otot, kulit lecet.
l. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
m. Pembelajaran/pengajaran
Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya :
penyekat saluran kalsium.
Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik, Perubahan structural.
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antar
asuplai okigen dengan kebutuhan tubuh, kelemahan umum, tirah baring
lama/immobilisasi
17
3. Rencana Tindakan
vena.
jantung.
merusak kulit/mempercepat
Klien akan : kerusakan.
a. Mengidentifikasi Berikan perawatan kulit,
hubungan terapi minimalkan dengan Pengetahuan proses penyakit dan
5. Kurang pengetahuan untuk menurunkan kelembaban atau ekskresi. harapan dapat memudahkan
(kebutuhan belajar) episode berulang ketaatan pada program
mengenai kondisi dan dan mencegah Diskusikan fungsi jantung pengobatan.
program pengobatan komplikasi. normal Klien percaya bahwa perubahan
berhubungan dengan b. Mengidentifikasi program pasca pulang dibolehkan
kurang pemahaman stress bila merasa baik dan bebas gejala
kesalahan persepsi pribadi/faktor Kuatkan rasional atau merasa lebih sehat yang
tentang hubungan fungsi resiko dan pengobatan. dapat meningkatkan resiko
jantung dengan penyakit beberapa teknik eksaserbasi gejala.
gagal ginjal. untuk menangani.
c. Melakukan Memberikan waktu adequate
perubahan pola untuk efek obat sebelum waktu
hidup/perilaku tidur untuk mencegah/membatasi
yang perlu. Anjurkan makanan diet pada menghentikan tidur.
pagi hari.
Dapat menambahkan bantuan
26
dengan pemantauan
sendiri/penatalaksanaan dirumah
Rujuk pada sumber di
masyarakat/kelompok
pendukung suatu indikasi
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ginjal secara teratur mempertahankan berbagai macam fungsi tubuh dan
mengontrol proses komplek untuk mempertahankan homeostasis. Ginjal
menerima kurang lebih 20% sampai dengan 25% kardiak output per menit. Darah
difiltrasi melalui nephron yang merupakan unit fungsional ginjal. Setiap ginjal
memiliki kurang lebih 1 juta nephron, jumlah ini mampu mempertahankan
keadaan tubuh (homeostasis). Kerusakan ginjal mencapai 90% menyebabkan
ginjal mengalami penurunan fungsi secara signifikan sehingga menyebabkan
gagal ginjal terminal.
Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah).
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik salahsatunya adalah dialisis. Dialisis
dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal kronik yang serius, seperti
hiperkalemia, perikarditis dan kejang.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa seharusnya benar-benar memahami konsep dasar medis
Gagal Ginjal Kronik sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
komprehensif kepada klien dengan Gagal Ginjal Kronik.
28